0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
15 tayangan19 halaman
Sebagai seorang bidan tentu kita wajib mengikuti etika apa saja yang ditentukan,bidan berhak menjalankan tugas nya sesuai dengan wewenang yang berlaku,agar dapat memberikan penyuluhan dan pelayanan maksimal untuk masyarakat dan orang lain
Judul Asli
7. ETIKA DAN KEWENANGAN BIDAN DALAM ASUHAN KEBIDANAN PASCA PERSALINAN DAN MENYUSUI
Sebagai seorang bidan tentu kita wajib mengikuti etika apa saja yang ditentukan,bidan berhak menjalankan tugas nya sesuai dengan wewenang yang berlaku,agar dapat memberikan penyuluhan dan pelayanan maksimal untuk masyarakat dan orang lain
Sebagai seorang bidan tentu kita wajib mengikuti etika apa saja yang ditentukan,bidan berhak menjalankan tugas nya sesuai dengan wewenang yang berlaku,agar dapat memberikan penyuluhan dan pelayanan maksimal untuk masyarakat dan orang lain
Kebidanan Pasca Persalinan dan Menyusui Hj. Sri Satiarsih, SST Wewenang bidan diatur dalam Permenkes RI No. 28 tahun 2017 bagian kedua tercantum pada pasal 18 bahwa dalam penyenggaraan praktik kebidanan, bidan memiliki kewenangan untuk memberikan pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak dan pelayanan kesehatan reproduksi serta keluarga berencana. Pasal 19 ayat (2) dan (3) Permenkes RI No. 28 Tahun 2017 menjelaskan bahwa kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan Kewenangan bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dijelasakan pada Pasal 19 ayat (3), bidan berwenang melakukan: a. Episiotomi dan pertolongan persalinan normal. b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II. c. Memberikan penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan. d. Memberikan tablet tambah darah pada ibu hamil. e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas. f. Memfasilitasi atau membimbing dalan Inisiasi Menyusu Dini dan promosi ASI eksklusif. g. Memberikan uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum. h. Memberikan penyuluhan dan konseling. i. Memberikan bimbingan pada kelompok ibu hamil, serta berwenang memberikan keterangan hamil dan kelahiran. Penyuluhan dan konseling yang dilakukan bidan pada ibu nifas adalah : a. Tanda-tanda bahaya b. HIV Aids c. Nutrisi d. Vit.A e. Tablet Fe f. Deteksi dan penatalaksanaan kondisi dan komplikasi Pemberian uterotonika Persalinan yang bermasalah dengan his bila berlanjut dapat menyebabkan perdarahan postpartum. Tindakan yang di lakukan untuk menangani masalah ini adalah dengan memberikan uterotonika, uterotonika yang biasa digunakan adalah oksitosin dengan cara di drip untuk meningkatkan kontraksi uterus. Uterotonika banyak digunakan untuk induksi, penguatan persalinan, pencegahan serta penanganan perdarahan postpartum, penanganan perdarahan akibat abortus inkompletikus dan penanganan aktif pada kala III persalinan. Oksitosik atau uterotonika adalah obat yang merangsang kontraksi uterus. Jenis uterotonika ada 3, yaitu: oksitosin, misoprostol, dan ergometrin Salah satu obat dari uterotonika yang paling umum digunakan adalah oksitosin, oksitosin adalah ekstrak hipofisis yang menyebabkan kontraksi otot polos dan kemudian menyebabkan kegiatan yang sangat kuat pada otot-otot uterus. Hormon ini di beri nama oksitosin berdasarkan efek fisiologisnya yakni percepatan proses persalinan dengan merangsang kontraksi otot polos uterus Semua obat memiliki efek samping, begitu juga dengan uterotonika (oksitosin) efek samping yang biasa terjadi yaitu mual, muntah, dan efek samping terberat adalah reaksi alergi (ruam, gatal-gatal, sesak nafas, pembengkakan mulut, mata, wajah, bibir, lidah). Penggunaan yang tidak tepat juga akan menimbulkan masalah serius seperti rahim pecah dan asfiksia pada janin. Efek samping yang berat ini yang dapat menyebabkan kematian ibu, karena rahim berkontraksi dengan kuat atau terjadi kontraksi secara terus menerus tanpa istirahat, hal ini dapat membuat uterus kelelahan, sehingga uterus menjadi lemah dan perdarahan semakin bertambah banyak. Penatalaksanaan Kasus-Kasus Pada Masa Nifas (Manajemen Kehilangan dan Duka Cita, Post Partum Blues Dan Depresi Post Partum)
1. Manajemen Kehilangan dan Duka Cita
