Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KASUS PELANGGARAN ETIKA PROFESI AKUNTANSI

ETIKA PROFESI AKUNTANSI


KASUS PELANGGARAN ETIKA PROFESI AKUNTANSI











DISUSUN OLEH :
IRWAN HASIHOLAN (23210641)
4 EB 21








FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2012



KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan berkat
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul
Kasus Pelanggaran Etika Profesi Akuntansi tepat pada waktunya.
Adapun maksud dan tujuan dari Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Etika Profesi Akuntansi.
Selesainya Penulisan Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan serta bimbingan dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih atas segala bantuan yang diberikan, baik itu bimbingan moril maupun
materil secara langsung maupun tidak langsung yang sangat membantu penulis
dalam pembuatan makalah ini. Ucapan terima kasih, penulis sampaikan kepada
Ibu Early Armein selaku dosen mata kuliah Etika Profesi Akuntansi yang telah
membantu memberikan masukan kepada penulis untuk pembuatan makalah ini.
Penulis mengucapkan terima kasih dan dengan segala kerendahan hati semoga
Makalah ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan pengetahuan
bagi pembaca guna pengembangan selanjutnya.















Jakarta, November 2013


Penulis






BAB I PENDAHULUAN


Setiap profesi pasti memiliki sebuah etika atau hal-hal yang harus di
patuhi. Dengan adanya etika setiap tindakan atau perbuatan yang akan
dilakukan harus dipikirkan terlebih dahulu agar dalam bertindak tidak semena-
mena.
Maka dari itu, saya akan mencoba membahas sedikit tentang etika. Khususnya
etika yang berhubungan dengan profesi akuntansi.
Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri
seseorang maupun pada suatu masyarakat. Etika berkaitan dengan nilai-nilai,
tatacara hidup yg baik, aturan hidup yg baik dan segala kebiasaan yg dianut dan
diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau dari satu generasi ke generasi
yg lain.
Di dalam akuntansi juga memiliki etika yang harus di patuhi oleh setiap
anggotanya. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai
panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan
publik, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di
lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung-jawab
profesionalnya.
Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar
profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi
kepada kepentingan publik.


5 KASUS PELANGGARAN ETIKA PROFESI AKUNTANSI

1. Kasus Enron
Kasus KAP Andersen dan Enron Kasus KAP Andersen dan Enron terungkap
saat Enron mendaftarkan kebangkrutannya ke pengadilan pada tanggal 2
Desember 2001. Saat itu terungkap, terdapat hutang perusahaan yang tidak
dilaporkan, yang menyebabkan nilai investasi dan laba yang ditahan berkurang
dalam jumlah yang sama. Sebelum kebangkrutan Enron terungkap, KAP
Andersen mempertahankan Enron sebagai klien perusahaan, dengan
memanipulasi laporan keuangan dan penghancuran dokumen atas kebangkrutan
Enron, dimana sebelumnya Enron menyatakan bahwa pada periode pelaporan
keuangan yang bersangkutan tersebut, perusahaan mendapatkan laba bersih
sebesar $ 393, padahal pada periode tersebut perusahaan mengalami kerugian
sebesar $ 644 juta yang disebabkan oleh transaksi yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh Enron. Analisa : Pelanggaran etika
dan prinsip profesi akuntansi telah dilanggar dalam kasus ini, yaitu pada prinsip
pertama berupa pelanggaran tanggung jawab profesi untuk memelihara
kepercayaan masyarakat pada jasa professional seorang akuntan. Prinsip kedua
yaitu kepentingan publik juga telah dilanggar dalam kasus ini. Seorang akuntan
seharusnya tidak hanya mementingkan kepentingan klien saja, tapi juga
kepentingan publik.


2. Sembilan KAP yang diduga melakukan kolusi dengan kliennya.
Jakarta, 19 April 2001 .Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta pihak
kepolisian mengusut sembilan Kantor Akuntan Publik, yang berdasarkan
laporan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), diduga telah
melakukan kolusi dengan pihak bank yang pernah diauditnya antara tahun
1995-1997. Koordinator ICW Teten Masduki kepada wartawan di Jakarta,
Kamis, mengungkapkan, berdasarkan temuan BPKP, sembilan dari sepuluh
KAP yang melakukan audit terhadap sekitar 36 bank bermasalah ternyata tidak
melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar audit.
Hasil audit tersebut ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya sehingga
akibatnya mayoritas bank-bank yang diaudit tersebut termasuk di antara bank-
bank yang dibekukan kegiatan usahanya oleh pemerintah sekitar tahun 1999.
Kesembilan KAP tersebut adalah AI & R, HT & M, H & R, JM & R, PU & R,
RY, S & S, SD & R, dan RBT & R. Dengan kata lain, kesembilan KAP itu
telah menyalahi etika profesi. Kemungkinan ada kolusi antara kantor akuntan
publik dengan bank yang diperiksa untuk memoles laporannya sehingga
memberikan laporan palsu, ini jelas suatu kejahatan, ujarnya. Karena itu, ICW
dalam waktu dekat akan memberikan laporan kepada pihak kepolisian untuk
melakukan pengusutan mengenai adanya tindak kriminal yang dilakukan kantor
akuntan publik dengan pihak perbankan.
ICW menduga, hasil laporan KAP itu bukan sekadar human error atau
kesalahan dalam penulisan laporan keuangan yang tidak disengaja, tetapi
kemungkinan ada berbagai penyimpangan dan pelanggaran yang dicoba ditutupi
dengan melakukan rekayasa akuntansi.
Teten juga menyayangkan Dirjen Lembaga Keuangan tidak melakukan tindakan
administratif meskipun pihak BPKP telah menyampaikan laporannya, karena itu
kemudian ICW mengambil inisiatif untuk mengekspos laporan BPKP ini karena
kesalahan sembilan KAP itu tidak ringan. Kami mencurigai, kesembilan KAP
itu telah melanggar standar audit sehingga menghasilkan laporan yang
menyesatkan masyarakat, misalnya mereka memberi laporan bank tersebut
sehat ternyata dalam waktu singkat bangkrut. Ini merugikan masyarakat. Kita
mengharapkan ada tindakan administratif dari Departemen Keuangan misalnya
mencabut izin kantor akuntan publik itu, tegasnya.
Menurut Tetan, ICW juga sudah melaporkan tindakan dari kesembilan KAP
tersebut kepada Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan
sekaligus meminta supaya dilakukan tindakan etis terhadap anggotanya yang
melanggar kode etik profesi akuntan.

Analisis : Dalam kasus tersebut ditemukan KAP yang melakukan audit terhadap
sekitar 36 bank bermasalah ternyata tidak melakukan pemeriksaan sesuai
dengan standar audit. KAP tersebut telah melakukan penyimpangan terhadap
tujuan profesi akuntansi, yaitu memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar
profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi
kepada kepentingan publik. Selain itu KAP tersebut juga melanggar Prinsip
pertama - Tanggung Jawab Profesi, Prinsip Kedua - Kepentingan Publik,
Prinsip Ketiga Integritas, Prinsip Keempat Obyektivitas, Prinsip Kedelapan
- Standar Teknis. Seharusmya KAP tersebut harus bertanggung jawab kepada
semua pemakai jasa profesional mereka, selain itu KAP juga harus
bertanggung-jawab terhadap kepentingan publik. Untuk memelihara dan
meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung
jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin. KAP harus menjaga
obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan
dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Setiap KAP harus melaksanakan
jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar proesional yang
relevan

