Anda di halaman 1dari 227

Oleh :

Dahlia Tampubolon, ST.


Pengawas Ketenagakerjaan
Disnaker Provsu
BIODATA
Nama : Dahlia Tampubolon, ST.
TTL : Parratusan, 03 Mei 1985
Unit Kerja : Dinas Tenaga Kerja Provinsi
Sumatera Utara
Alamat : Perumahan Rorinata Tahap
IX sei mencirim - Deli Serdang
Hp : 0852 7054 4300
Email :
dahlia_tpbolon@yahoo.com
DASAR HUKUM

VEILIGHEIDS
REGLEMENT
1910 (VR 1910, Perlindungan tenaga
Stbl No. 406) kerja tidak hanya di
industri/ pabrik
UU No. 1 Tahun 1970 Keselamatan Kerja
Pasal 1 Tenaga
kerja

1. Ruangan/
lapangan
2. Tertutup/
1. Darat, dalam terbuka
tanah 3. Bergerak/
2. Permukaan tetap
air, dalam air
KRITERIA
3. Udara

usaha
Sumber bahaya
Barang/jasa
Pasal 8 :
Pemeriksaan
kesehatan

Undang-undang No. 1 tahun 1970 mengatur hak dan kewajiban TK,


setiap yang memasuki tempat kerja dan pengurus
PENGERTIAN K3

“Merupakan suatu upaya perlindungan agar tenaga


kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat
selama melakukan pekerjaan di tempat kerja
serta bagi orang lain yang memasuki tempat
kerja maupun sumber produksi dan proses
produksi dapat dipergunakan dan dipakai secara
aman dan efisien”
PMP No 7/1964 tentang Syarat
Kesehatan, Kebersihan, serta
Penerangan dalam tempat kerja
Permenakertrans No 13/2011
tentang NAB Faktor Fisika dan Permenaker No.
Faktor Kimia di Tempat Kerja 5 tahun 2018
Tidak berlaku tentang K3
SE.01/MEN/1978 tentang NAB Lingkungan
u Iklim Kerja dan NAB Kerja
Kebisingan di Tempat Kerja
Kepmen Nomor
51/MEN/1999 tentang
NAB Faktor Fisika di Dicabut dan tidak
Tempat Kerja berlaku

SE-01/MEN/1997
tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Kimia di
Udara Tempat Kerja
Lingkungan kerja
Kesatuan dan interaksi berbagai faktor di
tempat kerja dan pengaruhnya pada tk dan
dapat mempengaruhi k3 tenaga kerja
Penilaian lingkungan kerja
Mengetahui kualitatif dan kuantitaf
tingkat bahaya di lingkungan kerja
melalui pengukuran, pengambilan sampel,
dan analisis laboratorium kemudian
bandingkan dgn standar baku atau nab
Hasil pengukuran diatas standard
dan NAB
Kecelakaan kerja Produktivitas
Penyakit Akibat rendah
Kerja
eliminasi
subtitusi
• Menghilangkan sumber bahaya yang berasal
dari bahan, proses, operasi atau peralatan
dilakukan pada saat desain, mencegah
bahaya diakibatkan kekurangan desain

Bahaya jatuh, bahaya ergonomi, bahaya ruang


terbatas, bahaya bising, bahaya bahan kimia
dll. Menggunakan perangkat mekanik utk
menghilangkan bahaya angkat manual.
 Mengganti bahan, proses, operasi ataupun
peralatan dari yang berbahaya menjadi lebih
tidak berbahaya. desain sistem atau desain
ulang.
 Sistem otomatisasi pada mesin,
menggunakan bahan kimia yg kurang
berbahaya, mengurangi kecepatan, kekuatan
serta arus listrik, mengganti bahan baku
pada penyebab debu menjadi bahan cair,
atau basah.
 Terpasang dalam suatu unit sistem atau
peralatan  alat-alat pengaman untuk
memisahkan sumber bahaya dari tenaga kerja

 Penutup mesin/mesin guard, ciurcuit


breaker, interlock system, start up alarm,
ventilation system, sensor, sound enclosere
 Upaya pengendalian dari sisi tenaga kerja.
Seleksi karyawan, sop, pelatihan,
pengawasan, jadwal kerja, jadwal istirahat,
tanda bahaya, rambu, label, alarm, izin
kerja, tanda trotoar.
Jenis APD
Secara umum dikenal 7 (tujuh) APD
1. Pelindung Kepala
2. Pelindung Mata dan Muka
3. Pelindung Telinga
4. Pelindung Sal. pernafasan
5. Pelindung Tangan
6. Pelindung Kaki
7. Pelindung Tubuh
8. Pelindung jatuh
9. Pelampung
Melindungi kepala dari benturan, terantuk
benda tajam atau benda keras, kejatuhan atau
terpukul oleh benda-benda yang melayang
atau meluncur di udara, radiasi panas, api dan
percikan bahan-bahan kimia.
Safety helmet
Tudung kepala  bahan kimia, api, panas
radiasi
Penutup rambut (hair cup)  melindungi
rambut terjerat mesin berputar.
ALAT PELINDUNG MATA

1. Kacamata (spectacles)
2. Googles
3. Tameng muka (face shield)
Alat Pelindung Tangan/Sarung Tangan
Cotton Very
common
Cotton Synthetic fiber Often used for work in the
winter
Coated For better
handling
For handling For general purpose and heavy
Leather work
For welding For gas and electric
welding
Gloves For general purpose and heavy work
For handling For light work, cooking and house
keeping
Rubber
Chemical resistant, Oil resistant
For
Solvent resistant
chemicals

For special Vibration, heat resistant, Cut-


purposes proof,
,insulated, others.
Alat Pelindung Tangan
Material yang digunakan tergantung dari jenis
pekerjaan yang akan dilakukan.
–Untuk pekerjaan ringan maka digunakan katun /
kanvas.
–Untuk pekerjaan memotong maka digunakan kulit
yang diperkuat dengan metal / plastik misal
neoprene, latex, and nitrile.
Alat Pelindung Kaki
Sepatu pelindung ( safety shoes)
Dapat terbuat dari kulit, karet, sintetik atau plastik
Untuk mencegah tergelincir
Dipakai sol anti slip
Untuk mencegah tusukan
Dipakai sol dari logam
Terhadap bahaya listrik
Sepatu seluruhnya harus di jahit atau direkat tak boleh
memakai paku.
Pakaian Pelindung
Hazard Examples
Chemical Dermal toxins Systemic toxins
Corrosives
Allergens

Physical Thermal hazards (hot/cold) Vibration


Radiation
Trauma producing

Biological Human pathogens Animal pathogens


Enviromental pathogens
Pakaian Pelindung
Sabuk Pengaman (Safety Belt)

pekerjaan pada ketinggian lebih dari 3 meter.


