Anda di halaman 1dari 23

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA

TEKNOLOGI PENGGUNA ENERGI INDUSTRI


MENJELASKAN
PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA TEKNOLOGI
PENGGUNA ENERGI

Kriteria Unjuk Kerja (KUK)


W2H
1. Prinsip konservasi energi pada sistem peralatan
 Apa (What) thermal dimengerti
2. Prinsip konservasi energi pada sistem kelistrikan
 Mengapa (Why) dimengerti
 Bagaimana (How) 3. Prinsip konservasi energi pada sistem kendali
(control) dimengerti
PERALATAN TERMAL INDUSTRI :

Meliputi sistem pembakaran, sistem konversi energi, dan


sistem pemanfaat panas.

Sistem pembakaran Konversi energi dan


pemanfaat panas

•Boiler.
•Furnace
•Dryer dll
Sistem Pembakaran
Peralatan Bakar
Sistem peralatan bakar meliputi :
• bahan bakar,
• manajemen pembakaran
• peralatan pemanfaat panas.

Manajemen Pembakaran
Manajemen pembakaran diperlukan untuk mendapatkan proses
pembakaran optimum pada suatu sistem pembakaran.

Sistem pembakaran
Indikator Efisiensi Sistem Pembakaran

Indikator efisiensi sistem pembakaran adalah :


 Ratio udara (Air ratio combustion)
 Suhu gas buang (stack temperature).

Dalam praktek sehari-hari rasio udara diindikasikan dengan persen (%) O2 atau
CO2 pada gas buang.

Suhu,
O2 atau
CO2

Indikator efisiensi pembakaran


Rasio Udara & O2 Optimum Untuk Berbagai Bahan Bakar

Bahan Bakar Rasio Udara ( %) Optimum O2 pada Stack (%)

Batubara 1.20 -1. 25 4 – 4,5


Biomassa 1.20 – 1.40 4-6
Stoker firing 1.25 – 1.40 4,5 – 6,5
BBM 1.05 – 1.15 1-3
Gas bumi/LPG 1.05 – 1.10 1-2
Black Liquor 1.05 – 1.10 1-2

Bahan Bakar Rasio Udara


O2 optimum
Ciri-ciri Sistem Pembakaran yg Boros
Dulu sistem pembakaran didisain saat harga energi murah
dimana efisiensi belum menjadi pertimbangan utama. Hal ini
sering menjadi salah satu penyebab terjadinya pemborosan.

Ciri-ciri sistem pembakaran boros energi adalah :


o Rasio udara tidak optimum (O2 terlalu rendah/gas buang
berasap, atau O2 tinggi/gas buang tampak bening/tak berwarna)
o Suhu stack (gas buang) tinggi di atas 150 C.

O2 tinggi gas buang


bening/tak berwarana O2 terlalu rendah/asap
Efisiensi Pembakaran
Efisiensi pembakaran didefinisikan sebagai energi input yang terkandung dalam bahan
bakar (hasil pembakaran sempurna) dikurangi dengan rugi-rugi energi cerobong.

Efisiensi pembakaran = (100 – Rugi-rugi Cerobong) %.

Rugi-rugi cerobong dalam hal ini dinyatakan dalam % bahan bakar input.

Rugi-rugi energi
Cerobong
(% input)
Rugi-Rugi Energi Cerobong
Energi sensibel gas buang yang hilang ke cerobong dikenal dengan rugi-
rugi energi ke stack (cerobong).

• Besarnya rugi-rugi energi cerobong ditentukan oleh


suhu gas buang dan rasio udara (O2 pada gas buang).
• Rugi energi cerobong sebagian besar terkandung pada
gas CO2 dan N2. Gas CO2 terbentuk dari hasil
pembakaran karbon (C) yang ada dalam bahan bakar
dengan O2.
• Gas nitrogen (N2) sebetulnya tidak berperan dalam
proses pembakaran tetapi gas ini terdapat di udara
pembakaran dengan jumlah yang relatif besar dan
kehadirannya di ruang bakar sulit dihindari.
Efisiensi Pembakaran Dan Minimisasi Rugi-rugi Panas

• Parameter yang mempengaruhi rugi-rugi energi gas buang adalah :


• Suhu gas buang
• Excess air.

Semakin rendah suhu gas buang dan semakin rendah excess air (udara lebih) sesuai dengan jenis bahan bakar semakin
sedikit rugi-rugi energi ke cerobong (lihat grafik)
PEMBAKARAN OPTIMUM

Pembakaran optimum diperoleh dengan Manajemen


pembakaran yaitu dengan :
• Menjaga pembakaran selalu berada pada ratio udara
rendah (low air ratio combustion) :

Bahan Bakar Rasio Udara ( %) Optimum O2 pada Stack (%)

Batubara 1.20 -1. 25 4 – 4,5


Biomassa 1.20 – 1.40 4-6
Stoker firing 1.25 – 1.40 4,5 – 6,5
BBM 1.05 – 1.15 1-3
Gas Bumi/LPG 1.05 – 1.10 1-2
Black Liquor 1.05 – 1.10 1-2
Rasio Udara
• Rasio udara adalah perbandingan antara udara
pembakaran aktual dengan udara pembakaran teoritis.
• Kadar O2 pada gas buang mengindikasikan rasio udara
pembakaran aktual.
• Dengan mengukur kadar oxygen (O2) pada gas buang
maka rasio udara pembakaran dapat dihitung dengan
formula berikut :

