Anda di halaman 1dari 57

TAX PLANNING

PPh Pot - Put

Fabrizio Jeremy Winantisan


UBS UNIVESITAS KLABAT
PPh 22

PPh 23

PPh 26

PPh 4 ayat (2)

Manajemen Pajak PPh Pot - Put


Pendahuluan
WITHOLDING TAX
Pemungutan/Pemotongan
Witholding Tax
Pihak Lain

Bersifat Kompleks :
Diatur dalam banyak pasal UU PPh (Ps 4 ayat (2), 15, 21, 23/26 dan 22)
Teknis pelaksanaan diatur melalui PP, PMK dan Per DJP
Variatif (Objek, tarif, final/tidak final, DPP, saat terutangnya)

Positif Negatif
Keuntunga bagi otoritas Menimbulkan beban
pajak administrasi
4
PAJAK
PENGHASILAN
PASAL 22
Dasar Hukum Pemungutan PPh Pasal 22

• UU No.6 Tahun 1983 sttd UU UU No. 16 Tahun 2009

UU •
(KUP)
UU No.7 Tahun 1983 sttd UU No.36 Tahun 2008 (PPh)

PP
PP No. 8 Tahun 2007 (Peraturan Pelaks.UU KUP)

- KMK No.254/KMK.03/2001 STTD PMK No.210/PMK.03/2008 (PPh Ps.22)


- PMK No. 181/PMK.03/2007 (Bentuk dan Isi SPT)
- PMK No. 184/PMK.03/2007 (Tgl jatuh tempo pembayaran,pelaporan)
- PMK No.186/PMK.03/2007 (Dikecualikan dari pengenaan sanksi)

PERMENKEU
- PMK No.190/PMK.03/2007 (Pengembalian pajak yg seharusnya tdk terutang)
- PMK No.253/PMK.03/2008 (Pembelian atas penjualan barang yang sangat mewah)
- PMK No. 90/PMK.03/2015 (Perubahan I PMK no.253/PMK.03/2008)
- PMK No. 92/PMK.03/2019 (Perubahan I PMK no.253/PMK.03/2008)

- KEPDIRJEN No.32/PJ/1995 jo.No.65/pj/1995 (PPh Ps.22 Utk Otomotif)


- KEPDIRJEN No.69/PJ/1995 (Pemungut.PPh Ps.22 Utk Prod.Kertas)
- KEPDIRJEN No.01/PJ/1996 (Pemungut.PPh Ps.22 Utk Prod. Baja)
- KEPDIRJEN No.401/PJ/2001 (Pemungut.PPh Ps.22 Utk Prod. Semen)
- KEPDIRJEN No.417/PJ/2001 (Tata Cara Pemungut.PPh Ps.22)

PERDIRJEN - PERDIRJEN No.23/PJ/2009 (PPh Ps.22 Bagi PedagangPengumpul)


- PERDIRJEN No.23/PJ/2009 (PPh Ps.22 Bagi PedagangPengumpul)
- PERDIRJEN No.38/PJ/2009 (Formulir SSP)
- PERDIRJEN No.52/PJ/2008 (Perlakuan PPh Utk Penyalur/Prod Rokok)
PEMUNGUT

BENDAHARAWAN BADAN-BADAN WAJIB PAJAK BADAN


PEMERINTAH TERTENTU TERTENTU

-BUMN/BUMD TERMASUK BI,


- BEND. PEMERINTAH PPA, BULOG, PT. TELKOM,
PUSAT/DAERAH PT PLN, PT.GARUDA IND,
WAJIB PAJAK BADAN YG
PT INDOSAT, PT KRAKATAU MELAKUKAN PENJUALAN
- INSTANSI PEMERINTAH
STEEL, PERTAMINA, BARANG YG TERGOLONG
- LEMBAGA BANK-BANK BUMN SANGAT MEWAH
PEMERINTAH/NEGARA
-BADAN SWASTA
Dikecualikan dari Pemungutan PPh Pasal 22

