Anda di halaman 1dari 29

Geriatric

Syndrome II
dan III
Septiasih Windiasari Utami
Rizky Ayuning Tias
1
Pendahuluan
Latar Belakang
● Dalam Undang-Undang RI No13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, yang
dimaksud dengan lansia adalah seseorang telah mencapai usia 60 tahun ke atas
(Kemenkes RI, 2016).
● Menurut Darmono (2004), lansia adalah kelompok umur 60 tahun atau lebih,
dimana mengalami proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang ada.
● Berdasarkan data BPS tahun 2019 terdapat peningkatan jumlah lansia dari tahun
sebelumnya, yaitu 9,60% (25,64 juta) lansia dari seluruh penduduk.
● Semakin meningkatnya jumlah lansia dengan berbagai masalah gizi dan
peningkatan jumlah penduduk lanjut usia akan memberikan banyak konsekuensi
bagi kehidupan terhadap masalah kesehatan, ekonomi, serta sosial budaya yang
cukup dari pola penyakit sehubungan dengan proses penuaan, seperti penyakit
degenerative, penyakit metabolik dan gangguan psikososial (Hatta dkk, 2018).
Latar Belakang
● Sindrom geriatrik adalah kumpulan gejala atau masalah kesehatan yang sering
dialami oleh seorang pasien geriatrik. Sindrom geriatri ini dikenal juga dengan
istilah 14 i yaitu, immobilisasi (berkurangnya kemampuan gerak), instabilitas
postural (jatuh dan patah tulang), inkontinensia urin (mengompol), infection
(infeksi), impairment of sense (gangguan funsi panca indera), inanition (gangguan
gizi), iatrogenic (masalah akibat tindakan medis), insomnia (gangguan tidur),
intellectual impairment (gangguan funsi kognitif), isolation (isolasi/menarik diri),
impecunity (berkurangnya kemampuan keuangan), impaction (konstipasi),
immune deficiency (gangguan sistem imun), impotence (gangguan fungsi
seksual) (Kemenkes, 2017).
● Beberapa masalah yang sering terjadi pada lansia yaitu; gizi kurang, gangguan
pola tidur, penyakit infeksi, dan abnormalitas pada system imun yang
berkontribusi pada Sebagian besar penyakit akut dan kronik pada usia lanjut.
2
Tinjauan
Pustaka
1. Gangguan Nutrisi pada Lansia
● Malnutrisi (mal: salah, nutrisi: gizi) merupakan suatu keadaan dimana tubuh
mengalami gangguan dalam penggunaan zat gizi untuk pertumbuhan,
perkembangan dan aktivitas. Malnutrisi dapat disebabkan oleh kurangnya asupan
makanan maupun adanya gangguan terhadap proses absorbs, pencernaan dan
penggunaan zat gizi dalam tubuh yang dapat terjadi oleh kekurangan gizi
(undernutrisi). Keduanya disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan
tubuh dan asupan zat gizi esensial (Fatmah, 2010).
● Kurangnya asupan dan adanya penyakit merupakan penyebab langsung malnutrisi
yang paling penting. Penyakit, terutama penyakit infeksi, mempengaruhi jumlah
asupan makanan dan penggunaan mutrien oleh tubuh. Kurangnya asupan
makanan sendiri dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah makanan yang
diberikan, kurangnya kualitas makanan yang diberikan dan cara pemberian
makanan yang salah (Budiyanto, 2002).
Klasifikasi Malnutrisi Kelompok KEP :
Malnutrisi jenis 1. Kwashiorkor
1 konsumsi bahan yang
kurang
2. Marsmik
3. Marasmik kwashiorkor
1. Anemia kekurangan zat besi
Kelompok kekurangan 2. Defisiensi Vit A
2 vitamin/mineral 3. Penyakit gondok endemic
4. Penyakit defisiensi lain (beri-
beri, pellagia, dsb
Menurut derajat
3 tingkatan keadaan gizi
1. Gizi lebih
2. Gizi baik
3. Gizi kurang
4. Gizi buruk

