Anda di halaman 1dari 27

MATERI

Strategi belajar mengajar PJOK


(Pertemuan 1 - 5)
Nurkholis
BAHASAN

Pengetahuan dan kemampuan Dasar


Untuk dapat Membuat Perencanaan
• Orientasi pendidikan dan proses
pengembangan kurikulum (Kurtilas/Kurmer)
• Ketentuan kurikulum dan pembelajaran
serta menggunakan format perencanaan
yang fleksibel dan dipahami
• Pemahaman dan penerapan unsur-unsur
penting dari proses pembelajaran untuk
meningkatkan JWAB/ALT
Landasan Filosofis
Pendidikan
• pendidikan diartikan sebagai proses
perolehan pengalaman belajar yang
berguna bagi peserta didik. Pengalaman
belajar tersebut diharapkan mampu
mengembangkan potensi yang dimiliki
peserta didik, sehingga siap digunakan
untuk memecahkan problem kehidupan
yang dihadapinya. Pengalaman belajar
yang diperoleh peserta didik diharapkan
juga mengilhami mereka ketika
menghadapi problema dalam kehidupan
sesungguhnya
Landasan Historis Pendidikan
pendidikan sudah ada sejak manusia ada di muka bumi

• Ketika kehidupan masih sederhana, orang tua mendidik anaknya


secara langsung, atau anak belajar kepada orang tua atau orang
lain yang lebih dewasa tanpa perantaraan sekolah (seperti cara
makan yang baik, cara membersihkan badan), belajar dari alam
sekitarnya (bercocok tanam, berburu dan berbagai kegiatan
kehidupan keseharian lainnya). Intinya anak belajar agar mampu
menghadapi tugas-tugas kehidupan, mencari pemecahan untuk
menyelesaikan dan mengatasi masalah yang dihadapi sehari-hari.
• Ketika kehidupan makin maju dan kompleks, masalah kehidupan
dan fenomena alam kemudian diupayakan dapat dijelaskan secara
keilmuan. Pendidikan juga mulai bermetamorfosa menjadi formal
dan bidang keilmuan diterjemahkan menjadi mata pelajaran/mata
kuliah/mata diklat di sekolah yang berfungsi untuk menjelaskan
fenomena alam kehidupan sehingga lebih mudah difahami dan
lebih mudah dipecahkan problemanya.
• Dengan kata lain, mata pelajaran/mata kuliah/mata diklat adalah
alat untuk membentuk kecakapan/kemampuan yang dapat
membantu mengembangkan dan memecahkan serta mengatasi
permasalahan hidup dan kehidupan.
Landasan Yuridis Pendidikan
• Undang‑undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 pasal 1
ayat 1 dikemukakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.
• Dengan demikian sebenarnya tujuan pendidikan tetap saja sama,
yaitu agar peserta didik mampu memecahkan dan mengatasi
permasalahan kehidupan yang dihadapi, dengan cara lebih baik dan
lebih cepat, karena sudah dijelaskan secara keilmuan/mata
pelajaran.
PENGEMBANGAN KUALITAS
PENDIDIKAN DI INDONESIA

MBS
Management
And Instructional
Coordination Strategy and Apa
Evaluation
QUALITY Pendidikan?,
OF EDUCATION
Life skills?,

LIFE MBS?,
BBE BBE?
Curr/Program Development SKILLS

Gambar:
Gambar: Keterkaitan Life Skills dan Kualitas pendidikan Secara
Keseluruhan (Suryadi,
Suryadi, Ace, 2003)
APA?
BBE: Broad Based Education/Pendidikan berbasis
luas: Pendidikan yang memperhatikan kebutuhan
masyarakat luas (Lokal Global).
MBS: Adalah Cara Mengelola Pendidikan Untuk Mewujudkan
Life Skills. berfungsi sebagai metode untuk
menanamkan kebutuhan
Life Skills: Kemampuan dan keberanian untuk menghadapi
problema kehidupan, kemudian secara proaktif dan
kreatif, mencari dan menemukan solusi untuk
mengatasinya (Esensi Pendidikan)
UU Sisdiknas 2003 Pasal 26 ayat (3) menjelaskan bahwa Pendidikan
kecakapan hidup (life skills) adalah pendidikan yang
memberikan:
- kecakapan personal,
- kecakapan sosial,
- kecakapan intelektual atau kecakapan
intelektual, dan
- kecakapan vokasional untuk bekerja atau
usaha mandiri.
Implementasi Tujuan Pendidikan jasmani
Pendidikan Jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani
dan direncanakan secara sistematik bertujuan untuk meningkatkan individu secara
organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, sosial dan emosional

Physical Education is education through and of Physical Activities


Pendidikan jasmani adalah pendidikan untuk dan melalui aktivitas
fisik
Eduction through Physical Education of Physical
Activities (Generik) Activities (Spesifik)
Personal. e.g: Akademik. e.g:
- kompetitive fair play - Gerak: umum/khusus
- berpikir taktis - Kebugaran
- jujur, disiplin, self esteem - Olahraga

Sosial, e.g: Vocasional, e.g:


- Kerjasama - Instruktur
- Respect - Atlet
- Menghargai peraturan - pelatih
- Sport Medicine
Pendidikan jasmani itu adalah bagian dari pendidikan secara
keseluruhan.
Pendidikan jasmani itu “Pendidikan”.
Jadi tujuan pendidikan jasmani itu tetap mengacu pada tujuan
pendidikan (Tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional,
tujuan kurikuler (mapel penjasorkes), dan tujuan
instruksional). Tujuan tersebut tercermin dalam Standar
Kompetensi dan Kompetensi dasar (SKKD).

Aktivitas jasmani yang ditetapkan dalam mapel penjasorkes


itu (sesuai pengertian di atas) adalah yang sesuai dengan
ruang lingkup pembelajaran penjasorkes
Kurtilas/Kurmer).

Apapun materi/aspek pembelajaran seperti tersebut dalam


ruang lingkup PJOK tidak menjadi persoalan yang penting
adalah inovasi dan kreatifitas serta kompetensi guru
dalam mengimplementasikan dan mengembangkan
materi/aspek sesuai tujuan pendidikan seperti tersebut di atas
(seseuai tujuan pembelajaran).
PROPORSI/DISTRIBUSI KOMPETENSI

KOMPETENSI GENERIK

KOMPETENSI SPISIFIK

SD SLTP SLTA S1 S2
STRATEGI PEMBELAJARAN
KETERAMPILAN MENGAJAR /TEACHING SKILL
Atmosfir Penataan Format Pendekatan Berdasarkan Sistematika Pembelajaran Model
Pembelajaran Lingkungan Mengajar pembelajaran Pembelajaran
Pemanasan

Penyampaian tujuan
PENDAHULUAN
Instruksi dan Contoh
• Fitness Ed
• Pembinaan Mengecek Pemahaman • Movement Ed
disiplin siswa • Sport Ed
Keseluruhan
(Hellison, Alat Teknis Gaya Mengajar • Advntre Ed
Kelompok
Assertif, kreasi Waktu Taktis • Kinesiological Ed
Pasangan
sendiri Ruang Competitive Teknik Memotivasi
• Pengembanga Individu • Eklektik Ed
INTI
n sikap positif (BIMBINGAN Pengembangan Materi • Social Rekons Ed
• Pengawasan BELAJAR)
Peragaan/pinpointing

Feedback

PENUTUPAN Penutupan
Disiplin Model Hellison
• Tujuan:
– Meningkatkan perkembangan personal dan responsibility siswa dari
irresponsibility, self control, involvement, self direction dan caring melalui
berbagai aktivitas pengalaman belajar gerak sesuai kurikulum yang berlaku.
• Asumsi:
– Siswa secara alami berkeinginan untuk melakukan sesuatu yang baik
dan penghargaan ekstrinsik adalah “counter productive
• Realisasi:
– Pada saat siswa berperilaku menyimpang, siswa tersebut mendapat “time
out” dan diberi tugas untuk memikirkan mengapa perilaku menyimpang
adalah level 0. Selanjutnya setelah siswa tahu perilaku siswa pada level 1
atau level yang lebih tinggi serta cukup meyakinkan guru bahwa ia mampu
berperilaku pada level yang lebih tinggi, maka gurunya mengijinkan siswa
itu untuk kembali mengikuti pelajaran sebagaimana mestinya.
Perkembangan Personal Dan Responsibility
Level Deskripsi
Level 0; Siswa tidak mampu bertanggung jawab atas perilaku yang diperbuatnya dan biasanya suka
Irresponsibility mengganggu orang lain dengan mengejek, menekan orang lain, dan mengganggu orang lain
secara fisik, missal: mendorong orang lain pada saat mendapatkan peralatan olahraga

Level 1: Siswa terlibat dalam aktivitas belajar tetapi sangat minim sekali. Siswa didik akan melakukan
Self-Control apa-apa yang disuruh guru tanpa mengganggu yang lain.
Anak didik nampak hanya melakukan aktivitas tanpa usaha yang sungguh-sungguh.
Contohnya: berlatih tapi tidak terus-menerus
Level 2: Anak didik pada level ini secara aktif terlibat dalam belajar. Mereka bekerja keras,
Involvement menghindari bentrokan dengan orang lain, dan secara sadar tertarik untuk belajar dan untuk
meningkatkan kemampuannya. Misalnya: mencoba sesuatu yang baru tanpa mengeluh dan
mengatakan tidak bisa
Level 3: Self- siswa belajar tanpa harus diawasi langsung oleh gurunya dan siswa mampu membuat
responsibility keputusan secara independen tentang apa yang harus dipelajari dan bagaimana
mempelajarinya, missal: berusaha belajar keterampilan baru melalui berbagai sumber di luar
pelajaran Pendidikan Jasmani dari sekolah
Level 4: Siswa tidak hanya senang kerja sama, tetapi juga mendorong dan membantu temannya belajar.
Caring. Misalnya: menjadi sukarelawan, antusias untuk kerja sama dengan siapa saja.
Model Disiplin Canter
• Semua siswa dapat berperilaku baik
• Pengawasan ketat namun tidak pasif dan menakutkan adalah wajar .
• Perilaku siswa yang sesuai dengan perkembangan dan yang diharapkan
tercermin dalam keseharian harus dibuat dalam peraturan dan
diberitahukan kepada siswa.
• Guru harus mengharapkan siswa berperilaku secara layak, pantas, dan
mendapat dukungan dari orang tua siswa, guru lain, dan kepala sekolah.
• Tingkahlaku siswa yang baik harus segera didukung atau dihargai
sementara tingkahlaku yang tidak baik harus mendapat konsekuensi
yang logis.
• Konsekuensi logis akibat penyimpangan perilaku harus ditetapkan dan
disampaikan kepada siswa.
• Konsekuensi harus dilaksanakan secara konsisten tanpa bias.
• Komunikasi verbal dan non verbal harus disampaikan dengan kontak
mata antara guru dan siswa.
• Guru harus melatih keinginan-keinginan atau harapkan-harapan dan
konsekuensi secara mental dengan konsisten kepada siswa.
Contoh Harapan dan konsekuensinya

Contoh Harapan Contoh Konsekuensi


• Menghargai orang lain • Peringatan
(respect for others) • Time-out 5 menit
• Bermain jujur (play fair) • Time-out 10 menit
• Bermain dengan tidak • Memanggil orang tua siswa
membahayakan (play safely) • Mengirim siswa ke kepala
• Lakukan yang terbaik (do sekolah
your best)
• Ikuti petunjuk guru
Keberhasilan Dan Menghadapi
Kenyataan

Ciri Keberhasilan Menerima Kenyataan


• Siswa betul-betul memahami dan • Mencoba menyadari bahwa perilaku
mengerti pelaksanaan sistem menyimpang bukan sifat
pembinaan disiplin perorangan
• Guru secara konsisten • Lakukan pendekatan secara pribadi
menerapkannya. dari pada berteriak-teriak memarahi
• Sistem pembinaan disiplin tsb. siswa
didukung oleh kepala sekolah dan • Penjelasan kepada siswa, jelaskan
guru kelas peraturan yang dilanggar secara
• Sistem pembinaan disiplin tsb. perlahan, yakinkan, dan berilah
didukung oleh orang tua siswa. kesempatan untuk berpikir
• Usahakan jangan pernah marah
kepada siswa dalam situasi dan
kondisi apapun
Mengembangkan Sikap Positif
• Tindakan Guru
– Penyediaan alternatif
– Analisis interaksi
– Menanamkan konsep ‘belajar’ dan konsep ‘salah’
– Menanamkan konsep ‘belum’ dan konsep ‘tidak’

• Pemilihan Aktivitas
– Cara seleksi team
– Permainan gugur
– Estafet
– Keputusan berdasarkan suara terkeras

• Kompetisi
– Pilihan permainan
– Memodifikasi sistem penskoran
– Aktivitas yang dibuat oleh siswa

• Pengetesan
– Cara menginterpretasikan hasil tes (gain)
– Penentuan target siswa
Pengawasan Untuk meningkatkan
Aktivitas Belajar
• Berdiri di Pinggir lapangan
• Mendekati Siswa
• Pengawasan Melekat
• Mengabaikan Kasus tertentu
• Secara Terpadu
• Mengingat Nama
• Pemodelan
Penggunaan Alat, Waktu, dan Ruang

Alat Waktu Ruang/Format

• Station • Pengelolaan/manajemen • Tempat berlatih.


• Latihan • Berlatih • Pembagian tempat berlatih.
Berkawan • Informasi/Instruksi • Organisasi
• Disebar • Menunggu giliran – Individu
• Modifikasi – Berpasangan
– Kelompok kecil (3-6 siswa)
– Kelompok besar (7 lebih)
– Seluruh kelas
• Formasi
– Terpencar
– Berkawan
– Berbaris
– lingkaran
Metodologis Pembelajaran Penjas
Lingkungan dan Atmosfir
Pembelajaran

POTENSI
SISWA
Physical Emosional
Skills and
Fitness

Intelektual

Technical Tactical Competitive


Approach Approach Approach

Lingkungan dan Atmosfir


Pembelajaran
Gaya Mengajar
• Metode mengajar adalah cara mengantarkan bahan pelajaran,
• Gaya merupakan siasat untuk mengaktifkan siswa agar
melaksanakan tugas gerak:
– Komando
– Tugas
– Individual
– Belajar Tuntas
– Pemecahan Masalah (Problem Solving)
– Eksplorasi Terbatas
– Discovery Tertuntun
– Eksplorasi Tak Terbatas

Komando Tugas Individual Pemecahan Eksplorasi Eskplorasi


Belajar Masalah Terbatas Tak Terbatas
Tuntas

Berpusat pada Bersifat Kontanum Berpusat pada


Guru Bukan dikotomi siswa
MEMOTIVASI SISWA BERLATIH
• Tiga Kunci Memotivasi
– Berorientasi Sukses
– Memotivasi secara Intrinsik
– Sesuai dengan Tingkat Perkembangan

• Teknik Memotivasi
– Teaching by Invitation
– Intratask Variation
– Task Sheets (kertas tugas)
– Stations atau Learning Centers
– Child Designed Activities
– Videotaping
PBM Adegan PBM Teknik Konsep Strategi
• Dipimpin gurunya  Usahakan siswa langsung melakukan aktivitas
• Poster  Usahakan pemberian instruksi setelah pemanasan
Pemanasan • Penjelasan
• Musik
• Orientasi minat siswa  Memancing minat belajar siswa dgn cara
mengungkap sesuatu yang disenangi siswa
P  Menanamkan pemahaman tujuan pembelajaran
E (Why)
 Dilakukan sebelum pembelajaran
N Penyampaian
D tujuan • Orientasi tujuan  Memancing minat belajar siswa dgn cara
• peta tujuan Pembel mengungkap pembelajaran sebelum atau
A • catatan-catatan guru berikutnya
H • kata-kata kunci  Menanamkan pemahaman tujuan pembel (Why)
U pembel  Dilakukan sebelum pembelajaran
L • Instruksi/Perintah  Sederhana/simpel
• Manajemen  Singkat
U • Substansi  Mengandung kata kunci yang dipahami siswa
Instruksi dan
A Demonstrasi • Demosntrasi  Whole-Part
N  Normal-Slow
 Fokus Belajar secara eksplisit
• Part/whole children  Tes singkat pemahaman siswa
• Sebelum Inti  Siswa secara keseluruhan
Cek Pemahaman • Saat Pembel Inti  Observasi singkat
• Penutupan
PBM Adegan PBM Teknik Konsep Strategi
Problem Solving  Gaya mengajar tidak langsung
Gaya mengajar  Eksplorasy, discopery, creasi,
 Permainan maupun urutan gerak

 Teaching by Invitation  Siswa memiliki kebebasan untuk memilih


 Terbuka bagi perbedaan individu

Memotivasi siswa Semua peluang perbedaan dapat diterima

berlatih  Intratask Variation  Perubahan kesulitas belajar dibuat guru


 Perubahan aktivitas berdasarkan kemampuan siswa
I  Aktivitas dibuat mudah atau sulit

 extending  Terfokus pada keberagaman


 Sesuai konten dan pengetahuan siswa
N 

Dapat dibuat mudah atau sulit
Berdasarkan keberhasilan dan minat siswa

Pengembangan  Refining  Terfokus pada kualitas gerak


 Membantu siswa belajar lebih cepat dan benar
T materi pelajaran 

Satu kata kunci
Kata atau prase yang mudah diingat

 Applying  Terfokus tantangan/penerapan


I Waktu, Repetisi, Scoring, Replay


Sebagai cara untuk memotivasi terus berlatih
Berlangsung pada suasana baru

 Pinpointing  Peragaan siswa


 Oleh 2 atau lebih siswa bila mungkin
Pemodelan  Meningkatkan pemahaman siswa
 Memperbaiki gerak
 Mencari solusi lain

 Feedback  Spesifik Vs Umum


Pemberian  Congruent Vs Incongruent
 Sederhana Vs Compleks
feedback  Usahakan positif atau netral

 Penutupan  Reviu singkat pembelajaran


PENUTUPAN 

Mengingat kembali tujuan pembelajaran
Cool down sebelum bubar
STRATEGI PEMBELAJARAN
• PENDAHULUAN
– Aktivitas pemanasan (Instant Activity)
– Penyampaian Tujuan
• orientasi tujuan (scaffolding)
• Orientasi siswa (set Induction)
– Instruksi dan contoh Instruksi dan demonstrasi
– Mengecek Pemahaman (checking for Understanding)
• INTI (BIMBINGAN BERLATIH)
– Gaya mengajar (Problem Solving)
– Memotivasi siswa berlatih
• Teaching by Invitation
• Intratask Variation
– Pengembangan materi pelajaran
• extending
• Refining
• Applying
– Peragaan Pinpointing
– Pemberian feedback Feedback
• PENUTUPAN (Closure Activity)
• PEMBINAAN DISIPLIN Protocol
• PENDEKATAN PEMBELAJARAN
• CONTOH PEMBELAJARAN PENUH
– Lempar, Memukul, Roll depan, Bentuk
“ IT IS NOT THE CHILD WHO
HAS TO ADAPT TO TRAINING
PROGRAMME, BUT THE
TRAINING PROGRAMME HAS
TO BE ADAPTED TO THE
BIOLOGICAL STAGE OF THE
CHILD “
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai