Anda di halaman 1dari 11

RANCANGAN PERCOBAAN * Oleh: Netti Herawati**

Percobaan pada umumnya dilakukan untuk menemukan sesuatu. Oleh karena itu secara teoritis, percobaan diartikan sebagai tes (Montgomery, 1991) atau penyelidikan terencana untuk mendapatkan fakta baru (Steel dan Torrie, 1995). Dan rancangan percobaan dapat diartikan sebagai tes atau serangkaian tes dimana perubahan yang berarti dilakukan pada variabel dari suatu proses atau sistem sehingga kita dapat mengamati dan mengidentifikasi alasan-alasan perubahan pada respon output (Montgomery, 1991). Sedangkan menurut Milliken dan Johnson (1992) rancangan percobaan merupakan hal yang sangat berhubungan dengan perencanaan penelitian untuk mendapatkan informasi maksimum dari bahan-bahan yang tersedia. Dan dapat juga diartikan sebagai seperangkat aturan/cara/prosedur untuk menerapkan perlakuan kepada satuan percobaan (Steel dan Torrie, 1995). Dari berbagai definisi di atas jelas bahwa tujuan percobaan adalah serupa yaitu menjawab satu atau lebih pertanyaan untuk mendapatkan informasi maksimum dengan cara: (1) Menentukan variabel mana yang paling berpengaruh terhadap tanggapan (respon), y; (2) Menentukan bagaimana menset pengaruh Xs sehingga y mendekati nilai nominal yang didinginkan; (3) Menentukan bagaimana men set pengaruh Xs sehingga ragam y kecil. (4) Menentukan bagaimana men set Xs sehingga pengaruh variabel tak terkontrol z1, z2,zq sekecil mungkin.

Dalam merancang suatu penelitian, peneliti sering melakukan kontrol terhadap pengaruh-pengaruh tertentu seperti perlakuan, populasi, atau kombinasi perlakuan. Oleh karena itu, sebelum penelitian berlangsung timbul beberapa pertanyaan yang harus dijawab: (1) Berapa banyak perlakuan yang harus diterapkan; (2) Berapa kali setiap perlakuan harus diamati; (3) Apa saja satuan percobaannya; (4) Bagaimana menerapkan perlakuan ke satuan percobaan dan mengamati responnya; (5) Dapatkah hasil rancangan tadi dianalisis dan dibandingkan? Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini tidak harus secara langsung dan tidak dapat dijawab secara umum. Di sinilah rancangan percobaan digunakan sehingga dapat memainkan peranan penting dalam proses pengembangan dan proses mencari dan memecahkan kesulitan guna meningkatkan penelitian.

----------------------------------------------------------*Makalah disajikan pada Penataran Metodologi Penelitian untuk Dosen Muda di Lingkungan Universitas Lampung yang diselenggarakan oleh Universitas Lampung tanggal 23- 31Juli 2007 **Dosen Jurusan Matematika, FMIPA_Unila

TIGA PRINSIP UTAMA DALAM RANCANGAN PERCOBAAN 1. ULANGAN Ulangan adalah diterapkannya satu perlakuan kepada lebih dari satu satuan percobaan. Ulangan merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian dan mempunyai fungsi untuk (1) Menyediakan galat percobaan; (2) Meningkatkan presisi dengan menurunkan simpangan baku); (3) Meningkatkan generalisasi (kalau ulangan dilakukan a.l. pada tempat, waktu, bahan yang berbeda). Besarnya ulangan ditentukan oleh: (1) besarnya perbedaan yang ingin dideteksi; dan (2) keragaman data dan jumlah perlakuan. 2. PENGACAKAN Pengacakan adalah yang mendasari metode statistika dalam rancangan percobaan. Pengacakan adalah penerapan perlakuan kepada satuan percobaan sehingga semua/setiap satuan percobaan mempunyai peluang yang sama untuk menerima suatu perlakuan. Konsep pengacakan ini berlaku juga untuk pengambilan subsampel atau penentuan satuan pengamatan. Pengacakan berfungsi: (1) Menghindarkan bias yaitu menjamin penduga tidak bias untuk nilai tengah perlakuan dan galat percobaan; (2) Menjamin adanya kebebasan antarpengamatan; (3) Mengatasi sumber keragaman yang diketahui namun tidak dapat diduga pengaruhnya