Duka cita adalah respon fisiologis terhadap kehilangan. Kegagalan duka cita pada umumnya oleh karena suatu keinginan untuk menghindari sakit yg intens. Duka cita sangat bervariasi tergantung pada apa yg hilang & persepsi individu. Tingkat kehilangan dicerminkan melalui respon diri. Bentuk kehilangan dapat beragam diantaranya Infertil, keguguran, IUFD, kelainan kongenital, bayi meninggal. Terdapat tahapan dalam proses duka cita a. Shock merupakan respon awal terhadap kehilangan, bentuk respon fase shock ini diantaranya; menolak, tidak percaya, putus asa, marah. b. REALITAS, PENERIMAAN merupakan fakta kehilangan dan penyesuaian/adaptasi terhadap keyataan yang terjadi. c. RESOLUSI di fase ini individu mulai aktif kembali, fase resolusi merupakan tahap individu mulai menerima kehilangannya, dan mulai membuat hubungan baru Bidan sangat penting dalam membantu ibu yang berduka. Seperti pada bayi yang lahir tidak sempurna (kelainan kongenital), bidan berperan dalam memberi rasa aman, memberi support, mendengarkan keluhan, tidak menyalahkan, dan memberi support untuk berusaha menerima bayinya. Beri ibu kesempatan untuk menceritakan perasaan mereka walaupun berulang- ulang, karena hal ini merupakan manifestasi duka cita. Memberikan informasi ; penyebab dan kejelasan tentang kelainan bayi mereka membantu ibu untuk melalui fase duka cita. 2. Post Partum Blues Postpartum blues adalah tekanan atau stress yang dialami oleh ibu postpartum yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti adanya anggapan bahwa kelahiran bayi akan mengganggu atau merusak akivitas- aktivitas yang selama ini telah berjalan. Selain itu, kualitas hubungan antara suami dan istri serta perubahan hormonal juga berpengaruh terhadap munculnya gangguan ini. Gangguan postpartum blues lebih ringan dan umum terjadi pada ibu postpartum dibandingkan dengan gangguan postpartum depression Munculnya gangguan postpartum blues ditandai dengan gejala- gejala sebagai berikut: 1) Individu memiliki perasaan cemas dan khawatir 2) Individu sering merasa sedih, terlihat murung, dan sering menangis meski tanpa disertai sebab yang jelas. 3) Mudah lelah dan sakit kepala, dalam beberapa kasus sering migrain. 4) Ada kekawatiran tidak bisa mengurus bayinya dengan baik. Dalam keluarga yang memiliki masalah keuangan muncul kekhawatiran tentang masa depan anak, terutama masalah pendidikan. 5) Adanya perasaan tidak berdaya yang disebabkan kelelahan sewaktu melahirkan. Postpartum blues dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor biologis, fisik, psikis, maupun sosial. Oleh sebab itu, ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan postpartum blues pada ibu, yaitu dengan meminta bantuan suami atau keluarga jika ibu membutuhkan istirahat untuk menghilangkan lelah, memberitahu suami mengenai apa yang sedang ibu rasakan, meminta dukungan dan pertolongan dari suami, buang rasa cemas dan khawatir ibu akan kemampuan merawat bayi, dan cari hiburan serta luangkan waktu untuk diri sendiri . 3. Depresi Post Partum Depresi Post Partum (DPP) adalah gangguan depresi yang terjadi selama periode pasca persalinan dan biasanya didiagnosis sekitar 4 sampai 12 minggu setelah melahirkan. Depresi postpartum hampir sama dengan dengan postpartum blues, namun dengan intensitas, frekuensi, dan durasi gejala yang timbul lebih lama. Depresi postpartum dapat dialami oleh ibu paling lambat 8 minggu setelah melahirkan. definisi depresi postpartum ada tiga bagian, yaitu: 1) Depresi yang terjadi beberapa saat setelah melahirkan (di rumah sakit) atau ibu baru saja tiba di rumah sakit bersama bayinya. 2) Kesedihan yang timbul dan tenggelam, di mana ibu merasakan kesedihan yang kadang-kadang muncul dan kadang-kadang hilang yang terjadi sekitar tiga bulan setelah melahirkan. 3) Depresi yang lebih berat, yang dirasakan secara mendalam oleh ibu postpartum yang biasanya ditandai dengan berkurangnya berat badan, kekacauan jam tidur dan sebagainya. Adapun gejala-gejala yang timbul pada depresi postpartum adalah dipenuhi perasaan sedih dan depresi yang disertai dengan menangis tanpa sebab, tidak memiliki tenaga atau hanya sedikit saja, tidak dapat berkonsentrasi, ada perasaan bersalah dan tidak berharga, menjadi tidak tertarik dengan bayi atau terlalu memperhatikan dan mengkhawatirkan bayinya, adanya gangguan nafsu makan, ada perasaan takut untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya, dan munculnya gangguan tidur Tindakan yang dapat dilakukan pada depresi postpartum antara lain: 1) Dukungan psikologis dari suami, keluarga, dan petugas kesehatan. 2) Istirahat cukup untuk mengurangi perubahan perasaan. 3) Tenaga kesehatan yang memberikan informasi mengenai proses kehamilan dan melahirkan yang disertai dengan hal-hal sulit yang dapat timbul selama proses tersebut. 4) Dibutuhkan dukungan psikolog apabila keadaan ibu tampak sangat mengganggu TERIMAKASI H