Anda di halaman 1dari 10

DEFINISI

Dalam Panduan tatalaksana hipertensi oleh European Society of Hypertension/ESH yang dikeluarkan pada tahun 2023, hipertensi
resisten didefinisikan sebagai TD yang belum terkontrol (TDS ≥ 140 mmHg atau TDD ≥ 90 mmHg di RS atau klinik) meskipun
sudah dilakukan modifikasi gaya hidup serta optimalisasi regimen tiga obat yang meliputi golongan penghambat sistem Renin-
Angiotensin-Aldosterone (ACE-I/ ARB), CCB, dan diuretik golongan thiazid/thiazide-like.

Prevalensi
● Sejauh ini prevalensi dilaporkan bervariasi antara 14-37% pada berbagai studi observasional, uji klinik dan meta-analisis.
● Definisi TD tidak terkontrol pun berbeda dalam berbagai penelitian yaitu 140/90 mmHg atau 130/80 mmHg
● Jika menggunakan definisi operasional yang seragam, angka prevalensi diperkirakan mendekati 5-10% dari keseluruhan
populasi hipertensi.
Prognosis
● Prognosis pada pasien hipertensi resisten cenderung tidak baik karena memiliki risiko kerusakan organ target yang lebih
tinggi, seperti LVH (Left Ventricular Hypertrophy), penebalan intima-media karotis, lesi retina, mikroalbuminuria, infark
miokard, stroke, gagal jantung, dan gagal ginjal.
● Penurunan tekanan darah malam hari yang kurang dari 10% juga berhubungan dengan risiko morbiditas dan mortalitas
kardiovaskular yang lebih buruk.
● Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemantauan tekanan darah dengan Metode Ambulatory Blood Pressure Monitor
untuk menegakkan diagnosis dan menentukan prognosis pada pasien hipertensi resisten.
DIAGNOSIS HIPERTENSI RESISTEN
Identifikasi hipertensi resisten palsu sangat penting dalam diagnosis hipertensi resisten. Pemeriksaan mendalam untuk mencari
penyebab sekunder seperti OSA, penyakit ginjal kronis, dan hiperaldosteronisme primer diperlukan.

Evaluasi terhadap kepatuhan minum obat juga menjadi langkah penting dalam mendiagnosis hipertensi resisten palsu. Faktor-faktor
seperti sosiodemografis, sistem perawatan kesehatan, hubungan dengan terapi, kondisi klinis lainnya, dan hubungan dengan pasien
harus dievaluasi secara komprehensif.

Evaluasi terhadap teknik pengukuran tekanan darah di rumah sakit/klinik juga merupakan aspek yang perlu diperhatikan, termasuk
lokasi pengukuran, metode auskultasi, efek postur, dan ukuran manset yang sesuai.

Evaluasi tekanan darah di luar rumah sakit, seperti pemantauan tekanan darah di rumah, dapat membantu dalam menilai
keberhasilan pengobatan dan menghindari efek perancu “white coat hypertension
Identifikasi Hipertensi Sekunder sebagai Penyebab
Hipertensi Resisten
Terdapat beberapa petunjuk klinis umum
yang mengarah pada kecurigaan
hipertensi sekunder antara lain:
Identifikasi Hipertensi Sekunder sebagai Penyebab
Hipertensi Resisten
Faktor Lain sebagai Penyebab Hipertensi
Resisten ● Obat anti-inflamasi non-steroid dan inhibitor siklooksigenase.
● Glukokortikoid.
● Inhibitor reuptake serotonin-norepinefrin.
Obesitas ● Antipsikotik atipikal seperti clozapine dan olanzapine.
● Obat kontrasepsi yang mengandung estrogen.
● Simpatominetik seperti pseudo-ephedrine, ephedrine, dan
Pengaruh obat amphetamine.
● Penghambat faktor pertumbuhan endotel vaskular.
● Agen stimulasi eritropoietin.
● Inhibitor kalsineurin seperti siklosporin dan tacrolimus.
Diet tinggi sodium ● Penghambat tirosin kinase.
● Suplemen makanan seperti ginseng, licorice, dan Ma Huang.
● Obat diet seperti sibutramine dan fenipropanolamin.
Faktor lainnya

gaya hidup sedentary, konsumsi alkohol, merokok,


chewing, dan vaping
TATA LAKSANA HIPERTENSI RESISTEN
Pendekatan Nonfarmakologis

● Perubahan gaya hidup, seperti penurunan berat badan, aktivitas fisik, dan pola makan rendah lemak dan sodium
● Restriksi alkohol, serta penggunaan teknik relaksasi
● Terapi alternatif berbasis alat, seperti denervasi arteri renalis, tDCS, TMS, dan TENS
Pendekatan Nonfarmakologis

Optimalisasi rejimen 3 obat antihipertensi yang terdiri Pertimbangan penambahan vasodilator untuk memberikan efek relaksasi
dari golongan penghambat sistem RAA (ACEI/ARB), pada otot polos vaskular dan menurunkan tekanan darah
CCB, dan diuretik thiazid/thiazid-like dengan dosis
maksimal atau yang dapat ditoleransi oleh pasien

Penyekat ß, penyekat α1, agonis α sentral (klonidin), serta vasodilator dapat


menjadi terapi tambahan dalam penanganan hipertensi resisten

Penambahan Mineralocorticoid Receptor Antagonist


(MRA) sebagai obat keempat untuk mengatasi masalah
overvolume atau tonus simpatis yang tinggi pada pasien Mempertimbangkan denervasi arteri renalis sebagai langkah terakhir jika
hipertensi resisten terapi obat standar tidak berhasil mengontrol tekanan darah
Pendekatan
Nonfarmakologis
PERAN DENERVASI ARTERI RENALIS
DALAM TATALAKSANA HIPERTENSI
RESISTEN
Denervasi arteri renalis merupakan opsi Indikasi terapi denervasi arteri renalis pada pasien dengan
tatalaksana non-farmakologis untuk hipertensi hipertensi resisten yang sesuai dan bersedia menjalani prosedur
resisten setelah mendapatkan informasi lengkap

Terapi ini bisa dipertimbangkan baik sebagai terapi inisial maupun


Prosedur denervasi arteri renalis bertujuan untuk
tambahan pada pasien dengan hipertensi resisten, terutama pada
menurunkan overaktivitas simpatis pada ginjal
pasien dengan risiko kardiovaskular tinggi.

Anda mungkin juga menyukai