3. PENGELOMPOKAN Pengelompokan adalah teknik yang digunakan untuk meningkatkan ketelitian percobaan. Pengelompokan dilakukan kalau terdapat sumber keragaman yang dapat diketahui dan pengaruhnya dapat diperkirakan. Bahan percobaan disusun ke dalam kelompok-kelompok satuan percobaan yang relatif seragam. Fungsi pengelompokan: 1. Meningkatkan presisi. Pengelompokan meningkatkan presisi (sensitivitas percobaan dalam mendeteksi perbedaan) dengan memisahkan keragaman antarkelompok (sumber keragaman yang dapat diduga pengaruhnya) dari galat percobaan sehingga galat percobaan dapat diperkecil. Dalam hal ini perlakuan dibandingkan pada kondisi yang hampir sama. 2. Meningkatkan informasi. Pengelompokan dapat meningkatkan informasi karena kelompok dapat diletak-kan pada tempat, waktu, dan bahan yang berbeda. PETUNJUK UNTUK MERANCANG PERCOBAAN 1. Pengenalan dan pernyataan tentang masalah. Peneliti harus mengerti betul tentang masalah yang akan diteliti dan harus dinyatakan dengan jelas. 2. Pemilihan faktor dan level. Pilih faktor dan level secara bervariasi. 3. Pemilihan variabel respon. Peneliti harus yakin bahwa variabel tersebut akan memberikan informasi yang berguna bagi percobaannya. Umumnya rata-rata dan STD digunakan untuk mengukur karaktetistik bagaimana respon variabel akan berprilaku. 4. Pemilihan rancangan percobaan. Pilihlah rancangan percobaan yang sesuai dengan ukuran sample, jumlah ulangan, dan apakah perlu dilakukan pengelompokan.

5. Pelaksanaan penelitian. Sangat penting untuk memonitor proses penelitian secara detail. 6. Analisis data. 7. Kesimpulan dan rekomendasi.

RANCANGAN PERCOBAAN Rancangan percobaan terdiri dari dua struktur dasar yaitu struktur perlakuan (Treatment structure) dan struktur rancangan (Design structure) yang dapat digambarkan dalam hubungan sebagai berikut: Experimental Design Treatment Structure Design Structure

Randomization

I. Struktur perlakuan. Struktur perlakuan terdiri dari set perlakuan, kombinasi perlakuan, atau populasi yang telah dipilih oleh peneliti untuk dipelajari atau dibandingkan. Struktur perlakuan yang berupa sekumpulan t perlakuan disebut sebagai struktur perlakuan satu arah (tunggal), bila terdiri dari sebuah set kombinasi perlakuan disebut dengan faktorial. Struktur perlakuan kadang disebut juga dengan rancangan perlakuan. Dalam struktur perlakuan/rancangan perlakuan berlaku ketentuan bahwa setiap perlakuan mewakili satu populasi (bandingkan dengan isitilah sampel). Struktur perlakuan/rancangan perlakuan disusun untuk: 1. Menjawab pertanyaan/perumusan masalah percobaan/penelitian. 2. Mencapai tujuan percobaan/penelitian. 3. Menguji hipotesis penelitian. Struktur perlakuan/rancangan perlakuan ini yang akan sangat membantu dalam menentukan teknik pemisahan nilai tengah. II. Struktur rancangan meliputi pengelompokan satuan-satuan percobaan dalam kelompok-kelompok yang homogen. Bila satuan percobaan relatif homogen maka tidak perlu dilakukan pengelompokan, tetapi bila tidak maka satuan-satuan percobaan yang homogen dimasukkan kedalam satu kelompok yang berbeda dengan kelompok lainnya. Berikut ini adalah beberapa contoh rancangan percobaan (struktur rancangan): 1. Rancangan teracak sempurna (completely/fully randomized design) 2. Rancangan kelompok lengkap teracak (completely randomized block design) 3. Rancangan bujur sangkar latin (latin square design) Setelah struktur perlakuan dan struktur rancangan ditentukan, rancangan percobaan dipilih sesuai dengan metode yang digunakan untuk menerapkan secara acak perlakuan dari struktur pelakuan ke satuan percobaan pada struktur rancangan. Jadi, rancangan percobaan meliputi: (1) pemilihan struktur perlakuan, (2) pemilihan struktur rancangan, (3) metode pengacakan.

Dalam rancangan percobaan model merupakan hal yang penting untuk mendapatkan hasil analisis yang benar. Untuk membangun model, dua hal mendasar harus dipatuhi. pertama, diasumsikan bahwa komponen-komponen dalam struktur rancangan (design structure) adalah acak, yaitu kelompok merupakan sampel acak dari populasi kelompok-kelompok satuan percobaan. Kedua, tidak ada interaksi antara struktur perlakuan dan struktur rancangan.

ANALISIS RAGAM Analisis ragam merupakan pemisahan jumlah kuadrat total ke dalam komponenkomponennya yang berhubungan dengan sumber keragaman yang diketahui. Dalam analisis ragam yang melibatkan uji nyata asumsi dasarnya adalah: 1. Pengaruh perlakuan dan lingkungan aditif 2. Galat percobaan bersifat acak, menyebar bebas dan normal di sekitar nilai tengah nol dan ragam umum (sama). Asumsi-asumsi dasar ini merupakan hal mutlak yang harus dipenuhi dalam penggunaan analisis ragam. Tidak terpenuhinya satu atau lebih asumsi dapat mempengaruhi baik tingkat nyatanya (level of significance) maupun kepekaan F atau t terhadap penyimpangan sesungguhnya dari hipotesis nol. Dalam kasus ketidaknormalan, tingkat nyata yang sesungguhnya biasanya lebih besar daripada yang dinyatakan. Ini mengakibatkan peluang ditolaknya hipotesis nol padahal hipotesis itu benar lebih besar; dengan kata lain terlalu sering dikatakan berbeda nyata padahal sesungguhnya tidak. Peneliti mungkin berpikir bahwa ia menggunakan taraf nyata 5 persen, padahal sesungguhnya 7 atau 8 persen. Bila asumsi aditifitas tidak terpenuhi akan mengakibatkan keheterogenan galat. Komponen ragam galat yang disumbangkan oleh berbagai pengamatan tidak menduga ragam yang sama. Hal ini mengakibatkan asumsi ragam umum secara otomatis menjadi tidak terpenuhi juga. Sedangkan asumsi kebebasan galat akan didapat secara langsung bila pengacakan dilakukan. Karena asumsi-asumsi dasar ini bersifat mutlak, setelah data didapatkan dari hasil penelitian maka langkah awal adalah menguji dulu apakah data tersebut memenuhi asumsi-asumsi yang ada. Saat ini banyak sekali software-software statistic yang dapat membantu peneliti melakukan pengujian asumsi-asumsi ini dengan lebih mudah. Dan bila asumsi-asumsi tersebut setelah pengujian ternyata tidak terpenuhi salah satu cara mengatasinya adalah dengan melakukan transformasi data.

RANCANGAN TERACAK SEMPURNA Rancangan ini digunakan bila satuan percobaannya homogen, artinya keragaman antarsatuan percobaan tersebut kecil dan mengelompokkannya ke dalam kelompok tidak memeberi manfaat. Dalam Rancangan Teracak Sempurna (RTS) perlakuan diterapkan kepada satuan percobaan seluruhnya secara acak (satu kali pengacakan) sehingga setiap satuan percobaan mendapat peluang yang sama untuk menerima setiap perlakuan. Dan satuan-satuan percobaan harus diproses menurut urutan acak yang sudah dilakukan sekiranya diduga urutan akan mempengaruhi pengamatan. Urutan kegiatan itu misalnya urutan menyiram, membumbun, memanen, dan semua kegiatan lain yang harus dikerjakan dalam suatu percobaan. RTS baik untuk percobaan: (1) Mempunyai bahan percobaan yang homogen misalnya media agar yang dikocok sempurna rata, (2) Percobaan kecil yaitu percobaan yang menyediakan derajat kebebasan untuk galat < 20. Dalam hal ini, peneliti harus benarbenar mempertimbangkan antara penggunaan rancangan lain agar memisahkan galat dari pengaruh lain dan kehilangan derajat kebebasan untuk galat dengan tidak menggunakan RTS. MODEL GEMARIS MENAMBAH:

xij = + i + ij
nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j i = 1, 2, ... , t; j = 1, 2, ... , rI = nilai tengah umum (populasi) dapat terdiri atas beberapa populasi i =pengaruh perlakuan ke-i ij =pengaruh galat percobaan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j dengan asumsi galat menyebar normal dengan nilai tengah 0 dan ragam 2 Xij =

RANCANGAN KELOMPOK LENGKAP TERACAK Rancangan ini digunakan bila satuan percobaan dapat dikelompokkan secara berarti, biasanya banyaknya satuan percobaan dalam setiap kelompok sama dengan banyaknya perlakuan. Tujuan pengelompokan adalah untuk memperoleh satuan percobaan yang seseragam mungkin dalam setiap kelompok, sehingga beda yang teramati sebagian besar disebabkan oleh perlakuan. Rancangan ini tidak bisa digunakan bila terdapat interaksi antar perlakuan dan kelompok.

MODEL GEMARIS MENAMBAH:

xij = + i + j + ij
Xij = = = i = ij = nilai pengamatan pada kelompok ke-i dan perlakuan ke-j i = 1, 2, ... , b; j= 1,2,3,, t nilai tengah umum (populasi) dapat terdiri atas beberapa populasi pengaruh kelompok ke=i pengaruh perlakuan ke-j pengaruh galat percobaan pada kelompok ke-i perlakuan ke-j dengan asumsi galat menyebar normal dengan nilai tengah 0 dan ragam 2

RANCANGAN BUJUR SANGAKAR LATIN Rancangan ini digunakan bila terdapat dua sumber keragaman luaran selain dari perlakuan. Dalam rancangan bujur sangkar latin perlakuan disusun menurut kelompokkelompok dalam dua cara berbeda yaitu menurut baris dan kolom. Setiap perlakuan muncul sekali dan hanya sekali dalam setiap baris dan kolom. Setiap baris, begitu pula setiap kolom, merupakan satu kelompok yang lengkap. Rancangan ini tepat digunakan bila peneliti dapat mengasumsikan bahwa interaksi antara sembarang dua atau semua kriteria yaitu baris, kolom, dan perlakuan tidak ada. MODEL GEMARIS MENAMBAH:

xijk = + i + j + k + ijk
Xijk = nilai pengamatan pada baris ke- I, kolom ke-j, dan perlakuan ke-k i = 1, 2, ... , b; j=1,2,3,,k k= 1,2,3,, t = nilai tengah umum (populasi) dapat terdiri atas beberapa populasi i = pengaruh baris ke=i j = pengaruh kolom ke-j k = pengaruh perlakuan ke-k ij = pengaruh galat percobaan pada baris ke- I, kolom ke-j, dan perlakuan ke-k dengan asumsi galat menyebar normal dengan nilai tengah 0 dan ragam 2

RANCANGAN PERCOBAAN MANA YANG BAIK? 1. Semua rancangan pecobaan mempunyai kekurangan dan kelebihan masingmasing. 2. Rancangan percobaan seyogianya dipilih yang sesuai (tepat) dengan kondisi fisik percobaan yang dihadapai (keterbatasan alat, tempat, bahan, tenaga, biaya).

3. Pada dasarnya, rancangan percobaan yang lebih sederhana lebih baik untuk dipilih a. Penentuan rancangan percobaan yang canggih sebaiknya hanya kalau terpaksa. b. Semakin canggih suatu rancangan percobaan biasanya semakin banyak kehilangan informasi dan semakin meningkat kesulitan dalam perhitungan dan pengambilan kesimpulan.

PEMISAHAN NILAI TENGAH Setelah data hasil penelitian didapat peneliti melakukan: (1) Pengujian keabsahan asumsi analisis ragam, (2) Melakukan analisis ragam untuk mendapatkan penduga ragam alat dan menguji pengaruh perlakuan secara umum (Uji F-serentak), dan (3) Melakukan pemisahan nilai tengah. Pemisahan nilai tengah diperlukan karena dari hasil analisis ragam dan uji F-serentak pada suatu penelitian, peneliti umumnya hanya mendapatkan bahwa hipotesis nol (tidak ada pengaruh perlakuan) diterima atau ditolak. Bila hipotesis nol tidak ditolak, apakah benar bahwa seluruh perlakuan yang dicobakan tidak mempunyai pengaruh yang berbeda satu sama lainnya. Bila hipotesis nol ditolak, peneliti tidak dapat mengetahui mana perlakuan yang benar-benar memberikan pengaruh yang berbeda dari lainnya. Dan bila terjadi interaksi, peneliti tidak mengetahui bagaimana bentuk interaksinya. Hal ini terjadi karena analisis ragam hanya memberikan kesimpulan secara umum. Pemisahan nilai tengah dapat dibagi dalam 2 bagian yaitu (1) Pembandingan Ganda dan (2) Kontras (orthogonal kontras dan orthogonal polinomial). Untuk dapat mengetahui teknik pemisahan nilai tengah mana yang sesuai untuk digunakan pada suatu penelitian kita harus melihat kepada struktur dari perlakuannya atau rancangan perlakuannya. STRUKTUR PERLAKUAN/ RANCANGAN PERLAKUAN 1. Tidak terstruktur PROSEDUR PEMISAHAN NILAI TENGAH Pembandingan ganda (multiple comparision) Ortogonal kontras

2. Terstruktur berkelompok

3. Terstruktur bertingkat

1. Ortogonal polynomial 2. Analisis regresi

PEMBANDINGAN GANDA Ada banyak macam teknik pembandingan ganda seperti: BNT (Beda Nyata Terkecil), Uji jarak ganda Duncan yang baru, Uji Student Newman Keuls, Uji Tukey, Uji Sheffe, Uji Dunnet. Tidak ada peraturan yang mengharuskan peneliti untuk menggunakan teknik pembandingan ganda tertentu. Untuk menentukan pembandingan ganda mana yang harus digunakan pada suatu penelitian peneliti dapat menentukan dari beberapa kriteria berikut:

1. 2. 3. 4. 5.

Perlindungan terhadap kesalahan jenis I (BNJ>SHEFFE>SNK>UJBD>BNT) Perlindungan terhadap kesalahan jenis II (BNT>UJBD>SNK>BNJ>SCHEFFE) Kuasa Uji (BNT>UJBD>SNK>BNJ>SCHEFFE) Sifat percobaan Konstruksi selang kepercayaan

Dari criteria-kriteria di atas peneliti dapat menentukan sendiri pembandingan ganda mana yang akan digunakan. ORTOGONAL KONTRAS DAN ORTOGONAL POLINOMIAL Orthogonal kontras sesuai digunakan untuk jenis perlakuan yang berstruktur atau berkelompok. Pemakaian teknik ini sangat direkomendasikan untuk membuat terlebih dahulu perbandingan-perbandingan yang akan dilakukan sebelum penelitian berlangsung. Hal ini untuk menghindari kesimpulan yang bias. Dan jumlah perbandingan yang diijinkan sebanyak t-1. Ortogonal polinomial sesuai digunakan untuk perlakuan terstruktur bertingkat seperti dosis, konsentrasi, dan lain-lain dengan jarak/interval yang sama.

CONTOH KASUS PROBLEM 1. (ENGINEERING CASE) The efects of four type of graphite coaters on light box readings are to be studied. As these reading might differ from day to day, observations are to be taken on each of four types every three days. The order of testing of the four type on any given day can be randomized. The result are ________________________________________________ Graphite Coater Type _______________________________________ Day M A K L ________________________________________________ 1 4.0 4.8 5.0 4.6 2 4.8 5.0 5.2 4.6 3 4.0 4.8 5.6 5.0 ________________________________________________ a. Analyze these data as a randomized bloc design and state your conclusions. b. Use LSD to compare the four coater-types means. c. Set up at least three contrast and test the significance of these. d. What was the 2 for this experiment ? How should this statistic be interpreted ? e. Calculate the power of the test for testing the four coater means?

2. An engineer suspect that the surface finish of a metal part is influenced by the feed rate and the depth of cut. She selects three feed rates and randomly chooses four depths of cut. She then conducts a factorial experiment and obtain the following data: Depth of Cut (in) 0.18 0.20 80 78 82 73 90 68 88 70 86 75 98 98 96 106 102 99 100 104 97 92 108 104 106 108 104 98 98 104 99 97

Feed Rate(in/min) 0.20

0.25

0.30

0.15 75 65 68 64 68 93 94 87 85 90 96 98 100 102 99

0.25 99 100 97 96 102 106 98 100 97 108 113 115 108 110 107

10

Problem 2: Health science 1. A remotivation team in a psychiatric hospital conducted an experiment to compare five methods for remotivation patients. Patients were grouped according to level of initial motivation. Patients in each group were randomly assigned to the five methods. At the end of experimental period the patients were evaluated by a team composed of a psychiatrist, a psychologist, a nurse, and a social worker, none of whom was aware of the method to which patients had been assigned. The team assigned each patient a composite score as a measure of his or her level of motivation. The result were as follows:

Level of Initial motivation Nil Very low Low Average

A 58 62 67 67

Remotivation method B C D 68 70 78 81 60 65 68 70 68 80 81 89

E 64 69 70 74

a. Do this data provide sufficient evidence to indicate a difference in mean scores among methods? b. Do multiple comparison? c. Evaluate the association between the independent variable and dependent variable? d. Evaluate the effect size? And Power?

2. The aim of study by Makynen et,al was to investigate whether increased dietary calcium as a nonpharmacologycal treatment of elevated blood pressure could beneficially influence endhotelial function in experimental mineralocorticoid-NaCL hypertension. The researchers divided seven-week-old male Wistar Kyoto rat (WKY) into four groups with equal mean systolic blood presures: untreated rats on normal (WKY) and high calcium (WKY-Ca) diets, and deoxycorticosterone-NaCl-treated rats on normal (DOC) and high calcium diets (DOC-Ca). We wish to know if the four conditions have different effects on mean weights of male rats. Table 1. End-of-Study Weights, in Grams, of wistar-Kyoto Rats Studied Under Four Different Conditions. Condition DOC WKY DOC-Ca WKY-Ca 336 328 304 342 346 315 292 284 269 343 299 334 346 368 293 348 323 353 277 315 309 374 303 313 322 356 303 301 316 339 320 354 300 343 324 346 309 343 340 319

10

11

276 306 310 302 269 311

343 333 313 333 372

299 279 305 290 300 312

289 322 308 325

Problem 4: Psychology RCD EXAMPLE Assume that we are interested in the effects of sleep deprivation, treatment A, on hand steadiness. The four level of sleep deprivation of interest are 12, 18,24 and 30 hours, which denoted by A1, A2, A3 and A4, respectively. Suppose that we have conducted an experiment in which 32 subjects were randomly assigned to each level. The dependent variable is the number of times during a two minute interval that a stylus makes contact with the side of a -inch hole. The original research hypothesis that led to this experiment was based on the idea that sleep deprivation would affect handsteadiness. A hypothetical data given bellow. Analyze the data ?

Sleep Deprivation A1 4 6 3 3 1 3 2 2 A2 4 5 4 3 2 3 4 3 A3 5 6 5 4 3 4 3 4 A4 3 5 6 5 6 7 8 10

DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. Steel, R.G.D. dan Torrie, J.H. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika: suatu pendekatan biometrik. Gramedia, Jakarta. Montgomery, D.C. 1991. Experimental Design. John Wiley and Sons, New York. Milleken dan Johnson. 1992. Analysis of Messy Data. John Wiley and Sons, New York. Gomez, K.A. dan Gomez, A.A. 1986. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Universitas Indonesia, Jakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai