Oleh :
Sunita Sinaga,S.Kep,Ners.,M.MRS
• Anamnesis
• Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan
Laboratorium
• Klasifikasi Status Fisik
• Masukan oral
• Premedikasi
Induksi dan Rumatan Anestesi
• Induksi anestesia adalah tindakan untuk
membuat pasien dari sadar menjadi tidak
sadar
• Dapat dilakukan secara iv, inhalasi, im, atau
rektal
Persiapan Induksi Anestesi
• S = Scope : Stetoskop, untuk mendengarkan suara paru dan jantung,
Laringo-Scope. Pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai dengan usia pasien.
Lampu harus cukup terang.
• T = Tubes : Pipa trakea. Pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon (cuffed)
dan > 5 tahun dengan balon (cuffed).
• A = Airway : Pipa mulut-faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa
hidung-faring (naso-tracheal airway). Pipa ini untuk menahan lidah tidak
menyumbat jalan napas.
• T = Tape : Plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut.
• I = Introducer : Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastic (kabel) yang
mudah dibengkokakkan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah
dimasukkan.
• C= Connector : Penyambung antara pipa dan peralatan anesthesia.
• S = Suction : Penyedot lendir, ludah dan lain-lainnya.
Induksi Intravena
• Tiopental (tiopenton, pentotal) diberikan
secara iv dengan kepekatan 2,5% dan dosis
antara 3-7 mg/kgBB
• Propofol (recofol, diprivan) diberikan iv
dengan kepekatan 1% dosis 2-3 mg/kgBB
• Ketamin (ketalar) diberikan iv dengan dosis 1-2
mg/kgBB
Induksi Intramuskular
• Sampai sekarang hanya ketamin yang dapat
diberikan im dengan dpsis 5-7 mg/kgBB
setelah 3-5 menit pasien tidur
Induksi Inhalasi
• Hanya dikerjakan dengan halotan atau
sevofluran
• Induksi dimulai dengan aliran >4 liter/menit,
dimulai dengan halotan0,5 vol% sampai
konsentrasi yang dibutuhkan
Induksi per rektal
• Cara ini hanya untuk anak atau bayi
menggunakan tiopental atau midazolam
Rumatan Anestesia
• Dapat dilakukan dengan iv, inhalasi, atau
keduanya
• Rumatan anestesia mengacu pada trias
anestesi tidur ringan (hipnosis) sekedar
tidak sadar, analgesia cukup, diusahakan agar
pasien selama di bedah tidak menimbulkan
nyeri dan relaksasi otot lurik yang cukup
• Rumatan intravena dapat menggunakan opioid dosis
tinggi, fentanil 10-50 µg/kgBB, dapat juga menggunakan
opioid dosis biasa, tetapi pasien ditidurkan dengan infus
propofol 4-12 mg/kgBB/jam
• Dosis tinggi opioid pasien tidur dengan analgesia
cukup, sehingga tinggal memberikan relaksasi pelumpuh
otot
• Rumatan inhalasi biasanya menggunakan campuran N20
dan 02 3:1 ditambah halotan 0,5-2 vol% atau enfluran 2-
4vol% atau isofluran 2-4vol% atau sevofluran 2-4 vol%
Jenis Anestesi
Anestesi Umum
Efek anesthesia
Bekerja di susunan saraf
pusat
N2O Halotan
Enfluran Isofluran
N2O (gas gelak, nitrous oxide,
dinitrogen monoxida)
• Keuntungan :
– Lebih dapat diterima pasien
– Kurang perasaan klaustrofobik
– Tahap tidak sadar lebih cepat
• Kekurangan :
– Induksi yang cepat
– Gangguan pernapasan
• Induksi IV digunakan bersama dengan anestesi
inhalasi lain dan relaksan otot
Tiopental
• Tiopental akan menyebabkan sedasi, hipnosis,
anestesia, atau depresi nafas. Tiopental
menurunkan aliran darah otak, tekanan likuor,
tekanan intrakranial dan diduga dapat
melindungi otak akibat kekurangan O2. Dosis
rendah bersifat anti analgesi.
Ester
Prokain 1 (rendah) Cepat 45-60 Rendah
Kloroprokain 3-4 (tinggi) Sangat Cepat 30-45 Sangat rendah
Tetrakain 8-16 (tinggi) Lambat 60-180 Sedang
Amida
Lidokain 1-2 (sedang) Cepat 60-120 Sedang
Etidokain 4-8 (tinggi) Lambat 240-480 Sedang
Prilokain 1-8 (rendah) Lambat 60-120 Sedang
Mepivakain 1-5 (sedang) Sedang 90-180 Tinggi
Bupivakain 4-8 (tinggi) Lambat 240-480 Rendah
Ropivakain 4 (tinggi) Lambat 240-480 Rendah
Levobupivakain 4 (tinggi) Lambat 240-480
Penggunaan Anastetik Lokal
Ester
Prokain - + + - - +
Kloroprokain - + + - + -
Tetrakain + - - - - +
Amida
Lidokain + + + + + +
Etidokain - + + - + -
Prilokain - + + + + -
Mepivakain - + + - + -
Bupivakain - + + - + +
Ropivakain - + + - + +
Levobupivakai - + + - + +
n
Mekanisme Kerja
Obat bekerja pada reseptor spesifik pada
saluran natrium (sodium channel), mencegah
peningkatan permeabilitas sel saraf terhadap ion
natrium dan kalium, sehingga terjadi
depolarisasi pada selaput saraf dan hasilnya
tidak terjadi konduksi saraf.
Efek Samping terhadap Sistem Tubuh
Kardiovaskul
•Depresi kontraktilitas miokard
•Dilatasi arteriolar
•disritmia/kolaps sirkulasi
ar
Imunologi
•Golongan ester dapat menyebabkan reaksi alergi
lebih sering, karena merupakan derivat para-amino-
benzoic-acid (PABA) yang dikenal sebagai alergen
• Blok spinal
• Blok epidural • Blok pleksus brakialis,
aksiler
• Blok kaudal
Anastesi spinal
• Pemberian anstesi lokal ke dalam ruang
subaraknoid
• Tempat tusukan L2-L3 atau L4-L5
• Obat : lidokain 20-100mg, bupivacain 5-20mg
Indikasi
1. Peralatan monitor
2. Peralatan resusitasi/anetesia umum
3. Jarum spinal
Teknik Analgesi Spinal
• Posisi duduk atau posisi pasien tidur lateral
• Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua krista iliaka
dengan tulang punggung ialah L4 atau L4-5. tentukan tempat
tusukan misalnya L2-3, L3-4, atau L4-5
• Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol
• Beri anestetik lokal, misalnya dengan lidokain 1-2% 2-3ml
• Cara tusukan median atau pramedian. Setelah resistensi hilang,
mendrin jarum spinal dicabut dan keluar likuor, dan obat dapat
dimasukkan perlahan (0,5ml/detik) diselingi aspirasi sedikit
• Posisi duduk sering dikerjakan untuk bedah perineal misalnya
bedah hemoroid. Jarak kulit-ligamentum flavum dewasa kurang
lebih 6 cm
Anestetik Lokal Dosis
Lidokain (Xylobain, Lignokain)
2% plain 20-100 mg (2-5 mL)
5% dalam dekstrosa 7.5% 20-50 mg (1-2 mL)
Bupivakain (markain)
0.5% dalam air 5-20 mg (1-4 mL)
0.5% dalam dekstrosa 8.25% 5-15 mg (1-3 mL)
Komplikasi Tindakan
• Hipotensi berat
• Bradikardi
• Hipoventilasi
• Trauma pembuluh darah
• Trauma saraf
• Mual-muntah
• Gangguan pendengaran
• Blok spinal tinggi, atau spinal total
Komplikasi Pasca Tindakan
• Nyeri tempat suntikan
• Nyeri punggung
• Nyeri kepala karena kebocoran likuor
• Retensio urin
• Meningitis
Anestesi epidural
• Blokade saraf , menempatkan obat diruang
epidural. Antara ligamentum flavum dan
duramater
• Tusukan pada L3-L4, dengan dua macam
jarum (crawford, tuohy)
• Teknik yang digunakan untuk mengetahui
ruang epidural:
– Teknik hilangnya resistensi
– Teknik tetes tergantung
Uji keberhasilan epidural