Anda di halaman 1dari 80

PENGELOLAAN

PIUTANG NEGARA
BUKAN PAJAK PADA K/L

BIMBINGAN SISTEM AKUNTANSI


INSTANSI
23 AGUSTUS 2023

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESA


DEIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA
DIREKTORAT PERUMUSAN KEBIJAKAN KEKAYAAN NEGARA
TAHUN 2023
DASAR HUKUM Tujuan
PMK 163/PMK.06/2020 std o Memperbaiki tata kelola Piutang
1. PMK 150/PMK.06/2022 Negara dari Hulu ke Hilir untuk
memperkecil penyisihan piutang di
PMK 129/PMK.05/2020 std LKPP
2. PMK 202/PMK.05/2022
o Menurunkan jumlah Piutang macet di
LKPP secara signifikan
3. Perdirjen Perbendaharaan
Nomor 85/PB/2011 o Menumbuhkan sikap tanggung jawab
dalam mengelola piutang
Buletin Teknis 16 o Memperkuat tindakan eksekusi dan
4. perlindungan Hukum
o Memperbesar penerimaan negara
lewat penyelesaian piutang macet
PENGERTIAN PIUTANG NEGARA

Pasal 8

UU Nomor 49/Prp Tahun Jumlah uang yang wajib dibayar kepada


1960 Tentang Panitia berdasarkan suatu Peraturan, perjanjian atau
Urusan Piutang Negara sebab apapun.

Pasal 1 (6)

Jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah


UU Nomor 1 Tahun 2004 Pusat atau hak Pemerintah Pusat yang dapat dinilai
Tentang dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat
Perbendaharaan Negara lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku atau akibat lainnya yang sah .
PENGERTIAN PIUTANG NEGARA-2

Pasal 1 (1)

Peraturan Pemerintah Jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah


Nomor 14 Tahun 2005 Pusat atau hak Pemerintah Pusat yang dapat dinilai
Tentang Tata Cara dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat
Penghapusan Piutang lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan
Negara /Daerah yang berlaku atau akibat lainnya yang sah .

Pasal 1

PMK 240/PMK.06/2016 Jumlah uang yang wajib dibayar kepada Negara


Tentang Pengurusan berdasarkan suatu Peraturan, perjanjian atau sebab
Piutang Negara apapun.
Piutang Negara

Kewajiban bayar
Hak Pemerintah
kepada pemerintah

Disebabkan
Dapat dinilai dengan peraturan, perjanjian
uang atau sebab apapun
yang sah.
PENGELOLAAN PIUTANG NEGARA
(PMK 163/PMK.06/2020 Jo PMK 150/PMK.06/2022)

4. Pembatalan
pengakuan
(koreksi akuntansi)
PERMASALAHAN

a. Pencatatan Piutang tidak didukung dokumen sumber


b. Saldo Piutang Uang Pengganti tidak diketahui rinciannya
c. Penagihan dan Penyelesaian Piutang belum optimal;
d. Tata cara penagihan tertulis belum sesuai ketentuan
e. Piutang macet belum diserahkan ke PUPN
f. Penyisihan Piutang tidak sesuai ketentuan
g. Potensi kerugian negara karena jaminan UM dan jaminan
pelaksanaan tidak dapat dicairkan

Powerpoint Templates
Page 7
PENYELESAIAN PIUTANG
(Pasal 29 PMK 163/2020)
LUNAS, TERMASUK LUNAS DENGAN KERINGANAN

Di K/L Di PUPN

PENGHAPUSAN: BERSYARAT ATAU MUTLAK


PSBDT PPNTO Untuk Piutang TGR/TP selain sudah terbit

PUPN K/L PSBDT/PPNTO


Perlu Rekomendasi BPK-RI

PEMBATALAN PENGAKUAN PIUTANG (JIKA ADA SALAH PENGAKUAN)


KOREKSI PENCATATAN
BERDASARKAN BUKTI YANG CUKUP
K/L
PENATAUSAHAAN
PIUTANG NEGARA
BERDASARKAN
PMK
163/PMK.06/2022
Pasal 6

Kegiatan penatausahaan Piutang Negara di Kementerian Negara/Lembaga sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 5 ayat ( 1) huruf a meliputi:

01 02 03 04 05
menatausahakan menatausahakan melakukan pembebanan
dokumen Piutang melakukan penentuan menyelenggarakan
dokumen kepemilikan jaminan kebendaan,
Negara kualitas dan akuntansi dan pelaporan
Barang Jaminaan atau dalam hal dalam proses pembentukan Piutang Negara sesuai
Harta Kekayaan Lain, pengelolaan Piutang penyisihan Piutang standar akuntansi
dalam hal terdapat negara terdapat Barang Negara tidak tertagih pemerintahan
Barang Jaminan atau Jaminan atau Harta
Harta Kekayaan Lain Kekayaan Lain yang
yang diserahkan diserahkan
Pasal 7
Dokumen Piutang Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
huruf a terdiri atas:

dokumen dokumen
sumber pendukung
Piutang Piutang
Negara Negara
perjanjian kredit, akta pengakuan utang, perjanjian ikatan dinas, perjanjian
penyaluran dana, surat keputusan/keterangan/penunjukan pejabat yang
Pasal 8 menimbulkan Piutang Negara, surat kontrak, surat keputusan kerugian

01
negara, perhitungan pungutan ekspor /bea keluar, beserta perubahan/
addendum, dokumen pemungutan Penerimaan Negara Bukan Pajak, surat
tagihan berdasarkan laporan hasil verifikasi/monitoring Penerimaan Negara
Bukan Pajak, surat tagihan dan surat ketetapan kurang bayar berdasarkan
laporan hasil pemeriksaan Penerimaan Negara Bukan Pajak, serta surat
tagihan berdasarkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap;

rekening koran, prima nota, mutasi Piutang Negara, rincian


tagihan/ tunggakan/ perhitungan, surat ketetapan, bukti
02 pembayaran dan dokumen lain sejenis yang membuktikan
besarnya Piutang Negara

rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan dalam


03 hal Piutang Negara berasal dari Tuntutan Ganti
Rugi (TGR)
Dokumen sumber Piutang Negara seba-
gaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a
merupakan dokumen yang membuktikan
adanya dan besarnya Piutang Negara se- dokumen lain yang dapat membuktikan adanya
hingga memenuhi syarat untuk diakui/ di-
catat sebagai Piutang Negara meliputi:
04 dan besarnya Piutang Negara berdasarkan
peraturan perundang-undangan
Pasal 8
surat tagihan, peringatan, somasi, surat himbauan membayar atau surat lain sejenisnya

dokumen identitas Penanggung Utang atau penJamm utang yang dapat berupa KTP, SIM, KK, Paspor, KITAS, Akta Pendirian Perusahaan atau
dokumen sejenisnya

bukti kepemilikan jaminan dapat berupa sertifikat tanah dan/ atau bangunan BPKB, STNK atau dokumen sejenisnya

bukti pengikatan jaminan antara lain berupa hak tanggungan, hipotek, fidusia, dan gadai

surat kuasa untuk menjual/menjaminkan Barang Jaminan atau Harta Kekayaan Lain milik Penanggung Utang

daftar Harta Kekayaan Lain milik Penanggung Utang yang diinventarisasi

surat izin usaha, IMB, NPWP, tanda pengenal / pendaftaran perusahaan

surat bukti asuransi, penjaminan, surety bond, bank garansi, atau surat sejenisnya

Dokumen pendukung Piutang Negara


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 surat keterangan/keputusan dari pejabat atau instansi yang berwenang

huruf b merupakan dokumen yang


memperkuat serta memperjelas status foto, gambar, denah, peta, citra satelit

hukum dan administrasi Piutang


dokumen lain yang mendukung keberadaan Piutang Negara
Negara, meliputi:
Kegiatan penatausahaan dokumen kepemilikan Barang Jaminan atau Harta Kekayaan Lain sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 huruf b, paling sedikit dengan:

melakukan tindakan pemblokiran dokumen


kepemilikan ke instansi yang berwenang

mengurus peningkatan hak dan c


melakukan tindakan pencabutan
memperpanjang masa berlaku
blokir dan roya, dalam hal
dokumen kepemilikan dalam b d terdapat penyelesaian Piutang
hal hak akan berakhir
Negara

menatausahakan Pasal 9
dan mengamankan penatausahaan lainnya sesuai pera
dokumen
a e perundangundangan
kepemilikan
Pembebanan jaminan kebendaan terhadap Barang Jaminan atau Harta
Pasal 10 Kekayaan Lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c meliputi:

Hak
01 Tanggungan 03 Fidusia

02 Hipotek 04 Gadai
Pasal 11
Kegiatan akuntansi dan pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf e antara lain berupa
01 pengakuan, pencatatan, pengukuran, penyajian, pengungkapan, dan kegiatan lain yang menyangkut
akuntansi dan pelaporan Piutang Negara.

Tata cara pelaksanaan akuntansi dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai
02 standar akuntansi pemerintahan.

Pasal 12
Ketentuan lebih lanjut mengenai penatausahaan Piutang Negara diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal atau
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan berdasarkan koordinasi dengan Direktur Jenderal.
Pasal 73-74
Kementerian Negara/Lembaga dan PPA BUN wajib melakukan penentuan kualitas piutang negara dengan
mempertimbangkan paling sedikit: jatuh tempo Piutang Negara dan upaya penagihan

Kementerian Negara/Lembaga dan PPA BUN wajib melakukan pembentukan penyisihan Piutang Negara
tidak tertagih berdasarkan prinsip kehati-hatian

Pasal 75
Tata cara penentuan kualitas Piutang Negara dan pembentukan penyisihan Piutang Negara tidak tertagih dilakukan
sesuai peraturan perundang-undangan.
PARAGRAF 3
Penagihan Piutang
Negara pada
Kementerian
Negara/Lembaga
Penagihan Piutang oleh
Kementerian/Lembaga
(Pasal 13 PMK 163/2020)

Penagihan Piutang oleh


K/L
Penagihan Tertulis Kegiatan Optimalisasi
(Pasal 14 dan Pasal
(Pasal 18-Pasal 28)
15)

-Restrukturisasi
-Kerjasama penagihan dengan pihak ketiga
-Pelaksanaan parate executie jaminan kebendaan
-Crash Program Penyelesaian Piutang Negara
Penagihan I Penagihan II Penagihan III -Gugatan melalui lembaga peradilan
-Penghentian layanan

Kegiatan Optimalisasi Lainnya

-Hibah
-PMN
-Penjualan Piutang
-Debt to Asset Swap

19
Pasal 13
1 2 3

Penagihan Piutang Negara pada Penagihan secara tertulis Penagihan dengan kegiatan
Kementerian Negara/Lembaga dengan surat tagihan optimalisasi Piutang Negara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud pada
huruf b dilakukan dengan: pada ayat (1) huruf a wajib ayat (1) huruf b dilaksanakan
a. penagihan secara tertulis dengan dilakukan untuk seluruh dengan mempertimbangkan
surat tagihan; dan jenis, besaran dan aspek efisiensi dan efektivitas
b. penagihan dengan kegiatan kualifikasi Piutang Negara. serta memperhatikan ketentuan
optimalisasi Piutang Negara peraturan perundang-undangan.
sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri ini.
Kegiatan penagihan Piutang Negara secara tertulis dengan surat tagihan oleh Kementerian
1
Negara/Lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf a paling sedikit meliputi:

apabila dalam jangka waktu 2 (dua) bulan sejak tanggal surat tagihan kedua, Penanggung
Utang tidak melunasi seluruh Piutang Negara, Kementerian Negara/Lembaga menerbitkan dan
menyampaikan surat tagihan ketiga atau tagihan terakhir dengan tembusan kepada PUPN
sesuai wilayah kerja
apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak
c tanggal surat tagihan ketiga, Penanggung Utang
tidak melunasi seluruh Piutang Negara:
apabila dalam jangka waktu 1 (satu) 1) Kementerian Negara/Lembaga menerbitkan
bulan sejak tanggal surat tagihan surat penyerahan pengurusan piutang macet
pertama, Penanggung Utang tidak kepada PUPN; atau
2) dalam hal surat tagihan diterbitkan oleh mitra
melunasi seluruh Piutang Negara,
yang bekerja sama dengan Kementerian
Kementerian Negara/Lembaga d
menerbitkan dan menyampaikan surat
b Negara/Lembaga dalam mengelola Piutang
Negara, mitra menerbitkan surat penerusan
tagihan kedua Pasal 14 tagihan Piutang Negara kepada
Kementerian Negara/Lembaga, untuk
selanjutnya dilakukan penyerahan
pengurusan Piutang Negara macet kepada
PUPN
menerbitkan dan menyampaikan
surat tagihan pertama paling lambat
a e Penyerahan ke PUPN sesuai huruf d
10 (sepuluh) hari kerja sejak jatuh
dilakukan jika upaya optimalisasi tidak
tempo atau sejak laporan yang
dapat dilaksanakan
menjadi dokumen sumber Piutang
Negara diterima
Kementerian Dalam hal Penanggung Utang
Negara/Lembaga tidak melakukan pemenuhan
mendokumentasikan, kewajiban atas surat tagihan
mengadministrasikan, dan
mengamankan surat 2 ayat
ayat 3 sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dapat menjadi dasar
tagihan, bukti pengiriman bagi Kementerian
dan bukti lain yang terkait, Negara/Lembaga untuk
baik secara manual menghentikan layanan kepada
maupun elektronik Penanggung Utang
a Pembiayaan/ penyaluran dana

Pasal 15
Tata Cara
Penagihan
Hasil pemeriksaan Penerimaan Negara Bukan
tertulis
mengikuti
b Pajak
perjanjian/
peraturan

Piutang Negara dengan tata cara penagihan tertulis tersendiri

c
Pasal 16
Penyampaian surat tagihan kepada Dalam hal jumlah Piutang Negara lebih dari Dalam hal jumlah Rp1.000.000. 000,00
Penanggung Utang sebagaimana dimaksud Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) Piutang (satu Negara lebih miliar
dalam Pasal 13 ayat (1) dilakukan: sampai dengan Rpl.000.000.000,00 (satu rupiah) dari Penanggung Utang, surat
a. secara manual melalui surat tercatat; miliar rupiah) per Penanggung Utang, surat tagihan pertama diantar langsung oleh
dan/ atau tagihan pertama diantar langsung oleh pegawai yang ditugaskan oleh
pegawai yang ditugaskan oleh Kementerian Kementerian Negara/Lembaga dengan
b. secara elektronik melalui surat
Negara/Lembaga dengan membuat tanda membuat berita acara.
elektronik
terima.

Dalam hal Penanggung Utang tidak dijumpai Proses penyampaian surat tagihan yang Bentuk dan format surat, tanda terima,
saat penyampaian surat tagihan memerlukan tanda terima atau berita acara berita acara berikut tata cara
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan penyampaian surat tagihan dapat dilakukan penyampaian surat tagihan, dan tanda
ayat (3), surat tagihan disampaikan kepada secara manual atau elektronik. terima/berita acara berpedoman pada
orang dewasa yang bertempat tinggal ketentuan yang diterbitkan oleh
bersama atau yang bekerja di kantor/tempat Menteri/Pimpinan Lembaga dengan
usaha Penanggung Utang atau kepala memperhatikan ketentuan peraturan
lingkungan setempat untuk disampaikan perundangundangan.
kepada Penanggung Utang.
Pasal 17

Mekanisme penagihan dengan surat tagihan secara tertulis


terhadap Piutang Negara yang timbul berdasarkan putusan
pengadilan atau Piutang Negara eks Bantuan Likuiditas Bank
Indonesia (BLBI) dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
PARAGRAF 4
Penagihan dengan
Kegiatan
Optimalisasi Piutang
Negara pada
Kementerian
Negara/Lembaga
Pasal 18
( 1) Selain melakukan penagihan secara tertulis dengan surat tagihan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 16, Kementerian Negara/Lembaga mengupayakan penagihan
dengan optimalisasi Piutang Negara sesuai Pasal 13 ayat (1) huruf b untuk mempercepat
penyelesaian.
(2) Penagihan dengan optimalisasi Piutang Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. restrukturisasi;
b. kerjasama penagihan dengan pihak ketiga antara lain:
1) Kejaksaan;
2) Kantor Wilayah sesuai wilayah kerja;
3) Direktorat Jenderal Anggaran;
4) Direktorat Jenderal Pajak;
5) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; dan/ atau
6) pihak ketiga lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
c. pelaksanaan parate executie jaminan kebendaan;
d. crash program penyelesaian Piutang Negara;
e. gugatan melalui lembaga peradilan; dan/ atau
f. penghentian layanan kepada Penanggung Utang.
Pasal 19
Selain optimalisasi Piutang Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat
(2), dapat pula dilakukan upaya optimalisasi lainnya

Konversi Piutang Negara menjadi Debt to Asset


penyertaan modal negara Swap

a b c d

Hibah Piutang Negara kepada Penjualan hak


Pemerintah Daerah tagih/Piutang Negara
Pasal 20

01 Penagihan dengan optimalisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) dan
optimalisasi lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dilakukan sebelum penyerahan
ke PUPN.

02 Dalam hal Piutang Negara telah diserahkan ke PUPN namun terdapat alasan untuk
melakukan optimalisasi atau optimalisasi lainnya, Kementerian Negara/Lembaga selaku
penyerah Piutang Negara:
a. melakukan penarikan pengurusan Piutang Negara dari PUPN dalam hal upaya
optimalisasi dilakukan dengan restrukturisasi; atau
b. meminta kepada PUPN untuk melakukan pengembalian Piutang Negara dalam hal
upaya optimalisasi dilakukan selain dengan restrukturisasi.

03 Piutang Negara yang telah disetujui oleh PUPN untuk dilakukan penarikan atau
pengembalian, selanjutnya dapat dilakukan penagihan dengan optimalisasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) atau optimalisasi lainnya se bagaimana dimaksud dalam
Pasal 19.
Pasal 21

01 Restrukturisasi Piutang Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf a
dilakukan secara selektif dalam rangka meningkatkan kemampuan Penanggung Utang
melakukan pembayaran kembali.

02 Restrukturisasi Piutang Negara sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) hanya dapat


dilakukan atas permohonan tertulis Penanggung Utang kepada Menteri/Pimpinan Lembaga.

03 Berdasarkan permohonan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Menteri/Pimpinan


Lembaga dapat memberikan:
a. surat persetujuan; atau
b. surat penolakan.
Pasal 22
Restrukturisasi Piutang Negara sebagaimana Penjadwalan
dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dilakukan dengan a kembali

Perubahan
persyaratan b
Keringanan utang
yang meliputi
c pengurangan
pokok dan/atau
kewajiban selain
Pembayaran Sebagian
pokok
utang dengan pencairan
Barang Jaminan yang
d
disertai dengan penjadwalan
Kembali sisa utang Jenis restrukturisasi
lainnya sesuai dengan
e ketentuan peraturan
perundang-undangan
Kerjasama penagihan dengan pihak
ketiga sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 ayat (2) huruf b dituangkan
dalam nota kesepahaman/ perjanjian
kerja sama.

PASAL
22
Nota kesepahaman/perjanjian kerja
sama sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1) paling sedikit memuat:
a. daftar rincian Penanggung Utang
yang akan dilakukan penagihan
bersama;
b. pola kerja penagihan bersama;
c. pendanaan; dan
d. jangka waktu kegiatan.
Kementerian Negara/Lembaga selaku pengelola Piutang Negara yang akan melaksanakan parate executie jaminan kebendaan,
terlebih dahulu menerbitkan dan menyampaikan surat peringatan tersendiri sebanyak 3 (tiga) kali bahwa akan dilakukan penjualan
Lelang, kecuali dalam surat penagihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat ( 1) telah ditegaskan akan dilaksanakan
kewenangan parate executie Jaminan kebendaan melalui penjualan Lelang.