Sabuk pengaman dipasang pada pinggang seperti
ikat pinggang biasa dan meningkatkan bagian talinya
kepada bagian konstruksi yang diperkirakan cukup
kuat dan dapat menahan beban manusia, sehingga
jika pekerja terpeleset tidak akan langsung jatuh
akan tetapi dapat tertahan oleh sabuk pengaman
sehingga terhindar dari kecelakaan yang lebih fatal.
Sabuk Pengaman (Safety Belt)
Pekerja/buruh berhak menyatakan
keberatan untuk melakukan pekerjaan
apabila APD yang disediakan tidak
memenuhi ketentuan dan persyaratan.
 APD yang dipakai sesuai standar?
 APD memberikan perlindungan?
 APD sesuai dengan tugas yang dikerjakan?
 APD nyaman dipakai terus menerus?
Faktor fisika Pengukuran dan
pengendalian Berada dibawah NAB
Faktor kimia

Faktor ergonomi Pengukuran dan


Faktor psikologi pengendalian Memenuhi standard
Faktor Biologi

Fasilitas kebersi han Penerapan Bersih dan sehat


dan sarana higiene

Berkompetensi dan
Personil K3 kewenangan
pelati han
lingkungan kerja
FAKTOR
FISIK Kebisingan
Iklim Kerja
Getaran
Gelombang Mikro/radio
Radiasi Sinar UV
Medan Magnet statis
Pencahayaan
Tekanan udara
1. KEBISINGAN

Didefinisikan sebagai :
Semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber
dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat
kerja yang pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan pendengaran.
KEBISINGAN

 NAB Kebisingan :

angka dB yang dianggap aman untuk sebagian


besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40
jam/minggu
 Alat Ukur yang digunakan :

Sound Level Meter

Noise Dosimeter (15 – 30 cm dari telinga pekerja )


SOUND
LEVEL
METER
Noise
Dosimeter
PENGUKURAN BISING
Suara -- daun telinga mengalir melalui saluran telinga ke gendang
telinga. Gendang telinga adalah selaput tipis yang dilapisi oleh
kulit, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga luar.
Getaran suara yang dihantarkan dari tulang pendengaran di telinga
tengah ke jendela oval di telinga dalam menyebabkan bergetarnya
cairan dan sel rambut.
1. Bising kontinu (terus menerus): suara mesin, kipas
angin, dll.
2. Bising intermitten (terputus putus) : suara lalu
lintas, suara pesawat terbang
3, Bising Impulsif yang memiliki perubahan tekanan
suara melebihi 40 dB dalam waktu yang cepat
sehingga mengejutkan pendengarnya seperti
suara senapan, mercon, dll
4. Bising impulsif berulang yang terjadi secara
berulang-ulang pada periode yang sama seperti
suara mesin tempa.
NILAI AMBANG BATAS
KEBISINGAN
Formula Menghitung Waktu Pajan

Te= waktu pemajanan


SPL = Sound Presure Limit (kebisingan)
EAR PLUG

EAR MUFF
Apa akibat kebisingan yang memajan Pekerja
melebihi NAB?
1.Gangguan fisiologis (tek. Darah naik,
peningkatan nadi)
2.Gangguan psikologis (tdk nyaman, kurang
konsentrasi, emosi)
3.Gangguan komunikasi (dapat menyebabkan
kecelakaan)
4.Gangguan keseimbangan (pusing, mual)
5.Gangguan pendengaran
. Tuli

Lakukan pemeriksaan kesehatan/pendengaran awal mulai


bekerja/mutasi dan secara berkala
Contoh Kasus
Kebisingan perusahaan A setelah dilakukan
pemeriksaan oleh PJK3 adalah 94 dB dari
suara mesin produksi

 Apakah melebihi NAB?


NAB = 85 dB < 94 dB (melebihi NAB)

Berapa maksimum pemajanannya?


94 dB = 1 jam (maks)
Contoh Kasus
 Setelah dilakukan Engineering Control (hierarki
ke I), berupa pemasangan muffler tambahan dan
isolasi dinding kebisingan jadi 90 dB.

Dengan hierarki ke II (Administrasi Control)


berupa rotasi kerja.

Waktu pemajanan untuk 90 dB = 2,52 jam


Contoh Kasus
Perusahaan berkeberatan.

 Hierarki ke III, memakai ear muff atau ear plug ?

Dengan menggunakan ear plug dapat mereduksi


kebisingan antara 7,5 – 15 dB.

90 dB – 7,5 dB = 82,5 dB (sudah dibawah NAB)

Ear muff dapat meredam kebisingan hingga 30


dB
Pengendalian
Pengendalian bahaya kebisingam dilakukan dengan melaksanakan program
pencegahan penurunan pendengaran antara lain:
a.menghilangkan sumber Kebisingan dari Tempat Kerja;
b.mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang menimbulkan
sumber Kebisingan;
c.memasang pembatas, peredam suara, penutupan sebagian atau
seluruh alat;
d.mengatur atau membatasi pajanan Kebisingan atau pengaturan
waktu kerja;
e.menggunakan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau
f.melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Genset tertutup, tdk pada ruang produksi (ruang tersendiri)
Mufler /silencer/knalpot
peredam
2. IKLIM KERJA

Adalah :
Hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan
gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat
pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai
akibat pekerjaannya.
Sumber tekanan Sumber tekanan
dingin (sumber panas (sumber
dingin atau panas atau
operasi) ventilasi kurang)

• Kemampuan manusia utk menyesuaikan diri :


– Dengan temperatur luar : perubahan diluar tubuh tidak
melebihi 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi
dingin
 Indeks Suhu Basah dan Bola (Wet Bulb Globe
Temperature Index) /ISBB adalah parameter
untuk menilai tingkat Iklim Kerja panas yang
merupakan hasil perhitungan antara suhu udara
kering, Suhu Basah Alami, dan Suhu Bola.
Tempat kerja iklim panas tinggi

1. Membutuhkan panas
(peleburan, pemanasan, pembakaran, pengeringan)

2. Panas akibat proses produksi


(generator, ketel uap)
3. tempat kerja terkena langsung sinar matahari (pekerjaan jalan
raya, bongkar muat barang di pelabuhan, nelayan dan petani)
4. Tempat kurang ventilasi

 lingk.kerja panas
IKLIM KERJA
• RESPON FISIOLOGIS
IKLIM KERJA
•Kelembaban adalah ukuran banyaknya kadar air yang terkandung dalam
udara.
•Kelembaban biasanya dinyatakan dengan persentase (%)

• Semakin tinggi dan lembap lingkungan kerja, maka


akan semakin banyak juga oksigen yang diperlukan
untuk metabolisme dan akan semakin cepat juga
peredaran darah dalam tubuh kita, sehingga denyut
jantung akan semakin cepat. Ini berakibat
pengurangan energi yang sangat besar pada tubuh
manusia sehingga pekerja akan cepat lelah
Catatan (Iklim Kerja)

 Beban kerja ringan membutuhkan kalori sampai


dengan 200 Kilo kalori/jam.

 Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih dari


200 sampai dengan kurang dari 350 Kilo kalori/jam.

 Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih dari


350 sampai dengan kurang dari 500 Kilo kalori/jam.
HEAT
STRESS
METER

• Dry temperature
• Wet temperature
…. oC
• Globe
temperature
NAB
IKLIM KERJA

ISBB (oC)
Pengaturan waktu Beban Kerja
kerja setiap jam Sgt.
Ringan Sedang Berat
Berat
75% - 100% 31,0 28,0 - -
50% - 75% 31,0 29,0 27,5 -
25% - 50% 32,0 30,0 28,0 28,0
0% - 25% 32,2 31,1 30,5 30,0

ISBB untuk di luar ruangan dengan panas radiasi :


ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,2 Suhu bola + 0,1 Suhu kering.

ISBB untuk di dalam atau di luar ruangan tanpa panas radiasi :


ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,3 Suhu bola.
Pekerjaan yg berpindah pindah

(ISBB1)(t1) +……(ISBBn)(tn)
ISBB = ---------------------------------------
t1 + ……(tn)

t1 : lama kerja TK di lokasi 1


tn : lama kerja TK berada di lokasi n
IKLIM KERJA

• Heat Related Disease


– Heat Rash
– Heat syncope
– Heat cramp
– Heat exhaustion (Kelelahan akibat panas)
– Heat stroke
– Dehidrasi
– Hipertermia
– Multiorgan-dysfunction syndrome continuum
Heat rash 
berupa lecet terus
menerus dan panas
disertai gatal yang
menyengat.
Heat cramps
Kekejangan otot/kram otot yang
dapat mengakibatkan pingsan
dan kritis krn cairan dan garam
natrium klorida tidak seimbang.
Heat exhaustion
kurangnya cairan tubuh/volume darah karena
keringat yang dikeluarkan melebihi air yang
diminum selama terpapar panas. (nadi
cepat, pucat, kelelahan, pusing mual, emosi
tdk stabil, suhu tubuh naik, hilang
kesadaran)
Dehidrasi
Dehidrasi adalah penguapan yang berlebihan yang akan
mengurangi volume darah dan pada tingkat awal aliran darah akan
menurun dan otak akan kekurangan oksigen.

Heat Fatique
Gangguan pada kemampuan motorik dalam kondisi panas.
Gerakan tubuh menjadi lambat, kurang waspada terhadap tugas.

Heat stroke
Kerusakan serius yang berkaitan dengan kesalahan pada pusat
pengatur suhu tubuh.
IKLIM KERJA
• Penanganan • Pencegahan
– Menggantikan Cairan – Menurunkan kondisi panas lingkungan
kerja dengan penerapan teknologi
– Pindahkan korban pengendalian
keruangan yg lebih • Spot cooling
dingin • Ventilasi (cross ventilation, natural draft)
• Metal shielding
– Basahi kulit korban dgn • AC
pakaian basah / air • Remote control
– Berikan Kompres dingin • Personal protective device / APD
– Untuk Kram, pijat otot
yg terkena – Pengaturan waktu kerja
• Hitung maximum allowable exposure time
– Rujuk ke pertolongan dan minimum recovery time
medis • Work-rest regimen

– Suplementasi air dan garam


Harus diganti dengan minum air garam yang
disediakan dekat tempat kerja/terjangkau sewaktu-
waktu membutuhkan.

Air minum dengan garam harus tersedia dengan


konsentrasi 1%( 1 gram garam dalam 1 liter air)
1. Lingkungan
- menurunkan suhu udara
- menurunkan kelembaban
- meningkatkan gerakan udara
- menurunkan panas radiasi
 memperbaiki sistem
ventilasi
2. Tenaga Kerja dan manajemen
- mengurangi beban kerja
- aklimatisasi
- air minum
- perbaikan gizi / makanan
- status kesehatan
- pembatasan pekerjaan
- pakaian kerja (menyerap keringat) / APD
- pelatihan
1. Spot Cooling: mengalirkan udara segar kecepatan
tinggi ke arah tubuhmenurunkan tekanan uap air
dipermukaan kulit
2. Pengaturan waktu kerja berdasarkan ISBB
3. Air Condition(AC)
4. Remote Control-Pengendalian dari jauhOperation
Room
5. Ventilasi
6. Metal shielding
a. Cross ventilation: memasukkan udara
segar ke dalam lingkungan kerja panas
melalui opening pada dinding di satu sisi,
mendinginkan udara panas sekaligus
mendorong udara panas keluar melalui
opening di seberang lain
b. Naturan draft: udara panas dikeluarkan
melalui cerobong atau bubungan atap.
Secara alamiah terjadi aliran udara
panas dari tekanan tinggi(bawah) ke
tekanan rendah(atas) udara panas
mengalir ke atas, dapat dibantu dengan
fan
Natural draft
Aliran udara

Sumber panas shielding

Antara sumber panas dan tk. dipasang plat logam melengkung ke dalam.
Permukaan dalam licin mengkilat, permukaan luar kasar dan gelap. Antara
Sumer panas dan metal shield dialirkan udara dingin. Panas dari sumber
panas mecapai dinding mengkilat kemudian dipantulkan kembali. Hanya
sebagian kecil panas yang diteruskan dan sampai ke tk
Contoh kasus :
• Pada suatu hari saudara sebagai Ak3 melakukan
pengukuran atau(pengujian tekanan panas di ruang tanur
PT.ABD,dg hasil ISBB =31 C. Apabila bang Amir,umur 50
tahun bekerja Di ruangan tersebut selama 6 jam dalam 8
Jam sehari, Ia bekerja dengan beban sedang.
Apa yang harus dilakukan sebagai perlindungan k3 bang
Amir?
Pekerjaan Sedang

ISBB (oC)
Pengaturan waktu Beban Kerja
kerja setiap jam Sgt.
Ringan Sedang Berat
Berat
75% - 100% 31,0 28,0 - -
50% - 75% 31,0 29,0 27,5 -
25% - 50% 32,0 30,0 28,0 28,0
0% - 25% 32,2 31,1 30,5 30,0

Nab : ISBB untuk pekerjaan sedang = 28 C


ISBB tempat Bang amir bekerja = 31 C
Waktu kerja 6 jam/8 jam sehari.
Lakukan pengendalian.
Tekanan Dingin adalah pengeluaran panas akibat
pajanan terus menerus terhadap dingin yang
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk
menghasilkan panas sehingga mengakibatkan
hipotermia (suhu tubuh di bawah 36 derajat
Celsius).
 Hipotermia  kondisi ketika suhu tubuh
menurun drastis hingga di bawah 35C
 Chilblains  peradangan
 trench foot  rusaknya pembuluh darah dan
saraf pada kaki
 frostbite  kondisi di mana jaringan tubuh
membeku dan rusak oleh paparan suhu
rendah
3. GETARAN
Getaran adalah gerakan Gangguan yang disebabkan
yang teratur dari benda getaran mekanis :
•Mempengaruhi konsentrasi
atau media dengan arah bekerja
bolak-balik dari •Mempercepat datangnya
kedudukan keseimbangan. kelelahan
•Dapat menimbulkan beberapa
penyakit
( gangguan mata, saraf
peredaran, dan lain-lain )
Peralatan kerja yang
menimbulkan getran
1. gerinda

2. Bor (drill)

3. Bor listrik

4. Gergaji

5. Alat penghancur beton


GETARAN
BENTUK PEMAPARAN
NAB GETARAN

NAB Getaran Untuk Pemaparan Lengan dan Tangan


Nilai percepatan pada
Jumlah waktu pemaparan frekuensi dominan
Per hari kerja Meter per detik kuadrat
( m/det2)

6 jam sampai dengan 8 jam 5


4 jam dan kurang dari 6
6
jam
2 jam dan kurang dari 4 jam 7
1 jam dan kurang dari 2 jam 10
0,5 jam Kurang dari 1 jam 14
Kurang dari 0,5 jam 20
NAB GETARAN

NAB Getaran Untuk Pemaparan seluruh tubuh

Jumlah waktu pemaparan


Meter per detik kuadrat
Per hari kerja (jam)
( m/det2)
0,5 3,4644
1 2,4497
2 1,7322
4 1,2249
8 0,8661
VIBRATIO
N METER
GETARAN
EFEK G E TA R A N

Gangguan
Mempercepat terjadinya kesehatan
kelelahan - Hand-arm
syndrome
- Vibration
Gangguan sickness
kenyamanan
kerja
GETARAN
E F E K G E TA R A N
•Tergantung besar kecilnya getaran
– 3 - 9 Hz Akan timbul resonansi
– pada
6 - 10 Hz Tekanan dadadenyut
darah, dan perut
jantung, pemakaian O2 dan
perdenyut sedikit berubah
– 11-12 Hz Leher, kepala, pinggul, kesatuan otot dan tulang akan
beresonansi.
– 13 - 15 Hz Tenggorokan akan mengalami resonansi.
– >20HzTonus otot akan meningkat, akibat kontraksi statis ini otot
menjadi lemah, rasa tidak enak dan kurang ada perhatian.
• Hand Arm Vibration (HAV)
Hand-Arm Vibration Syndrome (HAVS) atau
white finger phenomenon Jari jemari
menjadi putih diakibatkan oleh sirkulasi
darah yang buruk yang merusak pembuluh
darah dan jaringan.
 Carpal Tunnel Syndrome (CTS) menimbulkan efek rasa geli, mati
rasa, dan tangann lemah yang bisa mengurangi kemampuan
bekerja di kondisi dingin atau basah.
 paparan Whole Body Vibration  diawali dengan sakit punggung
bagian bawah dan mengalami tidak nyaman di bagian punggung
ketika berjalan, kelainan syaraf sensoris yang menimbulkan
paraestesia/ kesemutan, menurunnya sensitivitas, gangguan
membedakan (deterionity) selanjutnya atrofi, Gangguan
penglihatan, mata paling banyak dipengaruhi oleh getaran
mekanis.
 Kelelahan, penglihatan kabur, sakit kepala, gangguan tidur.
Pemeriksaan
kesehatan

Pengendalian
Mengatur waktu Getaran
kerja Rekayasa
Enginering

Penggunaan alat terus subtitusi


menerus harus istirahat mesin
10 menit setiap jam
4. GELOMBANG MIKRO

Radiasi frekuensi radio dan gelombang mikro


(Microwave) adalah :
resiko gemlombang radio : radiasi eletromagnetik
dengan frekwensi 300 MHz
gelombang mikro : radiasi elektromagnetik
dengan frekwensi diatas 300 Ghz
NAB
GELOMBANG MIKRO

Kekuatan Kekuatan
Power Waktu
Medan medan
Frekuensi Density pemaparan
listrik magnit
( mW/cm2 ) ( menit )
( V/m ) ( A/m )
30 kHz – 100 kHz 1842 163 6
100 kHz – 1 MHz 1842 16,3/f 6
1 MHz – 30 MHz 1842/f 16,3/f 6
30 MHz – 100 MHz 61,4 16,3/f 6
100 MHz – 300 MHz 10 61,4 0,163 6
300 MHz – 3 GHz f/30 6
3 GHz – 30 GHz 100 33.878,2/f1,079
30 GHz – 300 GHz 100 67,62/f 0,476
fungsi

1. Gelombang mikro berfungsi dengan


bantuan antena, penerima dan peralatan
lain untuk pengahantaran data.
2. Oven mikrowave
3. Penggunaan radar : cuaca, militer,
pelayaran, penerbangan.
 Detak jantung tidak teratur dan nyeri dada
 Menyebabkan katarak
 Menimbulkan efek stress pada otak
 Perubahan DNA
Pengendalian

1. Pemasangan tanda-tanda dgn jelas


2. Pelatihan
3. Pembatasan akses
4. System interlocks
5. Pemakaian shielding
6. Pemakaian remote manipulator
7. Menempatkan perlatan dalam ruang isolasi
8. Rotasi kerja/atur waktu kerja
5. RADIASI SINAR UV

Radiasi ultra ungu (ultraviolet) adalah :


Radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang
180 nano meter sampai 400 nano meter (nm).
NAB
RADIASI SINAR UV

Masa pemaparan per hari Iradiasi Efektif ( IEff ) mW / cm2


8 jam 0,0001
4 jam 0,0002
2 jam 0,0004
1 jam 0,0008
30 menit 0,0017
15 menit 0,0033
10 menit 0,005
5 menit 0,01
1 menit 0,05
30 detik 0,1
10 detik 0,3
1 detik 3
0,5 detik 6
0,1 detik 30
UV
RADIOMETE
R
bahaya radiasi diatas NAB

1.Kulit terasa terbakar


2.Gangguan kesehatan kanker kulit
dan gangguan penglihatan,
mandul
3.Radang selaput mata
(conjuctivitas fotoelektrik)
Pengendalian radisi berbahaya
6. MEDAN MAGNET

Medan magnet statis adalah :


Suatu medan atau area yang ditimbulkan oleh
pergerakan arus listrik.
NAB
MEDAN MAGNET

NAB Pemaparan Medan Magnet Statis Yang


Diperkenankan
Kadar Tertinggi Diperkenankan
No. Bagian Tubuh
(Ceiling )
Seluruh Tubuh (tempat
1 2T
kerja umum)
Seluruh Tubuh (pekerja
2 khusus dan lingkungan 8T
kerja yang terkendali)
2 Anggota gerak (Limbs) 20 T
Pengguna peralatan medis
3 0,5 T
elektronik
Keterangan: mT ( milli Tesla)
NAB
MEDAN MAGNET

NAB medan magnet untuk frekwensi 1 - 30 kHz

Rentang
No. Bagian Tubuh NAB (TWA)
Frekuensi
1 Seluruh tubuh 60/f mT 1 – 300 Hz
Lengan dan
2 300/f mT 1 – 300 Hz
paha

3 Tangan dan kaki 600/f mT 1 – 300 Hz

Anggota tubuh
4 dan seluruh 0,2 mT 300Hz – 30KHz
tubuh
Keterangan: f adalah frekuensi dalam Hz
Lanjutan…
Pengendalian bahaya medan megnet statis dilakukan dengan:
a.menghilangkan sumber Medan Magnet Statis dari Tempat
Kerja;
b.mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang menimbulkan
sumber Medan Magnet Statis;
c.mengisolasi atau membatasi pajanan sumber Medan Magnet
Statis;
d.mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap sumber
Medan Magnet Statis;
e.mengatur jarak aman sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia antara sumber pajanan dan pekerja;
f.menggunaan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau
g.melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan
7. TEKANAN UDARA EKSTRIM
8. PENCAHAYAAN
• Sumber Pencahayaan:
– Pencahayaan Alam
– Pencahayaan Buatan

• Ciri Penerangan yang baik:


– Sinar / cahaya cukup
– Sinar / cahaya tidak menyilaukan
– Tidak terdapat kontras yg tajam
– Tidak menimbulkan panas radiasi berlebih
– Distribusi cahaya & penebaran cahaya merata
– Warna
– Tidak berkedip
– Tidak berasap
PENCAHAYAAN ALAMI

. Untuk efisiensi dan kenyamanan, maka


Luas jendela minimal 1/10 x luas lantai.

Suatu ruangan, ukuran 7 x 10 meter, terda-


pat empat jendela ukuran 50 Cm x140cm.
apakah cukup penerangannya ?
LUAS RUANGAN = 7M X 10 M= 70 M2
LUAS JENDELA SEHARUSNYA = 1/10 X 70 =
7M
JENDELA = 0,5 M X 1,4 M = 0,7 M2
JENDELA MASIH KURANG..
Seharusnya tersedia = 7 : 0,7
= 10
1. Pengukuran penerangan kirakira 1 meter (psl 14) luxmeter
2. Penerangan darurat 5 lux (0,5 ft candles)
3. Halaman dan jalan 20 lux (2 ft candles)
4. pekerjaan membedakan barang kasar/Gudang 50 lux (5 ft candles)
5.Pekerjaan membedakan barang kecil sepintas/ kakus, tempat mandi
100 lux (10 ft candles)
6. Pekerjaan membedakan barang kecil teliti/Melapis perabot 200 lux
(20 ft candles)
7. Pekerjaan pada barang-barang kecil dan halus /kantor, menulis,
membaca, arsip 300 lux (30 ft candles)
8. Barang barang halus dengan kontras sedang dan lama akuntan, pemegang
buku 500-1000 lux(50 – 100 ft candles)
9. penja hitan pakaian minimum 1000 lux
Lumens  satuan gelap terangnya cahaya
Candela intensitas cahaya dalam satu arah
dan dari satu sumber dianggap sama dengan
cahaya lilin
Lux  hasil akhir jatuhnya cahaya pada
ruangan /penyebaran.
PENCAHAYAAN
DAMPAK SILAU
• Iritasi, mata berair
dan kelopak mata Pegal di
berwarna merah daerah
Kerusaka mata dan
• sakit. kepala.
• Penglihatan rangkap
n mata sesakit
dan
kit
kepala di
• Ketajaman penglihatan ar mata
merosot, demikian pula
kepekaan terhadap Kelem Kelelahan
perbedaan dan kecepatan
ahan mata
pandangan.
• Kekuatan menyesuaikan ment
(accomodation ) dan
konvergensi menurun. al
PENCAHAYAAN
PENGENDALIAN & PENCEGAHAN
•Pemilihan jenis lampu
•Menempatkan penerangan sedemikian rupa sehingga
tidak langsung mengenai bidang yang mengkilap.
•Tidak menempatkan benda-benda yang berbidang
mengkilap di muka jendela yang langsung memasukkan
sinar matahari
•Penggunaan alat-alat pelapis bidang yang tidak
mengkilap.
•Mengusahakan agar tempat-tempat kerja tidak
terhalang oleh bayangan suatu benda.
•Perbaikan kontras
N = jumlah titik lampu
E = target kuat penerangan yang akan dicapai (Lu
x)
L = Panjang Ruang(Meter)
W = Lebar Ruang (Meter)
Ø = Total Lumen Lampu / Lamp Luminous Flux
LLF = Light loss factor / Faktor Cahaya Rugi (0,7-
0,8)
CU = coeffesien of utilization / Faktor Pemanfaat
an (50-65 %)
n = Jumlah Lampu dalam 1 titik Lampu
 Faktor fisik bahan kimia dikelompokkan :
 Padat, seperti debu, serat atau partikel yang dapat
berasal dari debu rokok, debu logam, debu mineral,
serat kapas dan kain.
 Cair misalnya cairan semprotan pembasmi
serangga, solvent dan lain-lain
 Gas dan Uap, seperti O2, N2, CO2, SO2,NH3, NO2, H2S
yang berbentuk gas, sedangkan dalam bentuk uap
misalnya pelarut cat atau tinner yang mengandung
benzene, toluene, xylene dan derifat-derifatnya,
uap pelarut atau pembersih gemuk, uap pencuci
dipercetakan/printing, uap pelarut, perekat dan
sebagainya
 Kontaminan kimia di udara berupa gas, uap,
partikulat.
 Pajanan singkat Diperkenankan (PSD) kadar
bahan kimia di udara tempat kerja yang
tidak boleh dilalui TK pada periode
singkat (tidak lebih dari 15 menit ) tanpa
mengakibatkan iritasi, kerusakan jaringan
tubuh maupun terbius dan tidak boleh
lebih dari 4 kali.
 Kadar tertinggi Diperkenankan (KTD)
tidak boleh dilampaui walaupun hanya
sekejap.
 Dust sampler dan analitic balance-
Mg/m3.
Contoh faktor bahaya kimia dan efeknya :
Penyebab Industri/pekerjaan Penyakit yang ditimbulkan
Gas CO, HCN, Pembakaran tidak Intoksikasi, Asfiksia
SO2 sempurna, emisi dll
Asbes Industri dan pengunaan asbes Asbestosis, mesothelioma, cancer
saluran nafas
Benzene Chemical Leukemia, hepatitis
Pb Soldering, Industri Baterey Anemia, infertil, gangguan ginjal

Silica Pabrik kaca, keramik dan silikosis


batubara
Vinyl chloride Polimerisasi vinyl chloriede, Hemangiosarkoma liver
monomer, arsenic pestisida
Chlorphenols Furniture, sawmill, Cancer nasopharing
lumberjack, electrical, fitter
Radium, chromate, Furniture, saw mill, cancer rongga hidung,
nickel, penambangan & peleburan
Chlorphenols nickel, pabrik sepatu
 Inhalasi (menghirup): Dengan bernapas
melalui mulut atau hidung, zat beracun
dapat masuk ke dalam paru-paru. Seorang
dewasa saat istirahat menghirup sekitar lima
liter udara per menit yang mengandung
debu, asap, gas atau uap. Beberapa zat,
seperti fiber/serat, dapat langsung melukai
paru- paru. Lainnya diserap ke dalam aliran
darah dan mengalir ke bagian lain dari
tubuh.
 Pencernaan (menelan): Bahan kimia dapat
memasuki tubuh jika makan makanan yang
terkontaminasi, makan dengan tangan yang
terkontaminasi atau makan di lingkungan yang
terkontaminasi. Zat di udara juga dapat tertelan
saat dihirup, karena bercampur dengan lendir dari
mulut, hidung atau tenggoroka Zat beracun
mengikuti rute yang sama sebagai makanan
bergerak melalui usus menuju perut.
Penyerapan ke dalam kulit atau kontak
invasif: Beberapa di antaranya adalah zat
melewati kulit dan masuk ke pembuluh darah,
biasanya melalui tangan dan wajah Kadang-
kadang, zat-zat juga masuk melalui luka
dan lecet atau suntikan (misalnya kecelakaan
medis).
A-1 : terbukti karsinogen untuk manusia. Sudah
terbukti dengan penelitian.
A-2 : diperkirakan karsinogen untuk manusia.
Penelitian yg ada belum cukup membuktikan
meningkatkan resiko kanker.
A-3 : karsinogen pada binatang. Kurang sesuai dengan
pemaparan manusia.
A-4 : Tidak diklasifikasifikasikan karsinogen terhadap
manusia dan hewan.
A-5 : tidak diperkirakan karsinogen.
Repr : menyebabkan gangguan reproduksi wanita
(abortus spontan, prematur, dll)
(c1/nab1) + (c2/nab2) +......... (cn/nabn)

Cth : brompentafluorida  iritasi saluran pernafasan


atas
Butil asetat  idem
 Nab campuran khusus (sumber kontaminan cair dan
komposisi kimia di udara dianggap sama dgn
campuran dalam % berat dan NAB dalam mg/m^3)

Nab campuran =
Cth : dicloro peonoxy aceticacid  tiroid dan ginjal
Dikloro asetilen  gangguan syaraf tepi
 Substitusi mengganti bahan yang beracun dengan bahan yang aman
sedapat mungkin. Sangat susah dilakukan karena harus diteliti agar
hasil yang didapat tetap maksimal.
 Isolasi tempat/ruang yang terdapat bahan berbahaya
 bagaimana mengenali, menilai dan mengendalikan risiko kimia
misalnya dengan memasang peralatan pembuangan (exhaust) pada
sumber polutan, menggunakan rotasi pekerjaan untuk mempersingkat
pajanan pekerja terhadap bahaya;
 jenis alat pelindung diri (APD) yang diperlukan untuk melindungi
pekerja, seperti respirator dan sarung tangan ;
 bagaimana mengikuti sistem komunikasi bahaya bahan kimia yang
 sesuai melalui lembar data keselamatan (LDK) dan label dan bagaimana
menginterpretasikan LDK dan label tersebut.
FAKTOR BIOLOGI
 Merupakan faktor lingkungan kerja yang berkaitan dengan makhluk hidup
seperti virus, bakteri, jamur, debu-debu organik (debu kapas), dan makhluk
hidup lainnya.

Potensi bahaya: mikroorganisme/toksinnya, arthopoda /toksinnya seperti


insect, invertebrata/toksinnya, alergen dan toksin tumbu han, binatang
berbisa, binatang buas

Bakteri : 700 cfu/m^3 dan bebas bakteri patogen (colony forming unit)

Jamur : 1000 cfu/m^3


Contoh faktor bahaya Biologi dan efeknya :
Penyebab Industri/pekerjaan Penyakit yang ditimbulkan
Virus Hepatitis, Laboratorium Klinik, • Hepatitis A, B dan C
HIV, Kuman Rumah Sakit, unit • HIV & AIDS
Mycobacterium pelayanan kesehatan lain •Tuberculosis (TB
Tuberculosa
Virus H5N1 Peternakan Unggas, Flu Burung (Avian Influensza)
Rumah Sakit, unit
pelayanan kesehatan lain
Bakteri Anthrax Peternakan Sapi Infeksi Paru2
Cacing Perkebunan Cacingan
Racun binatang Perkebunan, Pertanian • Rabies
berbisa (anjing, • Keracunan bisa ular, kelabang,
ular, kelabang, kalajengking dll
kalajengking dll)
Dampak /potensi bahaya faktor
biologi
 Sakit

 Kecelakaan kerja
Pengendalian
 Eliminasi sumber bahaya faktor biologi
 Mengganti bahan atau proses yang menimbulkan
bahaya biologi
 Mengisolasi/membatasi pajanan dgn sumber bahaya
faktor biologi
 Sistem ventilasi
 Memasang rambu yang sesuai
 Vaksinasi
 Desinfektan
 Fasilitas sanitasi dengan air mengalir/antiseptik
FAKTOR ERGONOMI
 Ergonomi adalah keserasian dan kesesuaian alat
kerja, tempat kerja, posisi kerja dengan bentuk
bagian tubuh manusia
 Dampak yang dihasilkan adalah kelelahan, penyakit
akibat kerja yang berkaitan dengan otot dan tulang
 Dalam bekerja diharapkan didapatkan hasil sebesar-
besarnya dengan usaha yang sekecil-kecilnya
POTENSI BAHAYA FAKTOR
ERGONOMI
Cara kerja, posisi kerja, dan posturtubuh
tidak sesuai
Desain alat kerja dan tempat kerjayang
tidak sesuai antropometri
Pengangkatan beban yang melebihi
kapasitas
PRISIP ERGONOMI
- Sikap tubuh yang baik
- Kurangi beban
- Ketinggian sesuai
- mudah dijangkau
- Kurang tenaga
- Hindari gerakan ulangan
- Ruang yang cukup
- Kurang stres
- Ganti posisi
- Lingk. Aman selamat
• Ketidak serasian (ukuran tubuh manusia
dengan tempat kerja)
- akan mempengaruhi sikap tubuh saat
bekerja ,
- dapat menyebabkan berbagai gangguan
muskuloskeletal, mulai dari nyeri sampai
cedera otot
- memperbesar risiko untuk terjadi
kecelakaan
Anthropometri
suatu pengukuran yang sistematis terhadap
tubuh manusia, terutama seluk beluk
dimensional ukuran dan bentuk tubuh manusia.
Statis  ukuran tubuh diam. tinggi, lebar, tebal
dll
Dinamis  dalam keadan bergerak (jangkauan,
sudut puntir dll)
Jenis pengukuran:
STATIS

Ukuran Panjang
Ukuran lebar Ukuran Tebal
Anthropometri untuk :
- Perancangan area kerja
- Perancangan peralatan seperti mesin dll
- Perancangan produk konsumtif spt
kursi, pakaian dll
- Perancangan lingkungan
PENGGUNAAN DATA
ANTROPOMETRI

Sikap Kerja
• Clearance
• Reach
• Posture
• Strength
CLEARANCE menentukan minimum ruang
(space) yang diperlukan orang utk leluasa
beraktifitas
Reach ( jarak jangkauan)
Posture
Sikap Tubuh Yang Baik

• Tidak membungkuk
• Tidak jongkok
• Tidak memutar tubuh
Sikap Tubuh Yang Baik
• Tinggi tempat kerja antara tinggi pusat dan
tinggi sikut
• Tidak meraih obyek/alat kerja melebihi
tinggi bahu
• Letak obyek pada lapang pandang (30
derajat dari masing-masing mata – 60
derajat)
Berdiri dengan benar
- istirahatkan salah satu kaki secara
bergantian.
- salah satu kaki di atas sesuatu yang lebih
tinggi dari kaki yang lain.
- hindari posisi tubuh membungkuk atau
miring ke samping.
- posisi tulang belakang vertical dan berat
badan tertumpu pada 2 kaki
Mengangkat dengan punggung dan
kaki tertekuk

Kaki yang tertekuk


• Tenaga 2x lebih besar daripada punggung
tertekuk
• Lebih aman karena vertebra lumbal dalam
posisi tengah
Angkat - Angkut
• Sering menimbulkan LBP/HNP (50% klim) & Hernia

• Pekerja berisiko
- Kantin : kereta,baki,rak,dish
- Tata graha : objek berat/tinggi,sapu,sikat
- Klerk : kursi,meja,komputer,stasiun kerja
- Laundry : tarik/dorong kereta
- Maintenance : angkat,angkut objek/alat
- Perawat : membantu pasien/bed
GANGGUAN KESEHATAN

1. Kelelahan : - umum
- lokal
2. Sakit pinggang
3. Varices
4. Cervico brachial syndrome
5. Carpal tunnel syndrome
6. Stres kerja
Pengendalian Ergonomi dilakukan dengan:
menghindari posisi kerja yang janggal;

memperbaiki cara kerja dan posisi kerja;

mendesain kembali atau mengganti Tempat Kerja,

objek kerja, bahan, desain Tempat Kerja, dan peralatan


kerja;
memodifikasi Tempat Kerja, objek kerja, bahan,

desain Tempat Kerja, dan peralatan kerja;


mengatur WKWI;

melakukan pekerjaan dengan sikap tubuh dalam posisi

netral atau baik; dan/atau


menggunakan alat bantu
170
FAKTOR PSIKOLOGI
 Terkait dengan Pasal 86 ayat 1 huruf (b) UU No.13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan , menyebutkan
bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan atas moral dan kesusilaan.
 Terkait dengan Pasal 8 UU no.1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja, salah satu poinnya menyebutkan
adanya pemeriksaan kondisi mental pekerja
Faktor Psikologi (Ps.24)
Potensi bahaya Faktor Psikologi meliputi:
ketidakjelasan/ketaksaan peran;

konflik peran;

beban kerja berlebih secara kualitatif;

beban kerja berlebih secara kuantitatif;

pengembangan karir; dan/atau

tanggung jawab terhadap orang lain.

172
V. Pengukuran Dan Pengendalian Lingkungan Kerja

Jika hasil pengukuran psikologi terdapat potensi bahaya harus dilakukan


pengendalian sehingga memenuhi standar.
Pengendalian faktor psikologi melalui manajemen stress dengan:
melakukan pemilihan, penempatan dan pendidikan pelatihan bagi Tenaga Kerja;
mengadakan program kebugaran bagi Tenaga Kerja;
mengadakan program konseling;
mengadakan komunikasi organisasional secara memadai;
memberikan kebebasan bagi Tenaga Kerja untuk memberikan masukan dalam
proses pengambilan keputusan;
mengubah struktur organisasi, fungsi dan/atau dengan merancang kembali pekerjaan
yang ada;
menggunakan sistem pemberian imbalan tertentu; dan/atau
pengendalian lainnya sesuai dengan kebutuhan.
173
Pengertian

suatu kegiatan pemeriksaan thd kondisi


kejiwaan atau sikap perilaku seseorang atau
kelompok orang pada saat tertentu untuk
tujuan tertentu dengan mempergunakan cara
atau alat tertentu
Obyek Pemeriksaan
1. Individual (perorangan)
- dilakukan pemeriksaan secara personal

2. Perorangan dalam kelompok

a. interaksi sesama orang


- hubungan horisontal, vertikal, diagonal
- konflik, tekanan, agresi
b.interaksi dengan pekerjaan
- Jenis pekerjaan
- membahayakan diri
- sifat pekerjaan
- jenuh, membosankan
- monoton

c.interaksi dengan lingkungan kerja


- lingk.kerja fisik, kimia
3. Kelompok orang

a. Di dalam kelompok masyarakat


- contoh : - mengetahui kebutuhan masyarakat

b. Di dalam masyarakat tertentu (tempat kerja)


- contoh : - mengetahui produktivitas persh.
Standar faktor psikologi
Survey diagnosis dengan kuesioner
1. Tidak pernah menimbulkan stress
2. Jarang sekali menimbulkan stress
3. Jarang menimbulkan streess
4. kadang-kadang stress
5. Sering stress
6. Sering sekali stress
7. Selalu menimbulkan stress
Skor 9 atau lebih kecil  derajat strss
ringan
Skor 10-24  derajat stress sedang
Skor lebih besar 24  derajat stress berat
 Higiene adalah usaha kesehatan preventif yang
menitikberatkan kegiatannya kepada usaha kesehatan individu
maupun usaha pribadi hidup manusia.
 Sanitasi adalah usaha kesehatan preventif yang
menitikberatkan kegiatan kepada usaha kesehatan lingkungan
hidup manusia.
Penerapan higiene dan sanitasi
Bangunan tempat kerja
Fasilitas kebersihan
Kebutuhan udara
Tata laksana kerumahtanggaan
VI. Penerapan Higiene Dan Sanitasi (Ps. 26 – Ps. 44)

Meliputi:
1. Bangunan Tempat Kerja
- halaman;
bersih, tertata rapi, rata, dan tidak becek; dan cukup luas untuk lalu lintas orang
dan barang
saluran air pembuangan pada halaman, maka saluran air harus tertutup dan
terbuat dari bahan yang cukup kuat serta air buangan harus mengalir dan
tidak boleh tergenang.
- gedung, meliputi dinding dan langit-langit, atap; dan lantai.
gedung dalam kondisi: terpelihara dan bersih;, kuat dan kokoh strukturnya; dan
cukup luas sehingga memberikan ruang gerak paling sedikit 2 (dua) meter persegi
per orang.