3. JAKARTA, KOMPAS Dewan Perwakilan Rakyat sulit diharapkan mau
membongkar praktik mafia anggaran yang terjadi di lembaga tersebut dan
melibatkan pejabat pemerintah. Partai politik dan politikusnya di DPR
diuntungkan dengan kondisi tetap tak terungkapnya praktik mafia anggaran
karena mereka mengandalkan pembiayaan politik dari transaksi haram seperti
dalam kasus suap di Kementerian Pemuda dan Olahraga serta Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Setidaknya di dua kasus, Kemenpora dan Kemenkertrans menjadi contoh
konkret bahwa praktik mafia anggaran terus berjalan. Sulitnya kita berharap
pada politikus untuk memberantas korupsi karena mereka juga terjebak pada
agenda dan kepentingan pragmatis, kata Koordinator Divis Korupsi Politik
Indonesia Corruption Watch (ICW) Abdullah Dahlan di Jakarta, Senin (12/9).
Abdullah mencontohkan praktik mafia anggaran yang coba diungkap anggota
DPR Wa Ode Nurhayati. Namun yang terjadi, Badan Kehormatan DPR justru
memproses yang bersangkutan meskipun dia sebagai penyingkap aib (whistle
blower). BK DPR tak pernah memeriksa pihak-pihak yang disebutkan Wa Ode.
Parpol dan politikusnya mengandalkan permodalan politik dari kongkalikong
semacam ini, jadi sulit mereka mau mengungkap praktik mafia anggaran, kata
Abdullah.
Abdullah mengatakan, praktik mafia anggaran dimulai sejak perencanaan,
misalnya dalam kasus dana percepatan infrastruktur daerah (DPID) di
Kemnakertrans. Dalam perencanaan, orang di lingkaran menteri menawarkan
beberapa daerah untuk mendapatkan program atau wilayah proyek DPID.
Tentunya dengan imblana fee tertentu, katanya.
Koordinator Investigasi dan Advokasi Forum Indonesia untuk Transparansi
Anggaran (Fitra) Uchok Sky Khadafi mengungkapkan, anggaran yang sudah
disetujui DPR dalam kenyataannya tidak diberikan ke daerah secara gratis.
Dalam kasus suap di Kemenpora dan Kemnakertrans, terlihat jelas DPR dan
pemerintah saling mengambil uang dari anggaran yang seharusnya untuk
daerah.
Harus ada fee buat parlemen, sementara birokrat kita juga butuh duit .
Keduanya saling membutuhkan. Pejabat di kementerian membutuhkan uang
untuk biaya kenaikan pangkat dan upeti bagi atasan mereka. Menteri juga
membutuhkan uang untuk membantu partai politiknya.

analisis : Dalam artikel Penyelewengan Anggaran yang tertulis pada harian
kompas, rabu, 14 September 2011 terdapat beberapa pelanggaran prinsip etika
profesi akuntansi yaitu Prinsip pertama : Tanggung Jawab Profesi, Prinsip
Kedua : Kepentingan Publik, Prinsip Ketiga : Integritas, Prinsip Keempat :
Obyektivitas, Prinsip Kelima : Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional,
Prinsip Ketujuh : Perilaku Profesional, Prinsip kedelapan : Standar Teknis.
Seharusnya seorang akuntan harus menaati prinsip-prinsip etika profensi
akuntansi tersebut.

4. Kasus KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono yang diduga menyuap
pajak.
September tahun 2001, KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono harus
menanggung malu. Kantor akuntan publik ternama ini terbukti menyogok aparat
pajak di Indonesia sebesar US$ 75 ribu. Sebagai siasat, diterbitkan faktur palsu
untuk biaya jasa profesional KPMG yang harus dibayar kliennya PT Easman
Christensen, anak perusahaan Baker Hughes Inc. yang tercatat di bursa New
York.
Berkat aksi sogok ini, kewajiban pajak Easman memang susut drastis. Dari
semula US$ 3,2 juta menjadi hanya US$ 270 ribu. Namun, Penasihat Anti Suap
Baker rupanya was-was dengan polah anak perusahaannya. Maka, ketimbang
menanggung risiko lebih besar, Baker melaporkan secara suka rela kasus ini dan
memecat eksekutifnya.
Badan pengawas pasar modal AS, Securities & Exchange Commission,
menjeratnya dengan Foreign Corrupt Practices Act, undang-undang anti korupsi
buat perusahaan Amerika di luar negeri. Akibatnya, hampir saja Baker dan
KPMG terseret ke pengadilan distrik Texas. Namun, karena Baker mohon
ampun, kasus ini akhirnya diselesaikan di luar pengadilan. KPMG pun
terselamatan.


