1. Adelvia Dosantos 2. Oktafiane G Galo 3. Siprianus Naat 4. Stevan Rangga Ndun Wilayah agropolitan
Agropolitan terdiri dari dua kata, yaitu agro dan
politan (polis). Agro artinya pertanian dan politan artinya kota. Wilayah agropolitan adalah wilayah yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis. Ciri-ciri Kawasan Agropolitan Kawasan agropolitan yang sudah berkembang, memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Sebagian besar kegiatan pertanian oleh masyarakat sudah terintegrasi dengan baik. Adanya keterkaitan antara desa dengan kota yang bersifat timbal balik (saling membutuhkan). Sebagian besar kegiatan masyarakat didominasi oleh kegiatan agribisnis meliputi: usaha industri (pengolahan), pertanian, perdagangan agribisnis hulu (permodalan dan sarana pertanian). Contoh Kawasan Agropolitan di Indonesia Sebagai contoh pengembangan agropolitan di Desa Pakembinangun, Kecamatan Pakem, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wilayah tersebut memang memiliki lahan sawah terluas dibanding kecamatan lainnya. Komoditas utamanya yaitu padi. Kawasan agropolitan di Kabupaten Donggala juga memiliki potensi yang cukup besar. Komoditi unggulan daerah ini adalah tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi, dan lainnya), tanaman perkebunan (kakao, kelapa, dan jambu mete), dan komoditi peternakan (ayam petelur, ayam broiler, sapi, dan lainnya). daerah Cibodas juga dikenal sebagai pasar agropolitan dengan hortikultural yang dihasilkannya.