185
Dinding dan langit-langit harus:
 kering atau tidak lembab;
 dicat dan/atau mudah dibersihkan;
 dilakukan pengecatan ulang paling sedikit 5 (lima)
tahun sekali; dan
 dibersihkan paling sedikit 1 (satu) kali setahun.

Lantai harus:
bahan yang keras, tahan air, dan tahan dari bahan

kimia yang merusak;


datar, tidak licin, dan mudah dibersihkan; dan

dibersihkan secara teratur.


186
Atap harus:
- mampu memberikan perlindungan dari panas matahari dan
hujan; dan
- tidak bocor, tidak berlubang, dan tidak berjamur
Bangunan Bawah Tanah harus
mempunyai struktur yang kuat;
mempunyai sistem ventilasi udara;
mempunyai sumber Pencahayaan;
mempunyai saluran pembuangan air yang mengalir dengan baik; dan
bersih dan terawat dengan baik.
Dalam hal bangunan bawah tanah merupakan ruang terbatas, penerapan
Higiene dan Sanitasi dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan

187
Fasilitas Kebersihan Toilet harus:
meliputi: bersih dan tidak menimbulkan bau;
Toilet dan kelengkapannya; tidak ada lalat, nyamuk, atau serangga
yang lainnya;
loker dan ruang ganti pakaian;
tersedia saluran pembuangan air yang
tempat sampah; dan mengalir dengan baik;
peralatan Kebersihan. tersedia air bersih;
dilengkapi dengan pintu;
memiliki penerangan yang cukup;
memiliki sirkulasi udara yang baik;
dibersihkan setiap hari secara periodik;
dan
dapat digunakan selama jam kerja.

188
Rasio kebutuhan jamban dengan jumlah Tenaga Kerja
dalam satu waktu kerja
 untuk 1-15 orang = 1 (satu) jamban;
untuk 16-30 orang = 2 (dua) jamban;

untuk 31-45 orang = 3 (tiga) jamban;

Untuk 46 -60 orang = 4 (empat) jamban;

untuk 61 - 80 orang = 5 (lima) jamban;

untuk 81 -100 orang = 6 (enam) jamban; dan

setiap penambahan 40 orang ditambahkan 1 (satu) jamban.

Jika Toilet laki-laki menyediakan fasilitas peturasan, jumlah jamban

tidak boleh kurang dari 2/3 (dua pertiga) jumlah jamban yang
dipersyaratkan

189
Ratio kebutuhan jamban dengan jumlah Tenaga Kerja
area konstruksi atau Tempat Kerja sementara
1-19 orang = 1 (satu) jamban;
20 -199 orang = 1 (satu) jamban dan 1 (satu) peturasan untuk setiap 40
(empat puluh) orang;
 200 orang atau lebih = 1 (satu) jamban dan 1 (satu) peturasan untuk setiap 50
(lima puluh) orang.

190
Ukuran

Umum :Paling sedikit : p 80 cm


 L  155 cm\
 T  220 cm
 Lebar pintu  70 cm
Disabilitas : p 152,5 cm
L227,5 cm
T  240 cm
Bebas kursi roda
Pintu masuk lebar 90 cm
Pakaian Kerja dan Ruang Ganti Pakaian
Tenaga Kerja dalam perusahaan tertentu dapat diwajibkan
memakai pakaian kerja sesuai syarat-syarat K3 yang
ditetapkan.
Pakaian kerja harus disediakan oleh Pengurus .
Dalam hal Tenaga Kerja menggunakan pakaian kerja
hanya selama bekerja, Pengurus harus menyediakan ruang
ganti pakaian yang bersih, terpisah antara laki-laki dan
perempuan serta pemakaiannya harus diatur agar tidak
berdesakan.
Ruang ganti pakaian harus tersedia tempat menyimpan
pakaian/loker untuk setiap Pekerja yang terjamin
keamanannya.

192
Tempat sampah dan peralatan Kebersihan harus
disediakan pada setiap Tempat Kerja.
Tempat sampah harus:

 terpisah dan diberikan label untuk sampah


organik, non organik, dan bahan berbahaya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
 dilengkapi dengan penutup dan terbuat dari bahan
kedap air; dan
 tidak
menjadi sarang lalat atau binatang
serangga yang lain.
193
 Tempat pembuangan pembalut harus
disediakan pada ruang Toilet perempuan.
 Tempat pembuangan pembalut harus:

 terbuatdari bahan yang kedap cairan;


 dilengkapi dengan penutup; dan
 diberikan label yang jelas.

 Tempat pembuangan pembalut harus


dibersihkan setiap hari.
194
 Pemenuhan kebutuhan udara di Tempat Kerja dilakukan
melalui:
 Kualitas udara dalam ruangan / KUDR;
 ventilasi; dan

 ruang udara.

 Tempat Kerja untuk melakukan jenis pekerjaan administratif,


pelayanan umum dan fungsi manajerial harus memenuhi KUDR
yang sehat dan bersih.
 KUDR ditentukan oleh suhu, kelembaban, kadar oksigen dan
kadar kontaminan udara

195
 Suhu ruangan yang
nyaman harus
dipertahankan dengan
ketentuan:
 Suhu Kering 230C– 260C
dengan
 kelembaban 40% – 60%.

 perbedaan suhu antar


ruangan tidak melebihi 5oC
 Kadar oksigen sebesar
19,5% - 23,5% dari volume
udara.
 Kadar kontaminan
196
 Pengurus dan/atau Pengusaha wajib menyediakan
sistem ventilasi udara untuk menjamin kebutuhan
udara Pekerja dan/atau mengurangi kadar
kontaminan di Tempat Kerja.
 Sistem ventilasi dapat bersifat alami atau buatan
atau kombinasi keduanya.
 Dalam hal menggunakan ventilasi buatan maka
ventilasi tersebut harus dibersihkan secara berkala
paling sedikit 3 (tiga) bulan sekali atau sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
197
1. ruang udara (cubic space) paling sedikit 10
m^3 dan lebih baik 15 m^3
2. Tinggi dari lantai sampai langit2 paling
sedikit 3 m
3. Ruangan lebih 4 m tdk di hitung Cubic space
Tata Laksana Kerumahtanggaan
Ketatarumahtanggaan yang baik meliputi upaya:
memisahkan
menata
membersihkan
menetapkan dan melaksanakan prosedur Kebersihan
mengembangkan prosedur Kebersihan
Alat kerja, perkakas, dan bahan harus ditata dan disimpan
secara rapi dan tertib untuk menjamin kelancaran
pekerjaan dan tidak menimbulkan bahaya kecelakaan.
Bahan yang disimpan di gudang dan diberi label yang
jelas

