Anda di halaman 1dari 59

Implementasi Teori-Teori

Belajar dalam
Penyelenggaraan
Pembelajaran yang Berpusat
pada Mahasiswa (Student
Center Learning/ SCL)
Alasan Pentingnya Memahami
Teori Pembelajaran
➢ Dapat meningkatkan keprofesionalan guru/Dosen
dalam melaksanakan pembelajaran
➢ Bukan hanya mengetahui tingkat kedalaman konsep
yang harus diberikan kepada siswa/mahasiswa,
tetapi juga cara penyampaiannya harus diketahui.
➢ Dengan mengetahui teori belajar mengajar,
guru/dosen dapat menyampaikan materi
pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran yang disesuaikan dengan teori-teori
yang dikemukakan oleh ahli pendidikan/psikologi.
➢ Dengan menguasai psikologi pembelajaran, guru
bisa mengetahui kemampuan yang telah dimiliki
siswa dan bagaimana proses berpikirnya, selain itu
dapat mengetahui tentang bagaimana menciptakan
kegiatan pembelajaran sesuai dengan kondisi siswa
dan tujuan pembelajarannya.
Pengertian Teori Belajar-Mengajar
 Teori belajar adalah teori yang mempelajari
perkembangan intelektual (mental) siswa.
Terdiri dari uraian tentang apa yang terjadi
dan diharapkan terjadi pada intelektual
siswa, dan uraian tentang kegiatan
intelektual siswa mengenai hal-hal yang
bisa dipikirkan pada usia tertentu.
 Teori mengajar berisi tentang petunjuk
bagaimana mestinya mengajar siswa pada
usia tertentu, bila ia siap belajar. Jadi pada
teori mengajar terdapat prosedur dan
tujuan mengajar
Pendidikan Sebagai Penggerak Perubahan

IPTEKS

Knowledge based society:

Manusia Indonesia
Pendidikan Sebagai
berkualitas yang memiliki
Penggerak
daya saing tinggi
Perubahan
Pendidikan
“Insan Cerdas
Transformati
f Komprehensif &
Kompetitif”
IPTEKS

Masyarakat

t
globalisasi
BELAJAR
Pembentukan makna
dari:

INTERAKSI TERWUJUD DALAM


DENGAN SUMBER DIPEROLEH BENTUK
BELAJAR DIPROSES
OLEH • PEMAHAMAN • PERKATAAN,
•Melalui Tangan • KESADARAN • PERBUATAN,
• PIKIRAN DAN
•Melalui Mata • KETERAMPILAN • SIKAP
• PERASAAN
•Melalui Telinga
•Melalui Hidung (Terbentuk karena
•Melalui Mulut nalarnya)
•Melalui Kulit

cognitive processing
Pembelajaran pada dasarnya
adalah:
Aspek Kognitif
Kurikulum Standar Kompetensi PENGUASAAN
KONSEP DAN
KEMAMPUAN
NALAR PESERTA
Active learning berfikir
integratif dan DIDIK
Critical learning komprehensif (Student Complex
Etc. Thinking*)

Aspek
Teaching and Psikomotor
learning approaches
& strategies Aspek Afektif

* Marzano, 1993
Perubahan Cara Pandang
Terhadap Pembelajaran
Aspek Pandangan
Pandangan Baru
Pembelajaran Lama

Mengajar • Transfer • Memfasilitasi siswa


pengetahuan dalam membentuk
• Searah pengetahuan
(membelajarkan)
• Multistrategi

Belajar Menerima Mengkonstruk


pengetahuan pengetahuan
Pengetahuan Sebagai Hasil konstruksi atau
sesuatu yang transformasi
sudah jadi
Pembelajaran (Moseley, 2005)

◼ Terjadi dalam suatu ekosistem yang kompleks dan


lingkungan yang dinamis dimana pendidik, peserta
didik, perangkat pembelajaran, teknologi, dan
struktur sosial saling berhubungan dan berinteraksi
secara interdependensi.
◼ Perlu disajikan dengan baik, sehingga siswa dapat
memperoleh pengalaman belajar yang bermanfaat
◼ Harus dapat menyediakan panduan dalam
mendesain pengalaman belajar.
◼ Pengalaman belajar merupakan suatu proses yang
sangat kompleks dan berkesinambungan sesuai
dengan ritmik perkembangan.
Pembelajaran (Davis, et al., 2002)

 Anak usia 5-16 tahun proses pemahaman


terhadap suatu konsep berlangsung secara
progresif melalui suatu urutan konseptualisasi
(a sequence of conceptualizations) atau yang
lebih dikenal dengan sebutan conceptual
trajectory.
 Konsep yang diterima anak pada usia tertentu
akan berkembang secara progresif dan dapat
diterima secara keilmuan (scientifically
acceptable) sejalan dengan pertambahan usia
dan perkembangan kognitif anak
 Untuk mencapai pengalaman belajar yang
signifikan, pembelajaran perlu dikembangkan
dengan memperhatikan (Marzano, 1993):
◼ domain pengetahuan (untuk KD)
◼ proses sistem kognitif (cognitive processing),
◼ sistem metakognitif, dan
◼ self system
 Keempat komponen saling berhubungan satu sama
lain dimana self system mengontrol sistem
metakognitif dan sistem metakognitif itu sendiri
mengontrol sistem kognitif.
 Setiap komponen juga beroperasi pada pencapaian
konten setiap domain pengetahuan
Pemrosesan Kognitif
 Pembelajaran harus dikonstruksi atas dasar keperluan proses
berfikir (proses kognitif).

 Proses berfikir (proses kognitif) berkaitan dengan aktivitas memori


kerja (working memory), yaitu seluruh proses kognitif yang terjadi
secara disengaja, yang hanya dapat menangani sejumlah
kemungkinan interaksi elemen yang sangat terbatas, tidak lebih dari
dua atau tiga novel interaksi elemen (Paas et al, 2003; Kalyuga
2010).

 Memori kerja dapat digunakan untuk mengukur kapasitas proses


kognitif selama proses pembelajaran berlangsung.

 Bila ada suatu yang mengganggu sistem kognitif dalam memori


kerja selama proses belajar akan menimbulkan kesulitan atau
beban kognitif pada diri siswa. (Sweller, 1998 dan Paas et al,
2003)
MEMORI KERJA DAN TEORI
BEBAN KOGNITIF
Pembelajaran bukan...
Dampaknya....
Dampaknya....
Dampaknya....
Teori-Teori Belajar
1. Teori Belajar Tingkah Laku
(Behavioristik)
▪ Sebagai suatu keyakinan bahwa pembelajaran
terjadi melalui hubungan stimulus
(rangsangan) dan respon (response) Orton
(1987: 38)
▪ Tokohnya, antara lain:
▪ Teori Thorndike
▪ Teori Skinner
▪ Teori Ausubel
▪ Teori Gagne
▪ Teori Pavlov
▪ Teori Bandura
Teori Thorndike (1)
 Dikenal dengan hukum belajar dengan sebutan Law of
Effect, disebut juga konektivitas.
 Menurut hukum ini belajar akan lebih berhasil bila
respon murid terhadap suatu stimulus segera diikuti
dengan rasa senang atau kepuasan. Rasa senang
atau kepuasan ini timbul akibat siswa mendapat
pujian atau ganjaran lainnya.
 Belajar merupakan proses pembentukan antara
stimulus dan respon.
 Terdapat beberapa dalil atau hukum, yaitu hukum
kesiapan, hukum latihan, dan hukum akibat.
Teori Thorndike (2)
Hukum kesiapan
 Hukum kesiapan menerangkan bagaimana
kesiapan seorang anak dalam melakukan
suatu kegiatan.
 Seorang anak yang mempunyai
kecenderungan untuk melakukan kegiatan
dan tindakannya benar akan melahirkan
kepuasan bagi dirinya.
 Seorang siswa akan lebih berhasil
belajarnya jika ia telah siap untuk
melakukan kegiatan belajar.
Teori Thorndike (3)
Hukum latihan
 Hukum latihan menyatakan bahwa jika
hubungan stimulus respon (S-R) sering
terjadi, akibatnya hubungan akan semakin
kuat. Semakin jarang hubungan S-R,
semakin lemah hubungannya.
 Makin banyak kegiatan S-R dilakukan,
maka hubungannya yang terjadi akan
bersifat otomatis.
 Pengulangan yang akan berdampak positif
adalah yang frekuensinya teratur, tidak
membosankan dan menarik.
Teori Thorndike (4)
Hukum akibat
 Hukum akibat mengatakan bahwa kepuasan yang
terlahir dari gurunya akan memberikan kepuasan bagi
anak.
 Guru harus memberikan tanggapan terhadap respon
yg salah, karena bila dibiarkan siswa akan
menganggap benar kesalahan itu.
 Jika terdapat asosiasi yang kuat antara pertanyaan
dan jawaban, maka bahan yang disajikan akan
tertanam lebih lama dalam ingatan siswa.
 Kualitas dan kuantitas hasil belajar siswa tergantung
dari kualitas dan kuantitas S-R. Makin banyak kualitas
dan kuantitas S-R yang diberikan semakin banyak
dan baik, makin baik pula hasil belajarnya.
Implikasi dari Teori Thorndike
(aliran Pengaitan)
 Dalam menjelaskan suatu konsep tertentu,
guru sebaiknya mengambil contoh yang
sering dijumpai dalam kehidupan sehari-
hari.
 Metode pemberian tugas, metode latihan
(drill dan practice) akan lebih cocok.
 Dalam kurikulum materi disusun dari
materi yang mudah, sedang, dan sukar
sesuai dengan tingkat kelas dan tingkat
sekolah. Konsep prasyarat harus dikuasai
dulu agar dapat mengusasi konsep
berikutnya.
Teori Skiner
 Ganjaran atau penguatan mempunyai peranan yang amat
penting dalam proses belajar.
 Karena penguatan akan membekas pada siswa, maka
penguatan diarahkan pada respon yg benar.
 Jika respon siswa baik, harus segera diberi penguatan.
Misalnya berikan komentar “bagus, pertahankan prestasimu”.
 Ganjaran atau penguatan mempunyai peranan yang amat
penting dalam proses belajar. Terdapat perbedaan
antara ganjaran dan penguatan. Ganjaran merupakan
respon yang sifatnya menggembirakan dan merupakan
tingkah laku yang sifatnya subjektif, sedangkan penguatan
merupakan sesuatu yang mengakibatkan meningkatnya
kemungkinan suatu respon dan lebih mengarah pada hal-hal
yang dapat diamati dan diukur
 Penguatan negatif berupa teguran, peringatan, atau sanksi.
Teori Ausubel
 Teori Ausubel terkenal dengan belajar
bermaknanya dan pentingnya pengulangan
sebelum belajar dimulai.
 Membedakan antara belajar menerima
dengan belajar menemukan. Belajar
menerima, siswa hanya menghapal ilmu
yang sudah jadi, sedangkan belajar
menemukan siswa menemukan sendiri.
 Menurut Ausubel metode ekspositori
merupakan metode mengajar yang paling
baik dan bermakna.
Teori Ausubel (2)
Diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Pertama, berhubungan dengan
cara informasi atau materi pelajaran yg disajikan pada siswa melalui
penerimaan atau penemuan. Kedua menyangkut cara bagaimana
siswa dapat mengaitkan informasi pada struktur kognitif yg telah ada,
yg meliputi fakta, konsep dan generalisasi yg telah dipelajari siswa.
Prinsip teori Ausubel:
1. Pengaturan awal, mengarahkan siswa ke materi yg akan dipelajari
dan mengingatkan kepada materi yg sudah dipelajari
2. Diferensiasi, pengembangan konsep berlangsung paling baik jika
unsur-unsur yg paling umum, paling inklusif dari suatu konsep
diperkenalkan terlebih dahulu baru kemudian diberikan hal-hal yg
lebih mendetail dan lebih khusus dari konsep tsb.
3. Belajar superordinate
4. Penyesuaian Integratif
Bentuk-bentuk Belajar menurut
Ausubel
Teori Gagne (1)
 Dalam belajar matematika ada dua objek yang
dipelajari, yaitu objek langsung dan tidak langsung.
 Objek langsung berupa fakta, keterampilan, konsep,
dan aturan.
 Objek tak langsung antara lain: keterampilan
menyelidiki dan pemecahan masalah, belajar mandiri,
bersikap positif terhadap matematika, dan tahu
bagaimana cara belajar.
 Hasil belajar harus didasarkan pada pengamatan
tingkah laku, melalui stimulus respon, dan belajar
isyarat. Karena manusia itu organisme pasif yang
dapat dikontrol melalui imbalan dan hukuman.
Tipe Belajar Menurut Gagne (2)
Tipe belajar diurutkan dari yang paling
sederhana sampai yang paling
kompleks:
▪ Belajar isyarat
▪ Stimulus respon
▪ Rangkaian gerak
▪ Rangkaian verbal
▪ Belajar memperbedakan
▪ Pembentukan konsep
▪ Pembentukan aturan
▪ Pemecahan Masalah
Teori Gagne (2)
 Belajar pemecahan masalah menurut Gagne merupakan
belajar yang paling tinggi, karena lebih kompleks.
 Pemecahan masalah terdiri dari lima langkah yang harus
dilakukan:
a) menyajikan masalah dalam
bentuk yang lebih jelas.
b) menyatakan masalah dalam
bentuk yang lebih operasional
c) menyusun hipotesis alternatif dan
prosedur kerja yang lebih baik.
d) mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk
memperoleh hasilnya
e) mengecek kembali hasil yang sudah diperoleh.
Implikasi Teori Gagne dalam
Proses Pembelajaran
Untuk mencapai hasil belajar yang demikian maka
proses belajar mengajar harus
memperhatikan kejadian pembelajaran yang
meliputi:
(1) menarik perhatian, (2) menjelaskan tujuan,
(3) mengingat kembali apa yang telah dipelajari,
(4) memberikan materi pelajaran, (5) memberi
bimbingan belajar, (6) memberi kesempatan,
(7) memberi umpan balik tentang benar tidaknya
tindakan yang dilakukan, (8) menilai hasil belajar,
dan (9) mempertinggi retensi dan transfer.
Teori Pavlov
 Teorinya terkenal dengan
teori belajar klasik. Dia
melakukan percobaan
terhadap anjing.
 Pavlov mengemukakan
konsep pembiasaan
(conditioning)
 Dalam kegiatan belajar,
agar siswa belajar dengan
baik maka harus
dibiasakan. Misalnya, agar
siswa mengerjakan soal PR
dengan baik, biasakanlah
dengan memeriksanya,
menjelaskannya, atau
memberi nilai terhadap
hasil pekerjaannya.
Teori Bandura

▪ Teori Bandura terkenal dengan Teori


Belajar Sosial
▪ Teori belajar sosial dari Bandura ini
merupakan gabungan antara teori
belajar behavioristik dengan
penguatan dan psikologi kognitif,
dengan prinsip modifikasi perilaku.
Prinsip Teori Belajar Sosial
1. Sebagian besar dari yang dipelajari manusia terjadi
melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh
perilaku (modeling).
2. seorang siswa mengubah perilaku sendiri melalui
penyaksian cara orang/sekelompok orang yang
mereaksi/merespon sebuah stimulus tertentu.
3. Siswa dapat mempelajari respons-respons baru dengan
cara pengamatan terhadap perilaku contoh dari orang
lain, misalnya: guru/orang tuanya. Pendekatan teori
belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan
moral siswa ditekankan pada perlunya pembiasaan
merespons (conditioning) dan peniruan (imitation).
Implikasi Teori Belajar Sosial (1)
1. Siswa sering belajar hanya dengan mengamati orang lain.
2. Menggambarkan konsekuensi perilaku yang dapat secara
efektif meningkatkan perilaku yang sesuai dan menurunkan
yang tidak pantas. Hal ini dapat melibatkan berdiskusi dengan
pelajar tentang imbalan dan konsekuensi dari berbagai
perilaku.
3. Modeling menyediakan alternatif untuk membentuk perilaku
baru untuk mengajar. Untuk mempromosikan model yang
efektif, seorang guru harus memastikan bahwa empat kondisi
esensial ada, yaitu perhatian, retensi, motor reproduksi, dan
motivasi
4. Guru dan orangtua harus menjadi model perilaku yang sesuai
dan berhati-hati agar mereka tidak meniru perilaku yang tidak
pantas,
Implikasi Teori Belajar Sosial (2)
5. Siswa harus percaya bahwa mereka mampu
menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Guru dapat
meningkatkan rasa efektivitas diri siswa dengan cara
menumbuhkan rasa percaya diri siswa, memperlihatkan
pengalaman orang lain menjadi sukses, dan
menceritakan pengalaman suksesnya.
6. Guru harus membantu siswa menetapkan harapan yang
realistis untuk prestasi akademiknya. Guru harus
memastikan bahwa target prestasi siswa tidak lebih
rendah dari potensi siswa yang bersangkutan.
7. Teknik pengaturan diri menyediakan metode yang efektif
untuk meningkatkan perilaku siswa.
2. Teori Belajar Kognitif

 Teori Piaget
 Teori Bruner
 Teori Gestalt
 Teori Dienes
 Teori Van Hiele
 Teori Vygotsky
Teori Piaget
Empat tahap perkembangan kognitif Piaget:
❑ Tahap sensori motor, umur 0- 2 th.
❑ Tahap pra operasi, sekitar umur 2-7 th.
❑ Tahap operasi konkrit, sekitar 7-11 tahun.
❑ Tahap operasi formal, 11 tahun dst.
Teori Jean Piaget
• Dalam mengkonstruksi pemikiran mereka, anak-anak memakai
skema-skema
• Menurut Piaget, skema adalah konsep atau kerangka pikir yang
ada dalam individu yang berfungsi dalam mengorganisir atau
menginterpretasikan informasi
• Piaget tertarik pada skema pikiran tersebut yang memampukan
anak-anak mengorganisir pengalaman-pengalaman mereka
sehari-hari
• Piaget (1952) mengemukakan bahwa ada dua proses sangat
penting dalam pembentukan skema pikir seorang anak, yaitu
ASIMILASI dan AKOMODASI

Bina Nusantara
KONSEP KERJA TEORI PIAGET
Environment
Filtered
The Functional Invarians: 1. Adaption:
a. Asimilasi

b.Akomodasi
2. Organization
Cognitive Structure
Stimuli datang dari lingkungan dan difilter melalui
fungsional invariant dengan asimilasi dan akomodasi
Schenes untuk membentuk struktur kognitif baru atau mengubah
struktur yang telah ada
• Asimilasi terjadi ketika seorang anak menerima informasi baru
dan menyatukannya dengan pengetahuan yang telah ada.
Artinya anak-anak mengasimilasi lingkunganya terhadap
skema pikirannya
• Akomodasi terjadi ketika anak menyesuaikan diri terhadap
informasi baru. Artinya anak-anak menyesuaikan skema
pikirnya dengan lingkungan
• Jean Piaget yakin bahwa kemampuan kognitif yang
memungkinkan pembentukan pengertian berkembang dalam
empat tahapan
• 0-2 tahun : Tahap sensorimotor
• 2-7 tahun : Tahap Pra-Operasional
• 7-11 tahun : Tahap Operasional-Kongkrit
• 11 - …. Tahun : Tahap Operasional Formal
Teori Bruner (1)
 Belajar akan lebih berhasil jika proses pengajaran
diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur
yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan,
disamping hubungan yang terkait antar konsep-
konsep dan struktur-struktur.
 Proses belajar anak melalui tiga tahap: enaktif, ikonik,
dan simbolik.
Enaktif: secara langsung memanipulasi (mengotak-atik) objek
Ikonik: kegiatan yang dilakukan anak berhubungan dengan
mental, yang merupakan gambaran dari objek, tidak langsung
memanipuasikan objek.
Simbolik: anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-
lambang tertentu.
Teori Bruner (2)
Dalil-dalil Bruner:
❑ Dalil penyusunan: cara belajar paling baik belajar
konsep, dalil, dll, dalam matematika dengan
melakukan penyusunan representasinya.
❑ Dalil notasi: permulaan suatu konsep disajikan supaya
mempergunakan notasi yang sesuai dengan
perkembangan mental siswa.
❑ Dalil pengkontrasan: diperlukan contoh-contoh yang
banyak sehingga siswa mampu mengetahui
karakteristik konsep matematika.
❑ Dalil pengaitan: agar siswa dalam belajar matematika
lebih berhasil, maka harus lebih banyak diberikan
kesempatan untuk melihat kaitan-kaitan antara topik
dengan topik, antara cabang dengan cabang
matematika lainnya.
Teori Bruner (3)
 Implikasi dari teori Bruner ini,
pembelajaran matematika menggunakan
pendekatan spiral.
 Pendekatan spiral adalah jalan yang
ditempuh untuk mengembangkan konsep,
mulai dari cara intuitif ke analisis, dari
eksplorasi ke penguasaan.
 Siswa dituntut untuk menemukan sendiri
lagi, bukan menemukan sama sekali baru.
Teori Gestalt
 Tokoh teori ini adalah John Dewey dan
Brownel
 Pelaksanaan pembelajaran harus
memperhatikan hal-hal berikut:
a. Penyajian konsep harus memperhatikan
belajar bermakna dan pengertian
b. pelaksanaan pembelajaran harus
memperhatikan kesiapan siswa.
c. mengatur suasana kelas agar siswa siap
belajar.
Teori Belajar Z.P. Dienes
Terdapat 6 tahap belajar dan mengajarkan
matematika menurut Dienes:
a. Bermain bebas: aktivitas belum terstruktur dan tidak
diarahkan.
b. Permainan: mulai menelaah pola-pola yang terdapat dalam
konsep tertentu
c. Penelaahan sifat bersama: diarahkan pada menemukan
sifat-sifat kesamaan dalam permainan yang diikuti.
d. Representasi: menentukan representasi dari konsep-konsep
tertentu, bersifat abstrak.
e. Penyimbolan: simbol matematika atau perumusan verbal
f. Pemformalan: mengurutkan sifat-sifat kemudian
merumuskan konsep baru dari konsep tersebut.
Implikasi dari pandangan Dienes (1)
 Belajar matematika harus mulai dari benda
konkrit dan membuat abstraksinya dari
konsep atau strukturnya
 Proses wajar yang harus dialami siswa
dalam belajar matematika: tahap bermain
dengan benda konkrit, mengurutkan
pengalaman menjadi bermakna, tahap
pemahaman konsep, tahap pengaplikasian.
 Matematika adalah ilmu kreatif, karena itu
harus dipelajari dan diajarkan sebagai ilmu
seni.
Implikasi dari pandangan Dienes (2)
 Konsep yang diajarkan harus
berhubungan dengan konsep yang
sudah dipahami
 Agar siswa memperoleh sesuatu dari
hasil belajar matematika, siswa harus
mampu mengubah suasana konkrit
ke perumusan abstrak dengan
menggunakan simbol.
Lima tahap pemahaman Geometri
menurut van Hiele
 Tahap pertama, pengenalan. Siswa sudah
mengenal bentuk-bentuk geometri seperti:
segitiga, segiempat, dll
 Tahap kedua, analisis. Siswa sudah
memahami sifat-sifat konsep atau bentuk
geometri.
 Tahap ketiga, pengurutan. Siswa sudah
memahami tahap pertama dan kedua, juga
sudah bisa mengurutkan benda-benda
geometri yg saling berhubungan.
Lima tahap pemahaman Geometri
menurut Van Hiele … (lanjutan)
 Tahap keempat, deduksi. Berpikir
deduktifnya sudah tumbuh, tetapi
belum berkembang dengan baik.
 Tahap kelima, keakuratan. Siswa
sudah dapat memahami bahwa
adanya ketepatan itu penting.
Misalnya, ketepatan dari aksioma-
aksioma yang menyebabkan
Geometri Euclied itu lengkap.
Dalil mengenai pengajaran
Geometri Van Hiele:
 Kombinasi antara waktu, materi pelajaran,
dan metode mengajar yang dipergunakan
untuk tahap tertentu dapat meningkatkan
kemampuan berpikir siswa ke tahap
berikutnya.
 Dua orang yang tahap berpikirnya berbeda
dan bertukar pikiran satu sama lain tidak
akan saling mengerti.
 Kegiatan belajar siswa itu harus
disesuaikan dengan tahap berpikir siswa.
Teori Vygotsky (1)
 Sumbangan penting teori Vygotsky adalah penekanan
pada hakekat pembelajaran sosiokultural.
 Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi
antara aspek “internal” dan “eksternal” dari
pembelajaran dan lingkungan sosial pembelajaran.
 Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif berasal dari
interaksi sosial masing–masing individu dalam
konsep budaya.
 Siswa dalam mengkonstruksi suatu konsep
perlu memperhatikan lingkungan sosial. Ada dua
konsep penting dalam teori Vygotsky, yaitu Zone of
Proximal Development (ZPD) dan scaffolding.
Teori Vygotsky (2)
 Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi
saat siswa bekerja menangani tugas–tugas yang
belum dipelajari namun tugas-tugas itu berada
dalam “zone of proximal development” mereka.
 Zone of proximal development adalah jarak antara
tingkat perkembangan sesungguhnya yang
ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan
masalah secara mandiri dengan tingkat
kemampuan perkembangan potensial yang
ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan
masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau
teman sebaya yang lebih mampu.
Teori Vygotsky (...lanjutan)
 Scaffolding adalah memberikan kepada seorang
anak sejumlah besar bantuan selama tahap–tahap
awal pembelajaran dan kemudian mengurangi
bantuan tersebut dan memberikan kesempatan
kepada anak tersebut mengambil alih tanggung
jawab yang semakin besar segera setelah ia
mampu mengerjakan sendiri.
 Bantuan yang diberikan guru dapat berupa
petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan
masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan
siswa dapat mandiri.
Implikasi Teori Vygotsky
Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori
pembelajarannya yaitu:
 menghendaki setting kelas kooperatif, sehingga siswa dapat
saling berinteraksi dan saling memunculkan strategi–
strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing–
masing zone of proximal development mereka;
 Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran
menekankan scaffolding.
 Jadi teori belajar Vygotsky adalah salah satu teori belajar
sosial sehingga sangat sesuai dengan model pembelajaran
kooperatif karena dalam model pembelajaran kooperatif
terjadi interaktif sosial yaitu interaksi antara siswa dengan
siswa dan antara siswa dengan guru dalam usaha
menemukan konsep–konsep dan pemecahan masalah.
3. Teori Belajar
Konstruksivisme
▪ Teori Belajar konstruktivisme mendasarkan
pada teori belajar Piaget. Menurut Piaget,
manusia memiliki struktur kognitif yang
berupa skemata, yaitu kotak-kotak informasi
(skema) yang berbeda-beda.
▪ Setiap pengalaman akan dihubungkan
dengan kotak-kotak informasi ini. Struktur
kognitif seseorang berkembang melalui dua
cara, yaitu asimilasi dan akomodasi, sebagai
hasil interaksinya dengan lingkungan
Karakteristik utama Menurut
teori belajar Konstruksivisme

▪ Belajar adalah proses aktif dan terkontrol yang


maknanya dikonstruksi oleh masing-masing
individu;
▪ Belajar adalah aktivitas sosial yang ditemukan
dalam kegiatan bersama dan memiliki sudut
pandang yang berbeda; dan
▪ Belajar melekat dalam pembangunan suatu
artifak yang dilakukan dengan saling berbagi
dan dikritik oleh teman sebaya.
Prinsip Pembelajaran Berdasarkan
Teori Konstruktivisme
▪ Menciptakan lingkungan dunia nyata dengan menggunakan konteks
yang relevan;
▪ Menekankan pendekatan realistik guna memecahkan masalah dunia
nyata;
▪ Analisis strategi yang dipakai untuk memecahkan masalah dilakukan
oleh siswa;
▪ Tujuan pembelajaran tidak dipaksakan tetapi dinegosiasikan bersama;
▪ Menekankan antar hubungan konseptual dan menyediakan perspektif
ganda mengenai isi;
▪ Evaluasi harus merupakan alat analisis diri sendiri;
▪ Menyediakan alat dan lingkungan yang membantu siswa
menginterpretasikan perspektif ganda tentang dunia; dan
▪ Belajar harus dikontrol secara internal oleh siswa sendiri dan
dimediasi oleh guru.
BAGIAN 2
PEMBELAJARAN YANG BERPUSAT PADA
MAHASISWA/SCL

Anda mungkin juga menyukai