Anda di halaman 1dari 17

PENGANTAR

FIQIH IBADAH
Abdul Jalil, M.H
Pengertian Fiqih

• Fiqih berasal dari kalimat: 1) Faqaha, yang


bermakna: paham secara mutlak, tanpa
memandang kadar pemahaman yang dihasilkan.
Kata Fiqih secara arti kata berarti: “paham yang
mendalam”.
• Fiqih menurut istilah artinya pengetahuan,
pemahaman dan kecakapan tentang sesuatu
biasanya tentang ilmu agama Islam karena
kemuliaannya
• Secara terminologi Qadhi Baidhawi
mendefinisikan Fiqih: Ilmu yang
berhubungan dengan hukum-hukum syariat
bersifat amali (yang berasal dari istinbath
terhadap) dalil-dalil terperinci”.
• Berdasarkan pengertian menurut bahasa
inilah bahwa istilah Fiqih berarti memahami
dan mengetahui wahyu (baik al-Qur’an
maupun al-Sunnah) dengan menggunakan
penalaran akal dan metode tertentu
sehingga diketahui bahwa ketentuan hukum
dari mukallaf (subjek hukum) dengan
sumber hukum (dalil-dalil) yang rinci.
Pengertian Ibadah
• Kata Ibadah yang secara etimologi berarti; tunduk,
patuh, merendahkan diri, dan hina, artinya menurut
Yusuf Qarḑawy tunduk, patuh dan merendahkan diri
dihadapan yang Maha Kuasa.
• Hasbi As-Shiddiqi mengartikan Ibadah itu dengan:
ța’at, menurut, mengikut, tunduk dan juga berarti do’a.
Objek Kajian dan Sistematika
Fiqih Ibadah
• Secara garis besar, Fiqih memuat dua hal pokok
yang merupakan ibadah kepada Allah:
• Pertama, tentang apa yang harus dilakukan oleh
seorang hamba dalam hubungannya dengan Allah
sang penciptanya, atau disebut dengan ibadah
secara langsung (‘ibadah mahdah), sehingga sering
disebut dengan Fiqih Ibadah.
• Kedua, tentang apa yang yang harus dilakukan
oleh seorang hamba dalam hubungannya dengan
sesama manusia dan lingkungannya, atau disebut
ibadah tidak langsung (‘ibadah ijtima‘iyyah),
sehingga sering disebut Fiqih Muamalah.
• Sitematika Fiqih Hanafi; Fuqaha Hanafi membagi
Fiqih ke dalam tiga bagian pokok:
a. Ibadah: shalat, zakat, puasa, haji, dan jihad.
b. Mua’malah: transaksi materi berimbal, perkawinan,
perselisihan, amanah, dan harta peninggalan.
c. ‘Uqubah: qishash, hukuman pencurian, hukuman
zina, qadzab, dan murtad.
• Sitematika Fiqih Syafi’i; Ulama Syafi’i membagi
topik-topik Fiqih ke dalam empat
• bagian pokok:
• a. Ibadat
• b. Mu’amalat
• c. Nikah
• d. Jinayat
• Dikemukakan Wahbah Zuhayli sistematika ibadah sebagai
berikut:
1. Țaharah
2. Ṣalat
3. Penyelenggaraan janazah
4. Zakat
5. Puasa
6. Haji dan Umrah
7. I‟tikȃf
8. Sumpah dan Kaffȃrah
9. Nażar
10. Qurban dan Aqiqah
• Menurut Taimiyah semua ajaran agama itu termasuk
ibadah; Hanya saja bila dikela- sifikasikan dapat
dikelompokan kepada:
Pertama; Kewajiban-kewajiban atau rukun-rukun
syari‟at seperti: şalat, puasa, zakat dan Haji.
Kedua; yang berhubungan dengan (tambahan dari)
kewajiban di atas dalam bentuk ibadah-ibadah sunnat,
seperti: żikir, membaca al-qur‟an, do‟a dan istighfar;
Ketiga; semua bentuk hubungan social yang baik serta
pemenuhan hak-hak manusia, seperti: berbuat baik
kepada orangtua, menjalin silaturrahmi, menyantuni
anak yatim, fakir miskin dan ibn sabil.
Keempat; Akhlak insaniyah (bersifat kemanusiaan),
seperti benar dalam berbicara, menjalankan amanah dan
menepati janji.
Kelima; Akhlak rabbaniyah (bersifat ketuhanan), seperti
men-cintai Allah dan rasul-Nya, takut kepada Allah, ikhlas
dan sabar terhadap hukum-Nya.
Kelima kelompok tersebut dapat dikelasifikasikan secara
lebih khusus yaitu ibadah umum dan ibadah khusus;
Ibadah umum mempunyai cakupan yang sangat luas, yaitu
meliputi se-gala amal kebajikan yang dilakukan dengan niat
ikhlas dan sulit untuk mengemukakan sistematikanya; Akan
tetapi ibadah khusus ditentukan oleh syara‟ (naş) tentang
bentuk dan caranya.
Tujuan, Hakikat, dan Hikmah
Ibadah
• Pertama, untuk menghadapkan diri kepada Allah
dan mengkonsentrasikan niat dalam setiap
keadaan, agar mencapai derajat yang lebih tinggi
(mencapai taqwa).
• Kedua, agar terciptanya suatu kemaslahatan dan
menghindarkan diri dari perbuatan keji dan
mungkar; Artinya, manusia itu tidak terlepas dari
disuruh dan dilarang, mengerjakan perintah dan
menjauhi larangan, maka berlakulah pahala dan
siksa, itulah inti dari ibadah.
Hakikat Ibadah
• Ibnu Kaśir: Himpunan dari semua rasa cinta, tunduk dan
takut yang sempurna (kepada Allah).
• seorang mukallaf tidaklah dipandang beribadah (belum
sempurna ibadahnya) bila seseorang itu hanya
mengerjakan ibadah dengan pengertian fuqaha atau ahli
uşul saja; Artinya disamping ia beribadah sesuai dengan
pengertian yang dipaparkan oleh para fuqaha, diperlukan
juga ibadah sebagaimana yang dimaksud oleh ahli yang
lain seperti ahli tauhid, ahli akhlak dan lainnya. Dan
apabila telah terkumpul padanya pengertian-pengertian
tersebut, barulah padanya terdapat “Hakikat Ibadah”
Hikmah Ibadah
• Allah mewajibkan beriman, dengan maksud untuk
membersihkan hati dari syirik,
• kewajiban salat untuk men-sucikan diri dari takabbur,
• diwajibkannya zakat untuk menjadi sebab diperolehnya
rizki,
• mewajibkan berpuasa untuk menguji
kesabarankeikhlasan manusia,
• mewajibkan haji untuk men-dekatkan umat Islam antara
satu dengan yang lainnya,
• mewa-jibkan jihad untuk kebenaran Islam,
• mewajibkan amar ma’ruf untuk kemaslahatan orang
awam,
• mewajibkan nahi munkar untuk menjadikan cambuk bagi
orang-orang yang kurang akalnya.
• Allah mewajibkan qişaş untuk memelihara dan
meng-hargai darah manusia, menegakkan hukum
pidana untuk membuktikan bahwa betapa besarnya
keburukan dari barang yang diharamkan,
• mewajibkan untuk menjauhkan diri dari minuman
yang memabukkan dimaksudkan untuk memelihara
akal, mewajibkan untuk
• menjauhkan diri dari pencurian dimaksudkan untuk
mewujudkan pemeliharaan harta dan diri,
• mewajibkan kita menjauhi zina (juga lesbian dan
homosex) dimaksudkan untuk memelihara
keturunan, memperbanyak keturunan,
Hubungan Ibadah dengan Iman
• ibadah merupakan amal saleh yang dianjurkan bahkan
merupakan tujuan utama adalah hidup dan kehidupan
manusia di alam dunia ini.
• Sementara amal saleh merupakan implementasi dari iman
kepada Allah, dan Al-qur‟an banyak menjelaskan
keterkaitan ibadah ini dengan kematian seseorang;
diantaranya, (QS. Al-Kahfi (18): 110)
‫َفَم ْن َك اَن ي َْر ُج ْو ا ِلَقآِء َر ِّبِو َف ْلَي ْع َم ْل َع َم ًال َص ااًِْل َو َل ُيْش ِرْك ِبِعَباَد ِة َر َّبِو‬
: -‫َأَح ًد ا )المهف‬
• Artinya: Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan
Tuhan-Nya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang
şaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun
dalam beribadah kepada Tuhan-Nya.
• Firman Allah dalam QS. Al-Aşar (103): 1-3 yang lafaz
dan arti- nya sebagai berikut:
• Artinya: Demi masa, sesungguhnya manusia dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal
şaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran
dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
• dua ayat di atas, akan diketahui bahwa beribadah kepada
Allah merupakan indikasi iman kepada yang gaib,
meskipun orang yang beribadah itu tidak dapat
melihatnya. Dan Allah telah bersumpah kepada masa
tentang betapa akan mendapat kerugian bagi manusia,
terkecuali itu yang apabila beriman dan beramal şaleh.
• Dengan demikian bahwa dengan beramal shaleh
sudah termasuk didalamnya beribadah, dan
beribadah harus ditopang akan keimanan yang
tumbuh pada hati nurani seseorang.
Olehkarenanya, maka antara iman dan ibadah
akan selalu bertaut dan tidak mungkin akan
terpisah.
Macam-macam Ibadah Ditinjau
dari Berbagai Segi
• Ditinjau dari segi ruang lingkupnya dapat dibagi kepada
dua macam:

Anda mungkin juga menyukai