Anda di halaman 1dari 32

Sistem Pengelolaan Bahan

Bagian rute produksi dan Perencanaan Produksi.


 Dalam setiap jenis produk yg dihasilkan perlu dibuat
urutan proses produksi dan penyusunan rencana utama
proses produksi beserta rincian kebutuhan bahannya
• Bukti permintaan dan pesanan pembelian bahan
• Laporan penerimaan barang
• Bukti permintaan bahan
• Kartu persediaan bahan
Sistem Perolehan Bahan
 Sistem Perolehan bahan menjamin bahwa bahan yang
dibeli sesuai standar kualitas, harganya kompetitif, dan
jumlahnya sesuai kebutuhan produksi
 Prosedurnya yaitu Dept. Gudang mengajukan
permintaan pembelian bahan,Dept Pembelian
melakukan pesanan pembelian ke pemasok kemudian
barang dikirimkan oleh pemasok, Dept. Penerimaan
dan Pengecekan melakukan verifikasi dan pengecekan
bahan baik menguji kualitas, menghitung dan
menimbang dan mengukur bahan yang diterima,
kemudian bahan diterima dan dicatat oleh bagian
gudang kemudian disimpan, selanjutnya
Dept.Akuntansi mencatat transaksinya.
Biaya Perolehan Bahan Baku
Biaya perolehan bahan baku merupakan biaya
perolehan bahan yang tidak hanya harga beli tetapi
termasuk juga biaya biaya yang terkait dengan
perolehan bahan tersebut seperti biaya pemesanan,
biaya bongkar muat, biaya pengangkutan, biaya
asuransi, biaya penyimpanan, dan biaya-biaya lainnya.
Sementara pemotongan (diskon) dan retur pembelian
merupakan pengurang dari biaya perolehan bahan
Sistem Pemakaian Bahan
Sistem pemakaian bahan menjamin bahwa bahan
yang digunakan telah sesuai dengan jumlah unit yang
dibutuhkan untuk proses produksi dan telah sesuai
standar kualitas bahan yang ditetapkan.
Prosedurnya adalah dimulai dari permintaan bahan
dari bagian produksi, kemudian bagian gudang
mengeluarkan barang dan mengirimkan ke bagian
produksi, dan bagian akuntansi mencatat transaksi
pemakaian bahan tersebut.
Biaya Pemakaian Bahan
Pembelian bahan baku dalam satu periode dapat
dilakukan beberapa kali dan mungkin saja harga
perolehannya berbeda-beda meskipun jenis
barangnya sama.
Hal ini menyebabkan permasalahan dalam penentuan
harga bahan yang digunakan dalam proses produksi.
Metode penilaian harga pokok bahan
(biaya pemakaian bahan baku)
1. Metode tanda pengenal khusus
2. Metode MPKP (FIFO)
3. Metode MTKP (LIFO)
4. Metode rata-rata
Metode identifikasi khusus
Metode ini merupakan metode penilaian persediaan
bahan baku menggunakan biaya dan jumlah unit yang
sesungguhnya (aktual).
Dalam metode ini, setiap bahan yang dibeli diberi label
khusus terkait biaya bahan per unit dan jumlahnya,
sehingga setiap pemakaian bahan untuk produksi dapat
langsung diketahui besarnya biaya bahan yang dipakai.
Untuk melihat biaya persediaan akhir, manajemen
cukup melihat label identitas yang terdapat di fisik
bahan yang dimaksud.
Contoh
Dari catatan PT Alisa sebuah perusahaan industri di
Malang diperoleh keterangan-keterangan yang
bersangkutan tentang bahan baku sebagai berikut:
1 Sep 2019: Persediaan awal: 400 kg @ Rp 600,00 per kg
5 Sep 2019 : Pembelian: 1200 kg @ Rp 640,00 per kg
10 Sep 2019 : Pembelian: 800 Kg @ Rp 580,00 per kg
15 Sep 2019 : Dipakai dalam proses produksi: 1000 kg
Diminta
Tentukan harga pokok bahan baku yang dipakai
berdasarkan:
1. Metode tanda pengenal khusus, apabila diketahui
bahwa berdasarkan tanda (label) yang ada pemakaian
tersebut 850 kg pembelian tanggal 5 September 2019
dan sisanya dari persediaan awal.
2. Metode MPKP
3. Metode MTKP
4. Metode rata-rata sederhana dan rata-rata tertimbang
Jawab
1. Metode tanda pengenal khusus
850 x Rp 640,00 = Rp 544.000,00
150 x Rp 600,00 = Rp 90.000,00
1000 = Rp 634.000,00

2. Metode MPKP
400 x Rp 600,00 = Rp 240.000,00
600 x Rp 640,00 = Rp 384.000,00
1000 = Rp 624.000,00
Lanjutan
3. Metode MTKP
800 x Rp 580,00 = Rp 464.000,00
200 x Rp 640,00 = Rp 128.000,00
1000 = Rp 592.000,00

4. Metode rata-rata sederhana


Harga pokok rata-rata = Rp 600,00 + Rp 640,00 + Rp 580,00
3
Harga pokok pemakaian = 1000 x Rp 606,70 = Rp
606.700,00
Lanjutan
Rata-Rata Tertimbang:
= (400 x Rp.600)+ (1.200 xRp.640)+ (800 x Rp.580)
400+1.200+800
= 240.000 + 768.000 + 464.000
2.400
= 1.472.000 = Rp. 613,33
2.400
Biaya Pemakaian bahan=1.000 kg x Rp.613,33 =Rp.613.333,33
Metode Pencatatan Persediaan Bahan
Dalam melakukan pencatatan persedian bahan ada 2
metode pencatatan (penjurnalan):
1. Metode Fisik (Periodik)
2. Metode Perpetual (kontinu)

• Metode Fisik digunakan oleh perusahaan yang relatif


kecil, dimana manajemen dapat mengawasi secara
langsung jumlah bahan yang dibeli dan pemakaian
dalam produksi. Dalam metode ini mutasi bahan
tidak diikuti, dan untuk mengetahui jumlah sisa
persediaan diketahui saat dilakukan stock opname.
Pencatatan jurnal metode fisik
Contoh:
PT. Duta adalah perusahaan yang memproduksi ubin
dengan berbagai jenis dan ukuran. Bahan baku
pembuatan ubin yaitu semen putih, semen abu-
abu,batu teraso, tepung batu dan pasir. Berikut
datanya:
Saldo awal semen putih: 20 sak @Rp 50.000
7 April 2019 Pembelian 30 sak@Rp 49.000
16 April2019 Pembelian 35 sak @Rp 47.000
28 April 2019 Pembelian 25 sak @Rp 48.000
Dari hasil stock opname tersisa 15 sak
Jurnal
Tgl 7 April 2019
Pembelian Bahan (semen Putih) 1.470.000
Kas/Utang Usaha 1.470.000
Tgl 16 April 2019
Pembelian Bahan (semen Putih) 1.645.000
Kas/Utang Usaha 1.645.000
Tgl 28 April 2019
Pembelian Bahan (semen Putih) 1.200.000
Kas/Utang Usaha 1.200.000
Pemakaian bahan dalam metode fisik tidak di jurnal
Persediaan akhir bahan diketahui dg cara dilakukan
perhitungan fisik bahan (stock opname)
Stok awal semen : 20 sak
Pembelian: tgl 7 April: 30 sak
tgl 16 April 35 sak
tgl 28 April 25 sak
Jumlah 90 sak
110 sak
Persediaan akhir semen (15 sak)
Jumlah unit bahan terpakai 95 sak
Lanjutan:
Menentukan nilai persediaan akhir
Jika PT. Duta menggunakan metode FIFO (MPKP)
Maka nilai persediaan akhir adalah :
= 15 sak x Rp. 48.000 = Rp. 720.000
Jurnal
Biaya pokok produksi Rp. 4.595.000
Persediaan Bahan Akhir Rp. 720.000
Pembelian Bahan Rp. 4.315.000
Persediaan Bahan Rp. 1.000.000
(Jurnal penyesuaian penggunaan bahan dan persediaan
akhir bahan)
Asal Perhitungan:
Persediaan awal: 20 sak xRp50.000 =Rp.1.000.000
Pembelian Bahan =Rp.4.315.000
Biaya Bahan yang siap digunakan =Rp.5.315.000
Persediaan akhir bahan baku semen =(Rp. 720.000)
Biaya bahan yg digunakan dlm produksi Rp.4.595.000
Metode Perpetual
Metode ini digunakan untuk perusahaan besar,
dimana manajemen tidak dapat melakukan
pengawasan terhadap persediaan bahan baku secara
langsung, sehingga pengawasan dilakukan dengan
menggunakan kartu persediaan. Perhitungan
dilapangan (stock opname) tetap dilakukan hanya
untuk mengecek kebenaran pencatatan dan
mengetahui (mengawasi) jika ada bahan yang hilang
atau rusak.
Pencatatan jurnal metode perpetual
Contoh:
PT. Duta adalah perusahaan yang memproduksi ubin
dengan berbagai jenis dan ukuran. Bahan baku
pembuatan ubin yaitu semen putih, semen abu-abu,batu
teraso, tepung batu dan pasir. Berikut datanya:
Saldo awal semen putih: 20 sak @Rp 50.000
7 April 2019 Pembelian 30 sak@Rp 49.000
16 April2019 Pembelian 35 sak @Rp 47.000
28 April 2019 Pembelian 25 sak @Rp 48.000
Pemakaian Bahan tgl 29 April Produksi sebanyak 95 sak
Perusahaan menggunakan metode LIFO (MTKP)
Jurnal
Tgl 7 April 2019
Persediaan Bahan (semen Putih) 1.470.000
Kas/Utang Usaha 1.470.000
Tgl 16 April 2019
Persediaan Bahan (semen Putih) 1.645.000
Kas/Utang Usaha 1.645.000
Tgl 28 April 2019
Persediaan Bahan (semen Putih) 1.200.000
Kas/Utang Usaha 1.200.000
Jurnal
Pemakaian Persediaan (LIFO)95 sak:
= (25 sak x Rp.48.000)+(35 sak x Rp.47.000)+ (30 sak x
Rp.49.000) + (5 sak x Rp.50.000)

= 1.200.000 + 1.645.000 + 1.470.000 + 250.000


= 4.565.000

PDP-Bahan Baku Rp. 4.565.000


Persediaan Bahan Rp. 4.565.000
Jurnal persediaan akhir
Jumlah Persediaan Akhir (LIFO)
= 15 sak x Rp. 50.000 = Rp. 750.000

Persediaan Bahan Akhir Rp. 750.000


PDP-Bahan Baku Rp. 750.000
Kartu Persediaan (LIFO)
Masuk Keluar Saldo
Tanggal Keterangan
Unit Harga (Rp) Jumlah Unit Harga (Rp) Jumlah Unit Harga (Rp) Jumlah
April 1 Saldo Awal 20 50.000 1.000.000
20 50.000 1.000.000
7 Pembelian 30 49.000 1.470.000
30 49.000 1.470.000
20 50.000 1.000.000
16 Pembelian 35 47.000 1.645.000 30 49.000 1.470.000
35 47.000 1.645.000
20 50.000 1.000.000
30 49.000 1.470.000
28 Pembelian 25 48.000 1.200.000
35 47.000 1.645.000
25 48.000 1.200.000
5 50.000 250.000
30 49.000 1.470.000
29 Pemakaian 15 50.000 750.000
35 47.000 1.645.000
25 48.000 1.200.000
95 4.565.000
Masalah-masalah khusus yang
berhubungan dengan bahan baku
1. Sisa bahan (scrap materials)
2. Produk rusak (spoiled goods)
3. Produk cacat (defective goods)

 Masalah Produk rusak dan produk cacat sudah


pernah dibahas sebelumnya (silahkan pelajari bahan
minggu lalu)
Sisa bahan (scrap materials)
adalah bahan yang tidak dipakai atau tidak menjadi
bagian dari produk dalam proses produksi, dan tidak
dapat dipakai dalam proses produksi berikutnya atau
telah rusak tetapi mempunyai nilai jual
Pencatatan sisa bahan
 Hasil penjualan sisa bahan dicatat mengurangi biaya
bahan pada pesanan terjadinya sisa bahan tersebut
 Hasil penjualan sisa bahan dicatat mengurangi jumlah
BOP yang sesungguhnya (BOP Actual)
 Hasil penjualan sisa bahan dicatat sebagai pendapatan
lain-lain
Contoh
Pada tanggal 1 Mei 2019, bagian produksi
menyerahkan sisa bahan ke gudang sebanyak 60 kg
ditaksir harga jualnya Rp 300,00 per kg.
Pada tangal 20 Mei 2019, seluruh sisa bahan dijual
tunai dengan harga Rp 320,00 per kg.
Bagaimana pencatatan yang harus dilakukan untuk
keterangan-keterangan tersebut?
Dicatat sebagai pengurang biaya bahan baku
Jurnal: tanggal 1 Mei 2019 pada saat penyerahan ke
gudang:
Persediaan sisa bahan Rp 18.000,00
BDP-Biaya bahan baku Rp
18.000,00

Jurnal: tanggal 20 Mei 2019: pada saat penjualan:


Kas Rp 19.200,00
Persediaan sisa bahan Rp
19.200,00
Persediaan sisa bahan Rp 1.200,00
BDP-Biaya bahan baku Rp 1.200,00
Dicatat sebagai pengurang BOP yang
sebenarnya (BOP Aktual)
Jurnal: tanggal 1 Mei 2019:
Persedian sisa bahan Rp 18.000,00
BOP yang sesungguhnya Rp 18.000,00

Jurnal: tanggal 20 Mei 2019:


Kas Rp 19.200,00
Persediaan sisa bahan Rp 19.200,00
Persediaan sisa bahan Rp 1.200,00
BOP yang sesungguhnya Rp 1.200,00
Dicatat sebagai pendapatan lain-lain
Jurnal: tanggal 1 Mei 2019:
Persediaan sisa bahan Rp 18.000,00
Pendapatan dr sisa bahan Rp
18.000,00

Jurnal: tanggal 20 Mei 2019:


Kas Rp 19.200,00
Persediaan sisa bahan Rp
19.200,00
Persediaan sisa bahan Rp 1.200,00
Pendapatan dr sisa bahan Rp
1.200,00

Anda mungkin juga menyukai