Anda di halaman 1dari 115

Aspek Jasa Pendidikan

Terkini
Oleh Toni Aris M.SE BKP
GAMBARAN UMUM

Ketentuan Penting dalam UU Pendidikan:

 Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan


menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana,
magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan
tinggi. (Pasal 1 9 ayat 1 UU No 20 th 2003)

 Perguruan Tinggi Swasta yang selanjutnya disingkat PTS adalah


Perguruan Tinggi yang didirikan dan/atau diselenggarakan oleh
masyarakat
Pasal 1 angka 8 UU no 12 tahun 2012
Fase Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Pajak
1. Fase Timbulnya Hak dan Kewajiban Pajak
- Terpenuhinya syarat kewajiban pajak Subjektif dan Objektif
2. Fase Self dan Withholding Assessment
- Mulai dari mendaftar NPWP/PKP sampai dengan pelaporan SPT
- Kewajiban Pembukuan/Pencatatan
- Profiling, Benchmarking, Counseling, himbauan (SP2DK), s.d. pembetulan SPT
3. Fase Pengawasan dan Penagihan Pajak
- Verifikasi/Penelitian, Pemeriksaan, Penyidikan pajak
- Penerbitan SKP/STP dan Penagihan Pajak
4. Fase Sengketa Pajak
- Pasca SKP/STP mulai munculnya sengketa pajak
- Keberatan/Pembetulan/Pengurangan/Pembatalan ke DJP
- Gugatan/Banding ke Pengadilan Pajak
- Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung
NIK Bagi WP Orang Pribadi
FORMAT NPWP
BARU
16 digit
PMK 136/2023
Perubahan
Bagi WP Selain Orang Pribadi
PMK 112/PMK.03/2022
angka
Nomor Identitas
Tempat Bagi WP Cabang
Kegiatan
Usaha

NPWP Format Lama masih dapat digunakan sd 30 Juni 2024 karena belum seluruh layanan
administrasi dapat mengakomodasi NPWP dengan Format Baru
Mulai 1 JULI 2024 seluruh layanan administrasi Perpajakan dan layanan lain yang
membutuhkan NPWP, menggunakan NPWP Format baru
PENDAFTARAN WAJIB PAJAK (WP) BARU

Bagi WP Aktivasi NIK sebagai NPWP dan


ORANG tetap diberikan NPWP dengan
PRIBADI format 15 digit (hanya sd 30 Juni 2024)
Bagi WP
SELAIN Diberikan NPWP dengan Format 16 Digit
ORANG
PRIBADI

Bagi WP Diberikan Nomor Identitas Kegiatan Usaha


Dan tetap diberikan NPWP dengan Format 15
CABAN Digit (hanya sd 30 Juni 2024)
G
PMK 112/2022
Kewajiban Pajak Jasa Pendidikan :
1. PPh PASAL 21: Jasa Pendidikan sebagai Pemberi Kerja berkewajiban untuk memotong,
menyetorkan dan melaporkan PPh 21

2. PPh PASAL 23/26/FINAL: sebagai Pemberi Penghasilan tertentu berkewajiban untuk


memotong, menyetorkan dan melaporkan PPh 23/26/Final.
3. PPN/PPnBM: Jasa Pendidikan sebagai Pengusaha juga berkewajiban
untuk menjadi PKP dan kemudian memungut, menyetor, melaporkan PPN/PPnBM
4. PAJAK LAINNYA: sebagaimana layaknya Badan Usaha (BPHTB, Pajak Daerah dan
sebagainya)
5. PPh BADAN: Jasa Pendidikan sebagai WP Badan memiliki kewajiban
PPh Badan sama seperti WP Badan lainnya, khususnya laporan Sisa Lebih
PPh badan dan Sisa lebih
Jasa Pendidikan
SUBJEK PAJAK
Pasal 2 ayat (1) huruf b
UU PPh

BADAN

D , F IR M A , K O N G S I,
PT, CV, BUMN/BUM S IU N,
S I, D A N A P E N
KOPERA N ,
AN , P E R K U M P U L A
PERSEKUTU P O L,
R M A S , O R S O S
YAYASAN, O
LEMBAGA
OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1) UU PPh

Penghasilan, antara lain:


1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari usaha, pekerjaan, kegiatan, atau jasa
2. Sewa dan imbalan lain sehubungan dengan penggunaan harta
3. Keuntungan dari pengalihan harta, termasuk keuntungan pengalihan harta yang semula
berasal dari bantuan, sumbangan atau hibah
4. Pembagian keuntungan dari kerja sama usaha.
OBJEK PAJAK FINAL
Pasal 4 ayat (2) UU PPh

Penghasilan, antara lain:


1. Penghasilan Bunga Bank
2. Penghasilan Sewa tanah dan atau bangunan
3. Pengalihan aset tanah dan atau bangunan
4. Penjualan saham bursa.
BUKAN OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (3) UU PPh
Penghasilan, antara lain:
(a)
2. harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan
keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil,
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-
pihak yang bersangkutan;
(diatur lebih lanjut di PMK No.245/PMK.03/2008 )

(m) Sisa lebih lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak
dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah
terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk
sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan,
dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut

(diatur lebih lanjut di PMK 68/2020 tentang petunjuk pelaksanaan sisa lebih bukan obyek pajak)
PENGHASILAN USAHA BAGI YAYASAN/LEMBAGA
PENDIDIKAN YANG TERMASUK OBJEK PAJAK
UANG PENDAFTARAN DAN UANG PANGKAL

UANG SELEKSI PENERIMAAN SISWA / MAHASISWA /


PESERTA PENDIDIKAN;

UANG PEMBANGUNAN GEDUNG / PENGADAAN PRASARANA;

UANG SPP, SKS, UJIAN, KURSUS, SEMINAR / LOKA-KARYA


DAN SEBAGAINYA;

PENGHASILAN DARI KONTRAK KERJA DALAM BIDANG


PENELITIAN DAN SEBAGAINYA;

PENGHASILAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN JASA


PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN.
BIAYA-BIAYA YANG BOLEH
DIKURANGKAN

Pasal 6 ayat Biaya yg berhubungan langsung dengan


(1) jo. Pasal 9
ayat (1) UU usaha, pemberian jasa, operasional jasa
PPh Pendidikan

Psl 11 Penyusutan / amortisasi atas pengeluaran


dan 11A untuk memperoleh harta yg masa
UU PPh manfaatnya lebih dari 1 tahun

Pasal 6 ayat Bagi yayasan pendidikan yaitu


(1) huruf g
subsidi/bea siswa yg kurang mampu
CONTOH BIAYA-BIAYA YANG BOLEH DIKURANGKAN
OLEH YAYASAN/LEMBAGA PENDIDIKAN
SEPANJANG ADA HUBUNGAN USAHA

1. Gaji / tunjangan / honorarium 12. Biaya penyusutan;


pimpinan / dosen / pengajar / 13. Kerugian karena penjualan /
karyawan; pengalihan harta;
2. Biaya umum / administrasi; 14. Biaya penelitian dan
3. Biaya publikasi / iklan; pengembangan;
4. Biaya kendaraan; 15. Biaya bea siswa dan pelatihan
5. Biaya kemahasiswaan; dosen/pengajar/karyawan;
6. Biaya ujian semester; 16. Biaya pembelian buku perpus-
7. Biaya sewa gedung & utilities takaan dan alat-alat olahraga &
(telepon, air, listrik); peraga;
8. Biaya laboratorium; 17. Subsidi/bea siswa yang kurang
9. Biaya penyelenggaraan asrama; mampu;
10. Bunga bank dan biaya bank 18. Pajak Bumi dan Bangunan
lainnya; (PBB) bagi yang terkena.
11. Biaya pemeliharaan kampus; 19.Biaya Natura dan Kenikmatan
PENGHITUNGAN PAJAK
A YANG DIPERBOLE
HASILAN OBJ EK - BIAY
PENG
=
SILAN KENA PAJ AK
PENGHA

Tidak dikenakan PPh atas SISA Dikenakan PPh jika dalam


LEBIH digunakan untuk jangka waktu 4 (empat)
mengembangkan / meningkatkan tahun tidak digunakan untuk
prasarana pendidikan yang mengembangkan atau
dimiliki meningkatkan prasarana
pendidikan yang dimiliki
Pengertian sisa lebih
psl 4 (2) PMK 68/2020
2.Sisa lebih sebagaimana dimaksud merupakan selisih lebih dari penghitungan seluruh penghasilan yang diterima atau
diperoleh selain penghasilan yang dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final dan/atau bukan objek Pajak
Penghasilan, dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan tersebut.

(3) Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), termasuk:
a. bantuan, sumbangan, atau harta hibahan;
b. biaya operasional penyelenggaraan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan;
c. biaya pengadaan barang dan/atau jasa yang digunakan untuk mendukung operasional
penyelenggaraan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan; dan/atau
d. biaya untuk meningkatkan kapasitas mutu dan layanan pendidikan dan/atau penelitian dan
pengembangan, serta pengabdian masyarakat sesuai dengan ketentuan perundangan-undangan yang mengatur mengenai
pendidikan tinggi.
(4) Bantuan, sumbangan, atau harta hibahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan, sepanjang tidak ada
hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, dengan pihak penerima.

(5) Tidak termasuk hubungan istimewa berupa hubungan kepemilikan dan penguasaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
apabila pemberi dan penerima bantuan, sumbangan, atau harta hibahan merupakan Badan atau Lembaga.
Pasal 5 PMK 68/2020

(1) dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) meliputi:
a. pengadaan sarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan termasuk
peralatan kelas, barang/peralatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, peralatan
olahraga, komputer, kendaraan bus, minibus, atau kendaraan sejenis yang dipergunakan untuk
antar jemput mahasiswa, kendaraan yang dimiliki atau dipergunakan Badan atau Lembaga
untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya; dan/atau
b. pembangunan dan pengadaan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan
pengembangan termasuk, gedung, tanah, laboratorium, perpustakaan, ruang komputer,
kantor, asrama mahasiswa, rumah dinas guru, dosen atau karyawan,
yang berada di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(2) Termasuk dalam pembangunan dan pengadaan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau
penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan
penggunaan sisa lebih yang dialokasikan dalam bentuk Dana Abadi.

Pasal 1 PMK/168 2020


Dana Abadi adalah dana yang bersifat abadi untuk
menjamin keberlangsungan program Pendidikan dan/atau
penelitian dan pengembangan yang tidak dapat digunakan
untuk membiayai kegiatan operasional.
Pasal 5 PMK 68/2020
(4) Penggunaan sisa lebih dalam bentuk pembangunan dan/atau pengadaan
sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selain yang
dialokasikan dalam bentuk Dana Abadi dapat diberikan kepada Badan atau
Lembaga lain sepanjang berada di dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

(5) Penggunaan sisa lebih sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak dapat
menjadi pengurang penghasilan bruto bagi Badan atau Lembaga
pemberi.
MENGHITUNG DASAR PENGENAAN PAJAK PPH BADAN

Obyek Pajak : 30.000.000.000


OBYEK PAJAK ps 4 (1) UU PPh
Obyek Final : 50.000.000 PENGHASILAN
Hibah Penelitian: 1.000.000.000
Total 31.050.000.000
OBYEK PAJAK FINAL ps 4(2) UU PPh > 50 juta
obyek pajak umum
NON OBYEK PAJAK ps 4 (3) UU PPh Rp. 30.000.000.000
> 1 Milyar

Koreksi Biaya memelihara penghasilan


Tersebut :
Biaya Penghs Oby Final Rp. 10.000.000
Biaya Hibah Penelitian Rp.500.000.000 BIAYA
BIAYA-BIAYA Sumbangan (non ketentuan) Rp
deductible
500.000.000
Rp. 25.000.000.000 Total koreksi biaya Rp.1.010.000.000 Rp. 23.990.000.000
DEDUCTIBLE ps 6, 11 UU PPh
NON DEDUCTIBLE ps 9 UU PPh

LABA BERSIH
LABA BERSIH Rp 6.010.000.000
Rp 6.050.000.000
PROSES REKONSILIASI
Laba akuntansi
TARIF PPh TERUTANG
Omzet di atas 50 M 22 % x
(Pasal 17 ayat (1) huruf b Penghasilan Kena
& ayat (2a) UU PPh) Pajak

TARIF
PPh
Omzet s.d. 50 M
(Pasal 31E UU PPh)
MENGHITUNG SISA LEBIH Yaitu selisih lebih dari penghitungan seluruh penghasilan yang diterima atau diperoleh selain penghasilan yang dikenai Pajak
Penghasilan yang bersifat final dan/atau bukan objek Pajak Penghasilan, dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan tersebut.

Obyek Pajak : 30.000.000.000 OBYEK PAJAK ps 4 (1) UU PPh


Sisa Lebih
Obyek Final : 50.000.000
OBYEK PAJAK FINAL ps 4(2) UU PPh > 50 JUTA
Hibah Penelitian: 1.000.000.000
Total 31.050.000.000 NON OBYEK PAJAK ps 4 (3) UU PPh
Rp. 30.000.000.000
> 1 Milyar

Koreksi Biaya memelihara penghasilan


Tersebut : BIAYA
BIAYA-BIAYA Biaya Penghs Oby Final Rp. 10.000.000
Biaya Hibah Penelitian Rp.500.000.000
Rp. 25.000.000.000 Sumbangan (non ketentuan) Rp 500.000.000 Rp. 23.990.000.000
Total koreksi biaya Rp.1.010.000.000

LABA BERSIH
SISA LEBIH PMK 68
Rp 6.050.000.000
PROSES REKONSILIASI Rp 6.010.000.000

Laba akuntansi
Perhitungan PPh badan
Laba Akuntansi Rp. 6.050.000.000,-
Koreksi Fiskal Negatif
1.Penghasilan Final (Rp. 50.000.000,-)
2.Penghasilan Bukan oby pajak
Hibah Penelitian (Rp. 1.000.000.000,-)
3.Sisa Lebih PMK 68/2020 (Rp. 6.010.000.000,-)
Koreksi Fiskal Positif
1. Biaya sesuai ps 6 dan 9 UU PPh Rp. 1.010.000.000,-
Penghasilan Kena Pajak 0
ISAK 35

CONTOH KASUS SPT PPh Badan Jasa Pendidikan


Pajak Penghasilan Pasal 21
Penjelasan
Natura dan
Gaji, Upah, Honorarium, Tunjangan, natura, Kenikamatan
kenikmatan dan Pembayaran lain dengan di PMK
66/2023 slide
nama/bentuk apapun
selanjutnya

1. Pekerjaan;
2. Jasa;
3. Kegiatan
yang dilakukan orang pribadi

Subyek Pajak DN Subyek Pajak LN

PPh Pasal 21 PPh Pasal 26


PAJAK ATAS NATURA DAN/ATAU KENIKMATAN
PMK 66/2023

Pemberian natura kepada pegawai dapat dibiayakan


(deductable expenses) oleh pemberi kerja dan
merupakan obyek penghasilan bagi pegawai
(PPh 21)

Natura tertentu bukan merupakan penghasilan bagi penerima:


a. Penyediaan makan/minum bagi seluruh pegawai
b. Natura di daerah tertentu
c. Natura karena keharusan pekerjaaan, contoh: alat keselamatan kerja atau
seragam
d. Natura yang bersumber dari APBN/APBD/APBDes
e. Natura dengan jenis dan batasan tertentu.
www.pajak.go.id
13
Natura dan/atau Kenikmatan dengan Jenis dan/atau Batasan Tertentu

Batasan dapat berupa:


Merupakan jenis-jenis natura
a. Kriteria penerima dan/atau nilai,
dan/atau kenikmatan terperinci
untuk natura; atau
disertai dengan batasannya
b. Kriteria penerima, nilai dan/atau
(negative list)
fungsi, untuk kenikmatan

Selisih lebih nilai natura/kenikmatan


yang diterima – batasan berupa
nilai tertentu = objek PPh

www.pajak.go.id
14

Natura dan/atau Kenikmatan dengan Jenis dan/atau Batasan Tertentu


Daftar Perincian (1)
No. Jenis Batasan
1. Bingkisan dari pemberi kerja antara lain Diterima atau diperoleh seluruh Pegawai
berbentuk bahan makanan, bahan minuman,
makanan dan/atau minuman dalam rangka hari
besar keagamaan meliputi Hari Raya Idulfitri,
Hari Raya Natal, Hari Suci Nyepi, Hari Raya
Waisak, atau Tahun Baru Imlek
2. Bingkisan dari pemberi kerja yang diberikan a. Diterima atau diperoleh Pegawai; dan
selain dalam rangka hari raya keagamaan b. Secara keseluruhan
sebagaimana dimaksud pada angka 1.
bernilai maksimal sebesar maksimal
sebesar Rp 3
juta/pegawai/tahun pajak.
3. Peralatan dan fasilitas kerja yang diberikan a. Diterima atau diperoleh Pegawai; dan
pemberi kerja kepada pegawai untuk pelaksanaan b. Menunjang pekerjaan pegawai
pekerjaan antara lain komputer, laptop, atau
ponsel beserta penunjangnya seperti pulsa dan
sambungan internet. www.pajak.go.id
15
Natura dan/atau Kenikmatan dengan Jenis dan/atau Batasan Tertentu
Daftar Perincian
(2)
No. Jenis Batasan
4. Fasilitas pelayanan kesehatan dan a. Diterima atau diperoleh seluruh Pegawai; dan
pengobatan dari pemberi kerja b. Diberikan dalam rangka penanganan:
1) kecelakaan kerja;
2) penyakit akibat kerja;
3) kedaruratan penyelamatan jiwa; atau
4) pengobatan lanjutan sebagai akibat
kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja.
5. Fasilitas olahraga dari pemberi kerja selain a. Diterima atau diperoleh Pegawai; dan
fasilitas olahraga golf, pacuan kuda, balap b. Secara keseluruhan bernilai maksimalsebesar
perahu bermotor, terbang layang dan/atau
olahraga otomotif Rp1,5 juta/pegawai/tahun pajak.
6. Fasilitas tempat tinggal dari pemberi kerja a. Diterima atau diperoleh Pegawai
yang bersifat komunal (dimanfaatkan
bersama-sama) antara lain mes, asrama,
pondokan, atau barak www.pajak.go.id
16
Natura dan/atau Kenikmatan dengan Jenis dan/atau Batasan Tertentu

Daftar Perincian (3)


No. Jenis Batasan
7. Fasilitas tempat tinggal dari pemberi kerja a. Diterima atau diperoleh Pegawai; dan
yang hak pemanfaatannya dipegang oleh b. Secara keseluruhan bernilai maksimal sebesar Rp2
perseorangan (individual) antara lain juta
apartemen atau rumah tapak /pegawai/bulan.
8. Fasilitas kendaraan dari pemberi kerja Diterima atau diperoleh Pegawai yang:
a. Tidak memiliki penyertaan modal pada pemberi
kerja; dan
b. Memiliki rata-rata penghasilan
bruto dalam 12 (dua belas) bulan terakhir
sampai dengan Rp 100 juta/pegawai/tahun pajak
dari pemberi kerja.
9. Fasilitas iuran kepada dana pensiun Diterima atau diperoleh Pegawai
yang pendiriannya telah disahkan oleh
OJK yang ditanggung pemberi kerja
www.pajak.go.id
17

Natura dan/atau Kenikmatan dengan Jenis dan/atau Batasan Tertentu


Daftar Perincian (4)
No. Jenis Batasan
10. Fasilitas peribadatan antara lain Diperuntukkan semata-mata untuk kegiatan peribadatan
berbentuk musala, masjid, kapel, atau
pura
11. Seluruh natura dan/atau kenikmatan Diterima atau diperoleh Pegawai atau pemberi jasa
yang diterima atau diperoleh tahun
2022

www.pajak.go.id
PTKP: PMK 101/PMK.010/2016

Rp54.000.000,- Untuk diri Wajib Pajak

Rp4.500.000,- Tambahan utk WP Kawin

Tambahan untuk setiap anggota


keluarga sedarah semenda dalam
Rp4.500.000,- garis keturunan lurus serta anak
angkat yg menjadi tanggungan
sepenuhnya maksimal 3 orang

Penerapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun


kalender atau awal bulan dari bagian tahun kalender
1.Tarif Pemotongan PPh pasal 21

TARIF PAJAK Pasal 17


Undang-Undang PPh Undang-Undang HPP
Lapisan Rentang Penghasilan Tarif Lapisan Rentang Penghasilan Tarif
I 0 - Rp 50 juta 5% I 0 - Rp 60 juta 5%
II > Rp 50 juta - Rp 250 juta 15% II > Rp 60 juta - Rp 250 juta 15%
III > Rp 250 juta - Rp 500 juta 25% III > Rp 250 juta - Rp 500 juta 25%
IV > Rp 500 juta 30% IV > Rp 500 juta - Rp 5 Miliar 30%
V > Rp 5 Miliar 35%
NOTE: Berlaku sebelum tahun pajak 2022

NOTE: Berlaku tahun pajak 2022


2.TARIF PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

1.Tarif Efektif Bulanan

TER A = PTKP : TK/0 (54 juta); TK/1 & K/0 (58,5 juta)

TER B = PTKP : TK/2 & K/1 (63 juta); TK/3 & K/2 (67,5 juta)
PMK 168/2023
TER C = PTKP : K/3 (72 juta)

3
2.Tarif Efektif Harian

Penghasilan Bruto Harian TER Harian

<= Rp450ribu 0% x Ph Bruto Harian

> Rp450ribu – Rp2,5 juta 0,5% x Ph Bruto Harian www.pajak.go.id


PPH PASAL 26

3.Tarif Pasal 26 = 20 %

Penghasilan Bruto

Memperhatikan
Ketentuan P3B
Overview Skema Perhitungan PPh Pasal 21
Pengurangan zakat/sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib yang dibayar melalui pemberi kerja
dalam Penghasilan Bruto PPh Pasal 21;*

• Pengurangan yang diperbolehkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (5)


bagiPegawai Tetap, yaitu:
• biaya jabatan, sebagaimana diatur dalam Pasal 21 ayat (3) Undang- Undang Pajak
Penghasilan;
• iuran terkait program pensiun dan hari tua, yang terkait dengan gaji, yang dibayar
oleh Pegawai melalui pemberi kerja kepada:
• dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri atau telah
mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan;
• badan penyelenggara Jaminan sosial ketenagakerjaan; dan
• badan penyelenggara tunjangan hari tua yang pendiriannya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
c) zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi
pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang dibayarkan melalui pemberi kerja
kepada badan amil zakat, lembaga amil zakat, dan lembaga keagamaan yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah.

PMK-168/2023 Pasal 10
www.pajak.go.id
Overview Skema Perhitungan PPh Pasal 21 15
Menambah pengecualian penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21: DTP;**
LB karena pembetulan boleh dikompensasi ke masa berikutnya, tidak harus berurutan*****

• Dalam hal jumlah Pajak Penghasilan Pasal 21 yang telah dipotong pada Masa Pajak selain Masa Pajak Terakhir
dalam Tahun Pajak yang bersangkutan lebih besar daripada Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang selama 1
(satu) Tahun Pajak atau bagian Tahun Pajak, kelebihan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang telah dipotong tersebut
wajib dikembalikan oleh Pemotong Pajak kepada Pegawai Tetap dan Pensiunan yang bersangkutan beserta dengan
pemberian bukti pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21, paling lambat akhir bulan berikutnya setelah Masa
Pajak Terakhir.
• Tidak termasuk kelebihan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dikembalikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yaitu Pajak Penghasilan Pasal 21 yang ditanggung pemerintah.**
• Dalam hal pada suatu Masa Pajak terjadi kelebihan penyetoran pajak yang terutang oleh Pemotong Pajak,
kelebihan penyetoran tersebut dapat diperhitungkan dengan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak
Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, atau Kegiatan yang terutang pada bulan berikutnya
melalui Surat Pemberitahuan Masa.
• Dalam hal terdapat kelebihan penyetoran pajak pada pembetulan Surat Pemberitahuan Masa, kelebihan penyetoran
tersebut dapat diperhitungkan dengan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/ atau Pajak Penghasilan Pasal 26
Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, atau Kegiatan yang terutang pada bulan-bulan berikutnya, tanpa harus
berurutan.*****

PMK-168/2023 Pasal 21
www.pajak.go.id
Overview Skema Perhitungan PPh Pasal 21
16
Menyesuaikan pengurang penghasilan bruto Bukan Pegawai dengan konsep dalam PMK-141/2015;***
• Jumlah penghasilan bruto untuk Bukan Pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (3):***
• untuk jasa katering merupakan seluruh jumlah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh
Bukan Pegawai dari Pemotong Pajak; atau
• untuk jasa selain jasa katering merupakan seluruh jumlah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau
diperoleh Bukan Pegawai dari Pemotong Pajak, tidak termasuk:
• pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
diterima atau diperoleh tenaga kerja yang dipekerjakan oleh Bukan Pegawai;
• pembayaran pengadaan atau pembelian atas barang atau material, yang diterima atau diperoleh penyedia barang atau material
dari Bukan Pegawai, yang terkait dengan jasa yang diberikan oleh Bukan Pegawai; dan/ atau
• pembayaran yang diterima atau diperoleh pihak ketiga dari Bukan Pegawai atas jasa yang diberikan oleh pihak ketiga
tersebut, berdasarkan kontrak atau perjanjian dengan Pemotong Pajak, kecuali apabila dalam kontrak/ perjanjian tidak dapat
dipisahkan, maka besarnya penghasilan bruto tersebut merupakan sebesar jumlah yang diterima atau diperoleh Bukan
Pegawai.

• Pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b angka 1, angka 2, dan angka 3 tidak termasuk dalam jumlah bruto sebagai dasar pemotongan Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sepanjang dapat dibuktikan dengan:
• kontrak kerja dan daftar pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pemberian lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) huruf b angka 1;
• faktur pembelian atas pengadaan/pembelian barang atau material sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b angka 2; dan/atau
• faktur tagihan dari pihak ketiga disertai dengan perjanjian tertulis, termasuk bukti pemberian penghasilan kepada pihak ketiga, sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) huruf b angka 3.

PMK-168/2023 Pasal 12
www.pajak.go.id
Overview Skema Perhitungan PPh Pasal 21

Menegaskan hak Penerima penghasilan untuk menerima bukti pemotongan dan tidak ada kewajiban
pembuatan bupot jika tidak ada penghasilan yang dibayarkan;****

1) Pemotong Pajak wajib:


• menghitung, memotong, menyetorkan, dan melaporkan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau
Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, atau Kegiatan yang terutang
untuk setiap Masa Pajak;
• membuat bukti pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 dan
memberikan bukti pemotongan tersebut kepada penerima penghasilan yang dipotong pajak;
• membuat catatan atau kertas kerja penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/ atau Pajak
Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, atau Kegiatan untuk masing-masing
penerima penghasilan;dan
• menyimpan catatan atau kertas kerja penghitungan sebagaimana dimaksud dalam huruf c sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
……
3) Ketentuan mengenai kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) tetap berlaku dalam
hal terdapat penghasilan yang diberikan, termasuk apabila jumlah pajak yang dipotong pada
bulan yang bersangkutan nihil. ****

PMK-168/2023 Pasal 20
www.pajak.go.id
Overview Skema Perhitungan PPh Pasal 21
18

Menegaskan hak Penerima penghasilan untuk menerima bukti pemotongan dan tidak ada kewajiban
pembuatan bupot jika tidak ada penghasilan yang dibayarkan;****

• Penerima penghasilan mempunyai hak untuk menerima bukti pemotongan


dari Pemotong Pajak.****
• Penerima penghasilan mempunyai hak untuk menerima pengembalian kelebihan
Pajak Penghasilan Pasal 21 yang telah dipotong sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 ayat (1) kecuali atas Pajak Penghasilan Pasal
21 yang ditanggung pemerintah.
• Jumlah Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dipotong, selain Pajak Penghasilan
Pasal 21 yang bersifat final, merupakan kredit pajak bagi penerima penghasilan
untuk Tahun Pajak atau bagian Tahun Pajak terutangnya penghasilan.

PMK-168/2023 Pasal 22
www.pajak.go.id
IURAN BPJS dan ZAKAT UNTUK MENGHITUNG PPH PASAL 21

Ditanggung Pemberi Kerja Ditanggung Karyawan


BPJS
Menambah Pengurang
Penghasilan Bruto Penghasilan Bruto
BPJS Kesehatan Ya Tidak
Jaminan Kecelakaan Kerja Ya
Jaminan Kematian Ya

Zakat melalui Pemberi Ya


kerja (terdaftar di
pemerintah)

Jaminan Hari Tua Tidak Ya


Tunjangan Hari Tua Tidak Ya
Jaminan Pensiun Tidak Ya
Iuran Pensiun Tidak Ya
RESUME SKEMA PMK-168/2023
PEGAWAI TETAP & PENSIUNAN Diterapkan setiap masa,
= Ph. Bruto x TER Bulanan
atas seluruh penghasilan kecuali masa pajak terakhir

PNS/TNI/POLRI/PN/PENSIUNAN Diterapkan pada masa


= PKP setahun x Tarif Ps. 17
atas penghasilan tetap teratur pajak terakhir

ANGGOTA DEWAN KOMISARIS/PENGAWAS


YG MENERIMA PH TIDAK TERATUR Diterapkan per Masa Pajak = Ph. Bruto x TER Bulanan
atas honor dsj

Rp0 – 2.500.000 / hari = Ph. Bruto sehari x TER Harian


Tidak dibayar
bulanan
PEGAWAI TIDAK TETAP
Subjek atas upah dsj > Rp2.500.000 / hari = Ph. Bruto x 50% x Tarif Ps. 17
Penerima
Penghasilan Dibayar bulanan = Ph Bruto bulanan x TER
Bulanan

BUKAN PEGAWAI Diterapkan per Masa Pajak


= Ph. Bruto x 50% x Tarif Ps. 17
atas honor dsj atau pada saat terutang

PESERTA KEGIATAN Diterapkan per Masa Pajak = Ph. Bruto x Tarif Ps. 17
atas hadiah atau sehubungan dg kegiatan atau pada saat terutang

PESERTA PROGRAM PENSIUN (PEGAWAI)


atas penarikan dana pensiun di awal
MANTAN PEGAWAI Diterapkan per Masa Pajak = Ph. Bruto x Tarif Ps. 17
atas jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau
imbalan lain
www.pajak.go.id
SKEMA PERUBAHAN PPh 21 SUBJEK LAINNYA
25

Tarif Subjek Lainnya Ketentuan Sebelumnya

Subjek Pajak Tarif

Peserta Kegiatan Psl 17 x Ph. Bruto

Pegawai menarik uang pada Dana Pensiun

Mantan Pegawai menerima bonus Psl 17 x Ph. Bruto

Dewas/Dekom tidak merangkap pegawai tetap *kumulatif

Tarif Subjek Lainnya PMK-168/2023

Subjek Pajak Tarif

Peserta Kegiatan

Pegawai menarik uang terkait Pensiun


Psl 17 x Ph. Bruto
Mantan Pegawai menerima bonus

Dewas/Dekom menerima penghasilan tidak tetap teratur TER Bulanan x Ph. Bruto www.pajak.go.id
CONTOH PENGHITUNGAN
PEGAWAI TETAP
Contoh Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Pegawai Tetap Yang Menerima Atau Memperoleh Penghasilan Yang
Sebagian Atau Seluruhnya Diterima Atau Diperoleh Dalam Mata Uang Asing 38

Tuan F bekerja sebagai Pegawai Tetap pada PT U. Pada bulan Januari 2024, Tuan F menerima atau memperoleh gaji
sebesar US$2.000 per bulan. Kurs Menteri Keuangan yang berlaku pada saat dilakukannya pembayaran adalah sebesar
Rp15.000,00 per US$1. Tuan F berstatus menikah dan memiliki 3 orang anak (K/3).

Penghitungan PPh Pasal 21

• Jumlah penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh Tuan F adalah sebesar:
US$2.000 x Rp15.000,00 = Rp30.000.000,00
• Besarnya pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Tuan F dihitung
berdasarkan tarif efektif bulanan kategori C:
11% x Rp30.000.000,00 = Rp3.300.000,00

www.pajak.go.id
Contoh Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Pegawai Tetap Yang Menerima Atau Memperoleh Penghasilan Yang Seluruh Atau
Sebagian Pajak Penghasilan Pasal 21 Terutang Ditanggung Oleh Pemberi Kerja 39

Tuan G bekerja sebagai Pegawai Tetap pada PT T. Tuan G berstatus tidak menikah dan tidak memiliki tanggungan
(TK/0). Pada bulan Agustus 2024, Tuan G menerima gaji sebesar Rp51.827.997,00. Kebijakan perusahaan pada PT T
adalah menanggung Pajak Penghasilan Pasal 21 seluruh karyawannya.

Penghitungan PPh Pasal 21


• Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji Tuan G yang ditanggung oleh PT T merupakan penggantian dalam bentuk kenikmatan bagi Tuan G
dalam Masa Pajak yang bersangkutan dan merupakan objek pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21. Dalam hal besarnya penghasilan
bruto yang diterima atau diperoleh Tuan G pada Masa Pajak bersangkutan dihitung secara full gross up, penghasilan bruto Tuan G yang
menjadi dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21
sebesar Rp65.605.059,00.
• Besarnya pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan Tuan G dihitung berdasarkan tarif efektif bulanan kategori A:
21% x Rp65.605.059,00 = Rp13.777.062,00

www.pajak.go.id
Contoh Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Pegawai Tetap Yang Menerima Atau Memperoleh Tunjangan Pajak
40

Tuan H bekerja sebagai Pegawai Tetap pada PT S. Tuan H berstatus menikah dan memiliki 2 orang anak (K/ 2). Pada
bulan Juli 2024, Tuan H menerima atau memperoleh gaji sebesar Rp6.500.000,00 dan tunjangan pajak sebesar
Rp300.000,00 serta membayar iuran pensiun melalui PT S sebesar Rp100.000,00.

Penghitungan PPh Pasal 21

• Jumlah penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh Tuan H adalah sebesar:
Rp6.500.000,00 + Rp300.000,00 = Rp6.800.000,00
• Besarnya pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Tuan H dihitung
berdasarkan tarif efektif bulanan kategori B:
0,5% x Rp6.800.000,00 = Rp34.000,00

www.pajak.go.id
Contoh Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Anggota Dewan Komisaris Atau Dewan Pengawas Yang
42
Menerima Atau Memperoleh Penghasilan Secara Tidak Teratur

Tuan P adalah seorang komisaris di PT K. Selama tahun 2024, Tuan P hanya menerima atau memperoleh penghasilan
dari PT K di bulan Desember 2024. Tuan P berstatus tidak menikah dan tidak memiliki tanggungan (TK/0). Pada bulan
Desember 2024, Tuan P menerima atau memperoleh honorarium sebesar Rp60.000.000,00.

Penghitungan PPh Pasal 21


• Berdasarkan status PTKP (TK/0) dan jumlah bruto honorarium sebesar Rp60.000.000,00, besarnya PPh Pasal 21 terutang atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh Tuan P pada bulan Desember 2024, dihitung berdasarkan tarif efektif bulanan kategori A sebesar 20%.
• Besarnya pemotongan PPh Pasal 21:
20% x Rp 60.000.000,00 = Rp12.000.000,00

www.pajak.go.id
CONTOH PENGHITUNGAN
PEGAWAI TIDAK TETAP
Contoh Penghitungan PPh Pasal 21 Atas Pegawai Tidak Tetap Yang Menerima
Atau Memperoleh Penghasilan Tidak Secara Bulanan
44
Penghasilan dengan jumlah ≤ Rp2.500.000,00 Sehari

Tuan L bekerja pada PT O. Pada bulan Juni 2024, Tuan L melakukan pekerjaan perakitan bingkai foto selama 10 hari. Atas penyelesaian
pekerjaan tersebut, Tuan L menerima atau memperoleh penghasilan sebesar Rp4.500.000,00 sehingga jumlah penghasilan bruto sehari sebesar
Rp4.500.000,00 : 10 = Rp450.000,00.
Penghitungan PPh Pasal 21 menggunakan tarif efektif harian : 0% x Rp450.0000,00 = Rp0
Catatan: PT O tidak memotong Pajak Penghasilan Pasal 21 Tuan L, tetapi tetap wajib membuat 10 bukti pemotongan Pajak Penghasilan Pasal
21 untuk Tuan L (sepanjang sistem informasi perpajakan belum mengakomodasi pembuatan 1 bukti pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21
gabungan untuk beberapa hari).

Penghasilan dengan jumlah > Rp2.500.000,00 Sehari

Tuan M bekerja pada PT N. Tuan M menerima atau memperoleh penghasilan harian berdasarkan jumlah unit TV yang diperbaiki dengan
besaran penghasilan yang diterima atau diperoleh adalah sebesar Rp300.000,00 per unit TV. Tuan M menyelesaikan perbaikan TV
sebanyak 10 buah dalam sehari dan menerima atau memperoleh penghasilan sebesar Rp3.000.000,00.
Penghitungan PPh Pasal 21 menggunakan tarif Pasal 17 UU PPh : 5% x 50% x Rp3.000.000,00 = Rp75.000,00

www.pajak.go.id
CONTOH PENGHITUNGAN
BUKAN PEGAWAI
Contoh Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Jasa Sehubungan dengan Pekerjaan
Bebas 47

Tuan U adalah seorang pengacara dan sedang menangani sengketa kasus penyalahgunaan hak cipta milik PT F. Atas
penyelesaian kasus tersebut, Tuan U menerima atau memperoleh imbalan dari PT F sebesar Rp400.000.000,00.

Penghitungan PPh Pasal 21:


• Dasar pemotongan dan pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Tuan U
adalah sebesar 50% x Rp400.000.000,00 = Rp200.000.000,00.
• Penghitungan PPh Pasal 21 menggunakan tarif Pasal 17 UU PPh sebagai berikut:
(5% x Rp60.000.000,00) + (15% x Rp140.000.000,00) = Rp24.000.000,00

www.pajak.go.id
Contoh Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan Yang Diterima Oleh Bukan Pegawai Sehubungan
Dengan Pemberian Jasa, Yang Dalam Pemberian Jasanya Mempekerjakan Orang Lain Sebagai Pegawainya Dan/ Atau 50
Melakukan Penyerahan Material/Bahan

Pada bulan Agustus 2024, Tuan V melakukan penyerahan jasa perawatan AC kepada PT E dan menerima atau
memperoleh imbalan sebesar Rp10.000.000,00. Sehubungan dengan penyerahan jasa dimaksud, Tuan V
mempekerjakan seorang ahli kelistrikan dengan upah sebesar Rp4.500.000,00 dan melakukan penggantian komponen
AC yang rusak seharga Rp1.000.000,00, sebagaimana telah dituangkan dalam kontrak antara Tuan V dan PT Edan
dibuktikan dengan faktur tagihan dari ahli kelistrikan serta faktur pembelian komponen AC yang dilampirkan oleh
Tuan V.

Penghitungan PPh Pasal 21:


• Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang atas penghasilan jasa yang diterima atau diperoleh Tuan V dihitung dengan
menggunakan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan dikalikan dengan dasar pemotongan dan pengenaan
Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi Bukan Pegawai, tidak termasuk pembayaran upah ahli kelistrikan dan besaran harga komponen yang
diserahkan oleh Tuan V.
• Dasar pemotongan dan pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Tuan V:
50% x (Rpl0.000.000,00 - (Rp4.500.000,00 + Rp1.000.000,00))= Rp2.250.000,00
• Besarnya pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Tuan V:
5% x Rp2.250.000,00 = Rp112.500,00

www.pajak.go.id
CONTOH PENGHITUNGAN
PESERTA KEGIATAN
Contoh Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan Berupa Penghargaan Yang Diterima Atau
Diperoleh Peserta Kegiatan 52

Tuan W adalah seorang atlet bulutangkis profesional Indonesia yang bertempat tinggal di Jakarta. Pada bulan
September 2024, Tuan W menjuarai turnamen nasional yang diselenggarakan oleh PT D dan menerima atau
memperoleh hadiah sebesar Rp200.000.000,00.

Penghitungan PPh Pasal 21


• Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang atas penghasilan berupa hadiah yang diterima atau diperoleh Tuan W dihitung dengan
menggunakan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan dikalikan dengan jumlah penghasilan bruto.
• Besarnya pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas hadiah yang diterima atau diperoleh Tuan W:
(5% x Rp60.000.000,00) + (15% x Rp140.000.000) = Rp24.000.000,00
Catatan
⚬Dalam hal Tuan W merupakan Pegawai Tetap dari PT D, maka pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas hadiah yang diterima
Tuan W tersebut digabungkan dengan penghasilan sebagai Pegawai Tetap masa September 2024

www.pajak.go.id
Contoh Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Penarikan Uang Manfaat Pensiun Oleh Peserta
Program Pensiun Yang Masih Berstatus Sebagai Pegawai 53

Tuan Q bekerja sebagai Pegawai Tetap pada PT J dan diikutsertakan dalam program pensiun yang diselenggarakan
Dana Pensiun DEF yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan. Pada bulan April 2024, Tuan Q
memerlukan dana untuk persiapan masa pensiun dan melakukan penarikan uang manfaat pensiun dari Dana Pensiun
DEF sebesar Rp20.000.000,00. Pada bulan Juni 2024, Tuan Q kembali melakukan penarikan uang manfaat pensiun
sebesar Rp15.000.000,00.

Penghitungan PPh Pasal 21


• Besarnya pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penarikan uang manfaat pensiun pada bulan April 2024:
5% x Rp20.000.000,00 = Rp1.000.000,00
• Besarnya pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penarikan uang manfaat pensiun pada bulan Juni 2024 :
5% x Rp15.000.000,00 = Rp750.000,00

www.pajak.go.id
Contoh Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Jasa Produksi, Tantiem, Dan Gratifikasi
Yang Diterima Atau Diperoleh Mantan Pegawai 54

Pada tanggal 1 April 2024, Tuan O berhenti bekerja dari PT L karena telah memasuki usia pensiun. Pada tanggal 1
Oktober 2024, Tuan O menerima atau memperoleh penghasilan jasa produksi tahun 2023 dari PT L sebesar
Rp60.000.000,00.

Penghitungan PPh Pasal 21


• Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang atas penghasilan jasa produksi yang diterima atau diperoleh Tuan O
dihitung dengan menggunakan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan dikalikan dengan
jumlah penghasilan bruto.
• Besarnya pemotongan Pasal 21 jasa produksi yang diterima atau diperoleh Tuan O pada bulan Oktober 2024:
5% x Rp60.000.000,00 = Rp3.000.000,00

www.pajak.go.id
CONTOH PENGHITUNGAN SPLN
Contoh Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, Atau Kegiatan Atas 57
Penghasilan Yang Diterima Atau Diperoleh Pegawai Yang Berstatus Wajib Pajak Luar Negeri Yang Menerima Atau
Memperoleh Gaji Sebagian Atau Seluruhnya Dalam Mata Uang Asing

Tuan Y adalah warga negara asing yang bekerja pada PT B dan berada di Indonesia kurang dari 183 hari.
Tuan Y menerima atau memperoleh gaji pada bulan Maret 2024 sebesar US
$2.500 sebulan. Kurs Menteri Keuangan yang berlaku pada saat dilakukannya pembayaran adalah sebesar
Rp15.000,00 untuk US$1.

Penghitungan PPh Pasal 26


Besarnya pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 26 atas gaji yang diterima atau diperoleh Tuan Y pada bulan
Maret 2024 adalah sebesar 20% x US$2.500 x Rp15.000,00 = Rp7.500.000,00 dan bersifat final.

www.pajak.go.id
PAJAK PENGHASILAN
PASAL 23/26
DASAR HUKUM PEMOTONGAN PPh PASAL 23/26

UU No. 6 Tahun 1983 sttd UU No. 16 Tahun 2009 (KUP) stdd UU HPP
UU UU No. 7 Tahun 1983 sttd UU No. 36 Tahun 2008 (PPh) sttd UU HPP

PP PP No. 8 Tahun 2007 (Peraturan Pelaksana UU KUP)

PMK No. 181 Tahun 2007 (Bentuk dan isi SPT)


PMK No. 184 Tahun 2007 (Tanggal jatuh tempo pembayaran, pelaporan)
PER PMK No. 186 Tahun 2007 (Dikecualikan dari pengenaan sanksi)
MENKEU PMK No. 190 Tahun 2007 (Pengembalian pajak yang seharusnya tidak terutang)
PMK No. 244 Tahun 2008 (Jenis Jasa lain yang diatur dalam Pasal 23)
PMK No. 141 Tahun 2015 (Jenis Jasa lain yang diatur dalam Pasal 23)
PAJAK PENGHASILAN PASAL 23
Merupakan pajak yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh WP Dalam Negeri (Orang Pribadi maupun Badan) dan BUT
yang berasal dari modal, penyerahan jasa dan penyelenggaraan
kegiatan selain yang telah dipotong PPh Pasal 21.
PPh Pasal 23 ini dibayarkan oleh Badan Pemerintah atau Subjek
Pajak Badan Dalam Negeri, Penyelenggara Kegiatan, BUT, atau
Perwakilan Perusahaan LN lainnya.
Atas transaksi jasa yang dibayarkan ke Badan, maka
dikenakan PPh 23
Contoh : servis ac dilakukan oleh pt adem, maka ini
dikenakan pph 23

○ Atas transaksi Jasa yg dibayarkan


ke Orang Pribadi dikenakan PPh 21
○ Contoh servis ac oleh Pak Budi
maka dikenakan pph 21
TARIF DAN DASAR PEMOTONGAN
PPh PASAL 23

HADIAH &
SEWA HARTA &
PENGHARGAAN,
JASA LAINNYA
BUNGA & ROYALTI

TARIF TARIF
15% 2%

DASAR PEMOTONGAN
J U M L A H B R U T O
JIKA PEMBERI JASA TIDAK MEMILIKI NPWP MAKA TARIFNYA 100% LEBIH TINGGI
PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PEMOTONGAN
PPH PASAL 23

- Bunga termasuk premium diskonto dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang
- Royalti
- Hadiah, penghargaan dan bonus dan sejenisnya selain yang telah dipotong PPh Pasal 21

Sewa dan penghasilan lain sehubungan dgn penggunaan harta selain sewa atas tanah dan/atau
bangunan sesuai dengan PP 5 Tahun 2002

Imbalan sehubungan dengan:


- Jasa teknik; - Jasa konsultan;
- Jasa manajemen; - Jasa lain
- Jasa konstruksi;
Selain jasa yg telah dipotong PPh Pasal 21
JUMLAH BRUTO OBJEK PPH PASAL 23
Jumlah bruto adalah seluruh jumlah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dibayarkan,
disediakan untuk dibayarkan atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak
badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri
lainnya kepada WP dalam negeri atau bentuk usaha tetap.

Tidak Termasuk Jasa catering &


jasa yang telah
1. Pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dikenakan PPh
dengan pekerjaan yang dibayarkan oleh WP penyedia tenaga kerja kepada tenaga kerja yang bersifat final
melakukan pekerjaan, berdasarkan kontrak dengan pengguna jasa (harus dibuktikan dengan kontrak (Konstruksi)
dan daftar pembayaran gaji dsb);
2. Pembayaran atas pengadaan/pembelian barang atau material (harus dibuktikan dgn faktur pembelian);
3. Pembayaran kepada pihak kedua (sebagai perantara) untuk selanjutnya dibayarkan kepada pihak i
ual
ketiga (harus dibuktikan dengan faktur tagihan dari pihak ketiga disertai perjanjian tertulis); c
Ke
4. Pembayaran penggantian biaya (reimbursement) yaitu penggantian pembayaran sebesar jumlah yang
nyata-nyata telah dibayarkan oleh pihak kedua kepada pihak ketiga (harus dibuktikan faktur dengan
tagihan atau bukti pembayaran dari pihak kedua ke pihak ketiga
PAJAK PENGHASILAN
PASAL 4 AYAT 2
Penghasilan di bawah ini dapat dikenai PPh Pasal 4
ayat (2) bersifat final:
1. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat
utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
koperasi orang pribadi; diubah di UU HPP slide dibawah ini
2. Penghasilan berupa hadiah undian;
3. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan
modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
4. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha
jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan
5. Penghasilan tertentu lainnya yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah.
PENGECUALIAN
Yang tidak memenuhi ketentuan di atas dikenakan Pajak
Penghasilan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-
undang Pajak Penghasilan.

Wajib untuk melakukan pembukuan yang terpisah atas


penghasilan maupun biaya yang berkaitan dengan
penghasilan dari transaksi penjualan saham ini
I. JASA KONSTRUKSI

DASAR HUKUM
UU PPh Pasal 4 ayat (2) ; PP No. 140 Tahun 2000
PP NO 51 2008

Jasa Konstruksi : Pemberian Jasa Perencanaan, Pelaksanaan


dan Pengawasan yang produk akhirnya berupa BANGUNAN

Tarif :
2% dari imbalan bruto tidak termasuk PPN (Jasa Pelaksana)
4% dari imbalan bruto tidak termasuk PPN (Jasa Perencana & Pengawas)
Jasa Kontruksi berubah sejak 21 Feb 2022

DASAR HUKUM
UU PPh Pasal 4 ayat (2) ; PP No 9 Tahun 2022

Klasifikasi usaha jasa konstruksi meliputi:


- Jasa konsultansi konstruksi untuk sifat umum
- Jasa konsultansi konstruksi untuk sifat spesialis
- Pekerjaan konstruksi untuk sifat umum
- Pekerjaan konstruksi untuk sifat spesialis
- Pekerjaan konstruksi terintegrasi
Pekerjaan Konstruksi
Mencakup kegiatan yang meliputi pembangunan, pengoperasian
pemeliharaan, pembongkaran dan pembangunan kembali suatu bangunan

Konsultansi Konstruksi
Mencakup layanan keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi
pengkajian, perencanaan, perancangan, pengawasan dan manajemen
penyelenggaraan konstruksi suatu bangunan

Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi


Mencakup gabungan pekerjaan konstruksi dan jasa konsultansi
konstruksi, termasuk di dalamnya penggabungan fungsi layanan dalam
model penggabungan perencanaan, pengadaan, dan pembangunan
serta model penggabungan perencanaan dan pembangunan
TARIF PPH JASA KONSTRUKSI
Jenis Penyedia Jasa Tarif
Memiliki SBU kualifikasi kecil atau SKK 1.75%
Pekerjaan Tidak memiliki SBU atau SKK 4%
Konstruksi
Selain 1 dan 2 diatas 2.65%
Konsultansi Memiliki SBU atau SKK 3.5%
Konstruksi Tidak memiliki SBU atau SKK 6%
Pekerjaan Konstruksi Memiliki SBU 2.65%
Terintegrasi Tidak memiliki SBU 4%

SBU : Sertifikat Badan Usaha


SKK : Sertifikat Kompetensi Kerja untuk usaha perseorangan
J. SEWA ATAS TANAH
DAN / ATAU BANGUNAN

DASAR HUKUM
UU PPh Pasal 4 ayat (2) ; PP No. 29 Tahun 1996 jo.
PP No. 5 Tahun 2002

TARIF = 10 % DARI JUMLAH BRUTO NILAI PERSEWAAN


Tanah, Rumah, Toko, Apartemen, Gudang

Termasuk Biaya Perawatan, Pemeliharaan,


Keamanan, Fasilitas Lainnya
SEWA ATAS TANAH
DAN / ATAU BANGUNAN

Dipotong dan disetor oleh pihak penyewa

Disetor paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya

Melapor paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya


PERLAKUAN KHUSUS
Yang memotong PPh Final umumnya adalah pemberi hasil

Tetapi khusus
untuk

• Persewaan tanah dan atau bangunan


• Jasa konstruksi

Dapat disetor sendiri oleh pemberi jasa, seandainya pemberi hasil


bukan pemotong pph atau non subjek pajak

Penyetoran paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya


Pelaporan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya
K. PENGALIHAN HAK
TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

DASAR HUKUM
UU PPh Pasal 4 ayat (2) ; PP No. 48 TAHUN 1994 jo
PP No. 27 TAHUN 1996 jo ; PP No. 79 TAHUN 1999

WP Badan WP OP & Yayasan

Bersifat Final Bersifat Final


PENGALIHAN HAK
TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

WP BADAN WP OP & YAYASAN

TARIF = 2,5% DARI JUMLAH BRUTO NILAI PENGALIHAN


(Nilai tertinggi antara akte pengalihan
dengan NJOP tanah dan/atau bangunan)

Disetor oleh yang menjual tanah (Kecuali penjualan kepada pemerintah


maka dipotong dan disetor oleh bendaharawan pemerintah)

Disetor paling lambat sebelum akta jual beli ditandatangani


KEWAJIBAN SEBAGAI
PENGUSAHA KENA PAJAK
PADA JASA PENDIDIKAN
Batasan Peredaran Usaha sebagai Pengusaha Kena pajak
sebesar Rp. 4,8 Milyar Pertahun

Jasa Pendidikan ditetapkan sebagai Jasa kena pajak yang dibebaskan jika peredaran
usaha lebih dari 4,8 M wajib mendaftarkan diri atau dapat ditetapkan sebagai PKP
jabatan oleh DJP
Kewajiban PKP :
1.Melaporkan SPT Masa PPN
2.Membuat Faktur pajak
TERIMAKASIH
Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang
paling banyak manfaatnya bagi orang lain

Toni Aris Margono, S.E., BKP.


0822-2221-6556
Tamirindo Training Center
Jalan Padokan 16 Tirtonirmolo Kasihan
Bantul Yogyakarta - 0274370129

Anda mungkin juga menyukai