PEMBAYARAN
ATAS PENYERAHAN/
IMPOR PEMBELIAN
BARANG
DI DALAM NEGERI
Impor - Dikecualikan dari Pemungutan
PPh Pasal 22
IMPOR BARANG YG DIBEBASKAN DARI BEA MASUK :
1. BARANG PERWAKILAN NEGARA ASING BESERTA PARA PEJABATNYA YG BERTUGAS DI INDONESIA BERDASAR ASAS TIMBAL BALIK;
2. BARANG UNTUK KEPERLUAN BADAN INTERNASIONAL YANG DIAKUI DAN TERDAFTAR PADA PEMERINTAH INDONESIA BESERTA
PEJABATNYA YANG BERTUGAS DI INDONESIA DAN TIDAK MEMEGANG PASPOR INDONESIA;
3. BARANG KIRIMAN HADIAH UTK KEPERLUAN IBADAH UMUM,AMAL,SOSIAL, ATAU KEBUDAYAAN;
4. BARANG UNTUK KEPERLUAN MUSEUM, KEBUN BINATANG, DAN TEMPAT LAIN SEMACAM ITU YANG TERBUKA UNTUK UMUM;
5. BARANG UNTUK KEPERLUAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN ;
6. BARANG UTK KEPERLUAN KHUSUS KAUM TUNA NETRA DAN PENYANDANG CACAT LAINNYA;
7. BARANG PINDAHAN;
8. PETI ATAU KEMASAN LAIN YG BERISI JENAZAH ATAU ABU JENAZAH;
9. BARANG PRIBADI PENUMPANG, AWAK SARANA PENGANGKUT, PELINTAS BATAS, DAN BARANG KIRIMAN SAMPAI BATAS NILAI
PABEAN ATAU JUMLAH TERTENTU;
10. BARANG YG DIIMPORT OLEH PEMERINTAH PUSAT ATAU DAERAH YG DITUJUKAN BAGI KEPENTINGAN UMUM;
11. PERSENJATAAN, AMUNISI, DAN PERLENGKAPAN MILITER, TERMASUK SUKU CADANG YANG DIPERUNTUKAN BAGI KEPERLUAN
HANKAM NEGARA;
12. BARANG DAN BAHAN YG DIPERGUNAKAN UNTUK MENGHASILKAN BARANG BAGI KEPERLUAN HANKAM NEGARA;
13. VAKSIN POLIO DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM PIN;
14. BUKU PELAJARAN UMUM, KITAB SUCI DAN BUKU PELAJARAN AGAMA;
15. KAPAL LAUT, KAPAL ANGKUTAN SUNGAI., DANAU DAN UNTUK PENYEBRANGAN., KAPAL PANDU, KAPAL PENANGKAP IKAN, KAPAL
TONGKANG DAN SUKU CADANG, ALAT KESELAMATAN PELAYARAN ATAU KESELAMATAN MANUSIA YG DIIMPOR DAN DIGUNAKAN
PERUS. PELAYARAN NIAGA NASIONAL ATAU PERUSAHAAN PENAGKAPAN IKAN NASIONAL;
16. PESAWATUDARA DAN SUKU CADANG SERTA ALAT KESELAMATAN PENERBANGAN ATAU ALAT KESALAMATAN MANUSIA, PERALATAN
UTK PERBAIKAN ATAU PEMELIHARAAN YG DIIMPOR DAN DIGUNAKAN OLEH PERUSAHAAN ANGK.UDARA NIAGA NASIONAL
17. KERETA API DAN SUKU CADANG SERTA PERALATAN UTK PERBAIKAN ATAU PEMELIHARAAN SERTA PRASARANA YG DIIMPOR DAN
DIGUNAKAN OLEH PT KERETA API INDONESIA
18. PERALATAN YG DIGUNAKAN UTK PENYEDIAAN DATA BATAS DAN PHOTO UDARA WILAYAH NEGARA RI YG DILAKUKAN OLEH TNI
Impor - Dikecualikan dari Pemungutan
PPh Pasal 22
IMPOR BARANG-BARANG YG BERDASARKAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN TIDAK TERUTANG PPh

