TM 13 - Dental Intra Oral
TM 13 - Dental Intra Oral
INTRA ORAL
FOTOGRAFI RADIOLOGI INTRA ORAL
Radiografi intra oral adalah teknik pemotretan radiografis gigi geligi dan jaringan di
sekitarnya, dengan film berada di dalam rongga mulut. Ada tiga metode dasar
teknik Radiografi Intra Oral :
* Periapikal : Biseksi & Pararel
* Bitewing
1. Pasien harus melepas alat-alat di daerah yang akan diperiksa. misalnya alat
orthodonsi, gigi tiruan lepas atau kaca mata.
2. Posisi kepala penderia diatur sedemikian rupa :
Rahang Atas : “Garis hidung-telinga” sejajar lantai, dengan demikian pada waktu
pasien membuka mulut, bidang oklusi rahang atas sejajar lantai.
Rahang Bawah : “ Garis ujung bibir-telinga” sejajar lantai, dengan demikian pada
waktu pasien membuka mulut, bidang oklusi sejajar lantai.
3. Pemotretan gigi regio anterior atas biasanya ditahan dengan ibu jari, ragio
anterior bawah, posterior kiri atas dan bawah ditahan dengan telunjuk kanan,
regio posterior kanan atas dan bawah ditahan dengan telunjuk kiri.
4. Perintahkan kepada pasien untuk menahan film tanpa menekan dan, tidak
bergerak selama pemotretan.
PERIAPIKAL BISEKSI (METODE GARIS BAGI)
Dasar teori teknik pemotretan radiografis metode garis bagi adalah :
1. Sudut yang dibentuk antara sumber panjang gigi dan sumbu panjang film dibagi dua sama
besar yang selanjutnya disebut garis bagi.
2. Tabung sinar-X diarahkan tegak lurus pada garis bagi ini, dengan titik pusat sinar-X
diarahkan ke daerah apikal gigi.
3. Dengan menggunakan prinsip segitiga sama sisi, panjang gigi sebenarnya dapat terproyeksi
sama besarnya pada film.
Penentuan Sudut Vertikal Tabung sinar-X adalah sudut yang dibentuk dengan menarik
garis lurus titik sinar-X terhadap bidang oklusal.
Penentuan Sudut Horisontal Tabung sinar-X, ditentukan oleh bentuk lengkung rahang dan
posisi gigi. Dalam bidang horisontal titik pusat sinar-X diarahkan melalui titik kontak
interproksimal, untuk menghindari tumpang tindih satu gigi dengan gigi sebelahnya.
4. Film diletakan sedekat mungkin gigi yang diperiksa tanpa menyebapkan film tertekuk.
TEKNIK PENENTUAN POSISI PEMOTRETAN :
1. Film diletakan sedemikian rupa sehingga gigi yang diperiksa ada di pertengahan
film untuk gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah.
- Incicivus dan Kaninus sumbu panjang gigi vertikal
- Incicivus dan Kaninus sumbu panjang gigi vertikal
2. Kurang lebih 2mm dari film harus dilebihkan di atas permukaan oklusal / incisal
untuk memastikan seluruh gigi dapat tercakup di dalam film. Perlu diperhatikan
juga sisi yang menghadap tabung sinar-X adalah sisi yang menghadap gigi dengan
tonjol orientasi menghadap kearah mahkota gigi.
3. Pasien diminta untuk menahan film dengan perlahan tanpa tekanan, dengan ibu
jari atau telunjuk , (menahan film dengan tekanan yang berlebihan dapat
menyebabkan film tertekuk dan menyebabkan distorsi pada gambar yang
dihasilkan).
4. Tabung sinar-X diarahkan ke gigi dengan sudut vertikal dan horisontal yang
tepat.
5. Lakukan penyinaran dengan kondisi yang telah ditentukan
(kV = 65; mA = 10; sec = 0,3 – 0,5 det)
TABEL SUDUT VERTIKAL DAN HORISONTAL
GIGI RA INCISIVUS KANINUS PREMOLAR MOLAR
Sudut vertikal dan horisontal merupakan nilai rata-rata, yang mendekati kondisi
yang ada. Hal-hal yang mempengaruhi besar kecilnya sudut ini adalah posisi kepala,
posisi dan inklinasi masing-masing gigi, dan keadaan jaringan mulut di sekitar gigi
yang diperiksa (mis: pelatum yang dangkal atau dalam, lengkungan rahang yang
sempit atau lebar dan lain sebagainya)
PERIAPIKAL PARALEL
Teori prinsip pemotretan:
1. Film diletakan pada film holder dan ditempatkan dalam mulut, pada posisi
pararalel terhadap sumbu panjang gigi yang diperiksa.
2. Tube head (Cone) diarahkan tegak lurus terhadap gigi dan film.
3. Dengan menggunakan “Film holder” yang memiliki pemegang film dan penentu
arah tubehead, teknik ini dapat diulang dengan posisi dan kondisi yang sama
pada waktu yang berbeda (reproducible).
- Dapat membuat beberapa foto radiografis dengan posisi dan kondisi yang
sama pada waktu yang berbeda.
TEKNIK PEMOTRETAN :
1. Gunakan film dengan ukuran yang sesuai, dengan “tab” diletakan pada posisi yan
benar.
- 31 x 41 mm untuk pasien dewasa.
- 22 x 35 mm untuk pasien anak-anak di bawah 12 tahun.
2. Kepala pasien bersandar pada kursi, bidang oklusal horisontal sejajar lantai.
3. Keadaan lengkung rahang harus diperhatikan, karena menentukan jumlah film yan
dibutuhkan.
4. Pegang tab dengan ibujari dan telunjuk, kemudian letakan dalam mulut dengan
tepi bawah film berada di sulkus lingual, dan sisi berwarna putih menghadap gigi
yang akan diperiksa.
5. Tepi anterior film ditempatkan di distal gigi-gigi kaninus bawah, dengan
demikian tepi posterior film akan berada di mesial aspek gigi Molar-3 bawah.
6. Tab ditempatkan di atas permukaan oklusal gigi rahang bawah.
7. Pasien diintruksikan menggigit tab dengan kuat.
8. Pada waktu pasien menggigit, operator menarik tab, untuk memastikan film
berkontak dengan gigi.
9. Cone diarahkan ke daerah titik kontak, tegak lurus film dan gigi, dengan sudut
vertikal + 5- 8o ke arah bawah.
KEUNTUNGAN :
1. Sederhana
2. Biayanya relatif murah, dan efisien karena dengan satu lembar film dapat
diperoleh gambaran gigi rahang atas dan bawah.
3. Tab digunakan hanya sekali pakai, sehingga tidak memerlukan sterilisasasi.
KERUGIAN :
1. Sangat membutuhkan keterampilan operator, dalam menentukan sudut
horisontal dan vertikal.
2. Sering terjadi Cone Cutting di daerah anterior film.
3. Letak film mudah berubah, karena terdorong lidah.
4. Tidak dapat digunakan pada kasusu kelainan yang mencapai daerah periapikal
OKLUSAL
Adalah teknik radiografi intra oral dengan film diletakan pada bidang oklusal.
Ukuran film yang digunakan : 5,7 x 7,6 cm
RAHANG BAWAH
• Topografi Rahang bawah (Lower 45o Occlusal = Standard Occlusal)
• Crossection Rahang bawah (Lower 90o Occlusal Vertex Occlusal = True Occlusal)
• Oklusal Oblik Rahang bawah (Lower Oblique Occlusal = Oblique Occlusal)
TOPOGRAFI RAHANG ATAS (UPPER STANDARD OCCLUSAL = STANDARD OCCLUSAL)
Teknik pemotretan ini menghasilkan gambaran bagian anterior rahang atas beserta
gigi-gigi anterior rahang atas.
Indikasi :
1. Untuk melihat keadaan gigi anterior atas sampai dengan daerah periapikal.
2. Mendeteksi adanya gigi Kaninus impaksi, gigi-gigi supernumerari, dan odontoma.
3. Menentukan posisi Kaninus, dengan menggunakan metode parallax.
4. Evaluasi ukuran dan perluasan lesi kista atau tumor di daerah anterior maksila.
5. Menilaikeadaan fraktur gigi anterior dan tulang alveolar rahang atas.
Teknik Pemotretan :
1. Pasien duduk dengan kepala bersandar, bidang oklusal horisontal sejajar lantai.
2. Film ditempatkan didalam mulut dengan sisi berwarna putih menghadap ke atas,
diatas bidang oklusal gigi rahang bawah. Pasien diminta menggigit film dengan
2. sumbu panjang film melintang pada pasien dewasa, sedang pada pasien anak-anak
film memanjang anteroposterior.
3. Cone diarahkan di pertengahan sebelah atas pasien, mengarah ke bawah, kearah
batang hidung, dengan sudut 65o – 70o terhadap film.
4.
CROSSECTION RAHANG ATAS (VERTEX OCCLUSAL)
Teknik pemotretan ini memperlihatkan rahang atas pada potongan melintang. Pada
teknik pemotretan ini, untuk mendapatkan gambaran potongan melintang rahang
atas, sinar-X harus melalui jaringan tulang tengkorak, sehingga memerlukan
radiasi yang relatif besar. Untuk mengurangi dosis radiasi pada pasien
diperlukan kaset dengan ukuran 5,7 x 7,6 cm yang dilengkapi dengan
intensifying screen.
Indikasi :
Menilai posisi Kaninus impaksi dalam arah Bucco-Palatal.
Teknik Pemotretan :
1. Pasien duduk dengan kepala bersandar, bidang oklusal horisontal sejajar dengan
lantai.
2. Film ditempatkan di dalam mulut dengan sisi berwarna putih menghadap ke atas,
diatas bidang oklusal gigi rahang bawah. Film diletakan dipertengahan mulut
dengan sumbu panjang film memanjang anteroposterior. Pasien diminta
menggigit film dengan perlahan.
3. Cone diarahkan dipertengahan sebelah atas pasien, mengarah ke bawah, melalui
pertengahan kepala pasien. Sinar-X pusat diarahkan kurang lebih sejajar sumbu
gigi Incisive atas.
Akan tetapi teknik ini jarang di gunakan karena memiliki banyak kerugian antara
lain :
- Gambaran sering tampak kurang jelas.
- Sinar-X melewati beberapa organ penting misalnya : mata dan lain-lain.
- Sulit mendapatkan Cassette dengan ukuran kecil.
Indikasi :
1. Penilaian daerah periapikal gigi posterior rahang atas, khusunya pada pasien
dewasa yang tidak dapat menggunakan Dental Film.
2. Evaluasi ukuran dan perluasan lesi seperti kista, tumor, kelainan di tulang
alveolar regio posterior maksila.
3. Menilai keadaan dasar sinus maksilaris.
4. Membantu melihat keadaan akar gigi yang terdorong masuk ke sinus pada waktu
pencabutan gigi.
5. Menilai fraktur gigi posterior dan tulang sampai daerah tuberositas.
Teknik Pemotretan :
1. Pasien duduk dengan kepala bersandar, bid oklusal horisontal sejajar dengan
lantai.
2. Film ditempatkan di dalam mulut dengan sisi berwarna putih menghadap ke atas,
diatas bidang oklusal gigi rahang bawah. Film diletakan dipertengahan mulut
dengan sumbu panjang film memanjang anteroposterior. Filem ditempatkan
pada posisi yang diperiksa. Pasien diminta menggigit film dengan perlahan.
Teknik pemotretan :
1. Pasien duduk dengan kepala bersandar, bidang oklusal horisontal sejajar denga
lantai.
2. Film ditempatkan di dalam mulut dengan sisi berwarna putih menghadap ke bawa
diatas bidng oklusal gigi rahang bawah. Filem diletakan di pertengahan mulu
dengan sumbu panjang film memanjang anteroposterior. Pasien diminta menggig
film dengan perlahan.
4. Menilai pergeseran yang terjadi pada fraktur mandibula bagian anterior dalam
bidang horisontal.
Teknik Pemotretan :
1. Film ditempatkan di dalam mulut dengan sisi berwarna putih menghadap ke
bawah, diatas bidang oklusal gigi rahang bawah. Film diletakan dipertengahan
mulut dengan sumbu panjang film melintang. Pasien diminta menggigit film
dengan perlahan.
2. Kepala pasien bersandar, ditengadahkan sejauh mungkin.
3. Cone diarahkan keatas di pertengahan rahang bawah mengarah ke daerah Molar,
dengan sudut 90o terhadap film.
OKLUSAL OBLIK RAHANG BAWAH (LOWER OBLIQUE OCCLUSAL = OBLIQUE
OCCLUSAL)
Teknik pemotretan ini menghasilkan gambaran radiografis satu sisi rahang bawah,
terutama daerah kelenjar submandibula. Akan tetapi karena sinar-X arahnya
oblik, maka gambaran anatomis tahang bawah yang terproyeksi mengalami
distrosi. Indikasi :
1. Mendeteksi adanya dan posisi batu kelenjar liur di kelenjar submandibula.
2. Menilai keadaan gigi Molar-3 bawah impaksi dalam arah bucco-lingual.
3. Evaluasi adanya perluasan dan akspansi akibat tumor, kista, atau kelainan tulang
lainnya di daerah posterior sampai dengan angulus mandibula.
4. Menilai pergeseran yang terjadi pada fraktur mandibula bagian anterior dalam
bidang horisontal.
Teknik Pemotretan :
1. Film ditempatkan di dalam mulut dengan sisi berwarna putih menghadap ke
bawah, diatas bidang oklusal gigi rahang bawah, pada daerah yang diperiksa.
Film diletakan dengan sumbu panjang film dalam arah antero-posterior. Pasien
diminta menggigit film dengan perlahan.
2. Kepala pasien bersandar, dan menengok kearah berlawanan dengan sisi yang
diperiksa dengan dagu diangkat.
3. Cone diarahkan ke atas dan depan, dari belakang dan di bawah angulus
mandibula sejajar permukaan lingual mandibula
Selesai
Terima kasih……..