Anda di halaman 1dari 6

BABIII

MODEL DAN FAKTOR PENDUKUNG BERETIKA DALAM BISNIS

 DEFINISI ETIKA
Etika berasal dari dari kata Yunani „Ethos‟ (jamak – ta etha), berarti adat istiadat. Etika
mempelajari dan menentukan apakah suatu tindakan bernilai baik atau buruk dan
tindakan apayang seharusnya dilakukan dengan benar atau tidak benar
(salah). Peranan etika adalah sebagai tolok ukur kesadaran manusia untuk melakukan
tindakan yang bertanggung jawab sedangkan manfaat etika yaitu mengajak orang
bersikap kritis, rasional dan otonom menuju suasana tertib, damai dan sejahtera. Etika
dan moralitas juga memiliki hubungan dalam pengertiannya karena secara harfiah
definis dari etika dan moralitas adalah sama-sama berarti sistem nilai tentang
bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia yang telah
diinstitusionalisasikan dalam sebuah adat kebiasaan yang kemudian terwujud dalam
pola perilaku yang ajek dan terulang dalam kurun waktu yang lama sebagaimana
laiknya sebuah kebiasaan.

 DEFINISI DAN PERKEMBANGAN ETIKA BISNIS


Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah.
Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan,
institusi, dan perilaku bisnis (Velasquez, 2005).

Berikut perkembangan etika bisnis menurut Bertens (2000):

1. Situasi Dahulu

Pada awal sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lain menyelidiki
bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan manusia bersama dalam negara dan
membahas bagaimana kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga harus diatur.
2. Masa Peralihan

Tahun 1960-an ditandai pemberontakan terhadap kuasa dan otoritas di Amerika Serikat
(AS), revolusi mahasiswa (di ibukota Perancis), penolakan terhadap establishment
(kemapanan). Hal ini memberi perhatian pada dunia pendidikan khususnya
manajemen, yaitu dengan menambahkan mata kuliah baru dalam kurikulum dengan
nama Business and Society. Topik yang paling sering dibahas adalah corporate social
responsibility.
3. Etika Bisnis Lahir di AS

Tahun 1970-an sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis di
sekitar bisnis dan etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral
yang sedang meliputi dunia bisnis di AS.

4. Etika Bisnis Meluas ke Eropa

Tahun 1980-an di Eropa Barat, etika bisnis sebagai ilmu baru mulai berkembang kira-
kira 10 tahun kemudian. Terdapat forum pertemuan antara akademisi dari universitas
serta sekolah bisnis yang disebut European Business Ethics Network (EBEN).
5. Etika Bisnis menjadi Fenomena Global

Tahun 1990-an tidak terbatas lagi pada dunia Barat. Etika bisnis sudah dikembangkan
di seluruh dunia. Telah didirikan International Society for Business, Economics, and
Ethics (ISBEE) pada 25-28 Juli 1996 di Tokyo.
 RUANG LINGKUP ETIKA BISNIS
1. Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip , kondisi dan masalah
yang terkait dengan praktek bisnis yang baik . Etika bisnis berfungsi menggugah
kesadaran moral pelaku bisnis agar berperilaku baik dalam menjalankan usahanya
demi nilai luhur tertentu (agama, budaya) dan demi kelanjutan bisnisnya.
2. Menyadarkan masyarakat (stake holder) yang terdiri dari konsumen (end user),
karyawan , pemasok/mitra bisnis, investor dan lingkungan (penduduk disekitar lokasi
usaha ) akan hak mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis.
3. Menilai apakah sistem ekonomi disuatu wilayah sesuai dengan etika bisnis apakah
masih ada praktek monopoli, oligopoli,money loundring, insider trading, black market,
dll.
 MODEL ETIKA BISNIS
1. Immoral Manajemen

Immoral manajemen merupakan tingkatan terendah dari model manajemen dalam


menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis. Manajemen yang memiliki manajemen tipe ini
pada umumnya sama sekali tidak mengindahkan apa yang dimaksud dengan moralitas,
baik dalam internal organisasinya maupun bagaimana dia menjalankan aktivitas
bisnisnya. Immoral manajemen banyak kita temukan dalam komunitas kita. Para pelaku
bisnis yang tergolong pada tipe ini, biasanya memanfaatkan kelemahan-kelemahan dan
kelengahan-kelengahan dalam komunitas untuk kepentingan dan keuntungan diri
mereka secara individu atau kelompok mereka. Kelompok manajemen ini selalu
menghindari diri dari yang disebut Etika, bahkan hukum dianggap sebagai batu
sandungan dalam menjalankan bisnisnya.

2. Amoral Manajemen

Amoral manajemen berbeda dengan immoral manajemen, manajer dengan tipe


manajemen seperti ini sebenarnya bukan tidak tahu sama sekali yang disebut dengan
etika atau moralitas. Ada 2 jenis lain manajemen tipe amoral ini, yaitu :

– Manajemen yang dikenal tidak sengaja berbuat amoral (unintentional amoral


manager). Tipe ini adalah para manajer yang dianggap kurang peka, bahkan segala
keputusan bisnis yang mereka perbuat sebenarnya langsung atau tidak langsung akan
memberiakan efek pada pihak lain. Oleh karena itu meraka akan menjalankan
bisnisnya tanpa memikirkan apaka aktivitas bisnisnya sudah memiliki dimensi etika atau
belum. Oleh karena itu para pakar menyebutkan mereka sebagai manajer “ceroboh”
atau kurang perhatian terhadap amplikasi aktivitas mereka terhadap para
stakeholdernya. Manajer seperti ini mungkin saja punya niat baik, namun mereka tidak
bias melihat bahwa keputusan dan aktivitas bisnis mereka apakah sudah merugika
pihak lain atau tidak. Tipikal model manajer seperti ini biasanya mereka lebih
berorientasi hanya pada hokum yang berlaku, dan menjadikan hokum sebagai
pedoman dalam aktivitas mereka.

– Tipe Manajer yang sengaja berbuat amoral Manajemen dengan pola ini sebenarnya
memahami ada aturan dan etika yang harus jalankan, namun terkadang secara sengaja
melanggar etika tersebut, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan bisnis mereka
misalnya ingin melakukan efisiensi dan lain-lain. Namun demikian manajer dengan tipe
ini terkadang berpandangan bahwa etika hanya berlaku bagi kehidupan pribadi kita,
tidak untuk bisnis. Mereka percaya bahwa aktivitas bisnis berada diluar dari
pertimbangan-pertimbangan etika dan moralitas.

3. Moral Management

Tingkatan tertinggi dari penerapan nilai-nilai etika atau moralitas dalam bisnis adalah
moral manajemen. Dalam moral manajemen, nilai-nilai etika dan moralitas diletakan
pada level standar tertinggi dari segala bentuk perilaku dan aktivitas bisnisnya. Manajer
yang termasuk dalam tipe ini tidak hanya menerima dan mematuhi aturan-aturan yang
berlaku, namaun juga telah terbiasa meletakkan prinsip-prinsip etika dalam
kepemimpinannya. Seorang manajer yang termasuk dalam tipe ini tentu saja
menginginkan keuntungan dalam bisnisnya, tapi jika hanya bisnis yang dijalankan dapat
diterima secara legal dan juga tidak melanggar etika yang ada dalam komunitas, seperti
keadilan, kejujuran, dan semangat untuk mematuhi hukum yang berlaku. Hukum bagi
mereka dilihat sebagai minimum etika yang harus mereka patuhi, sehingga aktivitas
dan tujuan bisnisnya akan diarahkan untuk melampaui atau melebihi dari apa yang
disebut sebagai tuntutan hukum. Manajeyang bermoral selalu melihat dan
menggunakan prinsip-prinsip etika seperti keadilan, kebenaran dan aturan-aturan emas
(golden rule) sebagai pedoman dalam segala keputusan bisnis yang diambilnya. Ketika
di lema etika muncul, Manajer dengan tipe ini menanggung atau memikul posisi
kepemimpinan untuk perusahaan-perusahaan dan industrinya.

 FAKTOR PENDUKUNG ETIKA BISNIS


1. Adanya kepedulian terhadap mutu kehidupan kerja oleh manajer atau peningkatan
“Quality of Work Life”.
2. Adanya “Trust Crisis” dari publik kepada perusahaan.
3. Mulai diterapkan punishment yang tegas terhadap skandal bisnis oleh pengadilan.
4. Adanya peningkatan kekuatan control dari LSM.

5. Tumbuhnya kekuatan publisitas oleh media.

 PRINSIP UMUM ETIKA BISNIS


1. Otonomi = mandiri.

Sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan


bertindak berdasarkan kesadaran dan bertanggung jawab (dalam bidang bisnis).

2. Kejujuran.

Menghindari praktek bisnis curang.

3. Keadilan.

Setiap orang diperlakukan sama dan adil sesuai kriteria rasional ,objektip dan
bertanggung jawab.

4. Manfaat bersama (mutual benefit principle).


Dalam persaingan bisnis tidak boleh terjadi upaya saling mematikan.

5. Integrita moratuntunan internal agar tetap menjaga nama baik industri.

6. Adanya transformasi organisasi dari “transaction oriented” menjadi “relation oriented”.


 ETOS BISNIS
Etos bisnis merupakan suatu kebiasaan atau budaya moral menyangkut kegiatan bisnis
yang dianut oleh satu perusahaan atau group usaha. Penerapan nilai atau norma bisnis
yang lebih baik yang dianut oleh pebisnis untuk meningkatkan image perusahaan
dengan mengutamakan pelayanan prima dan produk prima.

Anda mungkin juga menyukai