Menurut sebab 1. Primary malnutrition


4 terjadinya malnutrisi 2. Secondary malnutrition
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Malnutrisi Lansia
1.(Miller, 2009)
Faktor Fisiologis 2. Faktor Psikologis
a. Perubahan sensasi penciuman
dan perasa 3. Pengetahuan tentang
b. Berkurangnya gigi geligi pemenuhan gizi
c. Rongga mulut dan lidah sering
sariawan 4. Faktor Ekonomi
d. Melambatnya fungsi esofagus
dan perut 5. Faktor Sosial budaya
e. Menurunnya kinnerja lambung
f. Penurunan sekresi enzim 6. Pola makan (konsumsi gizi)
g. Penurunan kontraktilitas pada
usus besar
Dampak Gangguan Nutrisi pada Lansia
Kekurangan asupan gizi (Undernutrition) dari makanan dapat
mengakibatkan penggunaan cadangan tubuh, sehingga dapat
menyebabkan kemerosotan jaringan. Kemerosotan jaringan ini
ditandai dengan penurunan berat badan. Pada kondisi ini sudah
terjadi perubahan kimia dalam darah atau urin. Selanjutnya akan
terjadi perubahan fungsi tubuh menjadi lemah dan mulai muncul
tanda yang khas akibat kekurangan zat gizi tertentu.
(Harjatmo et al, 2017).
Pedoman dalam Proses Pemenuhan Nutrisi
pada Lansia
Cara menghidangkan
Cara memilih makananCara mengolah makanan
a. Beragam dan bergizi a. Bersihkan sayur sebelum makanan
a. Berganti-ganti makanan
b. Mudah dikunyah dan dimasak b. Menarik agar naik selera
dicerna b. Cuci sayuran dalam makan
c. Protein berkualitas keadaan utuh c. Cuci sampai bersih jika
d. Sumber karbohidrat c. Rebus sayur sesingkat disajikan mentah
e. Mengurangi lemak hewani mungkin d. Kurangi kopi, the, coklat
f. Makanan tinggi zat besi d. Bahan makanan dikukus e. Hindari minuman
g. Kurangi makanan yang e. Makanan ditim / ditumis beralkohol
diawetkan f. Batasi garam dan
h. Perbanyak minum air penyedap rasa
putih
2. Gangguan Tidur pada Lansia
● Gangguan pola tidur merupakan gangguan yang terjadi pada kualitas dan
kuantitas waktu tidur seseorang akibat faktor eksternal (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2016).
● Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau
berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola
istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu
gaya hidup yang diinginkannya (Wungouw, 2018; Riyadi, 2020).
Klasifikasi Tidur
1. Non Rapid Eye Movement (NREM) 2. Rapid Eye
a. Tahap I Movement (REM)
Tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur, Tahap tidur yang sangat
berlangsung beberapa menit saja, dan gelombang otak nyenyak, pada orang
menjadi lambat. dewasa REM terjadi 20-
b. Tahap II 25% dari tidurnya.
Tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menerus,
berlangsung 10-20 menit, semakin rileks, mudah terjaga,
dan gelombang otak menjadi lebih lambat.
c. Tahap III
Awal tahap tidur nyenyak, tahap ini berlangsung 15-30
menit.
d. Tahap IV
Tahap tidur nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit.
Faktor penyebab gangguan tidur pada
lansia
Hambatan lingkungan :
1 kelembaban, suhu, 4 Reistraint fisik
pencahayaan,
kebisingan, bau.

Ketiadaan teman
2 Kurang kontrol tidur 5 tidur

Kurang privasi Tidak familiar


3 6 dengan peralatan
tidur
Tanda dan gejala gangguan tidur
Tim SDKI DPP PPNI, 2017)

1 2
Gejala dan tanda Gejala dan tanda
mayor minor
a. Subjektif : mengeluh sulit tidur, a. Subjektif : mengeluh kemampuan
tidak puas tidur, istirahat tidak beraktivitas menurun
cukup, sering terjaga b. Objektif : ada kehitaman di sekitar
b. Objektif : tidak tersediaa gejala mata, konjungtiva tampak, wajah
mayor dari gangguan pola tidur terlihat mengantuk
Dampak gangguan tidur pada lansia
(Wibowo & Laila, 2019)
1 Kelelahan
4 Penurunan motivasi

2 Sulit berkonsentrasi
5 Mudah tersinggung

Mengantuk saat
3 beraktifitas siang
hari
Penatalaksanaan gangguan tidur pada
lansia
Terapi Non
1. Terapi relaksasi
2. Terapi tidur yang bersih
1 Farmakologi 3. Terapi pengaturan tidur
4. Terapi psikologis/psikiatri
5. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
6. Sleep Restriction Therapy
7. Stimulus Control Therapy
8. Cognitive Therapy
9. Imagery Training
10. Mengubah gaya hidup

1. Menggunakan dosis rendah terapi efektif


2. Dosis yg diberikan bersifat intermitten
Terapi 3. Pengobatan jangka pendek
2 Farmakologi 4. Penghentian terapi tidak menimbulkan
ketergantungan
5. Efek Sedasi rendah
3. Gangguan Sistem Imun pada Lansia
● Pada proses penuaan terjadi penurunan fungsi sistem imunitas pada
tubuh, yaitu berupa penurunan kemampuan tubuh melawan infeksi
termasuk kecepatan respon imun tubuh. Hal tersebut bukan berarti
manusia lebih sering terserang penyakit, tetapi saat menginjak usia tua
risiko kesakitan semakin meningkat, seperti penyakit infeksi, kanker,
kelainan autoimun atau penyakit kronis. Hal tersebut terjadi karena
perjalanan alamiah penyakit yang berkembang secara lambat dan gejala-
gejalanya tidak terlihat sampai beberapa tahun kemudian. Infeksi
merupakan penyebab kematian sekitar 30% pada usia lanjut (Fatmah,
2006; Darmojo, 2010).
Faktor yang mempengaruhi sistem imun
pada lansia
1 Umur
4 Tidur

2 Jenis kelamin
5 Diet

3 Stress
Penyebab gangguan system imun pada
lansia 2. Penurunan sensitivitas
1. Pada salah satu studi imun pada lansia
disebutkan bahwa berhubungan dengan
penambahan usia penurunan kemampuan
membawa perubahan kelenjar imun, yaitu :
penting pada respon kelenjar timus, kelenjar
imun alami dan adaptif. limfe, limpa, dan jumlah
(Ongradi & Kovesdi, jaringan hematopoietic
2010; Putri & Hasan, secara keseluruhan
2014). dalam sumsum tulang
Dampak gangguan sistem imun pada
lansia Peningkatan
Penurunan kekebalan
1 tubuh
4 timbulnya
keganasan pada sel

Penurunan Peningkatan
2 efektivitas vaksin 5 inflamasi

Penurunan resistensi
3 terhadap infeksi 6 Autoimun
Penatalaksanaan gangguan sistem imun
pada untuk lansia
Aktivitas olahraga merupakan Latihan yang baik untuk lanjut usia. Olahraga yang lebih
diutamakan lansia adalah olahraga senam. Salah satu program yang diutamakan
unutk menjaga kesehatan lansia yang paling mudah dan efektif adalah senam bugar
lansia. Menurut Kurnianto, 2015; peneliti mengungkapkan bahwa Latihan olahraga yang
sangat baik untuk lansia, yaitu :

Jalan Kaki Senam Senam Bersepeda Berenang


aerobic low lansia
impact
4. Infeksi pada Lansia
Infeksi berarti mikroorganisme di dalam jaringan tubuh “host”, dan
mengalami replikasi. Infeksi merupakan interaksi anatara kuman (agent),
host (pejamu, dalam hal ini adalah lansia) dan lingkungan.
Penyakit infeksi mempunyai kontribusi cukup besar terhadap angka
kematian penderita sampai akhir abad 20 pada populasi umum, kemudian
menurun setelah ditemukan antibiotika dan teknik pencegahan penyakit.
Walaupun demikian revalensi infeksi sebagai penyebab mordibitas dan
mortalitas tetap tinggi pada populasi lanjut usia.
Faktor-Faktor Penyebab infeksi pada
Lansia
1. Faktor hospes
2. Faktor agent
a. Penyakit utama
b. Prosedur invasive
3. Faktor lingkungan
c. Penggunaan antibiotik yang
tidak sesuai 4. Faktor nutrisi
d. Malnutrisi
e. Dehidrasi 5. Faktor imunitas
f. Gangguan mobilitas tubuh
g. Inkontinensia
6. Faktor perubahan
h. Keadaan imunitas tubuh
fisiologis
i. Berbagai proses patologik
komorbid 7. Faktor terdapatnya
berbagai proses patologik
Manifetasi infeksi pada lansia
Gejala nyeri yang khas pada
apendisitis akut, kolesistitis akut,
meningitis yang sering dijumpai.
1 Terdapat peningkatan suhu
menetap >2 derajat F 4 Batuk pada pneumonia sering tidak
dikeluhkan, mungkin oleh
penderita dianggap batuk biasa.
Terdapat
2 peningkatansuhu oral >
37,2C atau rektal >
37,5C Gejala akibat penyakit penyerta
(ko-morbid) sering menutupi,

3 Gejala tidak khas 5 mengacaukan bahkan


menghilangkan gejala khas akibat
penyakit utamanya.
Jenis infeksi pada Lansia
1. Pneumonia
2. Infeksi saluran kencing
3. Infeksi intra abdominal
4. Infeksi jaringan lunak
5. Bakteremia/ sepsis
6. Endocarditis infektif
7. Tuberculosis
8. Atritis septika
9. Tetanus
10.Herpes zoster
Penanganan infeksi pada lansia
Infeksi saluran Pemilihan antibiotic untuk pengobatan ISK pada lansia
1 kemih sama dengan dewasa muda. Terapi empiric yang
direkomendasikan pada pasien ISK rawat jalan adalah
dengan trimetoprim sulfameyoksazol.alternatif lain
yang dianjurkan, yang intoleransi terhadap
trimetoprimsul fametoksazol atau yang gagal dengan
terapi tersebut, adalah fluorokuinolon oral. Lama terapi
sekitar 7 hari. Pada kasus yang komplikasi dapat
dilanjutkan sampai 14 hari. Pada laki-laki lansia terapi
antibiotika yang dianjurkan adalah 14 ahri. Pemeriksaan
kultur urine ulang, harus dilakukan 7-10 hari setelah
terapi selesai.
Penanganan infeksi pada lansia
Kemoterapi
Pemeberian kemoterapi harus berdasarkan petunjuk
Pneumonia penemuan kuman penyebab infeksi (hasil kultur sputum dan
2 tes sensitivitas kuman terhadap antibody). Bila penyakitnya
ringan antibiotik diberikan secara oral, sedangkan bila berat
diberikan secara parenteral. Apabila terdapat penurunan
fungsi ginjal akibat proses penuaan, maka harus diingat
kemungkinan penggunaan antibiotic tertentu perlu
penyesuaian dosis.

Pengobatan umum
-Terapi oksigen
Hidrasi, bila ringan hidrasi oral, tetapi jika berat dehidrasi
dilakukan secara parenteral.
-Fisioterapi
Penderita perlu tirah baring dan posisi penderita perlu
diubah-ubah untuk menghindari pneumonia hipografik,
kelemahan, dan decubitus.
(Anggri Gustina, dkk , 2020)
Penanganan infeksi pada lansia
a) Penyakit TBC aktif dapat diobati selama empat, enam atau
Sembilan bulan.
Tuberkulosis b) Pasien diedukasi untuk rutin mengonsumsi obat sesuai
3 yang diberikan oleh dokter dan tidak menghentikannya
sebelum dokter mengizinkan.
c) Kebanyakan pasien dapat meminum obat TBC tanpa efek
samping yang serius, jika ada keluhan dokter akan
mengubah dosis atau meminta untuk berhenti minum obat.

d) Pada saat pengobatan, jangan lupa mengingatkan untuk konsultasi


dengan dokter apabila pasien mengalami beberapa hal berikut :
- Sakit perut -Muntah
-Diare parah - Ruam
-Warna kulit atau mata kekuningan - Nyeri sendi
-Perubahan dalam penglihatan
-Gangguan keseimbangan
-Mengeluarkan urine yang berwarna gelap
(dr. Zulkarnain Barasila, Sp.P , 2023 (dikutip dari website medcom.id)
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai