Anda di halaman 1dari 25

TEKNIK PENYUSUNAN

KARYA TULIS ILMIAH


Oleh:
Prof. Herawan Sauni
TEKNIK PENYUSUNAN KARYA TULIS
ILMIAH

 Penulisan karya tulis ilmiah memerlukan


persyaratan baik formil maupun Materiil;
 Persyaratan formal menyangkut kebiasaan yang
harus diikuti dalam penulisan;
 Persyaratan materiil menyangkut isi tulisan;
 Sebuah tulisan akan mudah difahami dan menarik
apabila isi dan cara penulisan memenuhi
persyaratan dan kebiasaan umum.
JENIS KARYA TULIS ILMIAH
 Formal, adalah suatu tulisan /karangan yang memenuhi semua
persyaratan lahiriah yang ditentukan oleh kebiasaan;
 Semi formal, yang memenuhi sebagian dari syarat formal;
 Non formal, tulisan yang tidak memenuhi persyaratan yang
ditentukan;
 Informal, apabila tidak menggunakan bahasa resmi,
disamping itu juga penulis juga memakai kata ganti orang
pertama sebagai pengganti nama dirinya seolah-olah ia
berhadapan dengan pembacanya (personal).
 Karya tulis formal harus memakai bahasa resmi dan tanpa
menyebutkan nama diri, atau nama pengganti penulis
(impersonal), kecuali hanya pada kata pengantar
TEKNIK PENULISAN
1. Ukuran kertas; HVS (60-80 gram) putih dengan
ukuran kuarto/A4.
2. Huruf, New Times Roman 12, Print Out bukan
dot matric.
3. Pita/tinta yang terang, warna hitam.
4. Margin/pias; 4 cm tepi kiri, 3 cm tepi kanan, 4
cm batas atas, 3 cm dari tepi bawah.
5. Sipasi/kait; jarak baris 2 spasi/rangkap; sedang untuk
catatan kaki, bibliografi, kutipan langsung yang lebih empat
baris dipergunakan spasi rapat (1 spasi).
6. Nomor halaman, halaman pendahuluan dengan huruf
romawi kecil (ex. i, ii, iii), sedangkan halaman selanjutnya
menggunakan nomor dengan angka arab (ex. 1, 2, 3, dst);
Nomor halaman dapat dicantumkan di tengah halam sebelah
bawah, atau sudut kanan atas. Jarak antara halam dengan
batas tepi atas atau bawah adalah 2 cm.
7. Judul; judul bab ditulis di bagian tengah atas dengan huruf
kapital, tidak digaris bawah, atau tidak ditulis antara tanda
kutif, dan tidak pula diberi tanda titik.
8. Huruf miring; digunakan untuk, penekanan sebuah kata
atau kalimat, menyatakan judul buku atau majalah, dan
untuk menyatakan kata atau frasa asing.
9. Penulisan angka; bilangan seratus atau kelipannya, dan
seribu dengan kelipannya ditulis dengan huruf. Bilangan
dengan tiga digit atau lebih dulis dengan angka.
10. Persentasi tetap ditulis dengan angka;
11. Nomor telpon, rumah, jalan, tanggal dan nomor halaman
tetap ditulis dengan angka.
12. Angka tidak boleh dipergunakan untuk mengawali kalimat.
PENULISAN KUTIPAN
 Tidak merubah naskah asli, jika ingin merubah maka
harus dengan keterangan, bahwa kutipan itu dirubah,
caranya dengan meberi cetak tebal, atau tanda kurung
segi empat.
 Bila dalam naskah asli terdapat kesalahan maka
penulis dapat memberi tandah (sic) langsung di
belakang kata yang salah.
 Bila dalam kutipan ada kata yang dihilangkan maka
penulis harus memberi tanda elipsis (yaitu dengan
tiga titik). Penghilangan kutipan tidak merubah
makna.
CARA PENGUTIPAN
1. Kutipan langsung kurang dari empat baris; kutipan
diintegrasikan dengan naskah; jarak antara baris
dua spasi; kutipan diapit dengan tanda kutip; akhir
kutipan diberi nomor urut penunjukan yang diketik
dengan spasi ke atas.
2. Kutipan langsung terdir dari empat baris atau lebih;
kutipan dipisahkan dari naskah dengan jarak 3
spasi; jarak antara baris satu spasi; kutipan boleh
diapit atau tidak dengan tanda kutip; akhir kutipan
diberi nomor urut penunjukan sumber kutipan
dengan setengah spasi ke atas.
3. Kutipan tidak langsung; kutipan diintegrasikan
dengan naskah; jarak antara baris dua spasi;
kutipan tidak diapit tanda kutip; akhir kutipan
diberi nomor urut kutipan.
PENULISAN SUMBER KUTIPAN

CARA PERTAMA:
Mencantukan langsung sumber kutipan di akhir
kutipan yang ditulis tanda kurung.
Contoh: (Herawan Sauni, 2006: 12), artinya:
Kutipan tersebut diambil dari buku karangan
Herawan Sauni yang terbit tahun 2006 pada
halaman 12.
CARA KEDUA:
Memberi nomor urut pada setiap akhir kutipan, kemudian
melihat sumber kutipannya di akhir bab, pada lembar khusus
yang disebut catatan. Cara menuliskan sumber sama seperti
menulis pada catatan kaki.
Contoh:
1 Herawan Sauni, Politik Hukum Agraria (Medan:
Pustaka Bangsa, 2006), hal. 27.
2. Herawan Sauni, Hukum Agraria, Akses Petani
Untuk Menguasai Tanah Pertanian (Jakarta: Cipta
Grafika, 2014), hal. 156.
CARA KETIGA:
1. Cara ketiga dengan menulis nomor urut pada setiap
akhir kutipan.;
2. Kemudian sumber kutipan diketik pada catatan
kaki;
3. Catatan kaki diketik menjorok 5-7 ketikan dari
margin kiri dengan satu spasi, kemudian baris
kedua dimulai pada margin tepi kiri;
4. Antara sumber pertama dan sumber berikutnya
diberi jarak dua spasi.
5. Cara ini lebih banyak keuntungannya dibanding
cara pertama dan kedua.
CARA PENULISAN DAFTAR PUSTAKA &
CATATAN KAKI
DAFTAR PUSTAKA

BUKU.
SATU ORANG PENGARANG:
Sauni, Herawan. Politik Hukum Agraria. Cet. 1, Medan: Pustaka
Bangsa, 2006.

Herawan Sauni, Hukum Agraria, Akses Petani Untuk Menguasai


Tanah Pertanian, Cet. 1, Jakarta: Cipta Grafika, 2014.

DUA ORANG PENGARANG:


Sauni, Herawan dan Maruki Yamani. Hukum Agararia
Komtemporer. Cet. 1, Bengkulu: Limlit UNIB Press, 2001.
TIGA ORANG PENGARANG:
Sauni, Herawan; Maruki Yamani; Emelia Kontesa.
Hukum Agararia Indonesia. Cet. 1, Bengkulu:
Limlit UNIB Press, 1999.

LEBIH DARI TIGA ORANG PENGARANG:


Sauni, Herawan. Et all ., Hukum Agararia Indonesia.
Cet. 1, Bengkulu: Limlit UNIB Press, 1999.
Editor/Penyunting/penghimpun
Sauni, Herawan, ed. Hukum Agraria Beberapa
Pemikiran Prof. Dr. AP. Parlindungan, S.H.
Medan: USU Press, 1997.
TERJEMAHAN/SADURAN:
Starke, J.G. Pengantar Hukum Internasional. [An
Introduction to International Law].
Diterjemahkan oleh F. Isjwara. Bandung:
Aumni, 1972.
Bab dari Buku Editorial beberapa pengarang.

Gallagher, Mariam Gold. “Legal Encylopidier” dalam


How To Find The Law, 7th ed. Edited by Morris
L. Cohen. St. Paul, Minnisota: West Publishing,
1976. PP. 264-284.

BADAN KOORPORASI:
Badan Pembinaan Hukum Nasional, Lokakarya
Sistem Penyebarluasan Peraturan Perundang-
undangan. Bandung: Binacipta, 1977.
ARTIKEL
Majalah/Jurnal:
Sauni, Herawan. “Model Pelaksanaan Landreform Di
Indonesia,” Jatiswara (Nopember 2006): 20-
31

Harian:
Rahardjo, Satjipto. “Batas-batas Kemampuan
Bekerjanya Hukum,” Suara Pembaruan, 30
Desember, 1988: 6
SKRIPSI/TESIS/DISERTASI
Sauni, Herawan. “Kajian Atas Landreform Dalam Rangka Pembangunan
Hukum Ekonomi Indonesia”. Disertasi Doktor Universitas
Sumatera Utara, Medan, 2003.

MAKALAH:
Sauni, Herawan. “Masalah Pengamanan Kawasan Hutan Lindung”.
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Hasil Penelitian
Hukum, Jambi, 21 Januari 1994.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Indonesia. Undang Undang Dasar 1945.
Kitab Undang Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek).
Diterjemahkan oleh R..Subekti dan R. Tjiptosudibio. Cet. 8.
Jakarta: Pradnya Paramita, 1976.
SUMBER INTERNET
Sauni, Herawan. “Masalah Pengamanan
Kawasan Hutan Lindung”. Makalah,
http:/www.unib.co.id. Diakses tanggal 21
Januari 1994.
Catatan Kaki
Buku.
Herawan Sauni, Politik Hukum Agraria, Cet. 1, (Medan:
Pustaka Bangsa, 2006), hal. 12.
Editor:
Herawan Sauni, ed. Hukum Agraria Beberapa Pemikiran
Prof. Dr. AP. Parlindungan, S.H. (Medan: USU Press, 1997),
hal 45.
Buku Editorial:
Mariam Gold Gallagher,. “Legal Encylopidier” dalam
How To Find The Law, 7th ed. Edited by Morris L. Cohen. (St.
Paul, Minnisota: West Publishing, 1976), P. 264.
TERJEMAHAN/SADURAN:
J.G. Starke, Pengantar Hukum Internasional. [An Introduction to
International Law], Diterjemahkan oleh F. Isjwara. (Bandung: Aumni, 1972),
hal. 59.

Majalah/Jurnal:
Herawan Sauni, “Model Pelaksanaan Landreform Di Indonesia,”
Jatiswara (Nopember 2006): 20-31

Harian:
Satjipto Rahardjo, “Batas-batas Kemampuan Bekerjanya Hukum,”
Suara Pembaruan, 30 Desember, 1988: 6
KRIPSI/TESIS/DISERTASI
Herawan Sauni, “Kajian Atas Landreform Dalam Rangka
Pembangunan Hukum Ekonomi Indonesia,” (Disertasi Doktor
Universitas Sumatera Utara, Medan, 2003), hal. 375.

MAKALAH:
Herawan Sauni, “Masalah Pengamanan Kawasan Hutan
Lindung”, (Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Hasil
Penelitian Hukum, Jambi, 21 Januari 1994), hal. 75.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Indonesia, Undang Undang Dasar 1945, Pasal 33.
Kitab Undang Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek),
diterjemahkan oleh R..Subekti dan R. Tjiptosudibio, cet. 8, (Jakarta:
Pradnya Paramita, 1976), Pasal 1338.
PENGULANGAN
1. Ibid (ibiden) berarti Pada Tempat Yang sama; ibid,
atau ibid., hal.
2. Op. cit. (opere citato), artinya karya yang telah
dikutip. Digunakan apabila sumber pertama ingin
di ulang, padahal ada sisipan dari sumber lain.
3. Loc. Cit (loco Citato), artinya pada tempat yang
telah dikutip. Hal ini digunakan apabila sumber
pertama dengan halaman yang sama diulang,
padahal ada sisipan sumber lain.
4. Catatan: penulisan Ibid, Op.Cit, dan Loc. Cit. harus
dicetak italic (miring)
Penulisan Nomor Kutipan
 Penulisan Nomor Kutipan harus menyatu dengan
kutipan.
 Penulisan Nomor Kutipan sebelum tanda titik,
sebab nomor kutipan merujuk pada naskah yang
dikutip.

Anda mungkin juga menyukai