199
1. Suatu perusahaan dengan jumlah tenaga
kerja tetap sebanyak 1.320 Orang. Dibagi
dalam 3 shift kerja dengan jumlah tenaga
kerja setiap shiftnya sama. Jika jumlah
pekerja laki laki sama dengan jumlah
pekerja perempuan. Setiap shift kerja jumlah
pekerja laki-laki juga sama dengan jumlah
pekerja perempuan. Berapakah jumlah toilet
minimum?
1. Suatu ruangan dengan ukuran lantai 15 x
10 m^2 dan tinggi langit-langit dari
lantai adalah 3 meter. Berapakah jumlah
tenaga kerja maksimum dalam ruangan
tersebut agar terpenuhi kebutuhan udara
15 m^3 bagi setiap tenaga kerja?
Ketentuan kubik space
Kubik space adalah 10 m^3 dan lebih
baik 15 m^3.
Tinggi dari lantai sampai langit2 paling
sedikit 3 m
Ruangan lebih 4 m tdk di hitung Cubic
space
Volume ruangan = 15x10x3 m^3

BEKERJA PADA
KETINGGIAN
 Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal
Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. KEP.
45/DJPPK/IX/2008 tentang Pedoman K3 Bekerja
pada Ketinggian dengan Akses Tali (Rope Acces)
 Sistem keselamatan bekerja pada ketinggian dapat
dibagi menjadi 2 (dua) , yaitu sistem keselamatan aktif
dan sistem keselamatan pasif.
Contoh objek bekerja pada ketinggian
POTENSI BAHAYA BEKERJA
PADA KETINGGIAN
 TERJATUH  JATUH PEKERJA ATAU
MATERIAL
 BAHAYA JATUH PERCIKAN BARA API, DALAM
PEMOTONGAN ATAU PENGELASAN
 KEKUATAN ANGIN
PENGENDALIAN POTENSI BAHAYA
BEKERJA PADA KETINGGIAN

 Eliminasi risiko
 Minimalisasi risiko, antara lain dengan
 substitusi, yaitu dengan memilih sistem
akses yang memiliki resiko bahaya lebih
rendah.
 Modifikasi disain bangunan, pabrik atau
struktur.
 Isolasi dari bahaya dan atau
 Pengendalian teknis lainnya.
 Penggunaan alat pelindung diri
 PERSONIL YANG PROFESIONAL
KUALIFIKASI DAN PERSYARATAN
TEKNISI AKSES TALI

Kualifikasi Tenaga kerja pekerjaan pada


ketinggian ( working at height) terdiri dari :
a. Pekerja bangunan tinggi.
b. Teknisi Akses Tali

Kualifikasi Teknisi Akses Tali terdiri dari:


a. Teknisi Akses Tali tingkat 1
b. Teknisi Akses Tali tingkat 2
c. Teknisi Akses Tali tingkat 3
BEKERJA DI RUANG
TERBATAS
 Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal
Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. KEP.
113/DJPPK/IX/2006 tentang Pedoman K3 Bekerja
pada Ruang Terbatas.
 Pengurus wajib melakukan identifikasi dan evaluasi
terhadap tempat kerja untuk menentukan apakah
terdapat ruang terbatas dengan ijin khusus.
Sumber bahaya:
- Chemical hazards: Oksigen defisiensi,
kelebihan oksigen, gas mudah terbakar, gas
beracun
- Physical hazards: temperatur ekstrim, engulfment,
kebisingan, permukaan basah dan licin, kejatuhan
benda
POTENSI BAHAYA ; KEKURANGAN ATAU KELEBIHAN
GAS O2, TERPAPAR GAS/CAIRAN BERACUN,
BAHAYA TERPERANGKAP, ALIRAN LISTRIK,
TERBENTUR, TERPELESET, LEDAKAN,
KEBAKARAN
Identifikasi bahaya di Ruang terbatas
1. Identifikasi Ruang Terbatas – Perlu ijin
dan yang tidak memerlukan ijin
PETUGAS YANG DAPAT
BEKERJA PADA RUANG
TERBATAS
1. Petugas K3 ruang terbatas terdiri dari 2 jenjang
yaitu :
Petugas Madya
Petugas Utama
2. Diklat dan Sertifikasi
3. Pedoman K3 di Ruang Terbatas
Tugas Ahli K3

Ahli K3 sebagai Safety representatives adalah


orang yang bertugas mengevaluasi bahaya-
bahaya, menetapkan tanda atau peringatan
dan membuat/memberikan ijin masuk ruang
terbatas
Tangki Vaults/bunker
Manholes
Pipes/pipa
Boilers
Trenches/selokan
Furnaces/lorong
api/dapur Tunnels/terowongan
Sewers
Ducts/saluran pipa
Silos/gudang
gandum Bins/peti
Hoppers
Pits/lubang
Terdapat kandungan atau potensial
Ijin memasuki ruang mengandung gas atmosfir
berbahaya;
terbatas dibutuhkan
Terdapat kandungan/bahan yang
apabila memiliki potensial menyebabkan
salah satu dari tertutupnya/terliputinya akses
beberapa karakter masuk;
berikut: Memiliki konfigurasi akses masuk
yang dapat menjadi jebakan seperti
sesak napas; atau;
Terdapat kandungan bahan lain yang
dapat menyebabkan bahaya serius
lain terhadap keselamatan dan
kesehatan
Ruang terbatas yang tidak mengandung atau terdapat
bahaya dari gas atmosfer, berpotensi untuk
mengandung bahaya lain yang dapat menyebabkan
kematian ataupun bahaya terhadap fisik yang serius
lainnya

Tunnels/terowongan adalah contoh ruang


terbatas yang normal, dimana prosedur kerja
ruang terbatas tidak diperlukan disini; hanya
ditekankan untuk tidak bekerja sendiri dan
menggunakan alat komunikasi dua arah
Harus memuat juga:
a. Nama dan nomor telepon tim
penyelamat dan keadaan darurat
b.Prosedur komunikasi
c. Prosedur dan peralatan khusus
seperti:
Alat pelindung diri, peralatan
penyelamatan dan darurat, alat pernapasan,
Breathing Apparatus maupun Air breathing
standard
Harus selalu tersedia:
Tripod dengan hoist, life lines dan body
harness yang siap digunakan serta tangga
untuk jalan masuk dan keluar dalam
keadaan darurat
Mekanisme

Laporan Riksa SURKE Riksa


Uji T Uji
YA memenu Berkala
Pelaksana Riksa Uji:
hi Syarat
Pengawas
Ketenagakerjaan Sp K3:
≤ NAB
K3 LK pada UPT UPT L1, u/ Perusahaan;
atau
Wasnaker; Wasnaker L2, u/ UPT Wasnaker;
memenu L3, u/ Ditjen PPK dan K3
Penguji K3 pada hi
Direktorat Bina K3 standar
beserta UPT K3 dan
TIDAK SURKET Riksa Uji
UPTD Bidang K3;
TIDAK Ulang
AK3 Lingkungan Memenuh dan/atau
Kerja pada PJK3 i Syarat STIKER
Riksa Uji LK K3:
Perusahaan yang
meminta 222
Stiker

223
Ak3 muda Ak3 madya Ak3 utama
- D3 -D3 -D3
-Pengalaman paling -Pengalaman paling -5 thn
sedikit 1 thn pengalaman sedikit 3 thn -Sertifikat
pengukuran -Sertifikat kompetensi -sehat
pengendalian lingk.kerja -sehat
-Sertifikat kompetensi
- sehat berdasarkan surat
ket.dok
wewenang
Ak3 muda Ak3 madya Ak3 utama
1. Memasuki t4 kerja 1. Memasuki t4 kerja 1. Memasuki t4 kerja
2. Menetukan 2. Menetukan 2. Menetukan
program lingker program lingker program lingker
3. Mengawasi 3. Mengawasi
pelaksanaan pelaksanaan
program k3 program k3
4. Menetapkan 4. Menetapkan
rekomendasi teknis rekomendasi teknis
syarat k3 lingker syarat k3 lingker
5. Mengevaluasi dan
menetapkan
program
pengembangan K3
lingker
Pengujian lingkungan kerja
Setiap tahun atau sesuai aturan berdasarkan potensi

Peninjauan berkala NAB


Paling sedikit 3 tahun sekali
Love Your Environment
… Be Proud of It

Anda mungkin juga menyukai