RasioUdara  21 /( 21  O 2%)
Excess Air
• Pembakaran stoichiometric adalah pembakaran ideal secara
teoritis.
• Dalam praktek pembakaran dengan kondisi stoichiometric
jarang atau tak mungkin ditemukan untuk pembakaran normal.
• Untuk mendapatkan pembakaran sempurna dimana bahan
bakar semuanya habis terbakar, maka udara pembakaran yang
dipasok ke ruang bakar lebih dari kebutuhan teoritis.
• Kelebihan udara tersebut disebut “Excess Air”
Excess Air
• Besarnya excess air dapat dihitung berdasarkan data
pengukuran CO2 dan O2 dalam gas buang.
• Excess air dihitung dengan formula berikut :
Excess air (E) = 378/100 - ( + )/  - 3.78

Dengan :

• E adalah excess air (%)


•  adalah konsentrasi CO2 pada gas buang (%)
•  adalah konsentrasi O2 pada gas buang (%).
Excess Air (lanjutan)
• Excess air dapat juga dihitung dengan formula
berikut :
Excess air (E) = (CO2 stochiometrik/CO2 aktual) – 1 x 100 %.

Dengan :
CO2 stochiometrik adalah volume CO2stochiometrik () dalam flue gas kering.

.
•Natural gas and producer gas; CO2 stochiometrik : 11 <  < 12 %.
•Commercial butane and propane; CO2 stochiometrik :  = 14 %.
•Fuels; CO2 stochiometrik : 15 <  < 16 %.
•Marketed coal; CO2 stochiometrik : 18 <  < 20 %.
Rangkuman Prinsip Konservasi Energi Pada Sistem Pembakaran

• Setiap excess air turun 5 %, akan meningkatkkan


efisiensi pembakaran 1 %.
• Setiap O2 pada gas buang turun 1 %, efisiensi
pembakaran naik 1 %.
• Setiap suhu gas buang turun 20 C, efisiensi
pembakaran naik 1 %.
• Setiap suhu udara pembakaran naik 18 C, bahan bakar
hemat 1 %.
Pembakaran Optimum

• Suhu stack gas gas buang rendah (+ 150 C)


• Kadar oksigen (O2) pada gas buang OPTIMUM

Bahan Bakar Optimum Optimum O2 pada


Excess Air % Stack Gas %
Batubara 20 - 25 4 – 4,5
Biomassa 20 - 40 4-6
Stoker firing 25 - 40 4,5 – 6,5
BBM 5 - 15 1-3
Gas Bumi/LPG 5 - 10 1-2
Black Liquor 5 - 10 1-2

18
Efisiensi Pembakaran - Natural Gas*

*)Assumsi pembakaran sempurna dan tidak ada uap air- H2O pada udara pembakaran

Efisiensi Pembakaran
Excess %
Flue gas temperature temperature, oF
Air Oxygen
200 300 400 500 600
9.5 2.0 85.4 83.1 80.8 78.3 76.0
15.0 3.0 85.2 82.8 80.4 77.9 75.4
28.1 5.0 84.7 82.1 79.5 76.7 74.0
44.9 7.0 84.1 81.2 78.2 75.2 72.1
81.6 10.0 82.8 79.3 75.6 71.9 68.2

Suhu turun dari 400 F ke 200 F O2 turun dari 7% ke 2 %


Peningkatan Efisiensi pembakaran : + 4.6 %, Peningkatan Efisiensi pembakaran : + 4 %,
Atau = 5.7 % di energi primer (fuel gas) Atau = 5 % di energi primer (fuel gas)
Pembakaran Tak Sempurna

 Ditandai dengan adanya :


Asap- C C C C C + gas CO CO CO CO.

 Pembakaran tak sempurna timbul akibat :


• Supply udara kurang
• Bahan bakar surplus
• Distribusi bahan bakar tidak bagus/tdk merata.
• distribusi udara buruk misalnya untuk coal firing akibat
spec dan ukuran bahan bakar tidak sesuai.

20
Pembakaran tidak sempurna

 Pembakaran tak sempurna sering timbul pada rasio udara rendah


Pembakaran Tak Sempurna
Asap - C C C C C :
• Indeks asap diukur dengan Smoke tester.
• Kriteria Indeks Asap adalah sebagai berikut

Indeks Asap Performance Burner Smoke


Indeks
1 Sangat baik
2 Baik
3 Cukup
4 Kurang
5 Sangat kurang
6 Buruk
7 Amat buruk
8 Amat buruk
9 Amat sangat buruk
Smoke tester
22
Rugi Rugi Energi
Akibat Pembakaran Tak Sempurna

Pembakaran tak sempurna : CO dalam gas buang


misalkan = 0.8 %, dan (CO2 + CO) = 10 %, dengan
menggunakan grafik : Rugi-rugi Stack = 5 %.

23

Anda mungkin juga menyukai