Dengan nilai udara stoikiometrik pula kita dapat mengetahui nilai Air fuel Ratio hingga besaran
udara teoritis pembakaran yang disesuaikan dengan presentase excess air optimum yang
diinginkan. Mengetahui besaran udara teoritis juga dapat mencegah terjadinya losses akibat
pengaturan udara yang tidak sesuai baik pembakaran kekurangan udara (less air combustion)
maupun kelebihan udara (over excess air) diluar batasan operasinya sehingga berdampak pada
ketidaksempurnaan pembakaran pada batubara.
Berikut formulasi menghitung presentase udara stoikiometik pada batubara dengan mengacu
pada data ultimate analysis batubara berikut :
Carbon : 40.63 %
Hydrogen : 2.9 %
Oksigen : 16 %
Nitrogen : 0.44 %
Sulfur : 0.08 %
Dengan mengacu pada hasil ultimate analysis diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa
presentase senyawa-senyawa hydrocarbon adalah actual sehingga menjadi acuan utama
dalam perhitungan udara stoikiometrik, kandungan bawaan batubara berupa oxygen merupakan
nilai pengurang dari konsumsi oksigen yang dibutuhkan batubara untuk terbakar sempurna.
Sesuai dengan senyawa-senyawa diatas, agar dapat terbakar sempurna, maka senyawa-senyawa
ini mesti bersinggungan terhadap oksigen. Berikut masing-masing kebutuhan oxygen pada tiap
unsur senyawa yang terkandung dalam batubara :
Carbon
C + O2 = CO2
12 kg + 32kg = 44 kg
Hydrogen
H2 + ½ O2 = H2O
2kg + 16kg = 18 kg
Sulfur
S + O2 = SO2
Noted: pembakaran tidak sempurna hanya berdampak pada pembakaran carbon yang
tidak maksimal
Dengan mengacu hasil ultimate analysis diatas, maka kita dalam menghitung O2 required
dengan formula sebagai berikut:
=1.1584 kgO2/kgcoal
Komposisi oxygen dalam atmosfer berdasarkan volume adalah 20.93% atau 21%, sehingga
kandungan oksigen dalam udara adalah :
= 21 % x O2 mol
= 21 % x 32 = 0.233 kgO2/kgair
Sehingga jumlah total ideal oksigen dalam udara yang dibutuhkan untuk 1 kg batubara adalah
sebesar 4.95 kgair/kg coal. Dengan mengetahui Udara stoikiometrik ini, kita dapat menentukan
nilai AFR (Air Fuel Ratio) actual yang dibutuhkan dengan excess air optimum (range excess air
normal biasanya 16-20%), tentunya bisa dikorelasikan dengan kajian performance test
maupun saat commissioning untuk menentukan presentase optimum excess air yang
dibutuhkan.
Berikut contoh case menentukan AFR actual dengan asumsi excess air optimum sebesar 20 %
dengan flow batubara sebesar 23 ton/jam dengan formulasi sebagai berikut :
= 5.15 kgair/kgcoal
Sehingga nilai flow udara yang dibutuhkan jika flow batubara 23 ton/jam adalah :
= 118.45 kg/h
Kemudian kita dapat mengetahui nilai flow rate udara teoritis yang dibutuhkan (Air required
flow rate);
Air required flow rate = (AFR actual/ Air density) x coal flow
= 98,708 m³air/h
Kondisi ini merupakan kondisi udara kering alias udara tanpa kandungan moisture, jika
diasumsikan terdapat kandungan moisture pada udara teoritis, maka didapat nilai udara teoritis
sebesar :
Jadi flow rate udara teoritis yang dibutuhkan untuk membakar 23ton/jam batubara dengan excess
air 20% adalah sebesar 119732,804 Nm³/h. Kondisi ini tentunya akan linier dengan kandungan
O2 content pada flue gas, semakin tinggi excess air (udara berlebih),
maka akan semakin besar kandungan oxygen pada flue gas. Tentunya besaran nilai O2 content
yang optimum pada tiap boiler berbeda-beda tergantung karakteristik boiler pada tiap
Pembangkit. Untuk lebih jelasnya kita akan bahas hubungan antara udara teoritis terhadap
besaran nilai O2 content pada next article
Sekian pembahasan terkait kebutuhan udara teoritis pembakaran, dengan ini rekan-rekan dapat
mengetahui perkiraan udara yang dibutuhkan untuk memperoleh efisiensi boiler yang maksimal
tentunya jika kondisi batubara sesuai perkiraan dan terprediksi. Apabila ada pertanyaan dan
koreksi monggo bisa disampaikan lewat kolom komentar. Terimakasih
Pada postingan terakhir saya, sudah dijelaskan bagaimana mendapatkan nilai udara teoritis pada
pembakaran di boiler, mulai dari bagaimana mengetahui udara stoikiometrik, AFR actual hingga
oxygen total yang dibutuhkan batubara hingga dapat terbakar sempurna. Kali ini, kita akan
membahas berapakah oxygen content pada flue gas dari total udara teoritis yang kita dapatkan
pada postingan sebelumnya Mengetahui nilai Udara Stoikiometrik, Air Fuel Ratio (AFR) untuk
menentukan udara teoritis pembakaran batubara | LinkedIn agar dapat diketahui apakah
parameter oxygen content pada flue gas sudah sesuai dengan pola operasi optimum atau justru
nilai oxygen content diluar dari range aman pengoperasian boiler.
Oxygen content sendirinya adalah merupakan presentase kandungan oksigen dalam flue gas dari
total product senyawa hasil pembakaran batubara. Kita bisa lihat kembali ultimate analysis data
untuk mengetahui presentase nilai volatile dan carbon yang terkandung dalam batubara sehingga
didapat product tiap senyawa hydrocarbon, maka dengan berbekal itu kita dapat mengetahui
kadar kandungan oksigen pada flue gas dengan mengacu pada perhitungan udara teoritis
pembakaran.
Kandungan presentase volume oksigen basah, dimana kandungan H2O secara volumetric
menjadi menjadi acuan nilai pengurang presentase O2 content pada flue gas
Kandungan presentase volume oksigen kering, dimana kandungan H2O secara
volumetric pada flue gas diabaikan. Biasanya sensing O2 content yang terinstall
merupakan sensor monitoring dry volume (keadaan kering) yang artinya bahwa
kandungan air atau tingkat kelembaban pada flue gas tidak mempengaruhi nilai O2
content secara massive
Beberapa powerplant memiliki parameter pengukuran oksigen content pada 2 titik jalur flue gas,
tentunya ini sangat membantu operator membandingkan nilai oxygen content actual pada flue
gas apabila salah satu sensing mengindikasikan error atau justru mengindikasikan case lain yang
terjadi secara realtime. Presentase normal oxygen content pada flue gas sendiri adalah berkisar 2-
6% bergantung pada hasil uji commissioning maupun performance test rutin yang dilakukan.
Oleh sebab itu operator diwajibkan memonitoring nilai Oxygen content agar tetap pada range
aman operasi, karena biasanya presentase excess air dalam pembakaran tidak diketahui didalam
system kontrol, sehingga apabila tidak dapat dikendalikan maka akan terjadi
ketidaksinambungan pembakaran yang berpotensi mengurangi keandalan dan efisiensi
pembangkit. Beberapa permasalahan yang muncul akibat presentase oksigen content yang terlalu
rendah (dibawah range aman operasi) adalah sebagai berikut:
Kenaikan kadar CO pada bottom ash yang disebabkan oleh minimnya udara pembakaran
Penurunan nilai CO2 pada flue gas, dimana CO2 merupakan indicator utama karbon
terbakar secara sempurna
Penurunan main steam pressure dan main steam temperature akibat pembakaran carbon
yang tidak sempurna yang kemudian berdampak pada penurunan temperature furnace
(pembakaran)
Frekuensi drain slugging (bottom ash) meningkat, disebabkan oleh kenaikan pressure
windbox yang mengindikasikan batubara tidak terbakar sempurna. Hal ini terjadi karena
laju perambatan panas < laju aliran bahan bakar ( batubara ) yang kemudian akan
meningkatkan losses unburn carbon yang diikuti heat losses pada proses drain bottom ash
Sedangkan apabila presentase oksigen content terlalu tinggi (diluar Batasan operasi) maka akan
berdampak sebagai berikut :
Kenaikan nilai CO pada flue gas, yang disebabkan residence time carbon yang singkat
Kenaikan FGET (Flue Gas Exit Temperature)
Pressure windbox mengalami kecenderungan penurunan nilai yang disebabkan material
halus (fine carbon, fine sand) yang ikut terangkat dan lolos melewati centrifugal
separator (cyclone)
Berikut grafik hubungan antara excess air /fuel terhadap perubahan nilai CO dan CO2 pada flue
gas
Diliat dari grafik diatas, disimpulkan bahwa efisiensi optimum pembakaran terjadi pada udara
berlebih (excess air), tentunya presentase ini disesuaikan dengan kandungan batubara dari hasil
uji ultimate analysis sehingga dapat ditentukan presentase optimumnya.
Untuk mengetahui nilai presentase oxygen content atau kandungan oksigen dalam flue gas
melalui perhitungan udara teoritis mempunyai beberapa tahapan penyelesaian. Untuk
memudahkan, kita dapat memakai nilai perhitungan udara teoritis pada postingan sebelumnya.
Berikut nilai yang didapat pada postingan sebelumnya :
AFR actual = 5.95 kgair/kgcoal (setelah dikoreksi dari nilai awal 5.15 kgair/kgcoal hahaha… )
Oxygen in Air atau kandungan oksigen dalam udara = 0.233 kgO2/kgair
= 1.386 kgO2/kgcoal
Jadi suplai actual oksigen dalam perhitungan udara teoritis adalah sebesar 1.199 kgO2/kgcoal.
Dengan nilai ini kita dapat menentukan suplai actual nitrogen dalam perhitungan udara teoritis
dengan formula sebagai berikut :
= 4.564 kgN2/kgcoal
Dengan perhitungan diatas kita mengetahui bahwa komposisi udara suplai actual yang
dibutuhkan adalah 5.95kgO2/kgcoal dan $.56kgN2/kgcoal
Selanjutnya, kita tentukan komposisi nilai dari product pembakaran dari masing-masing senyawa
yang terkandung dalam batubara yaitu: CO2,SO2, dan H2O dan tentunya product-product
senyawa tersebut disesuaikan dengan data ultimate analysis pada postingan sebelumnya.
= %C x 44kg/12kg
= 40.63% x (44kg/12kg)
= 1.462 kgCO2/kgcoal
Perhitungan diatas, berlaku terhadap seluruh product pembakaran dari senyawa lain
(lihat postingan sebelumnya)
Berikut formulasi untuk mengetahui nilai oksigen pada flue gas adalah :
Product O2 (kgO2/kgcoal) = Actual Oxygen Supplied – oxygen required for a kilo coal
= 1.386 kgO2/kgcoal - 1.1584 kgO2/kg coal
= 0.227 kgO2/kgcoal
Sedangkan formulasi untuk mencari nilai product N2 pada flue gas, dapat menggunakan rumus
sebagai berikut :
= 4.564 + 0.44%
= 4.584 kgN2/kgcoal
Kemudian jika seluruh nilai-nilai diatas telah diketahui, maka kita dapat menghitung nilai
presentase volume product yang ada di flue gas baik dengan kondisi kering maupun dengan
tingkat kelembaban yang tinggi. Berikut formula untuk mengetahui nilai %volume (dry
condition) adalah :
Berikut tabel pembenaran composition of flue gas DARI SEMUA PERHITUNGAN DIATAS:
Jadi presentase nilai O2 content atau kandungan oksigen pada flue gas adalah sebesar 3.4%
dengan presentase excess air yang diketahui sebelumnya sebesar 20%. Dimana presentase
kandungan oksigen ini merupakan kombinasi dari presentase product senyawa-senyawa lain
dalam flue gas