dan
Alur Tujuan Pembelajaran
Jenjang SMP Kota Cimahi
Mochamad Zen
Ratih Yuniarti
dan asesmen
Pembelajaran Terdiferensiasi
(lihat: Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor 958 tahun 2020 Tentang Capaian Pembelajaran
Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah)
CP dan strategi mencapai CP menggunakan
Kerangka Kerja Understanding by Design
Understanding by Design merupakan sebuah kerangka kerja dengan fokus pada proses
perencanaan dan struktur yang memandu pengembangan kurikulum, asesmen, dan instruksi
pembelajaran. Proses perencanaan ini fokus pada dua hal:
1. Pengajaran dan asesmen untuk membangun pemahaman dan kemampuan learning transfer
(kemampuan mengimplementasikan hasil belajar dalam sebuah performa otentik)
2. Merancang kurikulum “Terbalik” (backward), dengan mulai dari tujuan akhirnya terlebih
dulu
Kerangka Kerja Understanding by Design
Menentukan Merancang
Identifikasi hasil
bukti-bukti kegiatan
akhir yang
pemahaman yang pembelajaran
diinginkan
dapat diterima yang tepat
• Seluruh kegiatan • RPP
Rangkaian Asesmen:
pembelajaran & asesmen • Modul Ajar
• Penilaian awal
selalu mengacu pada CP • Bahan Ajar
• Formatif
(terberi) • Modul Projek
• Sumatif
• TP • Buku Panduan
• ATP
Modul dan RPP pada Kurikulum Merdeka
Modul Ajar tidak hanya memberikan langkah-langkah pembelajaran, tetapi juga
mencakup rencana asesmen dan sarana yang diperlukan untuk menjalani
pembelajaran yang terorganisir. Dengan demikian, modul ajar dapat disebut
sebagai RPP Plus.
RPP dalam Kurikulum 2013 hanya mengacu pada silabus pembelajaran dan
indikator-indicator.
Merumuskan Tujuan Pembelajaran
CP masih bersifat sangat umum. Untuk membuatnya menjadi lebih
konkret dan operasional, kita perlu menurunkannya menjadi rumusan
Tujuan Pembelajaran.
Jika pembelajaran ibarat sebuah perjalanan, diperlukan beberapa kompetensi esensial agar tepat
waktu dan selamat mencapai tujuan. Contohnya, jika ingin melakukan perjalanan dengan cara
mengemudikan mobil, ada beberapa elemen yang perlu dipelajari seperti mengenali bagian dan
cara kerja mobil, mengemudi, keselamatan mengemudi, navigasi dan pengendalian emosi. Masing-
masing elemen memiliki capaiannya sendiri yang saling menunjang agar seseorang dapat
memenuhi CP mengemudikan mobil.
Tentu saja jika perjalanan ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum, berjalan kaki, berlari,
bersepeda, atau berlayar, elemen Capaian Pembelajarannya sangat mungkin berbeda dengan
mengemudikan mobil. Mungkin elemennya lebih sedikit/banyak, mungkin mirip atau sama.
Bentuk Pemahaman Dalam CP
Prinsip penyusunan CP menggunakan pendekatan konstruktivisme yang membangun
pengetahuan dan berdasarkan pengalaman nyata dan kontekstual. Menurut teori
belajar konstruktivisme (constructivist learning theory), pengetahuan bukanlah
kumpulan atau seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah untuk diingat.
Penjelasan Mendeskripsikan suatu ide dengan kata-kata sendiri, membangun hubungan antar topik, mendemonstrasikan hasil kerja,
Explanation menjelaskan alasan/cara/prosedur , menjelaskan sebuah teori menggunakan data, berargumen dan mempertahankan
pendapatnya.
Interpretasi Menerjemahkan cerita, karya seni, atau situasi. Interpretasi juga berarti memaknai sebuah ide, perasaan atau sebuah hasil
Interpretation karya dari satu media ke media lain, dapat membuat analogi, anekdot, dan model. Melihat makna dari apa yang telah
dipelajari dan relevansi dengan dirinya.
Aplikasi Menggunakan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman mengenai suatu dalam situasi yang nyata dalam kehidupan
Application sehari-hari atau sebuah simulasi ( menyerupai kenyataan)
Perspektif Melihat suatu hal dari sudut pandang yang berbeda, siswa dapat menjelaskan sisi lain dari sebuah situasi , melihat gambaran
Perspective besar, melihat asumsi yang mendasari suatu hal dan memberikan kritik.
Empati Menaruh diri di posisi orang lain. Merasakan emosi yang dialami oleh pihak lain dan/ atau memahami pikiran yang berbeda
Empathy dengan dirinya. Menemukan nilai (value) dari sesuatu
Pengenalan diri Memahami diri sendiri; yang menjadi kekuatan, area yang perlu dikembangkan serta proses berpikir dan emosi yang terjadi
Self-Knowledge secara internal.
6 Aspek/Facet Pemahaman merupakan cara untuk mengkonfirmasi pemahaman siswa
atas apa yang telah mereka pelajari dan tidak hirarkis/bukan merupakan siklus.
Jika siswa melakukan salah satu dari keenam Aspek/Facet Pemahaman ini (mampu
menjelaskan, menginterpretasi, menerapkan/mengaplikasikan, berempati, memiliki
sebuah sudut pandang, atau memiliki pengenalan diri), berarti mereka telah
mendemonstrasikan sebuah tingkat pemahaman.
• Apakah sebuah kegiatan pembelajaran harus dapat meliputi • Apakah CP menggantikan Standar Kompetensi Lulusan?
seluruh elemen CP mata pelajaran tersebut?
Tidak. Anda dapat menggunakan hanya 1-2 elemen saja dalam Tidak. Dalam kerangka kurikulum, CP kedudukannya di
sebuah kegiatan. Yang terpenting, siswa dapat mengembangkan bawah SNP (Standar Nasional Pendidikan), setara dengan
kompetensi yang dituju elemen CP tersebut dengan optimal. KI-KD dalam Kurikulum 2013. CP disusun berdasarakan SKL
dan Standar Isi.
• Bagaimana apabila terdapat perbedaan kemampuan/ level • Apakah dengan sistem Fase, apakah siswa yang tertinggal Fase akan
Capaian Pembelajaran dalam suatu kelas? (Contoh: dalam mengalami tinggal kelas/tidak naik kelas?
kelas 5 ternyata masih ada siswa yang masih berada di fase B,
sementara yang lain sudah sesuai berada di fase C)
Tidak. Siswa tetap akan naik kelas dengan catatan perkembangan
Sangat penting untuk melakukan asesmen diagnostik baik masing-masing yang dapat dijadikan landasan untuk merancang
kognitif maupun non kognitif di awal pembelajaran (akan pembelajaran yang berdiferensiasi sesuai levelnya (Teaching at The
dibahas pada modul Asesmen). Hasil asesmen diagnostik ini
akan menentukan CP yang akan digunakan dalam kelas Right Level). Penelitian menunjukkan bahwa tinggal kelas tidak
tersebut. memberikan banyak manfaat untuk anak (capaian akademik mereka
tidak , malah menurunkan rasa percaya diri anak (self efficacy) tentang
Untuk mengatasinya dapat digunakan Pembelajaran kemampuannya untuk sukses secara akademik.
Berdiferensiasi. Sangat memungkinkan , dalam suatu kelas
digunakan 2 CP. Contoh:
1. Siswa dengan kemampuan umum digunakan CP fase • Apakah satuan pendidikan dapat membuat CP sendiri?
tersebut (contoh kelas 5 menggunakan CP fase C).
2. Siswa dengan kemampuan melampaui fase C tetap Tidak. CP sifatnya terberi (given) dari pemerintah dan tidak dapat
menggunakan fase C dengan pengayaan/ pendalaman.
Siswa dengan kemampuan ini juga dapat diajak untuk diubah.
berbagi kiat belajar dengan temannya (peer teaching)
3. Siswa yang masih berada di fase B menggunakan CP fase • Mengapa CP hanya memuat tujuan akhir pembelajaran dan rentang
B dengan dampingan guru (remedial)
waktu untuk mencapainya?
Bagi peserta didik berkebutuhan khusus, apabila
mengalami hambatan intelegensi dapat menggunakan Setiap satuan pendidikan diberikan keleluasaan untuk menentukan
CP pendidikan khusus, namun jika tidak mengalami Kurikulum Operasional Sekolah, Tujuan Pembelajaran dan Alur Tujuan
hambatan intelegensi dapat menggunakan CP reguler
dengan menerapkan prinsip modifikasi kurikulum Pembelajaran, dan Modul Ajar berdasarkan CP. dengan
mempertimbangkan kekhasan, potensi, dan konteks sekolah, serta
kemampuan siswa dan gurunya.
Merumuskan Tujuan Pembelajaran
linear
3. ATP keseluruhan fase menggambarkan
Pemerintah menetapkan Capaian Pembelajaran (CP) sebagai kompetensi yang ditargetkan. Namun demikian, CP
tidak cukup konkret untuk memandu kegiatan pembelajaran sehari-hari.