5. Komisaris PT Kereta Api
Komisaris PT Kereta Api mengungkapkan adanya manipulasi laporan
keuangan BUMN tersebut di mana seharusnya perusahaan merugi namun
dilaporkan memperoleh keuntungan.
Saya tahu bahwa ada sejumlah pos yang sebetulnya harus dinyatakan sebagai
beban bagi perusahaan tetapi malah dinyatakan masih sebagai aset perusahaan.
Jadi ada trik akuntansi, kata salah satu Komisaris PT Kereta Api, Hekinus
Manao di Jakarta, Rabu.
Ia menyebutkan, hingga kini dirinya tidak mau menandatangani laporan
keuangan itu karena adanya ketidakbenaran dalam laporan keuangan BUMN
perhubungan itu.
Saya tahu laporan yang diperiksa oleh akuntan publik itu tidak benar karena
saya sedikit banyak mengerti akuntansi, yang mestinya rugi dibuat laba, kata
penyandang Master of Accountancy, Case Western Reserve University,
Cleveland, Ohio USA tahun 1990.
Akibat tidak ada tanda tangan dari satu komisaris, rapat umum pemegang saham
(RUPS) PT Kereta Api yang seharusnya dilaksanakan sekitar awal Juli 2006 ini
juga harus dipending.















BAB II PEMBAHASAN

Analisis :
1) Berdasarkan kasus pelanggaran di atas, kita dapat mengetahui bahwa 9 KAP
yang melaksanakan tugas pengauditan pada bank-bank bermasalah telah jelas-
jelas melanggar kode etik sebagai seorang akuntan publik. Seperti yang kita
ketahui, Fungsi khusus seorang akuntan publik adalah :
Membuat perhitungan tentang layanan yang dicapai oleh pemerintah
kemudian menilai apakah pimpinan pemerintah telah melaksanakan tugas-tugas
dan kewajiban yang telah ditugaskan kepadanya oleh para pemilik.
Membantu mengamankan dan mengawasi semua hak dan kewajiban
pemerintah, terlebih lagi dari segi ukuran finansial.
Menyediakan informasi yang sangat berguna kepada para pihak yang
berkepentingan seperti pertumbuhan ekonomi suatu wilayah pertumbuhan
pendidikan, pertumbuhan pendapatan per kapita dan lain sebagainya.
Melihat efektivitas dan efisiensi kinerja ekseklusif di dalam melaksanakan
tugas dan kewajibannya.
Sedangkan peranan akuntan publik adalah :
Membuat keputusan yang berkaitan dengan penggunaan sumber daya yang
terbatas termasuk identifikasi bidang keputusan yang rumit dan penetapan
tujuan serta sasaran organisasi.
Mengarahkan dan mengendalikan secara efektif sumber daya ekonomi dan
sumber daya manusia yang ada di dalam organisasi.
Menjaga dan melaporkan kepemilikan atas sumber daya yang dikuasai
organisasi.
Berdasarkan Fungsi Khusus dan Peranan seorang akuntan publik, 9 KAP yang
melakukan kecurangan terhadap Negara dengan memberikan laporan keuangan
plasu, dapat dikategorikan sebagai tindakan korupsi, karena mereka secara
sengaja melakukan pemalsuan tersebut. Bukan hanya Negara yang dirugikan,
namun masyarakat juga dapat dirugikan karena laporan yang KAP buat seolah-
olah menandakan bank-bank tersebut dalam keadaan sehat. Seorang akuntan
publik yang baik, harus mencerminkan sosok yang jujur dan independent. Agar
tidak melakukan manipulasi dan fraud terhadap laporan yang akan di audit.
2) Terjadinya kecurangan yang di lakukan oleh self regulation atau perikatan,
dari KAP tersebut yang menyebabkan kemungkinan melakukan pemalsuan
laporan keuangan yang diperiksanya, dan bukan human error tetapi sudah
dlakukannya pengsiasatan untuk menutupi laporan keuangan dari badan
tersebut. Dan mengambil hak masyarakat halayaknya.
3) Dari sisi mentalitas, orang-orang yang menjadi tersangka dalam kasus ini
merupakan orang-orang yang tidak tahu betul yang dinamakan etika dalam
profesi akuntansi karena mereka telah melanggar kode etik dalam tanggung
jawab dari tugas mereka tersebut. Jika seandainnya kasus ini tidak terungkap
mungkin tindakan mereka terus dilakukan dan bisa menjadi contoh buruk bagi
generasi kedepan.














BAB III PENUTUP



Solusi :
1) Dari analisis yang telah dibuat, solusi yang dapat ditempuh yaitu dengan cara
melakukan pengawasan terhadap setiap laporan yang telah dipublikasikan, dan
memberikan pelanggaran yang berat kepada seluruh akuntan publik yang telah
terdaftar jika melakukan kecurangan. Peranan BPKP juga harus lebih diperketat
dalam mengawasi keuangan pembagunan agar fraud dapat diminimalisasikan.
2) Sebaiknya, sebagai profesi akuntan publik di dalam setiap penugasan jasa
atestasi, seorang akuntan publik diwajibkan besikap indenpenden terhadap
semua stakeholder perusahaan atau ppun yang lainnya, karna merupakan out put
pernyataan akuntan publik atas asersi yang di periksanya, dan itu pun
merupakan sebuah laporan keuangan atau informasi keuangan lainnya yang
dibutuhkan untuk masyarakat umum atau sebagainya. Jadi, bila ada sedit
kecurangan sedikit saja akan sangat-sangat merugikan , dan seorang akuntan
publik pun harus memiliki asas moral dan asas kepercayaan agar tidak ada lagi
yang namanya kecurangan-kecurangan di dalam sebuah perikatan KAP.
3) Seorang akuntan publik harusnya terlatih dengan tindakan-tindakan korupsi
seperti ini. Jika ada perusahaan yang ingin berusaha melakukan penyuapan agar
laporan keuangan dari perusahaan tersebut dapat dimanipulasi, akuntan public
tersebut harusnya dapat menolak dan benar-benar berlaku jujur dalam
pengauditan laporan keuangan.



Kesimpulan

5 kasus di atas telah melanggar prinsip-prinsip etika yang digariskan dalam
kode etik akuntansi , yaitu prinsip integritas , objektivitas , Kompetensi serta
Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional , dan prinsip perilaku
professional. Tindakan yang tidak etis bagi seorang akuntan, dimana seorang
akuntan seharusnya bertindak jujur dan mengikuti kaidah-kaidah yang ada.





















DAFTAR PUSTAKA
1) anwarsyam. 2012. Fungsi dan Peranan Besar Internal Auditor.
http://anwarsyam.staff.ipb.ac.id/2012/03/14/fungsi-dan-peranan-besar-internal-
auditor/. Di akses pada 14 Maret 2012
2) kerockan. 2010. Fungsi dan cara kerja akuntansi publik.
http://kerockan.blogspot.com/2010/10/fungsi-dan-cara-kerja-akuntansi-
publik.html. Di akses pada 14 Oktober 2010.
3) Aniesrusyantini. 2012. Kasus-kasus pelanggaran etika profesi akuntansi.
http://aniesrusyantini.blogspot.com/2012/01/kasus-kasus-pelanggaran-etika-
profesi.html. Di akses pada 12 January 2012.
4) K. Bertens, 1994, Etika, Jakarta : Gramedia Utama.

Anda mungkin juga menyukai