IMPOR ADA WAKTU IMPORNYA NYATA-NYATA DIMAKSUDKAN SEMENTARA JIKA


UNTUK DI EKSPOR KEMBALI

PEMBAYARAN UNTUK PEMBELIAN GABAH DAN/ATAU BERAS OLEH BULOG


Obyek Pemotongan Tarif Dasar Sifat Keterangan
/Pemungut Pengenaan
Pajak
Pembelian barang oleh 1.5% Harga Tidak > Rp 2 juta untuk bendahawaran dan > Rp 10
bendaharawan Pembelian Final juta untuk BUMN
BUMD/BUMD
Barang tertentu dengan 10% Nilai Impor Tidak Sebagaimana tercantum dalam lampiran I
atau tanpa Angka Pengenal Final PMK110/PMK.010/2018
Impor (API)
Barang barang tertentu 7.5% Nilai Impor Tidak Sebagaimana tercantum dalam lampiran II
lainnya dengan atau tanpa Final PMK110/PMK.010/2018
API
PPh Pasal Barang berupa gandum, 0.5% Nilai Impor Tidak Sebagaimana tercantum dalam lampiran III
22 kedelai, dan tepung terigu Final PMK110/PMK.010/2018
dengan menggunakan API
Importasi dengan API 2.5% Nilai Impor Tidak
Final
Importasi tanpa API 7.5% Nilai Impor Tidak
Final
Lelang atau import barang 7.5% Harga Jual Tidak
yang tidak dikuasai Lelang Final
Ekspor komoditas 1.5% Nilai Ekspor Sesuai uraian barang dan pos tarif/harmonisasi system
tambang batubara, mineral (HS) sebagaimana tercantum dalam Lampiran
IV/34/PMK.010/2017, kecuali WP yang terikat dalam
logam, dan mineral bukan perjanjian kerjasama Pengusaha Pertambangan dan
logam Kontrak Karya 11
Obyek Pemotongan Tarif Dasar Sifat Keterangan
/Pemungut Pengenaan
Pajak
Penjualan oleh industry 0.25 DPP PPN Tidak > Rp 2 juta untuk bendahawaran dan > Rp 10
semen % Final juta untuk BUMN
Penjualan oleh industry 0.3% DPP PPN Tidak Pihak Perusahaan dalam industry tertentu
Farmasi Final tersebut mendapat penunjukan sebagai
pemungut PPh Pasal 22 oleh pihak KPP
Penjualan oleh industry 0.1% DPP PPN Tidak
Kertas Final
Penjualan oleh industry 0.3% DPP PPN Tidak
Baja Final
PPh Pasal Penjualan oleh industry 0.45 DPP PPN Tidak
22 Otomotif % Final
Penjualan kendaraan 0.45 DPP PPN Tidak
bermotor dalam negeri % Final
oleh ATPM, APM
Pembelian bahan-bahan 0.25 Harga Tidak
berupa hasil kehutanan, % Pembelian Final
perkebunan, pertanian, (tidak
peternakan dan perikanan termasuk
yang belum melalui PPN)
industry manufaktur oleh
badan usaha industry atau
eksporti yang bergerak
dalam sector tersebut
12
Obyek Pemotongan Tarif Dasar Sifat Keterangan
/Pemungut Pengenaan
Pajak
Pembelian batubara, 1.5% Harga Tidak
mineral logam dan mineral Pembelian Final
bukan logam dari badan (tidak
atau orang pribadi termasuk
pemegang IUP oleh PPN)
industry atau badan usaha
Penjualan emas batangan 0.45 Harga jual Tidak
oleh badan usaha yang % emas Final
PPh Pasal memproduksi emas batangan
22 batangan termasuk badan
usaha yang memproduksi
emas batangan melalui
pihak ketiga
Penjualan barang mewah 1% Harga Jual Tidak 1% = Barang mewah berupa Rumah beserta
dan Final tanah, Apartemen, kondominium dan
5% sejenisnya dengan harga pengalihan lebih dari
Rp30M

5% = Pesawat, Helikopter, Kapal Pesiar,


Yatch, serta mobil dengan harga jual >Rp2M
atau >3000cc dan motor dengan harga jual
>Rp300 jt atau >250cc
Obyek Pemotongan Tarif Dasar Sifat Keterangan
/Pemungut Pengenaan
Pajak
Penjualan bahan bakar 0.25 Harga Jual Tidak
migas oleh PERTAMINA % Final
(premium, solar,
premix/super TT)
PPh Pasal Penjualan bahan bakar 0.3% Harga Jual Tidak
22 migas oleh PERTAMINA Final
(minyak tanah, gas LPG
dan pelumas)
Penjualan bahan bakar 0.3% Harga Jual Tidak
migas oleh Final
SWASTANISASI
(premium, solar,
premix/super TT)
Perencanaan Pajak – PPh Pasal 22 PMK.03/2008)

• Tax Saving
Dengan memiliki Angka Pengenal Impor (API), maka akan didapatkan
tax saving sebesar 5% (tarif dengan API 2.5% dan tanpa API 7.5%)

