Disusun oleh
ANATOMI
Kolumna
ANATOMI
Corpus / body Pedikel Prosessus artikularis superior dan inferior Prosessus transversus Prosessus spinosus
Luar: jaringan fibrokartillago yang disebut anulus flbrosus. Dalam: cair yang disebut nukleus pulposus.
ANATOMI
Pada
Lig longitudinale anterior (membatasi gerakan ektensi). Lig longitudinale posterior (membatasi gerakan fleksi). Lig kapsulare, antara proc sup dan interior. Lig intertransversale. Lig flava (yellow hg) diantara 2 laminae. Lig supra dan interspinosus.
DEFINISI
Spondilitis tuberkulosa Peradangan granulomatosa yg bersifat kronis destruktif oleh Mycobacterium tuberculosis Paling sering ditemukan pada vertebra T8 - L3 Paling jarang pada vertebra C1 2. Spondilitis tuberkulosis biasanya mengenai korpus vertebra, tetapi jarang menyerang arkus vertebrae.
EPIDEMIOLOGI
50%
dari seluruh tuberkulosis tulang dan sendi, terutama ditemukan pada kelompok umur 2-10 tahun dengan perbandingan yang hampir sama antara pria dengan wanita. Di Ujung Pandang spondilitis tuberkulosa ditemukan sebanyak 70% dari seluruh tuberkulosis tulang dan sendi. Umumnya penyakit ini menyerang orangorang yang berada dalam keadaan sosial ekonomi rendah.
ETIOLOGI
Spondilitis
95 % disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosis tipik ( 2/3 dari tipe human dan 1/3 dari tipe bovin ) Sisanya oleh mikobakterium tuberkulosa atipik
Merupakan
PATOFISIOLOGI
Kuman TB pada pembuluh darah vertebra
GEJALA KLINIS
Badan
lemah, lesu, nafsu makan berkurang, dan berat badan menurun Suhu subfebril terutama pada malam hari dan sakit (kaku) pada punggung Nyeri spinal menetap
Deformitas
pada punggung
neurologis
Paraplegia, paraparesis, atau nyeri radix saraf akibat penekanan medula spinalis Gambaran paraplegia inferior kedua tungkai yang bersifat UMN
STADIUM PENYAKIT
Stadium
1 (implantasi)
Stadium
2 (destruksi awal)
Stadium
3 (destruksi lanjut)
Terjadinya destruksi massif Proses kaseosa yang berlanjut Terbentuknya gibbus 2-3 bulan setelah stadium 2
STADIUM PENYAKIT
Derajat I : Kelemahan pada anggota gerak bawah setelah beraktivitas atau berjalan jauh Derajat II :Kelemahan pada anggota gerak bawah tetapi penderita masih dapat melakukan pekerjaannya Derajat III : Kelemahan pada anggota gerak bawah yang membatasi gerak atau aktivitas penderita disertai dengan hipoestesia atau anestesia. Derajat IV : Gangguan saraf sensoris dan motoris disertai dengan gangguan defekasi dan miksi
Terjadi 3-5 tahun setelah stadium 1 Kelainan yang terjadi sudah ireversibel
DIAGNOSIS
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan keterangan dari pasien, meliputi keluhan utama, keluhan sistem badan, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan riwayat penyakit keluarga atau lingkungan.
Inspeksi
Palpasi
Pada klien dengan spondilitis tuberkulosa kelihatan lemah, pucat, dan pada tulang belakang terlihat bentuk kiposis. Sesuai dengan yang terlihat pada inspeksi, keadaan tulang belakang terdapat adanya gibbus pada area tulang yang mengalami infeksi. Pada tulang belakang yang mengalami infeksi terdapat nyeri ketok. Pada pemeriksaan auskultasi, keadaan paru tidak ditemukan kelainan.
Perkusi
Auskultasi
DIAGNOSIS
Pemeriksaan
penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan
darah lengkap didapatkan leukositosis dan LED meningkat. Uji mantoux positif tuberkulosis. Uji kultur biakan bakteri dan BTA ditemukan Mycobacterium. Biopsi jaringan granulasi atau kelenjar limfe regional.
Pemeriksaan
serologi dengan deteksi antibodi spesifik dalam sirkulasi Pemeriksaan ELISA (Enzyme-Linked Immunoadsorbent Assay) Identifikasi PCR (Polymerase Chain Reaction)
DIAGNOSIS
Pemeriksaan radiologis
Foto toraks x-ray untuk melihat adanya tuberculosis pada paru. Abses dingin tampak sebagai suatu bayangan yang berbentuk spindle. Foto polos vertebra ditemukan osteoporosis, osteolitik, destruksi korpus vertebra, penyempitan diskus intervertebralis, dan mungkin ditemukan adanya massa abses paravertebral. CT scan memberi gambaran tulang secara lebih detail dari lesi irreguler, skelerosis, kolaps diskus, dan gangguan sirkumferensi tulang. MRI mengevaluasi infeksi diskus intervertebralis dan osteomielitis tulang belakang serta menunjukkan adanya penekanan saraf
DIAGNOSIS BANDING
Fraktur
kompresi vertebra Metastasis dari karsinoma di tempat lain Poliomielitis dengan paralisis tungkai Kifosis senilis Infeksi kronik non TB
KOMPLIKASI
Potts paraplegia
Muncul pada stadium awal disebabkan tekanan ekstradural oleh pus maupun sequester atau invasi jaringan granulasi pada medula spinalis. Muncul pada stadium lanjut disebabkan oleh terbentuknya fibrosis dari jaringan granulasi atau perlekatan tulang (ankilosing) di atas kanalis spinalis. Pada vertebra torakal maka nanah akan turun ke dalam pleura sehingga menyebabkan empiema tuberkulosis. Pada vertebra lumbal maka nanah akan turun ke otot iliopsoas membentuk psoas abses yang merupakan cold absces. Dapat terjadi karena adanya tekanan ekstradural sekunder karena pus tuberkulosa, sekuestra tulang, sekuester dari diskus intervertebralis (contoh : Potts paraplegia prognosa baik) atau dapat juga langsung karena keterlibatan korda spinalis oleh jaringan granulasi tuberkulosa (contoh : menigomyelitis prognosa buruk).
PENATALAKSANAAN
Prinsip
pengobatan potts disease adalah secepat mungkin ditanggulangi sebelum menjadi semakin parah Pengobatan konservatif
Pengobatan
operatif
Operasi laminektomi
dekompresi dan stabilisasi
PENATALAKSANAAN
Prinsip
Pemberian obat antituberkulosis. Dekompresi medula spinalis. Menghilangkan atau menyingkirkan produk infeksi. Stabilisasi vertebra dengan graft tulang (bone graft).
PROGNOSIS
Prognosis
bergantung dari :
TERIMA KASIH