Anda di halaman 1dari 52

ANESTETIK LOKAL

dr Joko Murdiyanto SpAn MPH


DOA BELAJAR

“Aku ridho Allah SWT sebagai Tuhanku, Islam sebagai


agamaku, dan Nabi Muhammad sebagai Nabi dan
Rasul, Ya Allah, tambahkanlah kepadaku ilmu dan
berikanlah aku kefahaman”
PESAN HIKMAH HARI INI
“Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat”
(Al-Mujadalah : 11)
DEFINISI

NYERI adalah pengalaman sensorik dan emosional


yang tidak menyenangkan serta dihubungkan dengan
kerusakan jaringan atau potensi akan terjadi
kerusakan jaringan
Bersifat subyektif & emosional
 Transduksi adalah suatu proses dimana akhiran
saraf aferen menerjemahkan stimulus (misalnya
tusukan jarum) ke dalam impuls nosiseptif.
 Ada tiga tipe serabut saraf yang terlibat dalam
proses ini, yaitu serabut A-beta, A-delta, dan C.
Serabut yang berespon secara maksimal terhadap
stimulasi non noksius dikelompokkan sebagai
serabut penghantar nyeri, atau nosiseptor. Serabut
ini adalah A-delta dan C.
 Silent nociceptor, juga terlibat dalam proses
transduksi, merupakan serabut saraf aferen yang
tidak bersepon terhadap stimulasi eksternal tanpa
adanya mediator inflamasi.
Transmisi adalah suatu proses dimana impuls disalurkan menuju
kornu dorsalis medula spinalis, kemudian sepanjang traktus
sensorik menuju otak. Neuron aferen primer merupakan pengirim
dan penerima aktif dari sinyal elektrik dan kimiawi. Aksonnya
berakhir di kornu dorsalis medula spinalis dan selanjutnya
berhubungan dengan banyak neuron spinal.

Modulasi adalah proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri


(pain related neural signals). Proses ini terutama terjadi di kornu
dorsalis medula spinalis, dan mungkin juga terjadi di level
lainnya. Serangkaian reseptor opioid seperti mu, kappa, dan delta
dapat ditemukan di kornu dorsalis. Sistem nosiseptif juga
mempunyai jalur desending berasal dari korteks frontalis,
hipotalamus, dan area otak lainnya ke otak tengah (midbrain) dan
medula oblongata, selanjutnya menuju medula spinalis. Hasil dari
proses inhibisi desendens ini adalah penguatan, atau bahkan
penghambatan (blok) sinyal nosiseptif di kornu dorsalis.
 Persepsi nyeri adalah kesadaran akan pengalaman nyeri.
Persepsi merupakan hasil dari interaksi proses transduksi,
transmisi, modulasi, aspek psikologis, dan karakteristik
individu lainnya.
 Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk
menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan
sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam
kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang
secaara potensial merusak.
 Reseptor nyeri disebut juga Nociseptor. Secara
anatomis, reseptor nyeri (nociseptor) ada yang bermiyelin
dan ada juga yang tidak bermiyelin dari syaraf aferen.
(Anas Tamsuri, 2006)
■ Thick, myelinated, fast ■ Very thin, unmyelinated, slow-
conducting neurons conducting
■ Mediate the feeling of initial fast, ■ Mediate slow, dull, more diffuse,
sharp, highly localized pain. often burning pain.

Rabaan
Tekanan
Targets of Pain Therapies
Pharmacotherapy
Non-opioid analgesics
Opioid analgesics
Nerve Blocks
Adjuvant analgesics (neuropathic,
musculoskeletal)

Electrical
Acetaminofen
Stimulation
Transcutaneous electrical nerve
stimulation (TENS)
Percutaneous electrical nerve
stimulation (PENS)

(NSAID) Alternative methods


Acupuncture
Gottschalk et al., 2001
Physical Therapy
Chiropractics
Surgery
Definisi
 Anestetik lokal:
Obat yang menghasilkan blokade konduksi
atau blokade lorong natrium pada dinding saraf
secara sementara terhadap rangsang transmisi
sepanjang saraf, jika digunakan pada saraf sentral
atau perifer.
Teknik Pemberian

 Anestesi permukaan
 Anestesi infiltrasi
 Anestesi blok
 Anestesi regional intravena
Teknik Pemberian
 Neurological blockade perifer
- Topical
- Infiltration
- Nerve block
- IV regional anestesia
 Neurological blockade sentral

- Anestesia spinal
- Anestesia epidural
Struktur Anestetik Lokal
 Bagian lipofilik (kepala)
 Bagian cincin hidrokarbon (badan)
 Bagian hidrofilik (ekor)
Golongan Anestetik Lokal

 Golongan Ester (-COOC-)


 Golongan Amida (-NHCO-)
Lama kerja
Klasifikasi Potensi Mula kerja Toksisitas
(infiltrasi, menit)
Ester

Prokain 1 (rendah) Cepat 45-60 Rendah

Kloroprokain 3-4 (tinggi) Sangat cepat 30-45 Sangat rendah

Tetrakain 8-16 (tinggi) Lambat 60-180 Sedang

Amida

Lidokain 1-2 (sedang) Cepat 60-120 Sedang

Etidokain 4-8 (tinggi) Lambat 240-480 Sedang

Prilokain 1-8 (rendah) Lambat 60-120 Sedang

Mepivakain 1-5 (sedang) Sedang 90-180 Tinggi

Bupivakain 4-8 (tinggi) Lambat 240-480 Rendah

Ropivakain 4 (tinggi) Lambat 240-480 Rendah

Levobupivakain 4 (tinggi) Lambat 240-480


Spinal
Topical Infiltrasi Blok saraf ARIV Epidural
Intratekal
Ester

Prokain
- + + - - +

Kloroprokain
- + + - + -

Tetrakain
+ - - - - +

Amida

Lidokain
+ + + + + +

Etidokain
- + + - + -

Prilokain
- + + + + -

Mepivakain
- + + - + -

Bupivakain
- + + - + +

Ropivakain
- + + - + +

Levobupivakain
- + + - + +
Dosis obat anestesi lokal
Mekanisme Kerja
 Obat  reseptor spesifik  saluran natrium 
mencegah peningkatan permeabilitas sel saraf
terhadap Na dan K  depolarisasi pada selaput
saraf  tak terjadi konduksi saraf.

 Protein binding  lama kerja


 Konstanta dissosiasi (pKa)  awal kerja
Farmakokinetik
 Absorpsi sistemik
- lokasi injeksi, dosis anestetik lokal, dan
penambahan epinefrin.
- daerah dengan vaskularisasi yang banyak
akan memiliki ambilan yang cepat dan lengkap
dibanding daerah dengan banyak lemak
Farmakokinetik
 Distribusi
- Perfusi jaringan, koefisien partisi
jaringan/darah, dan massa jaringan.
 Metabolisme dan ekskresi

- Gol. Ester dan Gol. Amida


Obat Anestesi Lokal yang Ideal
 Tidak mengiritasi atau merusak jaringan secara
permanen
 Batas keamanan lebar
 Mula kerja singkat
 Masa kerja cukup lama
 Larut dalam air
 Stabil dalam larutan, dapat disterilkan tanpa mengalami
perubahan
 Poten dan bersifat sementara
 Harganya murah
Lidokain
 Dosis anestesi infiltrasi: 0,25-0,5 % ; anestesi
blok dan topikal: 1-2%
 Efektif bila digunakan tanpa vasokonstriktor, tapi
kecepatan absorpsi dan toksisitasnya bertambah
dan masa kerjanya lebih pendek.
 Efek samping mengantuk, pusing, parestesia,
kedutan otot, gangguan mental, koma, dan
bangkitan
Bupivakain

 Masa kerja yang panjang, dengan efek blockade


terhadap sensorik > motorik.
 Dosis anestesia infiltrasi: 0,25-0,5%; Untuk
suntikan paravertebral: 0,5%.
 Lebih kardiotoksik daripada lidokain.
Levobupivakain
 Lebih sedikit vasodilatasi dan memiliki duration of
action yang lebih panjang dibandingkan dengan
bupivakain.
 Indikasi: untuk lokal anestesi infiltrasi, blok nervus
oftalmik, anestesi epidural dan intratekal pada orang
dewasa; sebagai analgesia pada anak-anak.
 K.I : untuk regional anastesia IV (IVRA).
 E.S: Efek SSP (gelisah, gatal di sekitar mulut, tinnitus,
tremor, pusing, penglihatan kabur, seizure) dan efek
kardiovaskular (hipotensi, bradikardi, aritmia, dan/atau
henti jantung)
Prokain

 Bekerja dengan durasi yang sangat singkat.


 Hanya sebagai injeksi dan sering kali bersamaan
dengan adrenalin untuk memperpanjang daya
kerjanya.
 Dosis anestesi infiltrasi : 0,25-0,5 %; blockade
saraf: 1-2 %
 E.S: hipertensi, reaksi alergi.
Tetrakain
 Biasanya digunakan untuk anestesi pada
pembedahan mata, telinga, hidung, tenggorok,
rectum, dan kulit.
 Dosis untuk pemakaian topikal pada mata :
larutan tetrakain hidroklorida 0,5%.
 Kecepatan anastetik 25 detik dengan durasi
aksinya selama 15 menit atau lebih.
Keuntungan Anestesi Lokal
 Alat minim dan teknik relatif sederhana.
 Relatif aman bagi pasien yang tidak puasa
 Tidak ada komplikasi jalan nafas dan respirasi.
 Tidak ada polusi kamar operasi oleh gas anestesi.
 Perawatan post operasi lebih ringan/murah
 Kehilangan darah sedikit.
 Respon autonomic dan endokrin sedikit
Kerugian Anestesi Lokal
 Tidak semua pasien mau
 Membutuhkan kerjasama pasien
 Sulit diterapkan pada anak-anak
 Tidak semua ahli bedah menyukai anestesi lokal
 Pasien lebih suka dalam keadaan tidak sadar
 Tidak praktis jika diperlukan beberapa suntikan
 Ketakutan bahwa efek obat menghilang ketika
pembedahan belum selesai
 Efek samping sangat berat menyebabkan kematian
Efek Samping terhadap Sistem
Tubuh
 Sistem kardiovaskular
 Sistem pernapasan
 Sistem saraf pusat
 Imunologi
 Sistem muskuloskeletal
Faktor yang berpengaruh pada
toksisitas
 Jumlah larutan yang disuntikkan
 Konsentrasi obat
 Ada tidaknya adrenalin
 Vaskularisasi tempat suntikan
 Absorbsi obat
 Laju destruksi obat
 Hipersensitivitas
 Usia
 Keadaan umum
 Berat badan
Toksisitas lokal dan komplikasi

 Terjadi pada tempat suntikan.


 Berupa edema, abses nekrosis dan gangrene.
 Kelalaian tindakan asepsis dan antisepsis 
infeksi
 Penambahan vasokonstriktor yang disuntikkan
pada daerah end arteri  iskemia jaringan dan
nekrosis
Kesimpulan
 Pada anestesi lokal hilangnya rasa sakit tanpa
disertai hilang kesadaran.
 Anestesi lokal terbagi ke dalam gol.ester dan
gol.amida.
 Mekanisme kerja obat melalui hambatan
hantaran dan konduksi impuls saraf.
 Efek samping dapat mempengaruhi beberapa
organ, misalnya kardiovaskular, paru, SSP,
muskuloskeletal, dan alergi.
Gbr : Bupivacaine
Gbr : Rumus kimia bupivacaine
Gbr : Lidocaine 2 %
Gbr : Rumus kimia lidocaine
Gbr : Mepivacaine 1% ; 1.5 % ; 2 %
Gbr : Rumus kimia mepivacaine
Gbr : Prilocaine 2 %.
Gbr : Rumus kimia prilocaine.
Gbr : Procaine
Gbr : Rumus kimia procaine.
Gbr : Ropivacaine 0.5 % ; 0.2 %.
Gbr : Rumus kimia ropivacaine.
Gbr : Tetracaine 1 %.
Gbr : Rumus kimia tetracaine.
Gbr : Xylocaine 2 %.
Gbr : Rumus kimia xylocaine.
Gbr : Levobupivacaine 0.5 %.
Gbr : Levobupivacaine

Anda mungkin juga menyukai