CP perlu diurai menjadi tujuan-tujuan pembelajaran yang lebih operasional dan konkret, yang dicapai satu persatu
oleh peserta didik hingga mereka mencapai akhir fase
Pendidik dan satuan pendidikan dapat menggunakan berbagai strategi untuk menyusun tujuan pembelajaran dan alur tujuan pembelajaran.
Harus dipastikan tujuan pembelajaran dan alur tujuan pembelajaran yang dipetakan memenuhi kriteria berikut ini:
mengingat kembali menjelaskan ide atau menggunakan memecah-mecah kemampuan untuk merangkaikan berbagai
elemen menjadi satu
informasi yang telah konsep seperti konsep, informasi menjadi membuat keputusan, hal baru yang utuh,
dipelajari, termasuk menjelaskan suatu pengetahuan, atau beberapa bagian, penilaian, melalui proses
definisi, fakta-fakta, konsep informasi yang telah kemampuan untuk mengajukan kritik pencarian ide, evaluasi
daftar urutan, atau menggunakan dipelajarinya pada mengeksplorasi dan rekomendasi terhadap
hal/ide/benda yang
menyebutkan kalimat sendiri, situasi berbeda dan hubungan/korelasi yang sistematis ada sehingga kreasi
kembali suatu materi menginterpretasikan relevan atau membandingkan yang diciptakan
yang pernah suatu informasi, antara dua hal atau menjadi salah satu
solusi terhadap
diajarkan kepadanya. menyimpulkan, atau lebih, menentukan
masalah yang ada.
membuat parafrasa keterkaitan antar termasuk memberikan
dari suatu bacaan. konsep, atau nilai tambah terhadap
mengorganisasikan suatu produk yang
sudah ada.
beberapa ide
dan/atau konsep.
BALAI BESAR PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT
6 Aspek Pemahaman
Tighe dan Wiggins
(2005)
6 Aspek/Facet Pemahaman 6 Aspek/Facet
merupakan cara untuk Pemahaman ini merupakan
mengkonfirmasi pemahaman modal untuk menentukan
peserta didik atas apa yang telah
Tujuan Pembelajaran (TP),
mereka pelajari dan tidak
menyusun Alur Tujuan
hirarkis/bukan merupakan
siklus.
Pembelajaran (ATP),
menentukan asesmen, dan
instruksi yang
Jika peserta didik melakukan Perlu
salah satu dari keenam tepat.
Aspek/Facet Pemahaman
diketahu
(mampu menjelaskan, i
menginterpretasi,
menerapkan/mengaplikasikan,
berempati, memiliki sebuah
sudut pandang, atau memiliki
pengenalan diri), berarti mereka
telah mendemonstrasikan
sebuah tingkat pemahaman.
Menerjemahkan cerita, karya seni, atau situasi. Interpretasi juga berarti memaknai sebuah ide, perasaan atau sebuah hasil
Interpretasi
karya dari satu media ke media lain, dapat membuat analogi, anekdot, dan model. Melihat makna dari apa yang telah dipelajari
Interpretation dan relevansi dengan dirinya.
Aplikasi Menggunakan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman mengenai suatu dalam situasi yang nyata dalam kehidupan
Application sehari-hari atau sebuah simulasi (menyerupai kenyataan)
Perspektif Melihat suatu hal dari sudut pandang yang berbeda, siswa dapat menjelaskan sisi lain dari sebuah situasi, melihat gambaran
Perspective besar, melihat asumsi yang mendasari suatu hal dan memberikan kritik.
Empati Menaruh diri di posisi orang lain. Merasakan emosi yang dialami oleh pihak lain dan/atau memahami pikiran yang berbeda
Empathy dengan dirinya. Menemukan nilai (value) dari sesuatu
Pengenalan diri Memahami diri sendiri; yang menjadi kekuatan, area yang perlu dikembangkan serta proses berpikir dan emosi yang terjadi
Self-Knowledge secara internal.
