Anda di halaman 1dari 64

TEKNIK ANESTESI

Oleh :
Sunita Sinaga,S.Kep,Ners.,M.MRS

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA


Definisi
• Berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan
aesthētos, "persepsi”, kemampuan untuk merasa

• Tindakan menghilangkan rasa sakit ketika


melakukan pembedahan dan berbagai prosedur
lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh

• Oliver Wendel Holmes Sr tahun 1846


Penilaian Pra Bedah

• Anamnesis
• Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan
Laboratorium
• Klasifikasi Status Fisik
• Masukan oral
• Premedikasi
Induksi dan Rumatan Anestesi
• Induksi anestesia adalah tindakan untuk
membuat pasien dari sadar menjadi tidak
sadar
• Dapat dilakukan secara iv, inhalasi, im, atau
rektal
Persiapan Induksi Anestesi
• S = Scope     :   Stetoskop, untuk mendengarkan suara paru dan jantung,
Laringo-Scope. Pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai dengan usia pasien.
Lampu harus cukup terang.
• T = Tubes    :   Pipa trakea. Pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon (cuffed)
dan > 5 tahun dengan balon (cuffed).
• A = Airway   :   Pipa mulut-faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa
hidung-faring (naso-tracheal airway). Pipa ini untuk menahan lidah tidak
menyumbat jalan napas.
• T = Tape       :  Plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut.
• I = Introducer : Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastic (kabel) yang
mudah dibengkokakkan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah
dimasukkan.
• C= Connector : Penyambung antara pipa dan peralatan anesthesia.
• S = Suction     : Penyedot lendir, ludah dan lain-lainnya.
Induksi Intravena
• Tiopental (tiopenton, pentotal) diberikan
secara iv dengan kepekatan 2,5% dan dosis
antara 3-7 mg/kgBB
• Propofol (recofol, diprivan) diberikan iv
dengan kepekatan 1% dosis 2-3 mg/kgBB
• Ketamin (ketalar) diberikan iv dengan dosis 1-2
mg/kgBB
Induksi Intramuskular
• Sampai sekarang hanya ketamin yang dapat
diberikan im dengan dpsis 5-7 mg/kgBB
setelah 3-5 menit pasien tidur
Induksi Inhalasi
• Hanya dikerjakan dengan halotan atau
sevofluran
• Induksi dimulai dengan aliran >4 liter/menit,
dimulai dengan halotan0,5 vol% sampai
konsentrasi yang dibutuhkan
Induksi per rektal
• Cara ini hanya untuk anak atau bayi
menggunakan tiopental atau midazolam
Rumatan Anestesia
• Dapat dilakukan dengan iv, inhalasi, atau
keduanya
• Rumatan anestesia mengacu pada trias
anestesi  tidur ringan (hipnosis) sekedar
tidak sadar, analgesia cukup, diusahakan agar
pasien selama di bedah tidak menimbulkan
nyeri dan relaksasi otot lurik yang cukup
• Rumatan intravena dapat menggunakan opioid dosis
tinggi, fentanil 10-50 µg/kgBB, dapat juga menggunakan
opioid dosis biasa, tetapi pasien ditidurkan dengan infus
propofol 4-12 mg/kgBB/jam
• Dosis tinggi opioid  pasien tidur dengan analgesia
cukup, sehingga tinggal memberikan relaksasi pelumpuh
otot
• Rumatan inhalasi biasanya menggunakan campuran N20
dan 02 3:1 ditambah halotan 0,5-2 vol% atau enfluran 2-
4vol% atau isofluran 2-4vol% atau sevofluran 2-4 vol%
Jenis Anestesi

Anestesi Umum

Efek anesthesia
Bekerja di susunan saraf
pusat

Anestesi inhalasi dan


intravena
Berbagai teknik
a)     Inhalasi dengan Respirasi Spontan
•   Sungkup wajah
•   Intubasi endotrakeal
•   Laryngeal Mask Airway (LMA)
b)    Inhalasi dengan Respirasi Kendali
• Intubasi endotrakeal
•  Laryngeal Mask Airway (LMA)
c)     Anestesi Intravena Total (TIVA)
• Tanpa intubasi endotrakeal
• Dengan intubasi endotrakeal
Anestesi Umum
• Tindakan meniadakan rasa nyeri/sakit secara
sentral disertai hilangnya kesadaran dan dapat
pulih kembali (reversible)
• Trias anastesi  hipnotik, analgesia, relaksasi
otot
• Terdiri dari 2 jenis, yaitu :
– Anestetik inhalasi
– Anestetik intravena
Anestetik Inhalasi

N2O Halotan

Enfluran Isofluran
N2O (gas gelak, nitrous oxide,
dinitrogen monoxida)

• Gas tak berwarna, bau manis, tak iritasi, tak


terbakar dan beratnya 1,5 kali berat udara
• Pemberiannya harus disertai O2 minimal 25%
• Gas ini bersifat anestesi lemah, tetapi
analgesinya kuat
Halotan (fluotan)
• Bau enak dan tak merangsang jalan nafas. Selain
untuk induksi dapat juga untuk laringoskopi intubasi.
• Pada nafas spontan rumatan anestesia sekitar 1-2
vol % dan pada nafas kendali sekitar 0,5 – 1 vol %,
disesuaikan dengan respon klinis pasien. Halotan
menyebbakan vasodilatasi serebral, meninggikan
aliran darah otak yang sulit dikendalikan dengan
teknik anestesia hiperventilasi, sehingga tidak untuk
bedah otak
• Efek  depresi napas, menurunnya tonus
simpatis, hipotensi, bradikardi, vasodilatasi
perifer, depresi vasomotor, depresi miokard
dan inhibisi reflex baroreseptor
• halotan analgesinya lemah, anestesinya kuat
Enfluran
• Efek depresi nafas lebih kuat, depresi terhadap
sirkulasi lebih kuat, dan lebih iritatif
dibandingkan halotan, tetapi jarang
menimbulkan aritmia. Efek relaksasi terhadap
otot lurik lebih baik dibandingkan halotan
Isofluran
• Halogenasi eter yang dapat menurunkan laju
metabolisme otak terhadap oksigen, tetapi
meninggikan aliran darah otak dan tekanan
intrakranial, namun hal ini dapat dikurangi
dengan teknik anestesia hiperventilasi,
sehingga banyak digunakan untuk bedah otak
Sevofluran
• Halogenasi eter. Induksi dan pulih dari
anestesi lebih cepat dibandingkan dengan
isofluran
• Baunya tidak menyengat dan tidak
merangsang jalan nafas, jarang menyebabkan
aritmia
Anestesi intravena

• Keuntungan :
– Lebih dapat diterima pasien
– Kurang perasaan klaustrofobik
– Tahap tidak sadar lebih cepat
• Kekurangan :
– Induksi yang cepat
– Gangguan pernapasan
• Induksi IV digunakan bersama dengan anestesi
inhalasi lain dan relaksan otot
Tiopental
• Tiopental akan menyebabkan sedasi, hipnosis,
anestesia, atau depresi nafas. Tiopental
menurunkan aliran darah otak, tekanan likuor,
tekanan intrakranial dan diduga dapat
melindungi otak akibat kekurangan O2. Dosis
rendah bersifat anti analgesi.

• Dosis 3-7 mg/kg dan disuntikkan perlahan


dihabiskan dalam 30-60 detik
Propofol

• Cairan emulsi lemak berwarna putih susu


isotonik
• Depresi pernapasan lebih besar dari tiopental,
sering menyebabkan nyeri
• Dosis bolus untuk induksi 2-2,5 mg/kg, dosis
rumatan untuk anestesi intravena total 4-12
mg/kg/jam dan dosis sedasi untuk perawatan
intensif 0,2 mg/kg. pada anak < 3 tahun dan
pada wanita hamil tidak dianjurkan.
Ketamin
• Ketamin menimbulkan takikardia, hipertensi,
hipersalivasi, nyeri kepala, pasca anestesia dapat
menimbulkan mual muntah, pandangan kabur dan
mimpi buruk. sebaiknya sebelumnya diberikan
sedasi midazolam atau diazepam dengan dosis 0,1
mg/kg intravena dan untuk mengurangi salivasi
diberikan sulfas atropin 0,01 mg/kg.
• Dosis bolus induksi iv 102 mg/kgBB dan untuk im
3-10 mg
Opioid
• Morfin, petidin, fentanyl, sufentanil
• Tidak mengganggu kardiovaskular

• Fentanyl : 20-50 mg/kg, rumatan 0,3-1 mg/kg


Anastesi lokal
Obat yang menghasilkan blokade konduksi atau
blockade lorong natrium pada dinding saraf
secara sementara terhadap rangsang transmisi
sepanjang saraf, jika digunakan pada saraf
sentral arau perifer

Obat pertama : Kokain


Dua Golongan Anestetik Lokal

Golongan Ester Golongan


(-COOC-) Amida (-NHCO-)
•Kokain •Lidokain
•Mepivakain
•Benzokain •Prilokain
•Ametocaine •Bupivacain
•Prokain •Etidokain
•Dibukain
•Tetrakain •Ropivakain
•Kloropokain •Levobupivacaine
Perbandingan Golongan Ester dan Amida
Klasifikasi Potensi Mulai Kerja Lama Kerja Toksisitas
(infiltrasi, menit)

Ester
Prokain 1 (rendah) Cepat 45-60 Rendah
Kloroprokain 3-4 (tinggi) Sangat Cepat 30-45 Sangat rendah
Tetrakain 8-16 (tinggi) Lambat 60-180 Sedang

Amida
Lidokain 1-2 (sedang) Cepat 60-120 Sedang
Etidokain 4-8 (tinggi) Lambat 240-480 Sedang
Prilokain 1-8 (rendah) Lambat 60-120 Sedang
Mepivakain 1-5 (sedang) Sedang 90-180 Tinggi
Bupivakain 4-8 (tinggi) Lambat 240-480 Rendah
Ropivakain 4 (tinggi) Lambat 240-480 Rendah
Levobupivakain 4 (tinggi) Lambat 240-480
Penggunaan Anastetik Lokal

Klasifikasi Topikal Infiltrasi Blok Saraf ARIV Epidural Spinal


Intratekal

Ester
Prokain - + + - - +
Kloroprokain - + + - + -
Tetrakain + - - - - +

Amida
Lidokain + + + + + +
Etidokain - + + - + -
Prilokain - + + + + -
Mepivakain - + + - + -
Bupivakain - + + - + +
Ropivakain - + + - + +
Levobupivakai - + + - + +
n
Mekanisme Kerja
Obat bekerja pada reseptor spesifik pada
saluran natrium (sodium channel), mencegah
peningkatan permeabilitas sel saraf terhadap ion
natrium dan kalium, sehingga terjadi
depolarisasi pada selaput saraf dan hasilnya
tidak terjadi konduksi saraf.
Efek Samping terhadap Sistem Tubuh

Sistem •Depresi automatisasi miokard

Kardiovaskul
•Depresi kontraktilitas miokard
•Dilatasi arteriolar
•disritmia/kolaps sirkulasi
ar

Sistem •Relaksasi otot polos bronkus. Henti napas


akibat paralise saraf frenikus, paralise
interkostal atau depresi langsung pusat
Pernapasan pengaturan napas
Sistem •SSP rentan terhadap toksisitas anestetika lokal, dengan tanda-tanda
awal parestesia lidah, pusing, kepala terasa ringan, tinitus,
pandangan kabur, agitasi, depresi [ernafasan, tidak sadar, konvulsi,

Saraf Pusat koma

Imunologi
•Golongan ester dapat menyebabkan reaksi alergi
lebih sering, karena merupakan derivat para-amino-
benzoic-acid (PABA) yang dikenal sebagai alergen

Sistem •Bersifat miotoksik (bupivakain


Muskuloskeletal > lidokain > prokain)
Anestetik lokal yang ideal :

• Poten dan bersifat sementara (reversible)


• Tak menimbulkan reaksi lokal
• Mula kerja cepat dengan durasi memuaskan
• Stabil, dapat disterilkan
• Harganya murah
Anestetik Lokal yang Sering
Digunakan

Kokain •Hanya dijumpai dalam bentuk topikal semprot 4%


untuk mukosa jalan nafas atas. Lama kerja 2-30 menit

Prokain •Untuk infiltrasi : larutan 0,25-0,5%


•Blok saraf : 1-2%
(novokain) •Dosis 15 mg/kgBB dan lama kerja 30-60 menit

Kloroprokain •Derivat prokain dengan masa kerja


(nesakain) lebih pendek

•Konsentrasi efektif minimal 0,25%


Lidokain (lignokain, •Infiltrasi, mulai kerja 10 menit, relaksasi otot cukup baik
xylocain, lidonest) •Kerja sekitar 1-1,5 jam tergantung konsentrasi larutan
Bupivacain (marcain)
• Konsentrasi efektif minimal 0,125%
• Mula kerja lebih lambat dibanding lidokain, atau
infiltrasi, kadar plasma puncak dicapai dalam
waktu 45 menit, kemudian menurun perlahan-
lahan dalam 38 jam
• Untuk anestesia spinal 0.5%volum antara 2-4 ml
iso atau hiperbarik
• Untuk blok sensorik spinal 0.375% dan
pembedahan 0.75%
Anastesi Regional

Blok sentral (blok Blok Perifer (blok saraf)


neuroaksial)

• Blok spinal
• Blok epidural • Blok pleksus brakialis,
aksiler
• Blok kaudal
Anastesi spinal
• Pemberian anstesi lokal ke dalam ruang
subaraknoid
• Tempat tusukan L2-L3 atau L4-L5
• Obat : lidokain 20-100mg, bupivacain 5-20mg
Indikasi

– Bedah ekstremitas bawah


– Bedah panggul
– Tindakan sekitar rektum – perineum
– Bedah obstetri – ginekologi
– Bedah urologi
– Bedah abdomen bawah
– Pada bedah abdomen atas dan bedah pediatri
biasanya dikombinasi dengan anestesia umum ringan
• Kontraindikasi absolut:
– Pasien menolak
– Infeksi pada tempat suntikan
– Hipovolemia berat, syok
– Koagulopati atau mendapat terapi antikoagulan
– Tekanan intracranial meninggi
– Fasilitas resusitasi minim
– Kurang pengalaman/tanpa didampingi konsultasi
anestesi.
• Kontraindikasi relatif:
– Infeksi sistemik
– Infeksi sekitar tempat suntikan
– Kelainan neurologis
– Kelainan psikis
– Bedah lama
– Penyakit jantung
– Hipovolemia ringan
– Nyeri punggung kronis
Peralatan Analgesia Spinal

1. Peralatan monitor
2. Peralatan resusitasi/anetesia umum
3. Jarum spinal
Teknik Analgesi Spinal
• Posisi duduk atau posisi pasien tidur lateral
• Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua krista iliaka
dengan tulang punggung ialah L4 atau L4-5. tentukan tempat
tusukan misalnya L2-3, L3-4, atau L4-5
• Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol
• Beri anestetik lokal, misalnya dengan lidokain 1-2% 2-3ml
• Cara tusukan median atau pramedian. Setelah resistensi hilang,
mendrin jarum spinal dicabut dan keluar likuor, dan obat dapat
dimasukkan perlahan (0,5ml/detik) diselingi aspirasi sedikit
• Posisi duduk sering dikerjakan untuk bedah perineal misalnya
bedah hemoroid. Jarak kulit-ligamentum flavum dewasa kurang
lebih 6 cm
Anestetik Lokal Dosis
Lidokain (Xylobain, Lignokain)
2% plain 20-100 mg (2-5 mL)
5% dalam dekstrosa 7.5% 20-50 mg (1-2 mL)
Bupivakain (markain)
0.5% dalam air 5-20 mg (1-4 mL)
0.5% dalam dekstrosa 8.25% 5-15 mg (1-3 mL)
Komplikasi Tindakan
• Hipotensi berat
• Bradikardi
• Hipoventilasi
• Trauma pembuluh darah
• Trauma saraf
• Mual-muntah
• Gangguan pendengaran
• Blok spinal tinggi, atau spinal total
Komplikasi Pasca Tindakan
• Nyeri tempat suntikan
• Nyeri punggung
• Nyeri kepala karena kebocoran likuor
• Retensio urin
• Meningitis
Anestesi epidural
• Blokade saraf , menempatkan obat diruang
epidural. Antara ligamentum flavum dan
duramater
• Tusukan pada L3-L4, dengan dua macam
jarum (crawford, tuohy)
• Teknik yang digunakan untuk mengetahui
ruang epidural:
– Teknik hilangnya resistensi
– Teknik tetes tergantung
Uji keberhasilan epidural

Melipat lutut Melipat jari


Blok tak ada ++ ++
Blok parsial + ++
Blok hampir lengkap - +
Blok lengkap - -

Skala Bromage untuk blok motorik


Indikasi :

• Pembedahan dan penanggulangan nyeri pasca


bedah
• Tatalaksana nyeri saat persalinan
• Penurunan tekanan darah saat pembedahan
supaya tidak banyak perdarahan
• Tambahan pada anesthesia umum ringan
karena penyakit tertentu pasien.
Komplikasi
• Blok tidak merata
• Depresi kardiovaskular
• Hipoventilasi
• Mual-muntah
Anastesi kaudal

• Sama dengan anestesia epidural, karena


kanalis kaudalis adalah kepanjangan dari
ruang epidural dan obat ditempatkan di ruang
kaudal melalui hiatus sakralis
• Identifikasi hiatus sakralis diperoleh dengan
menemukan kornu sakralis kanan dan kiri yang
sangat mudah teraba pada penderita kurus
dan spina illiaka superior posterior. Dengan
menghubungkan ketiga tonjolan tersebut
diperoleh hiatus sakralis.
Anestesi Blok Saraf Perifer
• Blok saraf perifer merupakan suatu teknik
anestesi yang cocok untuk operasi superfisial
pada ekstremitas
• Dapat digunakan untuk analgesia setelah
operasi dan tatalaksana nyeri kronik.
Keberhasilan anestesi perifer ditentukan
berdasarkan posisi ujung jarum yang tepat di
selubung perineural. Saat ini digunakan
berbagai macam teknik blok saraf perifer
Teknik Anestesi Blok Saraf
Perifer
• Blok pleksus servikalis • Blok saraf radialis
• Blok pleksus brakialis • Blok saraf interkostal
• Blok supraklavikular • Blok saraf ilioinguinal
• Blok infraklavikular dan iliohipogastrik
• Blok aksilaris • Blok saraf femoral
• Blok saraf distal • Blok saraf safenus
ekstremitas superior • Blok saraf obturator
• Blok saraf medianus • Bloksaraf poplitea
• Blok saraf ulnaris
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai