Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS TENTANG

KELOMPOK 3
BAWASLU NURISMI (4522060170)
(UU No.7 Tahun 2017) NADIFA (4522060249)
NUR INDA (4522060215)
NANANG SATRIA
(4522060168)
ANDI M FAYIZ HAQ
(4520060095)
M FADEL
GILANG EGA (4522060032)
LATAR BELAKANG
Pentingnya peran Bawaslu dalam mengawasi pemilu adalah untuk mewujudkan pemilu yang bersih, adil, dan transparan. Bawaslu
memiliki tugas menjaga kredibilitas dan kepercayaan publik terhadap proses pemilu. Mereka juga bertanggung jawab dalam menjaga
kesetaraan dan kesempatan yang sama bagi peserta pemilu serta mencegah praktik kecurangan dan pelanggaran hukum. Kewenangan
Bawaslu dalam menerima dan memproses laporan terkait pelanggaran pemilu meliputi menerima dan mengevaluasi laporan, melakukan
penyelidikan, serta memberikan sanksi administratif kepada pelanggar. Dengan kewenangan ini, Bawaslu dapat menjalankan perannya
sebagai pengawas pemilu dengan efektif dan memberikan perlindungan terhadap integritas pemilu.

Bawaslu mengakui bahwa mereka menerima laporan dari peserta pemilu terkait pelanggaran yang terjadi selama pemilu. Pengakuan ini
menunjukkan bahwa Bawaslu berperan sebagai penerima laporan dan sebagai lembaga yang dapat dihubungi oleh peserta pemilu untuk
melaporkan pelanggaran yang mereka temui. Dalam menerima laporan tersebut, Bawaslu memiliki tanggung jawab untuk mengevaluasi
dan memproses laporan sesuai dengan kewenangannya sebagai badan pengawas pemilu. Dengan menerima laporan dari peserta pemilu,
Bawaslu dapat mengumpulkan informasi dan bukti yang diperlukan untuk melakukan tindakan pengawasan dan penindakan terhadap
pelanggaran yang dilaporkan.

Bawaslu mengakui bahwa mereka menerima laporan dari peserta pemilu terkait pelanggaran yang terjadi selama pemilu. Namun,
terdapat pengakuan bahwa Bawaslu tidak memproses laporan-laporan tersebut sesuai dengan kewenangannya sebagai badan pengawas
pemilu. Hal ini menunjukkan bahwa Bawaslu tidak melaksanakan tugasnya secara efektif dalam menindaklanjuti laporan pelanggaran
yang diterima. Ketidakprosesan laporan-laporan tersebut dapat menimbulkan pertanyaan mengenai kualitas pengawasan dan penegakan
hukum yang dilakukan oleh Bawaslu. Dalam menjalankan perannya sebagai badan pengawas pemilu, penting bagi Bawaslu untuk
memproses laporan-laporan tersebut sesuai dengan kewenangannya agar pelanggaran-pelanggaran pemilu dapat ditindaklanjuti dengan
tepat dan adil.
RESPON MASYARAKAT & PAKAR
HUKUM TERHADAP BAWASLU
Berbagai pihak masyarakat memberikan respon yang beragam terhadap tindakan Bawaslu dalam pemilu 2024. Beberapa isu yang menjadi
sorotan masyarakat adalah penemuan 19 masalah dalam pemungutan dan penghitungan suara, termasuk 11.233 TPS yang Sirekap-nya
tidak dapat diakses oleh pengawas pemilu, saksi, dan/atau masyarakat. Namun, Bawaslu sendiri menegaskan bahwa mereka akan
bertindak proaktif dan responsif dalam menjalankan agenda kegiatan pengawasan pemilu, serta terhadap laporan dugaan pelanggaran
pemilu.

Bawaslu juga telah menindaklanjuti 141.008 kasus dalam Pemilu 2024, termasuk 700 temuan dan 1.562 laporan penanganan pelanggaran
pemilu. Selain itu, Bawaslu mencatat sebanyak 650 pelanggaran selama Pemilu 2024, yang meliputi pelanggaran administrasi, pidana
pemilu, pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu, dan pelanggaran hukum lainnya. Secara umum, respon masyarakat beragam, ada
yang mendukung dan ada juga yang kritis terhadap kinerja Bawaslu. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya transparansi dan
akuntabilitas dalam proses pemilihan umum.

Anggota Bawaslu RI, Puadi, juga menyatakan perlunya evaluasi terhadap penanganan tindak pidana pemilu yang berkaca dari pengalaman
di Pemilu 2024. Evaluasi ini diharapkan dapat menjadi solusi atas berbagai kendala.Namun, ada juga kritik terhadap Bawaslu. Abdul Fickar
Hadjar, ahli hukum pidana Universitas Trisakti, mengkritik pernyataan Ketua Bawaslu RI, Rahmat Bagja, terkait penilaian bahwa Presiden
Jokowi tidak melanggar netralitas dalam membagikan bansos. Fickar menilai Bawaslu berpandangan sempit dan tidak sensitif dalam isu
demokrasi.
TERBENTUKNYA BAWASLU
Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) adalah lembaga pengawas pemilu yang dibentuk berdasarkan perintah Undang-Undang No
22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu. Sebelumnya, pengawas pemilu merupakan lembaga adhoc yaitu Panitia Pengawas Pemilu
atau Panwaslu.

Pengawasan demokrasi di Indonesia tidak lepas dari sumbangsih Bawaslu yang dulu dikenal Panitia Pengawas Pelaksanaan (Panwaslak)
Pemilu. Awal berdirinya Bawaslu dilatarbelakangi adanya krisis kepercayaan pelaksanaan pemilu. Krisis kepercayaan inilah yang mulai
dikooptasi kekuatan rezim penguasa sejak 1971. Mulai muncul protes-protes dari masyarakat karena diduga banyaknya manipulasi yang
dilakukan oleh petugas pemilu saat itu hal itu yang menjadi cikal bakal kehadiran Bawaslu.

Istilah pengawasan pemilu sendiri baru muncul pada era 1980-an. Pada pelaksanaan Pemilu yang pertama kali dilaksanakan di Indonesia
pada 1955 belum dikenal istilah pengawasan Pemilu. Seiring berjalannya waktu, kebutuhan akan lembaga pengawas pemilu menjadi
semakin penting untuk menjaga demokrasi dan keadilan dalam pemilu.

Bawaslu dibentuk dengan tujuan untuk mengawasi tahapan penyelenggaraan Pemilu, menerima aduan, menangani kasus pelanggaran
administratif Pemilu serta pelanggaran pidana Pemilu berdasarkan tingkatan sesuai peraturan perundang-undangan Bawaslu. Pada 9 April
2020, Bawaslu merayakan hari lahir ke-12 dan terus berkontribusi dalam menjaga demokrasi dan menghadirkan keadilan pemilu di
Indonesia.
ALASAN DAN PERTIMBANGAN
BAWASLU
Bawaslu menerima laporan dari peserta pemilu, baik itu Pemilihan Presiden (Pilpres) maupun Pemilihan Legislatif (Pileg), sebagai bagian
dari tugas dan kewenangannya dalam mengawasi dan mengontrol tahapan pemilu. Namun, ada beberapa alasan dan pertimbangan yang
mungkin menyebabkan Bawaslu tidak memproses laporan tersebut berdasarkan kewenangannya di tahun ini. Beberapa faktor yang
mungkin mempengaruhi keputusan tersebut antara lain :

1. Keterbatasan Sumber Daya : Bawaslu mungkin menghadapi keterbatasan sumber daya, termasuk personel, waktu, dan anggaran.
Jumlah laporan yang masuk dapat melebihi kapasitas Bawaslu untuk memproses semuanya dengan cepat dan efektif. Dalam situasi
seperti ini, Bawaslu harus melakukan prioritas dan fokus pada laporan-laporan yang dianggap memiliki dampak signifikan terhadap
integritas pemilu.
2. Kekuatan Bukti yang Cukup : Bawaslu perlu memastikan bahwa laporan yang diterima memiliki bukti yang cukup kuat untuk dilakukan
proses lebih lanjut. Jika bukti yang disampaikan tidak memenuhi standar yang ditetapkan, Bawaslu mungkin memutuskan untuk tidak
melanjutkan prosesnya. Hal ini untuk mencegah penyalahgunaan atau penyalahgunaan proses hukum yang tidak berdasar.
3. Keterbatasan Wewenang : Bawaslu memiliki wewenang yang terbatas dalam menangani jenis pelanggaran tertentu. Ada kasus di
mana laporan yang masuk tidak masuk dalam wilayah kewenangan Bawaslu dan harus ditangani oleh lembaga atau otoritas lain sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
4. Keputusan yang Bersifat Diskresioner : Bawaslu memiliki kebebasan dalam mengambil keputusan terkait penanganan laporan.
Terkadang, meskipun laporan memenuhi kriteria formal, Bawaslu dapat menggunakan diskresi untuk menentukan prioritas atau
mengabaikan laporan yang dianggap tidak signifikan atau tidak memiliki dampak besar terhadap hasil pemilu.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa jika Bawaslu menerima laporan dari peserta pemilu baik Pilpres maupun Pileg tetapi tidak
memprosesnya berdasarkan kewenangannya, hal tersebut tidak secara otomatis melanggar etik. Terdapat beberapa pertimbangan dan
alasan yang mungkin menjadi dasar bagi Bawaslu untuk tidak memproses laporan tersebut.

Pertimbangan yang mungkin termasuk kriteria dan standar bukti yang tidak terpenuhi, prioritas dan kapasitas yang terbatas, keterbatasan
wewenang, serta keputusan diskresioner yang diambil oleh Bawaslu. Dalam situasi-situasi tertentu, Bawaslu harus melakukan seleksi dan
fokus pada laporan-laporan yang dianggap memiliki dampak signifikan terhadap integritas pemilu.

Namun, penting untuk memastikan bahwa alasan dan pertimbangan tersebut digunakan secara adil, netral, dan transparan. Bawaslu
harus menjaga integritas dan independensinya serta memperlakukan semua peserta pemilu dengan adil. Jika terdapat pelanggaran etik
dalam penanganan laporan, langkah-langkah perbaikan dan peningkatan harus diambil untuk memastikan Bawaslu menjalankan tugasnya
sesuai dengan prinsip-prinsip etika yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu

https://dkpp.go.id/bawaslu-ri-bantah-tidak-tindaklanjuti-aduan-pelanggaran-kampanye/

https://www.bawaslu.go.id/id/berita/sekilas-sejarah-bawaslu-dari-awal-terbentuk

https://jakartatimur.bawaslu.go.id/sejarah-bawaslu#:~:text=Badan%20Pengawas%20Pemilu%20atau%20Bawaslu,Panitia%20Pengawas%2
0Pemilu%20atau%20Panwaslu

https://pemilu.kompas.com/read/2022/05/17/11485531/mengenal-bawaslu-sejarah-hingga-tugas-dan-wewenang?webview_progress_b
ar=1&show_loading=0

https://sumut.bawaslu.go.id/2023/12/07/pentingnya-sinergitas-antara-bawaslu-dengan-masyarakat-dalam-mengawal-pemilu-2024/

https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/661913/bawaslu-sebut-penanganan-tindak-pidana-pemilu-2024-dievaluasi

Anda mungkin juga menyukai