• Pengajuan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh Pasal 22


sesuai dengan ketentuan peraturan DJP Nomor PER-1/PJ/2011
sdtd PER-21/PJ/2014.
Wajib pajak berhak melakukan
Wajib pajak yang dalam
kompensasi kerugian fiskal
tahun pajak berjalan dapat PPh yang telah dibayar lebih
sepanjang kerugian tersebut
menunjukkan tidak akan besar dari PPh terhutang.
jumlahnya lebih besar dari
terhutang PPh karena
perkiraan penghasilan neto
mengalami kerugian fiskal.
tahun pajak yang bersangkutan.
Case
Angka Pengenal Impor/API
= Tarif 2,5% x Nilai Impor
PPh 22 Tax Planning
impor
Tidak ada Angka Pengenal
Impor/API = Tarif 7,5% x
Nilai Impor
Tarif Terendah

16
Pinjam API Risk

Handling Fee = Tax saving Laba : Tax Saving


5% - (handling fee 1,5% -
2%) , tax saving netto 3%
Rugi : Efisiensi
- 3.5%
Cash Flow

17
Cash Flow Saving
Keluarkan Barang dari
pelabuhan : Impor atas
nama PT A , ajukan surat
PT A(BUMN) Fasilitas bebas keputusan barang strategis
impor barang strategis : bebas PPN, PPh 22
- PP no.12 2001 : impor, Bea Masuk
dibebaskan dari PPN Diubah
PP no.7 2007 ;
bebas Bea Masuk dan atau
PPN. Cash Flow
Saving karena
bebas PPn, PPh
22 impor, Bea
Masuk

18
PAJAK
PENGHASILAN
PASAL 23
Subjek & Objek PPh 23
Subjek Pajak Objek Pajak

1. Modal yang diterima wajib


pajak badan dan orang pribadi.
1. Wajib Pajak dalam
negeri 2. Penyerahan jasa yang diterima
oleh wajib pajak badan.
2. Bnetuk Usaha Tetap/BUT
3. Penyerahan jasa yang diterima
3. Wajib Pajak Luar Negeri. oleh wajib pajak orang pribadi ,
selain yang telah dipotong PPh
21.

20
TARIF & DASAR PEMOTONGAN

TARIF 15 % TARIF 2 %

PENGHASILAN BRUTO

• Dividen • Sewa dan penghasilan lain


• Bunga termasuk premium, sehubungan dengan penggunaan
diskonto, imbalan sehubungan harta kecuali yang telah dikenakan
dengan jaminan pengembalian PPH Pasal 4 ayat (2) yaitu sewa
uang tanah dan bangunan
• Royalti atau imbalan atas • Imbalan : Jasa Teknik, Jasa
penggunaan hak Manajemen, Jasa Konsultan dan
• Hadiah dan penghargaan Jasa lain selain yang dipotong
sehubungan kegiatan selain yang PPh Pasal 21
telah dipotong PPh Pasal 21
Jenis-jenis Royalti
dijelaskan dalam Jika WP yang menerima tidak Jasa Lainnya diatur
bagian penjelasan UU memiliki NPWP maka dikenakan lebih lanjut dalam PMK
PPh Pasal 4 ayat (2) tarif 100% lebih tinggi 141/PMK.040/2015
huruf f
PENGECUALIAN OBJEK PEMOTONGAN PPH PASAL 23

• Penghasilan yang dibayar/terutang kepada bank


• Sewa yang dibayarkan terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan
hak opsi
• Dividen/bagian laba yang diterima PT sebagai WPDN, koperasi, yayasan,
organisasi sejenis, BUMN/BUMD dari penyertaan modal pada badan usaha di
Indonesia dengan syarat:
> berasal dari cadangan laba ditahan
> penyertaan modal minimal 25%
• Bagian Laba yang diterima/diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma,
dan kongsi termasuk pemegang unit penyertaan kontrak invesatsi kolektif.
• SHU koperasi yang dibayarkan kepada anggotanya
• Bunga simpanan yang tidak melebihi batas yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan yang dibayarkan oleh koperasi  maksimal Rp. 240.000/bulan
SAAT TERUTANG
PPH PASAL 23 Saat
disediakan
untuk
UU PPh Pasal 23 ayat 1 dibayarkan

Saat
Terutang

Saat Saat
Pembaya jatuh
ran tempo
Ketentuan Pidana bagi yang sengaja tidak
menyetorkan pajak yang telah dipotong (UU
KUP Pasal 39 ayat 1 huruf (i))

Pidana Penjara:
> Paling singkat 6 (enam) bulan
> Paling lama 6 (enam) tahun

Denda:
> Paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang bayar
> Paling banyak 4 (empat) kali jumlah
pajak terutang yang tidak atau kurang
bayar
Nilai Transaksi Gross Up

Pemberi Jasa Penerima Jasa

Tidak potong PPh 23


(ditemukan fiskus)
Pokok Pajak +
Denda 2% per
Nilai Transaksi di Gross Up bulan
Contoh : 100/98 x
Rp.98.000.000
Rp.100.000.000. Pajak 2% = Nilai Transaksi Tidak
Rp.2.000.000 di gross up. Pajak Kontrak perjanjian
(Rp.100.000.000 – dibayar penerima Rp.100.000.000
98.000.000) : pajak deductible jasa ¬ non deductible
25
PPh 23
Objek – Objek Objek – Objek
Wajib pajak Shifting
Kena Pajak tidak Kena Pajak
Equalisasi Objek PPh 23
Pos Pengeluaran
SPT Pasal (obyek pemotongan
PPh 23 PPh 23) di Laporan
Laba Rugi
Ekualisasi Objek PPh 23

Tidak Equal = sanksi bunga 2% per


bulan maksimal 24 bulan (UU KUP no.16
2009 pasal 13 (2)

27
Penyebab Kurang Bayar

Ditemukannya biaya – biaya yang menjadi obyek


PPh 23 yang belum dilakukan pemotongan oleh
wajib pajak pemberi kerja.

Jumlah PPh 23 yang disetorkan ke kas Negara


tidak cocok atau lebih rendah dari jumlah yang
dipotong oleh wajib pajak.

Jumlah PPh 23 yang dibukukan di buku besar atau


ledger pembukuan tidak cocok dengan SPT PPh
Masa PPh 23.

28
Pasal 2:
1. Wajib pajak dalam negeri yang :
Memiliki penyertaan modal langsung paling rendah 50% dari jumlah saham yang disetor
pada Badan Usaha Luar Negeri/BULN non-bursa; atau Secara Bersama –sama dengan
wajib Pajak dalam negeri lainnya memiliki penyertaan modal langsung paling rendah
50% dari jumlah saham yang disetor pada BULN nonbursa, ditetapkan memiliki
pengendalian langsung terhadap BULN nonburs
3. Wajib pajak dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
memperoleh Deemed Dividend atas penyertaan modal langsung pada BULN nonbursa
terkendali langsung.
3(a). Deemed dividend sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berasal dari
penghasilan tertentu BULN nonbursa terkendali yang meliputi penghasilan sebagai
berikut :

Deemed Dividen dividen, kecuali dividen yang diterima dan/atau diperoleh dari BULN nonbursa
terkendali.
Bunga , kecuali bunga yang yang diterima dan/atau diperoleh dari BULN nonbursa
PMK no.93/PMK.03/2019 terkendali yang dimiliki oleh wajib pajak dalam negeri yang mempunyai izin usaha bank;
tanggal 26 Juni 2019 Sewa berupa :
1) sewa yang diterima dan/atau diperoleh dari BULN nonbursa terkendali sehubungan
dengan tanah dan/atau
bangunan .
2) Sewa selain sewa sebagaimana dimaksud pada angka (1) yang diterima dan/atau
diperoleh BULN nonbursa
terkendali yang berasal dari transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa
dengan BULN
nonbursa terkendali tersebut.
royalty;
Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta.
4. Penentuan besarnya penyertaan modal langsung sebagaimana dimaksud pada ayat
1 ditentukan pada akhir tahun wajib pajak dalam negeri.
Pasal 4 :
Besarnya deemed dividend dihitung dengan cara mengalikan
persentase penertaan modal wajib pajak dalam

Deemed Dividen negeri pada BULN nonbursa terkendali langsung dengan dasar
pengenaan deemed dividend.
PMK no.93/PMK.03/2019 Dasar pengenaan deemed dividend sebagaimana dimaksud pada
tanggal 26 Juni 2019 aayat 1 yaitu jumlah neto setelah pajak atas penghasilan tertentu
BULN nonbursa terkendali langsung sebagaimana dimaksud dalam
pasal 2 ayat 3
.

30
Deemed Divedend
PT ABC adalah wajib pajak dalam negeri pada akhir tahun pajak 2018 memiliki penyertaan
modal langsung sebesar 65% dari jumlah saham yang disetor XYZ Ltd di negara F. Saham
AXYZ , Ltd di negara G. Saham XYZ, Ltd tidak diperdagangkan di bursa efek. Tahun pajak
2018, XYZ Ltd memperoleh penghasilan tertentu dengan nilai bruto USD 60,000. Biaya
terkait penghasilan tertentu Usd 15,000 dan bagian PPh terkait penghasilan tertentu
tersebut sebesar USD 5,000. Kurs tanggal 30 September 2019 Rp.13.500/USD

Deemed dividend 2018 diperoleh PT ABC = PT ABC Indonesia


65% x (USD 60,000 – USD 15,000 – USD 5,000) =
USD 26,000 x Rp.13.500 = Rp. 351.000.000
65%
Dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh Tahun 2018
PT ABC . XYZ, LTD Negara D

31
PAJAK
PENGHASILAN
PASAL 26
PPh Pasal 26
Pajak atas penghasilan-penghasilan
yang dibayarkan kepada Wajib Pajak
Luar Negeri selain Bentuk Usaha Tetap

Yang menjadi pemotong pajaknya adalah:


 Badan Pemerintah
 Subjek Pajak Dalam Negeri
 Penyelenggara Kegiatan
 Bentuk Usaha Tetap
 Perwakilan Perusahaan Luar
Negeri Lainnya
PPh Pasal
26ayat (4) PP No. 94 tahun
Pasal 15
2010
Pemotongan dilakukan pada saat:

Disediakan
Jatuh Temponya
Dibayarkanny untuk
pembayaran
a Penghasilan dibayarkannya
penghasilan yang
penghasilan
bersangkutan
PPh Pasal 26
Objek dan Tarif PPh 26:
No Objek Pajak Tarif Pajak
1 Dividen
2 Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan
sehubungan dengan jaminan pengembalian utang

3 Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan 20% x


dengan penggunaan harta Jumlah
4 Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan bruto
kegiatan
5 Hadiah dan penghargaan
6 Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
7 Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya
8 Keuntungan karena pembebasan utang
PPh Pasal 26
Objek dan Tarif PPh 26:
No Objek Pajak Tarif Pajak
9 Penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di 20% x 25% x
Indonesia, kecuali yang diatur dalam Pasal 4 ayat (2) UU PPh, harga jual
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri selain
bentuk usaha tetap di Indonesia [Keputusan Menkeu No.
434/KMK.04/1999]
10 Premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi
luar negeri [Keputusan Menkeu No. 624/KMK.04/1994]

a) premi yang dibayarkan oleh pemegang polis kepada 20 % x 50% x


perusahaan asuransi di luar negeri premi yang
dibayarkan
b) premi yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi dalam 20% x 10% x
negeri kepada perusahaan asuransi di luar negeri premi yang
dibayarkan
c) premi yang dibayarkan oleh perusahaan reasuransi dalam 20% x 5% x premi
negeri kepada perusahaan asuransi di luar negeri yang dibayarkan
PPh Pasal 26
Objek dan Tarif PPh 26:
No Objek Pajak Tarif Pajak
11 Penghasilan dari penjualan atau pengalihan 20% x 25% x
saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 harga jual
ayat (3c) UU PPh [Peraturan Menkeu No.
258/PMK.03/2008]
12 Penghasilan Kena Pajak (PhKP) sesudah 20% x (PhKP
dikurangi pajak dari suatu bentuk usaha tetap di – PPh Badan
Indonesia, dalam hal penghasilan tersebut tidak BUT)
ditanamkan kembali di Indonesia [ketentuan lebih
lanjutnya diatur berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan No. 14/PMK.03/2011]
PPh Pasal 26
Penerapan Tax Treaty
Jika WPLN merupakan resident Negara Tax Treaty Partner
Passive Income Active Income
Pembayar penghasilan memotong Apabila WPLN treaty partner
PPh 26 dengan menggunakan tarif menerima active income, pihak
tax treaty. pembayar di Indonesia tidak wajib
Apabila WPLN berkedudukan memotong PPh Pasal 26 apabila
sebagai BUT maka akan dipotong WPLN tersebut tidak berbentuk
PPh 23 atas penghasilan yang BUT. Hak pemajakan ada di negara
diberikan. domisilinya.

Persyaratannya adalah dilampirkannya Certificate of Residence


(COR)/Certificate of Domicile (COD)
PPh Pasal 26
Penerapan Tax Treaty
Jika WPLN bukan merupakan resident Negara Tax Treaty
Partner
Passive Income Active Income
Pembayar penghasilan memotong Apabila WPLN treaty partner
PPh 26 dengan menggunakan tarif menerima active income, pihak
umum 20%. pembayar di Indonesia wajib
Apabila WPLN berkedudukan memotong PPh Pasal 26 dengan
sebagai BUT maka akan dipotong tarif 20%.
PPh 23 atas penghasilan yang Apabila WPLN tersebut tidak
diberikan. berbentuk BUT. Hak pemajakan ada
di negara domisilinya.

Tidak diperlukan COR/COD karena bukan merupakan negara tax Treaty


Partner
Perjanjian Penghindaran
Pajak Berganda (P3B)
Sistem Perundang -
Kedudukan P3B
undang

Lex Specialis terhadap


Indonesia Undang – Undang
Domestik

Undang – undang
P3B Domestik

Lex posterior derogate


Amerika lex priori terhadap
Undang – Undang
Undang – undang Domestik
P3B Nasional
40
Model P3B

Organization for
Economic
United Model (UN
Cooperation and
Model)
Development Model
(OECD Model)

41
Cara Memanfaatkan
Klausul P3B

Obyek PPh 26 yang


Ketersediaan formulir menggunakan tariff
Directorate General P3B sudah dilaporan
Per Dirjen Pajak no.24/PJ/2010
Taxes/DGT yang di dalam SPT masa
berfungsi sebagai PPh pasal 26 dan
surat keterangan formulir DGT yang
domisili sesuai dilampirkan
pada SPT tersebut.

42
Metode Gross Up
PT XYZ membayar bunga pinjaman kepada bank diluar negeri
sebesar Rp.100.000.000 yang sesuai dengan perjanjian, PPh
ditanggung oleh badan tersebut. Tarif PPh 26 adalah 20%.

Dasar pengenaan PPh 26 = 100/80 x Rp.100.000.000 = Rp.125.000.000


PPh 26 terutang = 20% x Rp.125.000.000 = Rp.25.000.000
Jumlah biaya bunga yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto PT XYZ =
Rp.125.000.000 (Rp.100.000.000 + Rp.25.000.000)

43
PAJAK
PENGHASILAN
PASAL 4 ayat (2)
1. Bunga dan diskonto obligasi yang diperdagangkan
dan atau dilaporkan perdagangannya di BEI.
2. Penghasilan dari Transaksi Penjualan saham yang
diperdagangkan di BEI.
Obyek PPh 3. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI.
4. Penghasilam berupa hadiah atas undian
pasal 4 (2) 5. Penghasilan atas sewa tanah dan atau bangunan
6. Penghasilan dari usaha jasa konstruksi.
7. Penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan
atau bangunan
8. Dividen yang diterima atau diperoleh wajib pajak
orang pribadi dalam negeri.
9. Bunga dan atau diskonto obligasi dan surat berharga
Negara (SBN)
10. Bunga simpanan yang dibayarkan oleh Koperasi
kepada Anggota Koperasi Orang Pribadi
PPh Pasal 4 ayat (2)
Tarif PPh 4 AYAT (2):
PPh Pasal 4 ayat (2)
Objek dan Tarif PPh 4 AYAT (2):
Obyek
No. Tarif Keterangan
Pemotongan/Pemungutan
DPP merupakan nilai lebih tinggi antara
2,5%
Pengalihan hak atas tanah dan nilai pengalihan atau NJOP dalam SPPT PBB
7.
bangunan 1% Pengalihan atas rumah susun sederhana
0% Pengalihan kepada pemerintah, BUMN atau BUMD
Bunga obligasi yang Apabila dibayarkan kepada WP LN tarif 20%
8. 15%
diperdagankan di BEI atau sesuai tax treaty
Diskonto obligasi yang 15% Untuk obligasi dengan kupon
9.
diperdagankan di BEI 0,25% Untuk obligasi tanpa kupon
Bunga atau diskonto obligasi 5% Untuk tahun 2014-2020
10.
yang diterima WP reksadana 10% Untuk tahun 2021 dan seterusnya
PPh Pasal 4 ayat (2)
Objek dan Tarif PPh 4 AYAT (2):
Manajemen Pajak
PPh Pot - Put
Permohonan Pembebasan dari
Pemotongan dan Pemungutan PPh

Dalam hal WP dapat membuktikan tidak akan terutang PPh akibat:


1. Mengalami kerugian fiskal
2. Berhak melakukan kompensasi kerugian fiskal
3. PPh yang dibayar > PPh yang akan terutang
Dapat mengajukan permohonan pembebasan dari pemotongan
atau pemungutan PPh pihak lain (Surat Keterangan Bebas
atau SKB)
Perusahaan dapat mengajukan SKB atas PPh 22 dan PPh 23.
Pembebasan akan mencegah terjadinya kelebihan pembayaran
pajak.
Contoh Perencanaan PPh Potong Pungut

● Pada Laporan Laba (Rugi) PT Suka Jujur (SUJU) terdapat objek


PPh Potong Pungut, baik di pos penghasilan maupun pos biaya,
dengan rincian sebagai berikut:

○ Pos Penghasilan: Royalti dari PT Bambu Tanah Segar (BTS) dan


sewa peralatan dari PT Indah Kerangka Oke Nusa (IKON).

○ Pos Biaya: bunga pinjaman kepada IKON, sewa showroom kepada


PT Expose Identity (EXID), dan fee jasa konsultan pajak pada Ilham
Udin (IU).
Contoh Perencanaan PPh Potong Pungut

SUJU sebagai Wajib Potong:


1. Memotong PPh atas objek PPh Potong Pungut dengan menggunakan
sarana bukti potong. Contoh sanksi yang terkait: kurang potong,
terlambat potong, salah potong, tidak memotong.

2. Menyetorkan PPh yang telah dipotong ke Kas Negara dengan


menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). Contoh sanksi yang terkait:
terlambat setor, kurang setor, tidak menyetor.

3. Melaporkan PPh yang telah dipotong dan disetorkan ke KPP tempat


SUJU terdaftar dengan menggunakan SPT Masa (SPM). Contoh sanksi
yang terkait: terlambat melapor.
Contoh Perencanaan PPh Potong Pungut

SUJU sebagai Pihak yang Dipotong:


Untuk dapat melakukan pengkreditan PPh yang telah dipotong,
SUJU harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Bukti Potong asli atau dilegalisir sesuai asli;
2. Tahun pengkreditan sama dengan tahun yang tertera di Bukti
Potong;
3. Jenis pajak yang tercantum pada Bukti Potong dan SSP harus
benar atau jika terdapat kesalahan dalam pencantuman jenis
pajak, maka harus didukung oleh Surat Pemindahbukuan
yang diterbitkan oleh KPP.
Ekualisasi Objek Pemotongan
PPh Potong Pungut
Bagi Pemotong
• Merupakan salah satu upaya manajemen pajak
• Metode: Membandingkan angka objek pemotongan pada laporan
keuangan dengan DPP yang dilaporkan pada SPT.
• Tujuan: Memastikan kebenaran proses pemotongan dan pemungutan
pajak.
• Selisih yang muncul (unreconciled item), disebabkan antara lain:
1. Beda intepretasi (secara substansial bukan objek pot-put)
2. Terdapat reimbursement atau PPN yang penjurnalanya digabung
dengan objek PPh pot-put.
3. Beda waktu pembebanan (ex. Prepaid expense)
4. Selisih kurs (antara pelaporan PPh dengan pencatatan)
Ekualisasi Objek Pemotongan
PPh Potong Pungut
Bagi Pihak yang dipotong
• Metode: Melakukan rekonsiliasi antara bukti potong yang diterima dengan
penghasilan pada SPT Badan atau laporan keuangan.
• Perbedaan/ selisih menimbulkan eksposure atas kewajiban PPh Badan atau
penetapan PPN.
• Selisih yang muncul (unreconciled item), disebabkan antara lain:
1. Beda waktu (temporary or timing different).
2. Terdapat reimbursement atau PPN yang penjurnalanya digabung
dengan objek PPh pot-put.
Kesimpulan
• Withholding taxes system memberikan kewajiban (beban) administrasi tambahan
bagi withholder. Kewajiban tersebut meliputi:
• Kewajiban memotong
• Kewajiban menyetor
• Kewajiban melaporkan

• Pemahaman atas withholding taxes system di Indonesia yang kompleks, merupakan


kunci bagi perusahaan untuk mengelolanya.
• Dalam mencegah terjadinya kelebihan pembayaran pajak, perusahaan dapat
mengajukan permohonan SKB PPh 22 dan PPh 23.
• Kontrol atas kepatuhan pemenuhan kewajiban ini dapat dilakukan dengan proses
ekualisasi.
Thank You
CREDITS: This presentation template
was created by Slidesgo, including
TAX PLANNING
icons by Flaticon, infographics &
images by Freepik and illustrations by
Storyset.

Anda mungkin juga menyukai