Anda di halaman 1dari 8

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

INVESTOR DANA INVESTASI REAL ESTATE


(DIRE)/ REAL ESTATE INVESTMENT TRUST
(REITs)
ACHMAD DWI SAPUTRA
Secara garis besar DIRE/REITs merupakan wadah
untuk menghimpun dana Masyarakat, yang
selanjutnya diinvestasikan pada aset real estat, aset
yang berkaitan dengan real estat dan atas kas dan
setara kas.
Pada tahun 2014, Pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan untuk
mendukung pengembangan DIRE di Indonesia, diantaranya :

1. Peraturan pemerintah No. 40 tahun 2016 bahwa pajak pendapatan atas DIRE hanya sebesar 0,5%.
2. Peraturan OJK No. 64/POJK.04/2017 tentang DIRE yang mengatur beberapa aspek seperti:
a. DIRE harus menginvestasikan setidaknya 80% dari portofolionya ke dalam property real estat dan
20% dapat berupa aset terkait real estate, uang tunai, sekuritas lain, dan instrumen pasar uang.
b. DIRE harus mendistribusikan setidaknya 90% pendapatannya kepada pemegang unit.
c. Investasi langsung oleh DIRE pada properti real estat hanya diperbolehkan di dalam wilayah
Indonesia.
d. Investasi DIRE dapat berupa properti jadi atau properti sedang dibangun. Namun manajer dana
harus memastikan bahwa dalam 6 bulan harus menghasilkan pendapatan dan paling banyak
sebesar 10% dari nilai aktiva bersih DIRE.
Kelebihan dan Kekurangan DIRE/REITs

Kelebihan : Kekurangan :
 Dividen: pembagian dividen  Pajak Dividen:
minimal 90% setiap tahun.  Sensitif terhadap suku bunga
 Nol pajak perusahaan  Likuiditas
 Nyata
Perlindungan hukum terhadap investor ditinjau
dari Peraturan BAPEPAM-LK
Dalam peraturan BAPEPAM-LK dibahas mengenai MKBD, yaitu Modal
Kerja Bersih Disesuaikan. Rumus perhitungan dari MKBD adalah : “MKBD
= total aset lancar – total kewajiban”.
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: Kep-20/PM/2003
tanggal 8 Mei 2003 Lampiran Peraturan Nomor V.D.5, diwajibkan untuk
menghentikan pembukaan terhadap Investor baru, wajib menyampaikan
kepada Bursa Efek terhadap rencana jadwal mengenai tata cara bentuk
peningkatan modal dan mengenai pengurangan atau menghentian kegiatan
usaha.
Perlindungan hukum terhadap investor ditinjau
dari Peraturan OJK
Pasal 29 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 tentang
Perlindungan Hukum Konsumen Sektor Jasa Keuangan mengatur tentang
kewajiban pertanggung jawaban yang harus di penuhi oleh pelaku usaha sektor
jasa keuangan, yaitu sebagai berikut:

“Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib bertanggung jawab atas kerugian


Konsumen yang timbul akibat kesalahan dan/atau kelalaian, pengurus,
pegawai Pelaku Usaha Jasa Keuangan dan/atau pihak ketiga yang bekerja
untuk kepentingan Pelaku Usaha Jasa Keuangan.”
Apabila dalam pertanggung jawabannya Manajer Investasi tidak memenuhi ketentuan
yang berlaku maka berdasarkan Pasal 53 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan tentang sanksi
yang dikenakan kepada Pelaku Usaha dalam hal melanggar ketentuan yang saat ini telah
disempurnakan dalam Pasal 24 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
19/POJK.04/2016 adalah sebagai berikut:
a. peringatan tertulis;
b. denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu;
c. pembatasan kegiatan usaha;
d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pencabutan izin usaha;
f. pembatalan persetujuan; dan
g. pembatalan pendaftaran.
KESIMPULAN
Mengenai perlindungan investor apabila terjadi gagal bayar
dalam perjalanan DIRE antara Manajer Investasi dengan Investor
maka Manajer Investasi maka dapat dikenakan sanksi
administratif yang berupa peringatan, denda, pembatasan
kegiatan usaha, hingga pencabutan izin kegiatan usaha. Sehingga
dengan adanya aturan mengenai sanksi administratif yang di
kenakan pada Manajer Investasi terkait dengan pertanggung
jawaban terhadap Investor, maka di harapkan Investor terlindungi
haknya selaku konsumen jasa sektor keuangan.

Anda mungkin juga menyukai