Tingkat 1:
Tingkat 4:
mengenali dan Tingkat 2: Tingkat 3: Tingkat 5: Tingkat 6:
pemanfaatan
mengingat kembali pemahaman analisis metakognisi sistem
(retrieval) diri
pengetahuan
mengingat kembali Pemahaman yang Cakupan analisis disini Pemanfaatan Sistem metakognisi Menentukan apakah
berupa kemampuan pengetahuan berfungsi untuk seseorang akan
(retrieval) dimaksud melibatkan menggenerasi digunakan saat memantau, melakukan atau tidak
informasi dalam dua proses seseorang ingin mengevaluasi melakukan sesuatu
informasi baru yang
menyelesaikan tugas dan mengatur fungsi dari tugas.
batas yang saling berkaitan belum diproses oleh tertentu. semua jenis
mengidentifikasi yaitu integrasikan seseorang. pemikiran lainnya. Ada empat jenis dari
Ada lima proses Ada empat kategori sistem diri:
sebuah informasi dan analisis: umum pemanfaatan Ada empat fungsi dari (1)memeriksa
secara simbolisasi. (1) mencocokan, pengetahuan: metakognisi: kepentingan,
umum. (2) mengklasifikasikan, (1)pengambilan (1) menetapkan tujuan, (2)memeriksa
(3)menganalisis keputusan, (2) memantau proses, kemanjuran,
kesalahan, (2)penyelesaian (3) memantau kejelasan, (3)memeriksa respon
masalah, (4) memantau ketepatan. emosional,
(4) menyamaratakan
(3) percobaan, (4)memeriksa motivasi
(5) menspesifikasikan. (4) penyelidikan. secara keseluruhan.
Teknik 1
Teknik 2
Merumuskan TP dengan Menganalisis ‘Kompetensi’ dan ‘Lingkup
Materi’ pada CP.
Teknik 3
Sumber:
Panduan Pembelajaran dan Asesmen
Sumber:
Panduan Pembelajaran dan Asesmen
Pendidik yang merancang alur tujuan pembelajarannya sendiri, tujuan-tujuan pembelajaran yang telah
dikembangkan dalam tahap sebelumnya akan disusun sebagai satu alur (sequence) yang berurutan
secara sistematis, dan logis awal hingga akhir fase.
Dalam menyusun alur tujuan pembelajaran, pendidik dapat mengacu pada berbagai cara yang diuraikan pada
tabel di bawah ini:
Pengurutan dari Metode pengurutan dari konten yang konkret dan berwujud ke konten yang lebih abstrak dan simbolis. Contoh : memulai
yang Konkret ke pengajaran dengan menjelaskan tentang benda geometris (konkret) terlebih dahulu sebelum mengajarkan aturan teori
yang Abstrak objek geometris tersebut (abstrak).
Metode pengurutan dari konten bersifat umum ke konten yang spesifik. Contoh : mengajarkan konsep database terlebih
Pengurutan Deduktif
dahulu sebelum mengajarkan tentang tipe database, seperti hierarki atau relasional.
Pengurutan dari Metode pengurutan dari konten paling mudah ke konten paling sulit. Contoh: mengajarkan cara mengeja kata-kata
Mudah ke yang lebih pendek dalam kelas bahasa sebelum mengajarkan kata yang lebih panjang.
Sulit
Metode ini dilaksanakan dengan mengajarkan keterampilan komponen konten yang lebih mudah terlebih dahulu sebelum
Pengurutan Hierarki mengajarkan keterampilan yang lebih kompleks. Contoh : siswa perlu belajar tentang penjumlahan sebelum mereka
dapat memahami konsep perkalian.
Metode ini dilaksanakan dengan mengajarkan tahap pertama dari sebuah prosedur, kemudian membantu siswa untuk
menyelesaikan tahapan selanjutnya. Contoh : dalam mengajarkan cara menggunakan t-test dalam sebuah
Pengurutan Prosedural
pertanyaan penelitian, ada beberapa tahap prosedur yang harus dilalui, seperti menulis hipotesis, menentukan tipe
tes yang akan digunakan, memeriksa asumsi, dan menjalankan tes dalam sebuah perangkat lunak statistik.
Metode pengurutan yang meningkatkan standar performa sekaligus mengurangi bantuan secara bertahap. Contoh : dalam
Scaffolding mengajarkan berenang, guru perlu menunjukkan cara mengapung, dan ketika siswa mencobanya, guru hanya butuh
membantu. Setelah ini, bantuan yang diberikan akan berkurang secara bertahap. Pada akhirnya, siswa dapat berenang
sendiri.
(Creating Learning Materials for Open and Distance Learning, 2005; Doolittle, 2001; Morrison, Ross, & Kemp, 2007; Reigeluth & Keller,
2009)
BALAI BESAR PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT
C. Menyusun Alur Tujuan Pembelajaran (ATP)
Penyusunan Tujuan Pembelajaran Menjadi
Alur Tujuan Pembelajaran
Pengurutan Prosedural
Pengurutan Deduktif
Pengurutan Hirarki
Scaffolding
Terima Kasih