2 Dalam hal pelaksanaan· Lelang


sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Kementerian Negara/Lembaga selaku Barang Jaminan:
pengelola Piutang Negara dapat a. tidak terjual, Kementerian
memilih untuk melaksanakan parate Negara/Lembaga dapat memintakan
executie jaminan kebendaan Lelang ulang;
sebagaimana dimaksud dalam Pasal b. terjual sebagian, Kementerian
18 ayat (2) huruf c dengan Negara/Lembaga dapat
mengajukan permohonan Lelang
kepada kantor yang memiliki fungsi 1 Pasal 3 menyerahkan pengurusan Piutang
Negara macet kepada PUPN atau
pelayanan Lelang dalam hal Piutang
Negara dijamin dengan jaminan
24 mengajukan permohonan Lelang
ulang Barang Jaminan yang belum
kebendaan berupa hak tanggungan terjual kepada kantor yang memiliki
peringkat pertama, fidusia atau gadai fungsi pelayanan Lelang; atau
sesuai dengan peraturan perundang- c. terjual namun masih terdapat sisa
undangan. utang Kementerian
Negara/Lembaga menyerahkan
pengurusan Piutang Negara macet

4 kepada PUPN.

Dalam hal Barang Jaminan pada Lelang ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dan huruf b tidak terjual, Kementerian
Negara/Lembaga menyerahkan pengurusan Piutang Negara macet kepada PUPN
Ketentuan lebih lanjut yang mengatur tata
cara pelaksanaan crash program secara
Pasal 25 Optimalisasi Piutang Negara melalui crash
program sebagaimana dimaksud dalam
nasional diatur oleh Menteri berdasarkan Pasal 18 ayat (2) huruf d dilaksanakan:
ketentuan peraturan perundangundangan. a. masing-masing Kementerian
5 Negara/Lembaga; atau

1 b. untuk melaksanakan ketentuan


peraturan perundang-undangan yang
khusus mengamanatkan adanya crash
program yang dikoordinasikan oleh
Menteri/Pimpinan Lembaga Menteri.
bertanggung jawab terhadap
crash program yang
Optimalisasi Piutang Negara melalui
dilaksanakannya.
4 crash program sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan dalam
periode waktu tertentu berupa:
2 a. keringanan utang, baik pokok
maupun selain pokok;
b. percepatan penerbitan PSBDT atau
Pelaksanaan crash program penyelesaian PPNTO;
Piutang Negara oleh masing-masing c. moratorium tindakan hukum; dan/
Kementerian Negara/Lembaga sebagaimana atau
dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang- 3 d. bentuk crash program lain yang
diatur dalam peraturan perundang-
undangan dan dikoordinasikan dengan undangan.
Menteri
Pasal Pasal Pasal
26 27 28
Optimalisasi Piutang Negara dengan (1) Optimalisasi Piutang Negara berupa Menteri/Pimpinan Lembaga
gugatan melalui lembaga peradilan penghentian layanan kepada Penanggung bertanggung jawab penuh
sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 Utang sebagaimana dimaksud dalam Pasal terhadap Penagihan dengan
ayat (2) huruf e dilakukan dalam hal 18 ayat (2) huruf f dilakukan dalam hal optimalisasi sebagaimana
terdapat: dimaksud dalam Pasal 18.
Penanggung Utang mengajukan permohonan
a. sengketa terhadap adanya dan layanan kepada Kementerian
besarnya jumlah Piutang Negara, Negara/Lembaga.
sehingga tidak dapat diserahkan (2) Penghentian layanan sebagaimana dimaksud
kepada PUPN; atau pada ayat (1) dilakukan terhadap:
b. masalah hukum yang menurut a. layanan yang sama; dan/ atau
pertimbangan pimpinan b. layanan lainnya, yang diajukan oleh
Kementerian Negara/Lembaga Penanggung Utang yang sama.
akan lebih efektif diselesaikan
dengan gugatan melalui lembaga
peradilan.
PARAGRAF 5
Penyelesaian Piutang
Negara pada
Kementerian
Negara/Lembaga
Pasal 29
(1) Penyelesaian Piutang Negara pada Kementerian Negara/Lembaga dilakukan dengan: a.
pelunasan, termasuk pelunasan dengan keringanan; atau b. penghapusan.
(2) Selain penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyelesaian Piutang Negara dapat
dilakukan dengan pembatalan pengakuan Piutang Negara melalui koreksi pencatatan.
(3) Pembatalan pengakuan Piutang Negara melalui koreksi pencatatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan dalam hal terdapat bukti kesalahan pengakuan, yang ditetapkan oleh pejabat
yang berwenang pada Kementerian Negara/ Lembaga.
(4) Dalam hal Piutang Negara berupa piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak, penyelesaian
Piutang Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. terbitnya surat persetujuan atas keringanan Penerimaan Negara Bukan Pajak berupa pengurangan
atau pembebasan Penerimaan Negara Bukan Pajak;
b. terbitnya penetapan atas pengajuan keberatan atas surat ketetapan Penerimaan Negara Bukan
Pajak;
c. terbitnya koreksi atas surat tagihan Penerimaan Negara Bukan Pajak; dan/atau
d. terbitnya pembetulan atas dokumen pemungutan Penerimaan Negara Bukan Pajak dan/atau
dokumen pembayaran dan penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Piutang Negara yang diselesaikan Kementerian Negara/Lembaga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal yang mengelola Piutang Negara
29 ayat (1) huruf a dinyatakan lunas menerbitkan bukti pelunasan
dalam hal:
a. Penanggung Utang telah
melunasi seluruh
1
PASAL
30 2 yang sah terhadap Piutang
Negara yang telah dinyatakan
lunas sebagaimana dimaksud
kewajibannya; atau pada ayat (1).
b. sebab lainnya yang sah.
.
PARAGRAF 6
Penyetoran Pembayaran
Piutang Negara dan
Penerbitan Bukti
Pelunasan
PASAL 31
Penerimaan pembayaran Piutang Negara wajib disetor ke kas
negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

1. Penanggung Utang wajib menyampaikan foto kopi/ salinan bukti setoran


kepada unit di lingkungan Kementerian Negara/Lembaga yang mengelola
Piutang Negara paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah dilakukan
penyetoran, dalam hal Pembayaran Piutang Negara disetor sendiri oleh
Penanggung Utang ke Kas Negara.
2. Berdasarkan bukti setoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), petugas
pada unit di lingkungan Kementerian Negara/Lembaga melakukan:
a. pencatatan Piutang Negara dalam Kartu Piutang; dan
b. penatausahaan bukti setoran.

PASAL 32
PASAL 33
(1) Pelunasan Piutang Negara dilakukan secara angsuran atau pembayaran sekaligus, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan atau perjanjian yang mengaturnya.
(2) Setiap pelunasan Piutang Negara yang pembayarannya dilakukan secara angsuran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, unit di lingkungan Kementerian Negara/Lembaga yang mengelola Piutang Negara wajib
menerbitkan bukti pelunasan.
(3) Setiap pelunasan Piutang Negara yang pembayarannya dilakukan sekaligus se bagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b, Bukti Penerimaaan Negara (BPN) berfungsi sebagai bukti pelunasan.
(4) Dalam rangka penerbitan bukti pelunasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), petugas pada unit
Kementerian Negara/Lembaga yang mengelola Piutang Negara wajib mengonfirmasi kebenaran setoran
Piutang Negara kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).
(5) Konfirmasi kebenaran setoran Piutang Negara dalam rangka penerbitan bukti pelunasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. untuk Piutang Negara yang jangka waktu pembayarannya kurang dari 1 (satu) tahun, konfirmasi kebenaran atas
setoran dilakukan sebelum penerbitan bukti pelunasan; dan
b. untuk Piutang Negara yang jangka waktu pembayarannya lebih dari 1 (satu) tahun, konfirmasi kebenaran atas
setoran dilakukan setiap 1 (satu) tahun.
PARAGRAF 7
Penyerahan Pengurusan
Piutang Negara pada
Kementerian
Negara/Lembaga kepada
PUPN
Pasal 34 Pasal 35 Pasal 36
1. Piutang Negara sebagaimana dimaksud dalam 1. Piutang Negara yang telah
Piutang Negara pada Pasal 34, dengan kategori macet dan telah diserahkan kepada PUPN
tingkat pertama dilakukan penagihan secara tertulis dan/ atau sebagaimana dimaksud dalam
diselesaikan sendiri penagihan secara optimalisasi pada tingkat Pasal 35 ayat (1) tetap dicatat
oleh Kementerian pertama namun tidak berhasil, wajib sebagai Piutang Negara pada
Negara/Lembaga. diserahkan pengurusannya kepada PUPN. Kementerian Negara/Lembaga
2. Penyerahan pengurusan kepada PUPN yang mengelola Piutang Negara.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), 2. Nilai Piutang Negara yang dicatat
dikecualikan terhadap: sebagaimana dimaksud pada ayat
a. Piutang Negara yang tata cara pengurusannya (1) sesuai dengan nilai pada saat
diatur dalam Undang-Undang tersendiri; dan diserahkan kepada PUPN.
b. Piutang Negara yang tidak dapat diserahkan
pengurusannya kepada PUPN berdasarkan
ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.
PENYERAHAN PENGURUSAN PIUTANG NEGARA

1. Berkas penyerahan piutang negara berupa surat penyerahan, resume dan dokumen piutang, bukti upaya penagihan
oleh penyerah piutang dan dokumen penjaminan (bila ada).
2. Penyerahan dilakukan kepada Panitia Cabang melalui Kantor Pelayanan yang wilayah kerjanya meliputi tempat
kedudukan Penyerah Piutang.
3. Pengecualian tempat penyerahan:
a. Harus dilakukan kepada Panitia Cabang melalui Kantor Pelayanan yang wilayah kerjanya meliputi domisili hukum yang ditunjuk dalam
perjanjian dimaksud.
b. Dapat dilakukan kepada Panitia Cabang melalui Kantor Pelayanan yang wilayah kerjanya meliputi tempat dibuatnya perjanjian kredit/tempat
terjadinya piutang dimaksud
c. Dapat dilakukan kepada Panitia Cabang melalui Kantor Pelayanan yang wilayah kerjanya meliputi domisili Penanggung Hutang dimaksud.

4. Setiap berkas kasus dilengkapi surat penyerahan dengan nomor surat tersendiri.
5. Piutang negara terdiri atas hutang pokok, bunga, denda, ongkos dan/atau beban lainnya sesuai
perjanjian/peraturan/putusan pengadilan.
DOKUMEN PERSYARATAN PENYERAHAN PENGURUSAN
PIUTANG NEGARA KEPADA PUPN (1)

1. Fotokopi perjanjian kredit dan perubahannya, atau dokumen lain sejenis yang membuktikan adanya piutang;
2. Fotokopi rekening koran, prima nota, mutasi piutang, dan/atau dokumen sejenis yang membuktikan besarnya
piutang;
3. Fotokopi surat menyurat antara Penyerah Piutang dengan Penanggung Utang dan/atau Penjamin Utang yang
berkaitan dengan upaya-upaya penagihan;
4. Fotokopi surat pemberitahuan dari Penyerah Piutang kepada Penanggung Utang bahwa pengurusan Piutang
Negara diserahkan kepada PUPN;
5. Fotokopi bukti kepemilikan dan pengikatan barang jaminan (bila ada);
6. Fotokopi bukti penjaminan kredit oleh pihak ketiga atau bukti lain sejenis (bila ada);
DOKUMEN PERSYARATAN PENYERAHAN PENGURUSAN
PIUTANG NEGARA KEPADA PUPN (2)

7. Fotokopi akta pendirian perusahaan, pengumuman akta pendirian perusahaan dalam Tambahan
Berita Negara beserta akta perubahannya, dan/atau identitas lainnya;
8. Fotokopi izin usaha, IMB dan atau surat-surat izin lainnya;
9. Fotokopi kartu identitas Penanggung Utang dan/atau Penjamin Utang
10. Fotokopi daftar kekayaan lain dari Penanggung Utang (selain barang jaminan);
11. Surat pernyataan kesanggupan penyerah Piutang untuk melakukan permohonan Roya;
12. Bukti lain upaya optimalisasi penagihan piutang (misalnya Berita acara kunjungan lapangan,
Kerjasama penagihan dengan melibatkan pihak ketiga, bukti pernah rerstrukturisasi dll);
DOKUMEN PERSYARATAN PENYERAHAN PENGURUSAN
PIUTANG NEGARA BERUPA TGR PNS BENDAHARA
KEPADA PUPN

1. Hasil pemeriksaan yang mengungkap adanya kerugian negara;


2. Berita Acara Pemeriksaan Kas
3. Daftar pertanyaan untuk menyusun Laporan Pemeriksaan Kekurangan Perbendaharaan
4. SKTJM dan/atau Surat Keputusan pembebanan BPK (SK Penetapan Batas Waktu untuk Menjawab
dan SK Pembebanan)
5. Bukti pembayaran, apabila ada pembayaran
6. SK Menteri/Pimpinan KL/Gubernur/Bupati/Walikota tentang pembebanan penggantian sementara
7. Surat kuasa untuk menjual barang jaminan, apabila ada;
8. Surat-surat penagihan kepada Penanggung Utang
DOKUMEN PERSYARATAN PENYERAHAN PENGURUSAN
PIUTANG NEGARA BERUPA TGR PNS BUKAN BENDAHARA
KEPADA PUPN

1. Laporan Kerugian Negara oleh atasan/kepala kantor;


2. SKTJM dan/atau Surat Keputusan pembebanan penggantian kerugian negara sementara yang
ditetapkan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga
3. Surat Pemberitahuan dari Menteri/Pimpinan Lembaga kepada pegawai yang dituntut
4. Surat Keputusan Pembebanan Tingkat Banding, apabila terdapat Banding;
5. Surat-surat hasil pemeriksaan;
6. Bukti pembayaran, jika ada;
7. Surat kuasa untuk menjual barang jaminan, apabila ada;
8. Surat-surat penagihan kepada Penanggung Utang
DOKUMEN PERSYARATAN PENYERAHAN PENGURUSAN
PIUTANG NEGARA BERUPA PIUTANG YANG BERASAL
DARI PROYEK PEMERINTAH KEPADA PUPN

1. Akta Pendirian Perusahaan


2. Perjanjian Kontrak
3. Surat Perintah Kerja
4. Laporan Hasil Pemeriksaan dan/atau bukti rincian pembebanan ganti rugi
5. Surat-surat penagihan kepada Penanggung Utang;
6. Bukti lain upaya optimalisasi penagihan piutang (misalnya Berita acara kunjungan lapangan, Kerjasama
penagihan dengan melibatkan pihak ketiga, bukti pernah rerstrukturisasi dll)
BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN OLEH
PENYERAH PIUTANG SETELAH MENYERAHKAN
PENGURUSAN PIUTANG MACET KEPADA PUPN

1. Tetap mencatat piutang tersebut dalam Laporan Keuangan


2. Menghentikan pembebanan bunga dan denda
3. Koordinasi dengan PUPN/KPKNL jika ada kekurangan dokumen
4. Memenuhi permintaan dokumen (jika diminta)
5. Menyerahkan asli dokumen barang jaminan kepada KPKNL
6. Turut membantu upaya penagihan/penyelesaian;
7. Memelihara dokumen sumber;
8. Audit BPK-RI atau APIP;
9. Tetap diperbolehkan menerima angsuran dari Penanggung Utang, namun harus ikut memungut dan
menyetorkan Biad PUPN 10 persen kepada KPKNL;
10. Melakukan rekonsiliasi Piutang secara berkala
PARAGRAF 8
Penghapusan Piutang
Negara
Pasal 37 Pasal 38 Pasal 39
1. Penghapusan Piutang Negara Secara Piutang Negara yang telah Penghapusan Secara Bersyarat
Bersyarat dan Penghapusan Piutang dinyatakan PSBDT atau PPNTO dan Penghapusan Secara
Negara Secara Mutlak dapat dilakukan sebagaimana dimaksud dalam Mutlak atas Piutang Negara
setelah Piutang Negara diurus secara Pasal 37 ayat (2), harus segera sebagaimana dimaksud dalam
optimal. diajukan usul Penghapusan Pasal 37 ayat (1) sesuai dengan
2. Pengurusan Piutang Negara dinyatakan Secara Bersyarat oleh peraturan perundangundangan
telah optimal sebagaimana dimaksud Menteri/Pimpinan Lembaga di bidang Piutang Negara.
pada ayat (1), dalam hal telah kepada Menteri.
dinyatakan sebagai:
a. PSBDT oleh PUPN; atau
b. PPNTO oleh Menteri/Pimpinan
Lembaga, atas Piutang Negara yang
tidak dapat diserahkan kepada
PUPN.
PSBDT VS
PPNTO

53
DEFINISI PSBDT DAN PPNTO

“Pernyataan Piutang Negara Telah Optimal atau disingkat


PPNTO adalah surat yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang pada Kementerian/Lembaga sebagai bukti bahwa
“Piutang Negara Sementara Belum Dapat Ditagih atau
Piutang Negara dalam kualifikasi macet telah dikelola secara
disingkat PSBDT adalah pernyataan dari PUPN Piutang Negara
optimal namun masih terdapat sisa kewajiban karena Penanggung
telah diurus secara optimal namun masih terdapat sisa kewajiban”
Utang tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan utang,
tidak ada barang jaminan atau
sebab lain yang sah.”

54
PERSANDINGAN ALUR PSBDT DAN PPNTO
PERINCIAN PIUTANG NEGARA/DAERAH
YANG TIDAK DAPAT DISERAHKAN
PENGURUSANNYA KEPADA PUPN
(OBJEK PPNTO/PPDTO)

1 2 3 4 5
jumlah sisa kewajiban tidak didukung dokumen tidak dapat dipastikan Piutang Daerah yang masih Piutang Daerah yang telah
paling banyak Rp8 juta per sumber yang memadai jumlah/besarannya karena menjadi objek sengketa di diserahkan ke PUPN namun
PU dan tidak ada Barjam sehingga tidak dapat tidak ada atau tidakjelas lembaga peradilan; dikembalikan atau ditolak
dibuktikan siapa subjek dokumen sumber atau oleh PUPN berdasarkan
yang diserahkan atau bukti-bukti pendukungnya
hukum yang harus peraturan perundang-
barjam tidak mempunyai bertanggung jawab undangan.
nilai ekonomis terhadap
penyelesaiannya
Pasal 61 s.d 62 PMK 163/2020
Pasal 3 s.d 4 PMK 137/2022
Pasal 66
Penerbitan PPNTO dilakukan setelah Piutang
Negara memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. telah disampaikan surat penagihan sesuai Dalam hal jumlah sisa kewajiban paling
Piutang Negara dengan jumlah sisa banyak Rp500.000,00, bukti bahwa
ketentuan;
kewajiban paling banyak per-Penanggung Penanggung Utang tidak mempunyai
b. kualitas Piutang Negara telah macet;
Utang Rp8.000.000,- dan tidak ada Barang kemampuan untuk menyelesaikan utang
c. usia pencatatan Piutang Negara telah lebih dari 5
Jaminan yang diserahkan atau Barang dapat berupa surat pernyataan pimpman unit
(lima) tahun dan tidak terdapat angsuran atau
Jaminan tidak mempunyai nilai ekonomis, di lingkungan Kementerian Negara/Lembaga
terdapat angsuran kurang dari 10% (sepuluh
dapat diterbitkan PPNTO. yang mengelola Piutang Negara.
persen);
d. Penanggung Utang tidak mempunyai
kemampuan untuk menyelesaikan utang yang
dibuktikan dengan paling sedikit dokumen
berupa (boleh salah satu):

01 02 03 04 05
kartu keluarga miskin putusan pailit surat keterangan dari Lurah/Kepala Desa/Kepala bukti penerimaan bukti kunjungan penagihan
Lingkungan/Instansi yang berwenang yang menyatakan asuransi kesehatan bagi oleh petugas unit di lingkungan
Penanggung Utang tidak mempunyai kemampuan untuk masyarakat miskin Kementerian Negara/Lembaga
menyelesaikan utang atau tidak diketahui tempat yang mengelola Piutang
tinggalnya Negara

e. terdapat review dari Aparat Pengawas Internal


Pemerintah (APIP) Kementerian
Telah disampaikan
a surat penagihan
Pasal 68 sesuai ketentuan
Piutang Negara yang tidak memenuhi syarat diserahkan
kepada PUPN karena ada dan besarnya tidak pasti menurut hukum dengan
jumlah sisa kewajiban Rp8.000.000,00 sd. Rp50.000.000,00 sampai
dengan per Penanggung Utang, dapat diterbitkan PPNTO setelah dipenuhi
syarat: b Kualitas piutang negara
telah macet

Penanggung Utang tidak mempunyai kemampuan untuk


menyelesaikan utang yang dibuktikan dengan (boleh salah Usia pencatatan piutang
satu): negara lebih dari 7 tahun
1) kartu keluarga miskin;
2) putusan pailit;
c dan tidak terdapat
angsuran atau terdapat
3) surat keterangan dari Lurah/Kepala Desa/Kepala
Lingkungan/Instansi yang berwenang yang d angsuran kurang dari
10%
menyatakan Penanggung Utang tidak mempunyai Terdapat review dari
kemampuan untuk menyelesaikan utang atau tidak
aparat pengawas internal
diketahui tempat tinggalnya;
pemerintah (APIP)
4) bukti penerimaan asuransi kesehatan bagi masyarakat
miskin; dan/atau
5) bukti kunjungan penagihan oleh petugas unit di
e kementerian
negara/lembaga bahwa
lingkungan Kementerian Negara/Lembaga yang proses pengelolaan
mengelola Piutang Negara piutang negara telah
dilakukan secara optimal.
Telah disampaikan
a surat penagihan
sesuai ketentuan
Pasal 69
Piutang Negara yang tidak memenuhi syarat diserahkan
kepada PUPN dengan sisa kewajiban Rp50.000.000,00 sampai dengan
jumlah Rpl.000.000.000,00 per Penanggung Utang, dapat diterbitkan
surat PPNTO setelah dipenuhi syarat: b Kualitas piutang negara
telah macet

Penanggung Utang tidak mempunyai kemampuan untuk


menyelesaikan utang yang dibuktikan dengan: usia pencatatan Piutang
1. kartu keluarga miskin; Negara telah lebih dari
2. putusan pailit;
3. surat keterangan dari Lurah/Kepala Desa/Kepala
c 10 tahun dan tidak
terdapat angsuran atau
Lingkungan/Instansi yang berwenang yang menyatakan
Penanggung Utang tidak mempunyai kemampuan untuk d terdapat angsuran kurang
dari 10%
menyelesaikan utang atau tidak diketahui tempat Terdapat review dari
tinggalnya;
aparat pengawas internal
4. bukti penerimaan asuransi kesehatan bagi masyarakat
pemerintah (APIP)
miskin
5. bukti kunjungan penagihan oleh petugas unit di
lingkungan Kementerian Negara/Lembaga yang
e kementerian
negara/lembaga bahwa
mengelola Piutang Negara proses pengelolaan
piutang negara telah
dilakukan secara optimal.
Telah disampaikan
a surat penagihan
sesuai ketentuan

Pasal 70
Kualitas piutang negara
Piutang Negara yang tidak memenuhi syarat diserahkan kepada PUPN
dengan sisa kewajiban lebih dari Rpl.000.000.000,00 per Penanggung
b telah macet
Utang, dapat diterbitkan surat pernyataan PPNTO setelah dipenuhi
syarat usia pencatatan Piutang
Negara telah lebih dari

Penanggung Utang tidak mempunyai kemampuan untuk


c 10 tahun dan tidak
terdapat angsuran atau
menyelesaikan utang yang dibuktikan dengan (boleh salah terdapat angsuran kurang
satu):
1. kartu keluarga miskin;
d dari 10%
telah dilakukan
2. putusan pailit; kerjasama penagihan
3. surat keterangan dari Lurah/Kepala Desa/Kepala e dengan melibatkan
Lingkungan/Instansi yang berwenang yang menyatakan pihak ketiga sesuai
Penanggung Utang tidak mempunyai kemampuan untuk wilayah kerjanya
menyelesaikan utang atau tidak diketahui tempat
tinggalnya; Terdapat review dari APIP
4. bukti penerimaan asuransi kesehatan bagi masyarakat kementerian
miskin
5. bukti kunjungan penagihan oleh petugas unit di
f negara/lembaga bahwa
proses pengelolaan
lingkungan Kementerian Negara/Lembaga yang
mengelola Piutang Negara
piutang negara telah
dilakukan secara optimal.
CONTOH SURAT PPNTO
PERSYARATAN USULAN PENGHAPUSAN
Penghapusan Secara Bersyarat
1. Daftar Nominatif Penanggung Utang
2. PSBDT, untuk selain piutang Tuntutan Ganti Rugi.
3. PSBDT dan adanya rekomendasi penghapusan secara bersyarat dari BPK
untuk piutang TGR.
4. Dalam hal piutang yang tidak dapat diserahkan ke PUPN, PSBDT diganti
dengan PPNTO dan (SPTJM)

Penghapusan Secara Mutlak


1. Telah lewat waktu 2 (dua) tahun sejak SK Hapus Bersyarat,
2. Daftar Nominatif,
3. SK Hapus Bersyarat
4. Surat keterangan dari aparat/pejabat yang berwenang yang menyatakan bahwa
Penanggung Utang tidak mempunya kemampuan untuk menyelesaikan sisa
kewajibannya atau tidak diketahui tempat tinggalnya.
KEWENANGAN PENGHAPUSAN PIUTANG NEGARA
BADAN LAYANAN UMUM
sampai dengan Rp10 miliar ditetapkan
oleh Menteri Keuangan
sampai dengan Rp. Miliar DELEGASI:
ditetapkan oleh Dirjen KN
a. s.d 200 juta oleh pimpinan BLU
atas nama Menteri
b. 200 s.d 500 juta oleh pimpinan
Keuangan BLU persetujuan Dewas

lebih dari Rp10 miliar sampai lebih dari Rp100 miliar oleh
dengan Rp100 miliar ditetapkan Presiden Republik Indonesia
oleh Presiden Republik Indonesia dengan persetujuan DPR

Nilai per Penanggung Utang


TERIMA KASIH
PENENTUAN KUALITAS PIUTANG DAN
PEMBENTUKAN PENYISIHAN PIUTANG
TIDAK TERTAGIH PADA KEMENTERIAN
NEGARA/LEMBAGA DAN
BENDAHARA UMUM NEGARA
DASAR HUKUM

1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 207/PMK.06/2019 tentang
Perubahan atas PMK Nomor 69/PMK.06/2014 tentang Penentuan
Kualitas Piutang dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak
Tertagih Pada Kementerian Negara/Lembaga dan Bendahara Umum
Negara
LATAR BELAKANG

 BPK merekomendasikan Menteri Keuangan agar


menetapkan peraturan mengenai mekanisme penentuan
kualitas piutang dan pembentukan penyisihan piutang tidak
tertagih pada K/L dan BUN.

 Pengganti PMK 201/PMK.06/2010 karena mengubah Judul


dan penambahan beberapa substansi.

 memuat substansi yang sama dengan PMK


201/PMK.06/2010 dengan penambahan untuk Piutang BUN.
SUBSTANSI PENTING

1. Penambahan jenis-jenis piutang pada ruang lingkup.

2. Penentuan kualitas piutang dan pembentukan penyisihan piutang tidak


tertagih pada Kementerian Negara/Lembaga (K/L) pengaturannya tetap
seperti PMK 201/PMK.06/2010.
3. Penambahan ketentuan yang mengatur kualitas piutang dan
pembentukan penyisihan piutang tidak tertagih pada Bendahara Umum
Negara (BUN).

4. Penambahan pengaturan mengenai piutang yang akan dikompensasikan


di tahun anggaran berikutnya.

5. Penambahan klausula mengenai kualitas piutang dan pembentukan


penyisihan piutang tidak tertagih pada BUN yang mulai diterapkan
untuk penyusunan Laporan Keuangan BUN Tahun 2013.

6. Penentuan kualitas piutang dan pembentukan piutang tidak tertagih


eks.BPPN dan eks.kelolaan PT PPA diatur dengan PMK tersendiri.

68
PROSES PENYAJIAN AKUN
PIUTANG
Kualitas Piutang :
1. Lancar
2. Kurang Lancar
3. Diragukan
4. Macet

PENENTUAN
PENYAJIAN
KUALITAS PIUTANG
JUMLAH PIUTANG
DAN
PIUTANG PADA SEBESAR NILAI
PEMBENTUKAN
K/L DAN BUN REALISASI
PENYISIHAN
(BRUTO) BERSIH (NRB)
PIUTANG TIDAK
PADA NERACA
TERTAGIH

Penyisihan Piutang Tidak Tertagih :


1. Lancar  0,5%
2. Kurang Lancar  10% Setelah dikurangi
3. Diragukan  50% nilai agunan atau
4. Macet  100% barang sitaan
PENENTUAN KUALITAS PIUTANG PADA K/L

LA • belum dilakukan pelunasan sampai dengan tanggal jatuh tempo


NC
AR
KU
RA • tidak dilakukan pelunasan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal Surat
NG Tagihan Pertama
LA
NC
AR • tidak dilakukan pelunasan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal Surat
DIRA Tagihan Kedua
GUK
AN
M
• tidak dilakukan pelunasan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal Surat
A Tagihan Ketiga; atau
C • Piutang telah diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara/DJKN
E
T
PMK 69/PMK.06/2014
PENENTUAN KUALITAS PIUTANG PADA BUN

LA • belum jatuh tempo


NC
AR
KU
RA • tidak dilakukan pelunasan pada saat jatuh tempo sampai
NG dengan 1 (satu) tahun sejak jatuh tempo
LA
NC
AR • tidak dilakukan pelunasan dalam jangka waktu lebih dari 1 (satu)
DIRA
GUK tahun sampai dengan 3 (tiga) tahun sejak jatuh tempo
AN
M
A • Tidak dilunasi lebih dari 3 (tiga) tahun sejak jatuh tempo
C
E
T
PMK 69/PMK.06/2014
PENENTUAN KUALITAS PIUTANG TIDAK
DILAKUKAN TERHADAP:

 Belanja Dibayar Dimuka/Uang Muka


Belanja
 Piutang tranfer ke Daerah
 Piutang kelebihan pembayaran subsidi
Dalam hal dikompensasikan di tahun
anggaran berikutnya
Ketentuan lebih lanjut mengenai
penentuan kualitas Piutang

 Piutang Pajak diatur dengan Peraturan


Dirjen Pajak
 Piutang Bea Cukai diatur oleh Dirjen Bea
Cukai
 Piutang Penerusan Pinjaman diatur dengan
Peraturan Dirjen Perbendaharaan
PENYISIHAN PIUTANG:

 K/Lwajib membentuk penyisihan Piutang


Tidak Tertagih
 PPA BUN wajib membentuk penyisihan
Piutang Tidak Tertagih
 Dalam hal piutang BUN tidak ditentukan
kulaitasnya, maka tidak dilakukan
penyisihan
PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH

 lancar  paling sedikit 0,5%


 kurang lancar  10% dikurangi nilai agunan atau
barang sitaan
 diragukan  50% dikurangi nilai agunan atau
barang sitaan
 macet  100% dikurangi nilai agunan atau barang
sitaan
Penyisihan piutang tidak tertagih dilakukan tiap
periode pelaporan dan tidak diakumulasikan
dengan penyisihan periode sebelumnya
Dihitung per periode pelaporan
Nilai Agunan yang Diperhitungkan sebagai Pengurang
Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih

 100% jika berupa surat berharga, garansi bank,


tabungan, deposito, emas, logam mulia
 80% dari nilai hak tanggungan atas tanah bersertifikat
hak milik atau hak guna bangunan
 60% dari nilai jual objek pajak atas tanah bersertifikat
hak milik, hak guna bangunan, atau hak pakai yang tidak
diikat dengan hak tanggungan
 50% dari nilai jual objek pajak atas tanah dengan bukti
kepemilikan Surat Girik (letter C) atau bukti kepemilikan
non sertifikat lainnya.
 50% dari nilai hipotik atas pesawat udara, kapal laut
dengan isi kotor paling sedikit 20 m 3, jaminan fidusia
atas kendaraan bermotor
Nilai Barang Sitaan yang Diperhitungkan sebagai
Pengurang Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak
Tertagih
 100% jika berupa surat berharga, garansi bank,
tabungan, deposito, emas, logam mulia
 60% dari nilai jual objek pajak atas tanah bersertifikat
hak milik, hak guna bangunan, atau hak pakai
 50% dari nilai jual objek pajak atas tanah dengan bukti
kepemilikan Surat Girik (letter C) atau bukti kepemilikan
non sertifikat lainnya.
 50% dari nilai pesawat udara, kapal laut, dan kendaraan
bermotor yang disertai bukti kepemilikan
 Barang sitaan selain di atas tidak diperhitungkan sebagai
pengurang dalam pembentukan Penyisihan Piutang
Tidak Tertagih
formulasi penyisihan piutang
 Lancar: 0,5% x Piutang
 Kurang lancar: (10% x Piutang)-(% x Nilai Agunan)
 Diragukan: (50% x Piutang)-(% x Nilai Agunan)
 Macet: (100% x Piutang)-(% x Nilai Agunan)
Nilai jaminan lebih tinggi daripada
piutang?
diperhitungkan sama dengan sisa piutang
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai