KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh derajat sarjana kedokteran pada fakultas kedokteran universitas muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh :
ZULHAM ADI SAPUTRO 20050310129 FAKULTAS KEDOKTERAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2010
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah
HUBUNGAN FAKTOR KELUARGA DAN TEMAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK PADA PELAJAR SMA NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA
Oleh: ZULHAM ADISAPUTRO 20050310129
Telah diseminarkan dan diujikan pada tanggal 2 Agustus 2010
Dosen Pembimbing,
Dr Arlina dewi, M.Kes.
Mengetahui Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
(dr. H. Erwin Santosa, Sp.A., M.Kes.) PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Zulham Adi Saputro NIM : 20050310129 Program Studi : S1 Pendidikan Dokter Fakultas : Kedokteran Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut Yogyakarta,agustus 2010 Yang membuat pernyataan, Tanda tangan
Zulham Adi Saputro
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya tulis ini kepada: Keluarga tercinta yang telah memberi segala sesuatu serta orang-orang yang telah memberi jasa selama hidupku Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kedokteran
MOTTO
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya. Dia mendapatkan (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakan dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang dibuatnya. (Al-baqarah : 286)
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (Al-Mujadalah : 11)
Sesungguhnya sesudah kesulitran itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. (Al-Insyrah : 6-7)
Hidup adalah pemaknaan dan terkadang kita perlu menikmati mendungnya dunia untuk mencapai makna hakiki
KATA PENGANTAR Assalamualaikum, Wr.Wb. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat dan ridho-Nya yang tak terhingga. sholawat dan salam sejahtera senantiasa tercurahkan atas junjungan kita Rasulullah s.a.w., keluarga serta para sahabatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul HUBUNGAN FAKTOR KELUARGA DAN TEMAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK PADA PELAJAR SMA NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA. Dalam penyusunan KTI ini, penulis tidak dapat menyelesaikannya tanpa bantuan pihak lain karena memiliki banyak keterbatasan. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Allah SWT, atas segala nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 2. Nabi Muhammad SAW., selaku nabi junjungan umat Islam atas jasa-jasa beliau dan teladan yang diajarkannya. 3. dr. H. Erwin Santosa, Sp.A, M.kes selaku Dekan Fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 4. dr. Arlina Dewi, M.Kes selaku dosen pembimbing KTI yang dengan sabar membimbing, mengarahkan, mengorbankan waktu untuk mengajarkan ilmu dan pengalaman, serta memberikan semangat mulai dari awal penelitian hingga KTI ini dapat tersusun dengan baik. 5. Seluruh dosen dan staf pengajar FK UMY terima kasih atas segala ilmu pengetahuannya semoga berguna di hari yang akan datang. 6. H Sudjati SH, Dra Hj Titien Iriany, Mery Kurniawaty, S.farm. Apt. Pipit dwi prasetyo, ST. Terima kasih atas cinta dan kasih saying serta doa dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis. 7. Kepala Sekolah SMAN 1 Depok, Sleman Yogyakarta beserta staf yang telah memberikan izin dalam pengambilan data penelitian. 8. Terima kasih kepada Maharanny Ayu K yang telah banyak membantu penulis selama penulisan KTI ini. 9. Saudaraku Agung, Dedy, Dony, Budi serta keponakan tersayang Davin RFP atas support dan doa yang diberikan sehingga peenulis dapat menyelesaikan KTI ini. 10. Sahabat sahabat penulis, fatahilah farhan andhika, Anang Znoop, Vando, Adhek, andhika deca satya, Nanda(ATENG), Topan, Ali, Dila, Rendra, Deny, Indry, Dita, sikembar Anda, Andi, Ade, Yudi, Kiki, atas hal hal yang menyenangkan yang dilalui bersama, kalian membuat hidup semakin berwarna. 11. Teman teman FK05 atas kebersamaanya. 12. Teman seperjuanganku, Vicky, Adit, Imam, Ussy, Ninda, Putri, Vinta, Rena, Via, Gofar, Nurul. 13. Seluruh Keluarga dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan KTI ini. Penulis sepenuhnya menyadari bahwa KTI ini masih jauh dari sempurna, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan penulis. Semoga KTI ini dapat bermanfaat bagi semuanya Wassalamualaikum wr.wb Yogyakarta, Agustus 2010
Penulis
HUBUNGAN FAKTOR KELUARGA DAN TEMAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK PADA PELAJAR SMA NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA
Zulham Adi Saputro 1 , Arlina Dewi 2
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta INTISARI Latar belakang : Merokok merupakan perilaku negatif yang sangat merugikan jika kita tidak menyadari akan bahayanya. Di banyak negara, perilaku merokok pada remaja telah menjadi persoalan yang sangat serius. Faktor yang paling banyak mempengaruhi antara lain keluarga dan teman. Tujuan Penelitian : Mengetahui adanya hubungan antara faktor keluarga dan teman terhadap perilaku merokok pada pelajar SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta. Metode Penelitian : Metode penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah siswa SMA Negeri 1 Depok berusia 16 18 tahun. Penelitian ini menggunakan 49 sampel. Instrument yang digunakan berupa kuesioner, dan hasilnya akan dianalisis secara deskriptif dan analitik. Data diproses menggunakan uji Chi square. Hasil dan Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan faktor keluarga terhadap perilaku merokok pada pelajar SMAN 1 Depok Yogyakarta ( p = 0,469 ). Adanya hubungan faktor teman terhadap perilaku merokok pada pelajar SMAN 1 Depok Yogyakarta ( p = 0,050 ). Kata Kunci : Merokok, perilaku merokok pada remaja, dampak negatif rokok
1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2 Dosen IKM Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta THE RELATION BETWEEN FAMILY AND FRIEND WITH THE SMOKING BEHAVIOUR OF STUDENT IN SMA 1 DEPOK YOGYAKARTA
Zulham Adi Saputro 3 , Arlina dewi 4
Medical Faculty Muhammadiyah of Yogyakarta ABSTRACT Background : Smoking is negative behavior that very disadvantages if we dont know the dangerously of that. In many countries, smoking behavior in children was being a very serious problem. The factor that most influencing are family and friends. Research objective : To know the correlation between family factor and friend with the smoking behavior of student in SMA 1 Depok Yogyakarta Research method: The method of research which used is analytic observational with cross sectional design. The sample was used are student in SMA Negeri 1 Depok which have age between 16 until 18 years old. This research is using 49 samples. The instruments used are questioners and the result will be analyzed by descriptively and analytically. Data is processed using chi square test. Result and discussion: The result shows that there are no correlation between family factor with the smoking behavior of student in SMA 1 Depok Yogyakarta ( p = 0,469 ). There are correlation between friends factor with the smoking behavior of student in SMA 1 Depok Yogyakarta ( p = 0,050 ). Keywords: Smoking, smoking behavior in children, negative effect of smoking
3 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Angkatan 2005 4 Dosen IKM fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
Pengetahuan merupakan unsur penting dalam pembentukan perilaku seseorang pengetahuan itu sendiri mempunyai beberapa tingkatan meliputi tahu, memahami, aplikasi, analisis dan sintesis. Menurut green, kesehatan suatu masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor perilaku dan diluar faktor perilaku. Sedangkan perilaku terbentuk dari beberapa faktor yaitu faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas sarana sarana kesehatan), dan faktor pendorong ( sikap dan perilaku perugas kesehatan). Jadi orang yang berpengetahuan belum tentu menerapkan pengetahuannya tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Perlu diketahui juga bahwa pendidikan secara langsung mempengaruhi pengetahuan seseorang. Bila pendidikan seseorang itu tinggi maka pengetahuan mereka juga akan baik. Hal ini sesuai dengan apa yang telah dikemukakan oleh Notoatmodjo. Selain pendidikan, umur juga berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang. Semakin banyak umur seseorang maka semakin banyak kesempatan orang tersebut untuk mendapatkan pendidikan. Dimana pendidikan itu diperoleh secara formal (dari bangku sekolah) ataupun nonformal (dari pengalaman diri sendiri atau pengalaman dari orang lain). Saat ini masyarakat indonesia hampir sebagian besar tidak mengetahui masalah bahayanya merokok terutama pada kalangan pelajar, sekarang banyak kita melihat pelajar SMA yang sudah mulai mengenal rokok. kita juga mengetahui dengan jelas bahwa di saat mereka masih duduk di bangku sekolah selain guru dan teman-teman sekolah faktor keluargalah yang sangat berperan penting dalam pencegahan penggunaan rokok di kalangan pelajar SMA,. Meski semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok, perilaku merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku yang masih dapat ditolerir oleh masyarakat. Ada beberapa surah dalam alquran yang menyatakan tentang kebiasaan dan perilaku seseorang :
W-Og^4 O) O):Ec *.- 4 W-OU> 7CguC) O) gOUg+- O W-EONLO;O4 O Ep) -.- OUg47
^_)-gLO^- Artinya: Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (aL baqoroh)
Hal ini dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan rumah, kantor, angkutan umum maupun di jalan-jalan. Hampir setiap saat dapat disaksikan dan di jumpai orang yang sedang merokok. Bahkan bila orang merokok di sebelah ibu yang sedang menggendong bayi sekalipun orang tersebut tetap tenang menghembuskan asap rokoknya dan biasanya orang-orang yang ada disekelilingnya seringkali tidak perduli. Hal yang memprihatinkan adalah usia mulai merokok yang setiap tahun semakin muda. Bila dulu orang mulai berani merokok biasanya mulai SMP dan SMA maka sekarang dapat dijumpai anak-anak SD kelas 5 sudah mulai banyak yang merokok secara diam-diam. Bahaya Rokok Kerugian yang ditimbulkan rokok sangat banyak bagi kesehatan. Tapi sayangnya masih saja banyak orang yang tetap memilih untuk menikmatinya. Dalam asap rokok terdapat 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan, dua diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik. Menurut Global Youth Tobbaco Survey, terungkap 12,6% pelajar setingkat SMA adalah perokok, dan yang sebanyak 30,9% pelajar perokok tersebut mulai merokok sebelum umur 10 tahun dan 3,2% dari mereka sudah tergolong kecanduan. Hasil lain dari penelitian tersebut, sebanyak 64,2% pelajar SMA menyatakan mereka terpapar asap rokok orang lain (perokok pasif) di rumah mereka sendiri. Selain itu, diketahui bahwa sebanyak 81% pelajar SMA terpapar asap rokok orang lain justru di tempat-tempat umum. Keinginan merokok diindikasikan meningkat di usia muda, terutama pada populasi 5-19 tahun. Prevalensi merokok tinggi diantara usia 15-29 tahun. Prevalensi merokok pada masyarakat miskin lebih tinggi dibanding masyarakat kaya. Belanja rokok masyarakat miskin sekitar 11% setiap bulannya, sementara orang kaya hanya 9% setiap bulannya.
Lebih dari 43 juta anak Indonesia berusia 0-14 tahun tinggal dengan perokok di lingkungannya mengalami pertumbuhan paru yang lambat, dan lebih mudah terkena infeksi saluran pernafasan, infeksi telinga dan asma. Menurut Prof. F. A. Moeloek menjelaskan, secara global lebih dari 15 milyar rokok dihisap setiap harinya di seluruh dunia. Jumlah perokok pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 1,6 milyar. Padahal saat ini saja jumlah perokok telah mencapai 1,3 milyar. Sekitar 22% perempuan di negara- negara industri adalah perokok, dimana angka tersebut diperkirakan mencapai 9% di negara-negara berkembang. Indonesia menempati urutan ke lima di antara negara-negara dengan tingkat konsumtif tembakau tertinggi di dunia Kurang lebih Sebanyak 29,1 persen remaja usia sekolah di Yogyakarta merupakan perokok aktif. Dari jumlah tersebut 93 persen adalah laki-laki dan 7 persen perempuan. Hal tersebut terungkap setelah Pusat Studi Wanita (PSW) UGM menyampaikan hasil penelitiannya terhadap 400 responden yang berusia 7 sampai 18 tahun. Mereka terdiri dari pelajar SD, SMP, SMU, SMK dan remaja putus sekolah maupun anak jalanan di Kota Yogyakarta Menurut Dr Siti Hariti Sastriyani Kepala PSW UGM. Menurut Sisparyadi S.sos hasil penelitian ini pula diketahui bahwa lingkungan sekolah menjadi salah satu faktor pendorong bagi siswa untuk menjadi perokok, Selain lingkungan dalam sekolah yang permisif bagi siswa untuk merokok, warung-warung yang ada di sekitar sekolah juga menjadi tempat ideal untuk merokok. Penyebab siswa yang menjadi perokok ini diantaranya berasal dari lingkungan keluarga, pergaulan teman sebaya, lemahnya pangawasan di lingkungan sekolah maupun tempat umum, serta terpengaruh iklan dan promosi rokok. Berdasarkan Penelitian PSW UGM yang dilakukan Dr Siti Hariti Sastriyani, Sri Natin SH SU, Dra Heri Susilowati dan Sisparyadi SSos ternyata menghasilkan angka cukup mencengangkan. Faktor panutan dari anggota keluarga terutama ayah cukup dominan yakni 64,4%. Namun tidak kalah mencengangkan adalah perilaku remaja perokok ini justru karena jumlah guru laki-laki yang merokok mencapai 71%. Sehingga guru laki-laki yang merokok ini cukup menjadi agen imitative yang potensial. Meski ada faktor teman, tapi guru dan ayah yang perokok sangat dominan melahirkan perokok baru. Jika sebagai faktor panutan angka untuk guru mencapai 71% maka ayah di angka 64,4%. Adalah menjadi ironi di kota yang menyandang predikat Kota Pendidikan ini ternyata guru yang merupakan panutan adalah merupakan kelompok pembawa (agent of transmission) yang mentransmisikan perilaku merokok secara langsung kepada siswanya. Betapa sulitnya memberantas kebiasaan merokok. Hampir semua orang mengetahui bahwa racun nikotin yang terdapat dalam asap rokok membahayakan bagi kesehatan. Bukan hanya untuk perokok itu sendiri melainkan juga untuk orang-orang disekitarnya yang ikut menghisap asap tersebut (perokok pasif). Selain itu, asap rokok juga mengganggu hubungan sosial antara perokok dan bukan perokok 1.2 Rumusan masalah Dengan memperhatikan latar belakang diatas dapat di jelaskan bahwa masalah penelitian sebagai berikut : hubungan faktor keluarga dan teman terhadap perilaku merokok pada pelajar SMAN 1 Depok, Sleman, Yogyakarta.
1.3 Tujuan penelitian 1. Mengetahui adanya hubungan antara faktor keluarga dengan perilaku merokok pada pelajar SMA di Yogyakarta. 2. Mengetahui adanya hubungan antara faktor teman dengan perilaku merokok pada pelajar SMA di Yogyakarta.
1.4 Manfaat penelitian 1. Meningkatkan dan kewaspadaan terhadap pengaruh perilaku merokok pada kalangan pelajar SMA di Yogyakarta. 2. Memperoleh informasi tentang perilaku merokok pada kalangan pelajar SMA
1.4..1 Keaslian penelitian Berdasarkan hasil pelacakan penelitian antara hubungan faktor keluarga dan teman terhadap perilaku merokok pada pelajar SMAN 1 Depok sleman yogyakarta belum pernah dilakukan, beberapa penelitian tentang perilkau merokok pada usia remaja antara lain : 1. Pusat Studi Wanita (PSW) UGM (2003), melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa sebanyak 29,1 persen remaja usia sekolah di Yogyakarta merupakan perokok aktif. Peneltian ini dilakukan pada 400 responden pada usia sekolah, yaitu 7 sampai 18 tahun dan didapatkan kesimpulan bahwa seorang anak merokok karena adanya pengaruh dari berbagai faktor yaitu lingkungan keluarga 64,4% karena meniru perilaku dari ayahnya, sedangkan 3,8% mengikuti ibu, dan 70,3% meniru perilaku orang di sekitarnya termasuk guru (Sisparyadi, 2009 ). Perbedaan penelitian ini adalah penelitian ini dilakukan terhadap jumlah responden yang lebih besar dari penelitian yang peneliti lakukan yaitu 400 responden berusia 7 hingga 18 tahun yang terdiri dari kalangan pelajar sekolah dasar (SD), sekolah lanjut tingkat pertama (SLTP) dan sekolah lanjut tingkat atas (SLTA), serta remaja putus sekolah maupun anak jalanan di kota Yogyakarta. Sedangkan pada penelitian yang peneliti lakukan hanya pada 49 responden pada pelajar SMA yang berusia 16 18 tahun dan hanya dilakukan di SMAN 1 depok sleman. 2. Penelitian di Jakarta menunjukkan bahwa pada remaja sebesar 64,8% pelajar pria dan 8,8% pelajar wanita di Jakarta sudah merokok. Herper Manalu (1993), menemukan sebanyak 32,9% pemuda di DKI Jakarta sudah merokok. Chairunnisa (1999), melaporkan perokok terbesar pada usia 15-19 tahun, yakni 53,2%. Penelitian ini memperoleh kesimpulan bahwa remaja usia sekolah atau sekitar usia 15 19 tahun di Jakarta sudah merokok. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu teman sekolah, keluarga, lingkungan sekitar serta media iklan. Sehingga membentuk perilaku merokok yang dianggap lazim karena gencar di iklankan serta dicontohkan oleh teman, keluarga dan orang orang di sekitar remaja tersebut. Namun perbedaannya dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah cakupan responden yang cukup luas yaitu pelajar pria dan wanita di jakarta, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan hanya pelajar pria yang terdaftar di SMAN 1 depok sleman. 3. Koalisi untuk Indonesia Sehat (KuIS) baru-baru ini mendapati bahwa sekitar 34,75 persen remaja putri usia 13-15 tahun di Indonesia mengaku dapat secara mudah mengakses dan mengonsumsi rokok. Penelitian ini mencatat bahwa remaja usia sekolah berdasarkan hasil FGD ( Focus Group Discussion ) diketahui mayoritas mereka mulai merokok karena diajak teman. Dan didapatkan pula bahwa remaja yang tinggal dalam keluarga yang tanpa larangan merokok biasanya cenderung menganggap merokok sebagai hal lazim ( Albers, 2008 ). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah pada jumlah responden yang lebih besar daripada jumlah responden pada penelitian yang peneliti lakukan yaitu melibatkan 3.040 responden berusia 13-25 tahun yang diambil secara acak. Dari responden itu, 50 persen diantaranya tinggal di kota Jakarta, sementara sisanya berdomisili di desa kabupaten pariaman dan bukit tinggi, sumatera barat. Penelitian ini juga dilakukan terhadap remaja perempuan saja, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan pada remaja pria walaupun dalam ruang lingkup yang lebih sempit yaitu di SMAN 1 depok sleman Yogyakarta
4. Global Youth Tobacco Survey 2006 yang diselenggarakan oleh Badan Kesehatan Dunia terbukti jika 24,5 persen anak laki-laki dan 2,3 persen anak perempuan berusia 13-15 tahun di Indonesia adalah perokok. Penelitian ini mencatat bahwa anak usia remaja mempunyai perilaku merokok karena dipengaruhi faktor gencarnya iklan di televisi dan berbagai media cetak dan elektronik sehingga semakin memudahkan akses untuk merokok, disamping itu faktor lingkungan sekolah serta keluarga juga menjadi andil besar dalam terjadinya perilaku merokok pada remaja. Perbedaannya dengan penelitian yang peneliti lakukan hanya pada jumlah responden dan area penelitian yang lebih luas. Global youth tobacco survey mencari data pada remaja laki laki dan perempuan di Indonesia dan mencakup bahasan yang lebih luas misalnya faktor faktor yang mempengaruhi perilaku merokok di bahas semua. Sedangkan penelitian yang peneliti lakukan hanya menggunakan dua variable yaitu faktor keluarga dan faktor teman.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku Merokok 2.1.1 Perilaku 2.1.2 Definisi Menurut Sarwono (1993) mendefinisikan perilaku sebagai sesuatu yang dilakukan oleh individu satu dengan individu lain dan sesuatu itu bersifat nyata. Menurut Morgan (1986) tidak seperti pikiran atau perasaan, perilaku merupakan sesuatu yang konkrit yang dapat diobservasi, direkam maupun dipelajari. Menurut Walgito (1994) mendefinisikan perilaku atau aktivitas ke dalam pengertian yang luas yaitu perilaku yang tampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak tampak (innert behavior), demikian pula aktivitas-aktivitas tersebut disamping aktivitas motoris juga termasuk aktivitas emosional dan kognitif. Menurut Chaplin (1999) memberikan pengertian perilaku dalam dua arti. Pertama perilaku dalam arti luas didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dialami seseorang. Pengertian yang kedua, perilaku didefinisikan dalam arti sempit yaitu segala sesuatu yang mencakup reaksi yang dapat diamati. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia dalam menanggapi stimulus lingkungan, yang meliputi aktivitas motoris, emosional dan kognitif. 2.1.3 Perilaku Merokok Bermacam - macam bentuk perilaku yang dilakukan manusia dalam menanggapi stimulus yang diterimanya salah satu bentuk perilaku manusia yang dapat diamati adalah perilaku merokok. Merokok telah banyak dilakukan pada zaman tiongkok kuno dan romawi, pada saat itu orang sudah menggunakan suatu ramuan yang mengeluarkan asap dan menimbulkan kenikmatan dengan jalan dihisap melalui hidung dan mulut (Danusantoso, 1991). Masa sekarang, perilaku merokok merupakan perilaku yang telah umum dijumpai. Perokok berasal dari berbagai kelas sosial, status, serta kelompok umur yang berbeda, hal ini mungkin dapat disebabkan karena rokok bisa didapatkan dengan mudah dan dapat diperoleh dimana pun juga. Poerwadarminta (1995) mendefinisikann merokok sebagai menghisap rokok, sedangkan rokok sendiri adalah gulungan tembakau yang berbalut daun nipah atau kertas. Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar (Armstrong, 1990). Danusantoso (1991) mengatakan bahwa asap rokok selain merugikan diri sendiri juga dapat berakibat bagi orang-orang lain yang berada disekitarnya. Pendapat lain menyatakan bahwa perilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya (Levy, 1984). Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya. 2.1.4. Tipe Perilaku Merokok Menurut Leventhal & Clearly (Komasari & Helmi, 2000) terdapat 4 tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok, yaitu : 1. Tahap Prepatory. Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat atau dari hasil bacaan. Hal-hal ini menimbulkan minat untuk merokok 2. Tahap Initiation. Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok. 3. Tahap Becoming a Smoker. Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok. 4. Tahap Maintenance of Smoking. Tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan. Menurut Smet (1994) ada tiga tipe perokok yang dapat diklasifikasikan menurut banyaknya rokok yang dihisap. Tiga tipe perokok tersebut adalah : 1. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari. 2. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari. 3. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari. Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku merokok. Berdasarkan tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka Mutadin (2002) menggolongkan tipe perilaku merokok menjadi : 1. Merokok di tempat-tempat umum / ruang publik a. Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di smoking area. b. Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain yang tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dll). 2. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi a. Kantor atau di kamar tidur pribadi. Perokok memilih tempat-tempat seperti ini yang sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh rasa gelisah yang mencekam. b. Toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi. Menurut Silvan & Tomkins (Mutadin, 2002) ada empat tipe perilaku merokok berdasarkan Management of affect theory, ke empat tipe tersebut adalah : 1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. a. Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan. b. Simulation to pick them up. Perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan. c. Pleasure of handling the cigarette. Kenikmatan yang diperoleh dari memegang rokok. 2. Perilaku merokok yang dipengaruhi perasaan negatif. Banyak orang yang merokok untuk mengurangi perasaan negatif dalam dirinya. Misalnya merokok bila marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak. 3. Perilaku merokok yang adiktif. Perokok yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang.
4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena sudah menjadi kebiasaan. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok pada remaja digolongkan kedalam beberapa tipe yang dapat dilihat dari banyaknya rokok yang dihisap, tempat merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari- hari.
2.1.5. Faktor Faktor yang mempengaruhi Ada berbagai alasan yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjawab mengapa seseorang merokok. Menurut Levy (1984) setiap individu mempunyai kebiasaan merokok yang berbeda dan biasanya disesuaikan dengan tujuan mereka merokok. Pendapat tersebut didukung oleh Smet (1994) yang menyatakan bahwa seseorang merokok karena faktor-faktor sosio cultural seperti kebiasaan budaya, kelas sosial, gengsi, dan tingkat pendidikan. perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku merokok selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri juga disebabkan faktor lingkungan termasuk juga faktor keluarga.
Ada 4 faktor yang mempengaruhi di antaranya yaitu : 1. Faktor keluarga Menurut Baer & Corado, remaja perokok adalah anak-anak yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dibandingkan dengan remaja yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. Remaja yang berasal dari keluarga konservatif akan lebih sulit untuk terlibat dengan rokok maupun obat- obatan dibandingkan dengan keluarga yang permisif, dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figur contoh yaitu perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya. Perilaku merokok lebih banyak didapati mereka yang tinggal dengan satu orang tua ( Single Parent ). Remaja pada berperilaku merokok apabila ibu mereka merokok daripada ayah yang merokok. Hal ini lebih terlihat pada remaja putri. 2. Pengaruh Teman Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Ada dua kemungkinan yang terjadi dari fakta tersebut, pertama remaja tersebut terpengaruh oleh teman- temannya atau sebaliknya. Diantara remaja perokok terdapat 87 % mempunyai sekurang- kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok. 3. Faktor Kepribadian Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Satu sifat kepribadian yang bersifat pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Pendapat ini didukung Atkinson (1999) yang menyatakan bahwa orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih menjadi perokok dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah. 4. Faktor Iklan Melihat iklan di media masa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour kehidupan. meningkatnya kecenderungan masyarakat untuk merokok tidak terlepas dari pengaruh tayangan iklan di media massa. Yang lebih memprihatinkan, iklan-iklan rokok semakin lihai menyusun strategi menjerat konsumen. Tidak jarang, hal-hal positif diselipkan dan disalahgunakan untuk menanamkan persepsi tentang merokok yang sebenarnya menjerumuskan. Dalam peraturan memang tak boleh ada iklan yang menunjukkan display atau batang rokok. Tetapi perusahaan rokok ini pinter dan pembuat iklan yang dibayar mahal itu juga pinter. Mereka berupaya bagaimana caranya agar masuk dalam persepsi masyarakat bahwa it's oke untuk merokok.
2.1.6 Dampak 1. Dampak Diri Sendiri Sebuah studi memperlihatkan bahwa merokok tidak hanya berbahaya bagi diri sendiri namun juga bagi lingkungan sekitar mereka. Menurut Dr. Paolo Vineis seperti yang dilansir oleh The British Medical Journal menyatakan anak-anak memiliki resiko paling besar dari para orangtua perokok Dampak perokok pada non perokok (perokok pasif) sudah lama diketahui. Dari penelitian yang dilakukan oleh Dr. Paolo Vineis disejumlah negara Eropa diketahui bahwa anak-anak mengalami dampak paling tinggi. Banyak penelitian membuktikan bahwa kebiasaan merokok meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakit. Seperti penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring, kanker osefagus, bronkhitis, tekanan darah tinggi, impotensi, serta gangguan kehamilan dan cacat pada janin. Penelitian terbaru juga menunjukkan adanya bahaya dari secondhand-smoke, yaitu asap rokok yang terhirup oleh orang-orang bukan perokok karena berada di sekitar perokok, atau biasa disebut juga dengan perokok pasif.
2. Dampak keluarga Dampak terhadap ekonomi keluarga dampak ekonomis merokok bagi keluarga ada tiga macam yaitu : 1. Berkurangnya dana untuk membeli keperluan rumah tangga. 2. menurunnya pendapatan karena pencari nafkah sakit akibat merokok 3. kerugian terhadap investasi biaya sumber daya manusia yaitu biaya pendidikan.
3. Dampak lingkungan Hal ini dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan kantor, rumah, sekolahan dan angkutan umum maupun di jalan-jalan. Hamper setiap saat dapat disaksikan dan di jumpai orang yang sedang merokok di lingkungan kita, padahal pemerintah telah mengeluarkan peraturan bahwa merokok tidak boleh di lakukan di tempat umum, perkantoran, sekolahan, dan di angkutan umum. Merokok di lingkungan yang bebas atau bukan pada ruangnya dapat menjadikan seseorang menjadi prokok yang pasif
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
PERILAKU MEROKOK Faktor Keluarga Faktor Teman Faktor Iklan Dampak diri sendiri Dampak keluarga Dampak Psikologi Faktor kepribadian Dampak lingkungan
2.1.8 Penjelasan kerangka konsep Banyak faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku merokok seseorang, antara lain, faktor kepribadian, faktor keluarga, faktor teman, dan faktor iklan. Serta ada beberapa dampaknya antara lain, dampak diri sendiri, dampak keluarga, dampak psikologi dan dampak lingkungan. Dalam penelitian ini variable yang diteliti adalah faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada pelajar SMA antara lain, faktor keluarga dan faktor teman. Pada kerangka konsep faktor yang peneliti teliti adalah yang digaris putus-putus (-----)
2.1.9 Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan antara faktor keluarga, teman terhadap perilaku merokok pada pelajar SMAN 1 Depok, Sleman, Yogyakarta. H 0 : Adanya hubungan antara faktor keluarga terhadap perilaku merokok pada pelajar SMA di Yogyakarta. Adanya hubungan antara faktor teman terhadap perilaku merokok pada pelajar SMA di Yogyakarta. H 1 : Tidak adanya hubungan antara faktor keluarga terhadap perilaku merokok pada pelajar SMA di Yogyakarta. Tidak adanya hubungan antara faktor teman terhadap perilaku merokok pada pelajar SMA di Yogyakarta.
BAB 3 METODE PENELITIAN
Jenis Dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian non experimental atau Observational yaitu hanya dilakukan dengan pengamatan saja tanpa intervensi. Pengambilan data diambil secara Cross Sectional, yaitu pengukuran terhadap variable bebas dan tergantung dilakukan sekali pada saat tertentu dan bersamaan.
Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di SMA 1 Depok Sleman Yogyakarta dimana merupakan salah satu sekolah ternama di Yogyakarta dan mudah dijangkau oleh saya sebagai peneliti sehingga dapat memudahkan saya untuk menyelesaikan penelitian ini.
Subjek Penelitian 1. Batasan Populasi Kriteria Inklusi subyek penelitian ini adalah : a. Pelajar SMA 1 Depok Sleman, Yogyakarta b. Pelajar SMA 1 Depok Sleman Yogyakarta yang masih terdaftar sebagai siswa. c. Bersedia berpartisipasi dalam penelitian dengan mengisi dan menandatangani lembar pernyataan persetujuan ( terlampir ) serta kooperatif dan tanpa paksaan.
Besar Sample Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap mewakili populasinya (Sastroasmoro, 2002). Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus penentuan besar sampel untuk pengujian hipotesis, berdasarkan rumus Supadi (2000), yaitu :
Z p q Jumlah Sampel = d
dimana, n = jumlah sampel minimal binomial Z = koefisien keterandalan p = parameter proporsi yang diduga q = 1 - p d = presisi yang ingin dicapai n = ?
Z = 1,96 ( tingkat kemaknaan 95% ) p = 29,1% = 0,291 q = 1 p = 1 0,291 = 0,709 d = 0,1
jadi n = ( 1,96 ) 2 x 0,291 x 0,709 ( 0,1 ) 2
= ( 3,84 x 0,291 x 0,709 ) 0.01 = 0,792 0,01 = 79,2 dibulatkan menjadi 80 orang. Jumlah sampel minimal yang diambil adalah 80 responden.
Cara Pengambilan Sample Pengambilan sample dilakukan dengan cara acak sistematik ( Randomized Sampling ). Penyaringan responden berdasarkan kriteria Inklusi, kemudian kriteria Eksklusi.
Cara pengambilan sample, sebagai berikut :
Kuesioner : - Riwayat latar belakang pribadi ( riwayat merokok keluarga, riwayat merokok teman, pengetahuan responden tentang merokok ) - Responden berjumlah 49 orang dan yang merokok berjumlah 25 sedangkan yang tidak merokok berjumlah 24 orang. POPULASI ( Siswa SMAN 1 Depok ) Siswa SMAN 1 Depok kelas XI yang berusia 16 th 18 th, dan bersedia mengisi informed consent dan kuesioner.
Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini antara lain : 1. Variabel Bebas faktor keluarga, faktor teman, faktor kepribadian 2. Variabel Terikat Perilaku merokok
Definisi Operasional 1. Merokok adalah riwayat merokok atau sedang merokok yaitu menghisap atau mengulum tembakau dan produk olahan dari tembakau lainnya yang dilakukan setiap hari selama paling sedikit 6 bulan ( Depkes RI, 2004 ). 2. Perilaku merokok dibagi menjadi 2 kategori : ya dan tidak Ya : merokok ( yaitu, seseorang yang merokok atau menghisap tembakau ). Tidak : tidak merokok ( yaitu, seseorang yang tidak merokok ). 3. Faktor Keluarga yaitu salah satu dari orang tua yang perokok yang dapat mempengaruhinya untuk melakukan perbuatan merokok. 4. Faktor Teman dekat/bermain yaitu faktor teman dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan perbuatan merokok dikarenakan ajakan dan rasa ingin coba-coba melihat temannya merokok.
Alat Ukur Penelitian Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : a. Kuesioner dengan cara wawancara. Dipergunakan untuk mendapatkan data primer dari responden tentang perilaku merokok pelajar SMA 1 Depok Sleman Yogyakarta.
Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas Validitas adalah ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas merupakan prosedur pengujian untuk melihat apakah alat ukur atau pertanyaan yang dipakai dalam kuesioner dapat mengukur dengan cermat atau tidak. Uji validitas digunakan untuk menguji butir butir pertanyaan apakah dinyatakan valid atau gugur. Pada penelitian ini uji validitas yang dipakai adalah uji validitas internal yaitu analisis butir dengan cara menghitung nilai koefisien validitas masing masing butir butir pertanyaan terhadap total skor faktor ( Arikunto, 2002 ). Uji kuesioner ini menggunakan 20 % dari besar sampel yang ditentukan. 2. Uji Reabilitas Uji reabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi kuesioner apabila dipakai untuk penelitian berulang ulang. Reabilitas pengukuran ditentukan oleh homogenitas, cara pengukuran di dalam alat ukur itu sendiri dan konsistensi pengukuran ketika diterapkan di berbagai situasi. Suatu kuesioner dikatakan reliabel bila mempunyai koefisien keterandalan lebih dari 0,6.
Jalannya Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tahap sebagai berikut : 1. Tahap persiapan a. Mengurus izin penelitian di SMA 1 Depok Sleman Yogyakarta. b. Membuat protokoler cara pengisian kuesioner agar responden lebih mudah dalam mengisi kuesioner dan diharapkan responden jujur dalam mengisi kuesioner tersebut. c. Menetapkan pelaksanaan dan menyiapkan alat dan bahan penelitian seperti alat tulis menulis, kuesioner serta form pengambilan data. 2. Tahap pelaksanaan Tahap pelaksanaan meliputi kegiatan di lapangan sebagai berikut : a. Pengambilan data primer pada responden dengan cara wawancara dengan menggunakan kuesioner meliputi identitas responden dan data lain yang terkait dengan variabel penelitian. b. Pengumpulan data dengan observasi meliputi pemilihan secara acak responden yang berumur 16 18 tahun
3. Tahap akhir Pengolahan data, analisis data dan presentasi hasil serta pembuatan laporan dan publikasi laporan.
Cara Pengolahan dan Analisis Data Hubungan Faktor keluarga teman dan persepsi diri terhadap perilaku merokok pada pelajar SMA 1 Depok Sleman Yogyakarta. Perilaku merokok seorang pelajar akan dianalisa berdasarkan faktor keluarga, teman, kepribadian, dan iklan. Hasil pengukuran dengan kuesioner kemudian diolah dengan menggunakan piranti lunak SPSS 15.0 for Windows ( 2006 ) untuk melihat hubungan antara keduanya. Uji yang dipakai untuk melihat hubungan antara perilaku merokok dengan faktor keluarga, teman, kepribadian, dan iklan yang dialami responden adalah uji Chi-Square.
Etika Penelitian Karena melibatkan responden manusia maka akan dilakukan penjelasan kepada seluruh calon responden tentang maksud dan tujuan penelitian, manfaat dan kegunaan yang diharapkan dan konsekuensi-konsekuensi sebagai responden (informed consent) dan dimasukkan ke Komite Etik untuk mendapatkan Ethical Cleareance.
Kesulitan dan Keterbatasan Penelitian 1. Hambatan Penelitian a. Terbatasnya biaya dan waktu. b. Pengetahuan dan pengalaman penulis yang minim dalam melaksanakan penelitian. 2. Keterbatasan Penelitian a. Cara pengumpulan data yang dilaksanakan hanya menguraikan angket tertutup ( kuesioner ) yang disusun sendiri bedasarkan konsep teoritis tanpa diikuti dengan observasi sehingga masih terdapat kemungkinan reponden tidak jujur memberikan jawaban sehingga terjadi bias. 3. Kesulitan penelitian a. Dari 80 kuisioner yang dibagi ke setiap responden yang kembali ke peneliti hanya 60 kuisioner dan yang bisa diolah hasilnya sebanyak 49 kuisioner, dengan rincian sebagai berikut : Kuisioner yang dibagikan = 80 Kuisioner yang kembali = 60 Kuisioner yang tidak di isi = 5 Kuisoner yang tidak lengkap = 6 Total kusioner yang bisa di olah datanya sebanyak = 49 kuisioner
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum dan karakteristik subyek 1. Karakteristik Subjek Penelitian Jumlah subjek pada penelitian ini adalah sebesar 49 orang. Penelitian ini dilakukan di SMA 1 Depok Sleman Yogyakarta. Jumlah ini bukan merupakan jumlah sampel yang sebenarnya, namun karena ada beberapa sampel yang masuk kriteria eksklusi maka yang dimasukkan dalam penelitian ini hanya 49 orang demi validnya penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan faktor keluarga dan teman terhadap perilaku merokok pada pelajar SMA di Yogyakarta.
Karakteristik subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 1 : Karakteristik Jumlah ( % )
Keterangan : Asal Subyek Subyek penelitian seluruhnya diambil dari SMA 1 Depok Sleman Yogyakarta dengan rincian sebagai berikut : Subyek penelitian = 100%
Asal subyek
Usia Subyek Usia subyek penelitian 100% rata rata adalah 14 16 tahun dengan rincian sebagai berikut : 14 16 tahun = 100%
Usia responden
14 - 16 tahun 100% Usia Responden Jenis Kelamin Subyek yang bersedia mengisi kuesioner semua berjenis kelamin laki laki, dengan rincian sebagai berikut : Laki laki = 100%
Jenis kelamin responden
100% Jenis Kelamin Responden Laki - laki
Merokok Subyek dalam penelitian ini memiliki riwayat merokok yang berbeda - beda, dengan rincian sebagai berikut : Ya = 46,9% Tidak = 53,1%
Riwayat merokok responden
Ya 46,9% Tidak 53,1% Riwayat Merokok Responden Jumlah rokok Pada penelitian ini didapatkan bahwa jumlah rokok yang dikonsumsi oleh masing masing subyek tidak sama jumlahnya antara satu dengan yang lain, dengan rincian sebagai berikut : 5-10 batang = 14% <5 batang = 33% > 10 batang = 47%
Jumlah konsumsi rokok responden dalam sehari
5 - 10 batang 14% < 5 batang 33% > 10 batang 47% Jumlah Konsumsi Rokok Responden Dalam Sehari 2. Karakteristik Orang Tua Responden
Lama Merokok < 1 tahun 3 6,1 1 - 5 tahun 6 24 > 5 tahun 16 64
Ijin Orang Tua Ya 4 8,2 Tidak 15 30,6
Keterangan : Merokok Riwayat merokok orang tua responden dalam penelitian ini memiliki riwayat merokok yang berbeda - beda, dengan rincian sebagai berikut : Ya = 51% Tidak = 49%
Riwayat merokok orang tua responden
Jumlah rokok Pada penelitian ini didapatkan bahwa jumlah rokok yang dikonsumsi oleh masing masing orang tua responden tidak sama jumlahnya antara satu dengan yang lain, dengan rincian sebagai berikut : 5 10 batang = 48% < 5 batang = 40% > 10 batang = 12%
Jumlah konsumsi rokok orang tua responden dalam sehari
< 5 batang 40% 5 - 10 batang 48% > 10 batang 12% Jumlah Konsumsi Rokok Orang Tua Responden Dalam Sehari Lama Merokok Pada penelitian ini didapatkan bahwa lama konsumsi rokok oleh masing masing orang tua responden tidak sama jumlahnya antara satu dengan yang lain, dengan rincian sebagai berikut : < 1 tahun = 12% 1 5 tahun = 24% > 5 tahun = 64%
Lama merokok orang tua responden
< 1 tahun 12% 1 - 5 tahun 24% > 5 tahun 64% Lama Merokok Orang Tua Responden Ijin Merokok Pada penelitian ini didapatkan bahwa ada beberapa orang tua responden yang mengijinkan anaknya merokok, namun kebanyakan tidak mengijinkan, namun lebih banyak lagi yang tidak mengisi pertanyaan tentang hal ini, kemungkinan karena ragu ragu, rinciannya adalah sebagai berikut : Ya = 8% Tidak = 31% Ragu ragu = 61%
Ijin merokok
Ragu - Ragu 61% Tidak 31% Ya 8% Ijin Merokok 3. Karakteristik Teman Responden
Lama Merokok < 1 tahun 20 44,4 1 - 5 tahun 21 46,7 > 5 tahun 4 8,9
Ajakan Teman Ya 40 81,6 Tidak 9 18,4
Keterangan : Merokok Riwayat merokok teman responden dalam penelitian ini memiliki riwayat merokok yang berbeda - beda, dengan rincian sebagai berikut : Ya = 92% Tidak = 8%
Teman responden yang merokok
Ya 92% Tidak 8% Teman Responden Yang Merokok Jumlah rokok Pada penelitian ini didapatkan bahwa jumlah rokok yang dikonsumsi oleh masing masing teman responden tidak sama jumlahnya antara satu dengan yang lain, dengan rincian sebagai berikut : 5 10 batang = 45% < 5 batang = 51% > 10 batang = 4%
Jumlah konsumsi rokok teman responden dalam sehari
< 5 batang 51% 5 - 10 batang 45% > 10 batang 4% Jumlah Konsumsi Rokok Teman Responden Dalam Sehari Lama Merokok Pada penelitian ini didapatkan bahwa lama konsumsi rokok oleh masing masing teman responden tidak sama jumlahnya antara satu dengan yang lain, dengan rincian sebagai berikut : 1 5 tahun = 47% > 5 tahun = 9% < 1 tahun = 44%
Lama merokok teman responden
1 - 5 taun 47% < 1 tahun 44% > 5 tahun 9% Lama Merokok Teman Responden Ajakan Teman Pada penelitian ini didapatkan bahwa ada beberapa teman responden yang mengajak responden untuk merokok, namun ada beberapa yang tidak, rinciannya adalah sebagai berikut : Ya = 82% Tidak = 18%
Ajakan teman
Ya 82% Tidak 18% Ajakan Teman 4. Tingkat Pengetahuan Responden
Karakteristik Jumlah ( % )
Bahaya Merokok Ya 49 100 Tidak 0 0
Akibat Merokok Kanker Kulit 0 0 Gatal -Gatal 0 0 Kanker Paru - Paru 49 100 Demam 0 0
Zat Dalam Rokok Garam 0 0 Gula 0 0 Pewarna 1 2 Nikotin 48 98
Bahaya Merokok Pada penelitian ini didapatkan semua responden tahu akan bahaya yang dapat terjadi akibat merokok, rinciannya adalah sebagai berikut : Responden tahu akan bahaya merokok = 100%
Bahaya merokok
Akibat Dari Merokok Pada penelitian ini didapatkan bahwa para responden semua mengetahui kanker paru paru sebagai salah satu akibat dari merokok, walaupun sebenarnya banyak akibat negatif dari merokok tersebut, rinciannya adalah sebagai berikut : Responden tahu akibat dari merokok = 100%
Akibat dari merokok
Kanker Paru - Paru 100% Akibat Dari Merokok Kandungan Dalam Rokok Pada penelitian ini didapatkan bahwa kebanyakan responden mengetahui didalam rokok terkandung zat nikotin, dan ada sebagian yang menjawab bahan pewarna juga terkandung didalamnya, rinciannya adalah sebagai berikut : Pewarna = 2% Nikotin = 98%
Kandungan dalam rokok
Nikotin 98% Pewarna 2% Kandungan Dalam Rokok B. Hasil Penelitian 1) Hubungan Faktor Keluarga Terhadap Perilaku Merokok Pada Pelajar SMAN 1 Depok Yogyakarta VARIABEL Orang tua P MEROKOK TIDAK MEROKOK Ya 13 10 0,469 Tidak 12 14 Jumlah 25 24
Berdasarkan teori didapatkan bahwa responden yang orang tuanya memiliki kebiasaan merokok lebih beresiko menirukan atau mempengaruhi kebiasaan merokok daripada responden yang orang tuanya tidak merokok. Namun hasil analisis yang ditampilkan pada tabel 2 ternyata memberikan hasil yang tidak bermakna secara statistik ( p = 0,469 ). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh faktor keluarga tidak bisa mempengaruhi kebiasaan responden secara mutlak, karena dalam statistik hanya didapatkan nilai p = 0,469 yang berarti tidak signifikan. Dikarenakan hasil yang diperoleh dari statistic adalah nilai p = 0,469 maka secara statistik data tersebut tidak signifikan, karena 0,469 > 0,05 maka dengan kata lain hasil ini menujukkan bahwa faktor orang tua tidak mempengaruhi perilaku merokok responden.
2) Hubungan Faktor Teman Terhadap Perilaku Merokok Pada Pelajar SMAN 1 Depok Yogyakarta VARIABEL TEMAN P MEROKOK TIDAK MEROKOK Ya 23 0 0,050 Tidak 22 4 Jumlah 45 4
Berdasarkan hasil analisis yang ditampilkan pada tabel 2 didapatkan bahwa responden yang temannya memiliki kebiasaan merokok lebih beresiko menirukan atau mempengaruhi kebiasaan merokok daripada responden yang temannya tidak merokok. Hal ini jelas terlihat dalam tabel dan hasil tersebut ternyata memberikan hasil bermakna secara statistik ( p= 0,050 ). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh faktor teman amat sangat bisa mempengaruhi kebiasaan responden, dan bisa dianggap mutlak mempengaruhi karena dalam statistik didapatkan nilai (p= 0,050) yang berarti signifikan. Dikarenakan hasil yang diperoleh dari statistic adalah nilai (p= 0,050) maka secara statistik data tersebut signifikan, maka dengan kata lain hasil ini menujukkan bahwa faktor teman mempengaruhi perilaku merokok responden.
C. Pembahasan 1) Hubungan Faktor Keluarga Terhadap Perilaku Merokok Pada Pelajar SMAN 1 Depok Yogyakarta Berdasarkan teori didapatkan bahwa responden yang orang tuanya memiliki kebiasaan merokok lebih beresiko menirukan atau mempengaruhi kebiasaan merokok daripada responden yang orang tuanya tidak merokok. Namun hasil analisis yang ditampilkan pada tabel 2 ternyata memberikan hasil yang tidak bermakna secara statistik ( p = 0,469 ). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh faktor keluarga tidak bisa mempengaruhi kebiasaan responden secara mutlak, karena dalam statistik hanya didapatkan nilai (p = 0,469) yang berarti tidak signifikan. Dari hasil penelitian yang dilakukan Pusat Studi Wanita (PSW) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, sebanyak 29,1% remaja usia sekolah di Yogyakarta merupakan perokok aktif. Dari jumlah itu 93% diantaranya adalah pria dan 7% lainnya perempuan. Penelitian ini dilakukan terhadap 400 responden berusia tujuh hingga 18 tahun yang terdiri dari kalangan pelajar sekolah dasar (SD), sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) dan sekolah lanjutan tingkat (atas) SLTA, serta remaja putus sekolah maupun anak jalanan di Kota Yogyakarta. Dalam penelitian yang dilakukan pada 2008 itu, menurut Kepala Pusat Studi Wanita Universitas Gadjah Mada Siti Hariti Sastriyani, umur rata-rata remaja Yogyakarta mulai merokok adalah 12 tahun enam bulan. Artinya, mereka telah memulai merokok pada usia setara dengan pelajar SMP kelas satu. Dari hasil penelitian itu pula diketahui lingkungan sekolah menjadi salah satu faktor pendorong bagi siswa untuk menjadi perokok ( Sastriyani,2008 ). Pernyataan tersebut dibenarkan oleh Sisparyadi anggota tim peneliti PSW UGM. Menurutnya, perilaku merokok ini dilakukan di lingkungan sekolah. "Lingkungan Sekolah dan guru menjadi faktor pendorong para siswa untuk merokok," ( Sisparyadi,2008 ). Selain lingkungan dalam sekolah yang permisif bagi siswa untuk merokok, warung-warung yang ada di sekitar sekolah juga menjadi tempat ideal untuk merokok. Di samping itu, tempat-tempat hiburan menjadi tempat mangkal siswa untuk merokok ( Sisparyadi,2008 ). Penyebab siswa yang menjadi perokok, di antaranya berasal dari lingkungan keluarga, pergaulan teman sebaya, lemahnya pangawasan di lingkungan sekolah, maupun tempat umum, serta terpengaruh iklan dan promosi rokok. "Dari lingkungan keluarga 64,4% karena meniru perilaku dari ayahnya, sedangkan 3,8% mengikuti ibu, dan 70,3% meniru perilaku orang di sekitarnya termasuk guru," ( Sisparyadi,2008 ). Fakta tentang kuatnya pengaruh lingkungan dalam menciptakan "budaya" merokok juga terungkap dalam sejumlah penelitian di luar negeri. Sebuah penelitian yang dilakukan Dr Alison B Albers dan timnya dari Boston University School of Public Health, Amerika, mengungkapkan, remaja yang tinggal dalam keluarga yang tanpa larangan merokok biasanya cenderung menganggap merokok sebagai hal lazim. Mereka juga lebih mudah menerima keberadaan perokok dewasa, tanpa merasa terganggu. Temuan lainnya, remaja yang tinggal dengan keluarga yang tidak merokok dan tidak ada aturan larangan merokok cenderung lebih berani mencoba merokok di dalam rumah ketimbang mereka yang tinggal dalam keluarga yang menerapkan larangan merokok. Dengan kata lain, larangan merokok di dalam rumah dapat membantu remaja membangun sikap anti-merokok dan mencegah rasa ingin mencoba. Sebaliknya, apabila ada salah seorang anggota keluarga yang merokok, akan menjadi faktor penentu utama remaja menjadi perokok. "Larangan merokok dalam rumah dapat menurunkan kemungkinan remaja untuk mulai mencoba rokok, tapi hanya di dalam rumah yang tidak terdapat perokok, ( Albers,2007 ). Selama periode 2001- 2002, Albers bersama timnya mencoba meneliti sikap antimerokok pada 3.834 partisipan remaja berusia 12-17 tahun. Secara keseluruhan, penelitian tersebut menyarankan adanya larangan merokok dalam rumah sebagai kekuatan potensial dalam membentuk aturan anti-merokok. Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa remaja perokok adalah anak-anak yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dibandingkan dengan remaja yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. Remaja yang berasal dari keluarga konservatif akan lebih sulit untuk terlibat dengan rokok maupun obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang permisif, dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figur contoh yaitu perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya. Perilaku merokok lebih banyak didapati mereka yang tinggal dengan satu orang tua ( Single Parent ). Remaja pada berperilaku merokok apabila ibu mereka merokok daripada ayah yang merokok. Hal ini lebih terlihat pada remaja putri ( Baer & Corado, 2008 ) Beberapa langkah yang perlu diambil untuk mencegah dan mengurangi bertambahnya remaja berperilaku perokok. Pertama perlu diterapkan peraturan tidak merokok di dalam rumah dengan pengawasn dan contoh dari orang tua Kedua, melakukan pengawasan dan nasihat dari orang tua tentang model pergaulan yang dibangun antara anak dengan teman sebayanya. Ketiga, membatasi pergaulan dengan teman sebaya yang merokok akan mengurangi resiko anak tersebut merokok. Sementara di lingkungan sekolah perlu dibuat aturan larangan merokok di lingkungan sekolah dengan sangsi yang tegas dan jelas ( Sastriyani,2008 ).
2) Hubungan Faktor Teman Terhadap Perilaku Merokok Pada Pelajar SMAN 1 Depok Yogyakarta Berdasarkan hasil analisis yang ditampilkan pada tabel 2 didapatkan bahwa responden yang temannya memiliki kebiasaan merokok lebih beresiko menirukan atau mempengaruhi kebiasaan merokok daripada responden yang temannya tidak merokok. Hal ini jelas terlihat dalam tabel dan hasil tersebut ternyata memberikan hasil bermakna secara statistik ( p = 0,050 ). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh faktor teman amat sangat bisa mempengaruhi kebiasaan responden, dan bisa dianggap mutlak mempengaruhi karena dalam statistik didapatkan nilai (p = 0,050) yang berarti signifikan. Jumlah prevalensi anak dan remaja yang merokok terus meningkat. Dalam Survei Sosial Ekonomi Badan Pusat Statistik tahun 2001 dan 2004 menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi anak-anak usia 15-19 tahun yang merokok. Tahun 2001 sebesar 12,7 persen, tahun 2004 meningkat menjadi 17,3 persen. Lebih dari sepertiga penduduk Indonesia merokok. Dan hal ini menempatkan Indonesia pada posisi ketiga negara perokok terbanyak di dunia setelah China dan India. Kesimpulan yang ditarik dari berbagai hasil penelitian di Indonesia tersebut menunjukkan rokok seolah telah menjadi bagian dari "gaya hidup" masyarakat. Lebih ironis lagi karena gaya hidup ini telah merambah usia muda, yakni remaja tanggung usia belasan. Jika seseorang sudah mulai merokok pada saat remaja, maka secara bertahap dalam kurun waktu tertentu merokok akan menjadi sebuah kebiasaan ( Perry et all,1998 ). Dominannya perokok pada laki-laki dan sedikitnya perokok pada perempuan dapat dikaitkan dengan kultur yang kurang menerima perilaku perempuan yang merokok ( Suhardi (1997 ). Faktor sosial yang berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja adalah faktor keluarga (orang tua, saudara), dan teman yang merokok. Salah satu faktor yang menyebabkan seseorang yang bukan perokok menjadi seorang perokok adalah perilaku teman sebaya ( Wahc Robert,1982 ). Menurut penelitian yang pernah dilakukan, menunjukkan bahwa remaja merokok dipengaruhi oleh saudara kandung yang merokok ( Chassin,1991 ). Orang tua dan saudara kandung yang perokok menjadi model bagi remaja untuk belajar merokok ( DeGruy,2002 ). Adanya model dan dukungan inilah yang membuat remaja terdorong untuk merokok. selain faktor keluarga, teman yang merokok cenderung meningkatkan perilaku merokok responden. Penelitian yang lain menyatakan bahwa remaja biasanya merokok bersama orang lain terutama bersama teman ( Antonuccio & Lichestein,1980 ). Pengaruh kelompok sebaya terhadap perilaku berisiko kesehatan pada remaja dapat terjadi melalui mekanisme peer sosialization, dengan arah pengaruh berasal dari kelompok sebaya (Wills & Cleary). Pernyataan Hurlock yang dikutip dari Mutadin mengatakan bahwa melalui hubungan dengan teman sebaya, remaja berpikir secara mandiri, mengambil keputusan sendiri, menerima atau menolak pandangan dan nilai yang berasal dari keluarga dan mempelajari pola perilaku yang diterima dari kelompoknya ( Hurlock,1991 ). Pengetahuan dan sikap mengenai rokok dan dampaknya pada kesehatan juga mempengaruhi praktik merokok responden. Pengetahuan yang kurang baik dan sikap yang negatif cenderung membuat seseorang berperilaku merokok. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo,1993). Menurut Teori Green, salah satu pendorong seseorang untuk berperilaku selain pengetahuan adalah sikapnya terdapat suatu objek. Dan juga ada pendapat yang menyatakan bahwa sikap seseorang terhadap suatu objek ditentukan oleh seseorang tersebut untuk berperilaku ( David. O, Sears,1992 ).
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Kesimpulan hasil penelitian di SMAN 1 Depok Yogyakarta didapatkan : 1. Tidak ada hubungan faktor keluarga dengan perilaku merokok pada pelajar SMA (p= 0,469). 2. Adanya hubungan faktor teman dengan perilaku merokok pada pelajar SMA (p= 0,050).
Saran 1. Institusi pendidikan Menginformasikan kepada mahasiswa mengenai bahaya merokok antara lain dengan memasang stiker, leaflet dan mengadakan seminar tentang dampak merokok dan penanggulangannya di lingkungan kampus, serta para pendidik dan tenaga profesional bisa menjadi role model yang baik dalam mensukseskan program kampus bebas asap rokok. 2. Mahasiswa Mahasiswa hendaknya memiliki wawasan yang luas tentang bahaya merokok bagi kesehatan dan bersikap positif untuk tidak menyetujui praktik merokok
3. Peneliti lain Mengembangkan penelitian serupa dengan desain yang berbeda, variabel yang bervariasi, dengan analisis multivariat sehingga dapat diketahui variabel yang paling berpengaruh.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Salma. Oral Health Matter from Head to Toe. Available at: http://ummusalma.wordpress.com. Posted: Februari 16, 2007. Diakses tanggal 09 Oktober 2007 at 20:10 PM(5) Adams, George L. 1997. BOIES Buku Ajar Penyakit THT (BOIES Fundamentals of Otolaryngology) Edisi 6. Jakarta: EGC(67) Aditama, Bernida. Cermin Dunia Kedokteran: Proses Berhenti Merokok.http://www.kalbe.co.idDiakses tanggal 19 Juni 2008 at 20.00 PM(62) Cermin Dunia Kedokteran No. 102, 1995 39 Aditama, Tjandra Yoga. 1997. Rokok dan Kesehatan Edisi 3. Jakarta: Universitas Indonesia(17) Aji, Kandi Santi. 2003. Gambaran Perilaku Merokok dan Faktor-Faktor yang Berhubungan pada Pelajar SLTP Negeri di Depok. Skripsi: FKM-UI(27) Anton Christanto. Merokok Itu Tidak Sehat. Internet.http://www.mail-archive. com/ . Posted: Thu, 03 Mar 2005 Diakses tanggal 28 Mei 2008 at 12.35 PM(42)
Apsari, Gendis Islalita. 2006. Kontribusi Iklan Rokok X Pada Piala Dunia 2006 di SCTV Dalam Menstimulir Perilaku Merokok Mahasiswa/i Keselamatan dan Kesehatan Kerja Ekstensi Sore Tahun Ajaran 2004/2005 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Tahun Ajaran 2004/2005. Skripsi: FKM-UI(31) Arif, et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Cetakan 1. Jakarta: Media Aesculapius(66) Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta(36) Chairunnisa. 1999. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Merokok Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta. Tesis: FKM-UI(56) Danusantoso, Halim. 1995. Rokok dan Perokok. Jakarta: Arcan(1) Departemen Kesehatan. 2006. Panduan Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok. Departemen Kesehatan Republik Indonesia(61) DPAGBI.Internet.http://www.dpagbi.com/Profile.asp. Diakses tanggal 28 Mei 2008 at 12.20 PM(39) Dian Komalasari, Afi Fadilla Helmi. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok PadaRemaja.www.avin.staff.ugm.ac.idDiakses tanggal 16 Maret 2008 at 12.19 PM(8) Dinas Kesehatan. Merokok dan Kesehatan. Available at http://www.dinkesjatim.go.id/ Posted: Senin, 30 Mei 2005. Diakses tanggal 09 Oktober 2007 at 20:00 PM(19) Forrest, J. O. 1989. Pencegahan Penyakit Mulut (Preventive Dentistry). Jakarta: Hipokrates(2) Guyton & Hall. 2006. Textbook of Medical Physiology 11 th ed. Philadelpia : Elseviers Sauders. Lemeshow, S., et all, 1997. Besar Sampel dalam Penelitian kesehatan. Terjemahan. Cetakan pertama.Jogjakarta:Gajah Mada University Press. Haryanti, Titik. 2001. Karakteristik, Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Siswa Mengenai Kebiasaan Merokok di SMU Yadika 7 Bogor. Skripsi: FKM-UI(29) Hasdi. Kiprah Rokok di Kampus. http://hasdiputra.blogspot.com/ Posted: 04 March, 2007. Diakses tanggal 17 maret 2008 at 11.05(12) Yamin Panca Setia. Bisnis Asap Mengepung Anak.http://myaminpsetia.blogspot.com/Posted: Friday, February 1, 2008. Diakses tanggal 28 Mei 2008 at 09.10 AM(13) Herijulianti, Eliza. 2001. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC(64) Hidayat,A. Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data Edisi:1. Jakarta: Salemba Medika(35) Ikatan Dokter Indonesia. Asap Rokok dan Kesehatan Anak. Internet.http://www.keluargasehat.comDiakses tanggal 28 Mei 2008 at 12.32 PM(47) Kompas. Prevalensi Anak Merokok 26,8 Persen. http://www.kompas.co.id/ Posted: Jumat, 18 Januari 2008. Diakses tanggal 16 Maret 2008 at 11.30 AM(9) LKPK. Dampak Merokok Bagi Kesehatan dan Lingkungan. Available at: http://lkpk- indonesia.blogspot.com. Posted: Sabtu, Februari 10, 2007. Diakses tanggal 05 Oktober 2007 at 15:05 PM(4) Martaferry. 1998. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Merokok di Kalangan Pelajar SLTP Negeri di Jakarta Pusat. Tesis: FKM-UI(55) Medika Jurnal Kedokteran Tahun ke XXXII, Maret 2006. Available at http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=957&tbl=artikel. Diakses tanggal 29 Mei 2008 at 09.05 AM (45) Ministry of Health, Republic of Indonesia (WHO Indonsia). Framework Convention on Tobacco Control (FCTC).www.litbang.depkes.go.id/. Posted: 11/14/2003. Diakses tanggal 17 Maret 2007 at 12.01 PM(25) Mulyawati, Y. www.gizi.net. Diakses tgl 09 Oktober 2007 at 19:50 PM (7) Notoatmodjo, S. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset(57) Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan Perilaku Kesehatan Cetakan 1. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset(60) Nurgiyantoro, Gunawan, Marzuki. 2004. Statistik Terapan: Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press(37) Paramita, pradnya. 2000. Memahami Pertumbuhan dan Kelainan Gigi Anak Cetakan I. Jakarta: Trubus Agriwidya(65) Pratiwi, Niniek L. 2002. Internet. Analisis Kecenderungan Gingivitis Pada Perokok, available at http://digilib.litbang.depkes.go.id/ Center for Research and Development of Health Services and Technology, NIHRD. Created: 2002-03-12. Diakses tanggal 16 Maret 2008 at 12.48 PM(58) Pujiati, Erni. 2003. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Merokok Siswa SLTP Pribadi dan SLTP Putra Bangsa Depok. Skripsi: FKM-UI(28) Redaksi Plus. 2007. Stop Rokok Cetakan I. Depok: Penebar Swadaya(16) Ridwan Amiruddin. Artikel Ilmiah Risiko Asap Rokok dan Obat-Obatan Terhadap Kelahiran Prematur di Rumah Sakit ST. Fatimah Makassar Internet.Available:http://ridwanamiruddin.wordpress.com/Posted on April 26, 2007. Diakses tanggal 9 Oktober 2007 at 20.00 PM(20) Riduwan, Akdon. 2007. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika Cetakan:2. Bandung: Alfabeta(33) Rukmi, Noel Sita. 2001. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Siswa Kelas II SMP Negeri 134 Jakarta Barat tentang Kebiasaan Merokok Tahun Ajaran 2000/2001. Skripsi: FKM-UI(32)
Rustamadji, H. Pola Merokok Pelajar Tujuh Sekolah Lanjutan di Jakarta Selatan 1986. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XVI nomor VI April 1986(43) _____________2000. Lembaga Menanggulangi Masalah Rokok Dasawarsa LM3 1990-2000. Jakarta: LM3(44) Sarlito, Mas. 2004. Teori-Teori Psikologi Sosial, Edisi Revisi Cetakan 9. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada(63) Sastroasmoro S, Ismail. 2002. Dasar dasar Metodologi Penelitian Klinis 2 nd ed. Jakarta : CV Sagung Seto. Sears, David O, Jonathan L. Freedman, L. Anne Peplau. 1998. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga(58) Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan Edisi:1. Yogyakarta: Graha Ilmu(34) Sipetoe, Mangku. 1997. Usaha Mencegah Pencemaran Udara. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia(6) Smet, Bart. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia(46) Soetiarto, Farida. 1992. Hubungan Kebiasaan Merokok Kretek Dengan Kerusakan Gigi Pada Sopir Bis P.P.D di Jakarta Tahun 1992. Tesis: FKM-UI(14) Soetiarto, Farida. 2001. Internet: Karies Patognomonig Rokok Kretek, http://digilib.litbang.depkes.go.id/ Created 2001. Diakses tanggal 28 Mei 2008 at 13.10 PM(59) Soetiarto, Farida. 2003. Analisis karies Spesifik yang Berhubungan Dengan Rokok Kretek; Kajian Epidemiologik dan Electron Dispersion X-Ray Microanalysis. Disertasi: FKM-UI(59) Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto(68) Suhardi. 2000. Perilaku Merokok di Indonesia Menurut SKRT 1995. Cermin Dunia Kedokteran No: 125, Jakarta (54) Sukendro, Suryo. 2007.Filosofi Rokok Cetakan I. Yogyakarta: Pinus Book Publisher(24) Sulistiyowati, Dian. 2003. Gambaran Perilaku Merokok dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Merokok pada Pelajar SMU Negeri di Kecamatan Cibinong, Kab. Bogor, Provinsi Jawa Barat, 2003. Skripsi: FKM-UI(30)
Sumartono R. Wasis, Siburian Ganda & Idjriatie Ieke. Tobacco Smoking Among Indonesian Male Senior High-School Students. Health Researchers in Center for Disease Control Research and Development, National Institute of Health Research and Development, Ministry of Health. Rep. of Indonesia.(10) Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC(15) Triswanto, Sugeng D. 2007. Stop Smoking Cetakan 1. Yogyakarta: Progresif Books(22) Wetherall, Charles F. 2001. Quit: Read This Book And Stop Smoking. USA: Running Press Books Publishers(18) Zainal, M. 1992. Panduan Microstat Untuk Mengolah Data Statistik. Andi offset. Yogyakarta. www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&artid=20itemid=3 www.dinkesjatim.go.id/berita-index.html update: Senin, 30 Mei 2005, 14.05. Diakses tanggal 09 Oktober 2007 at 20:15 PM(11) DINAS http://mentoring.blog.m3-access.com/posts/32834_Psikologi-Remaja.html. Diakses tanggal 28 Mei 2008 at 12.22 PM(38) Judul : Psikologi Remaja Pengarang : Dr. Sarlito Wirawan Sarwono www.pd.persi.co.id/shows?arsipnew&tbl=kesling Diakses tanggal 9 Oktober 2007 at 20.10 PM(21) www.pikiranrakyat.com/cetak/2007/032007/18/index/html. Diakses tanggal 28 Mei 2008 at 12.30 PM (53) www.republika.co.id/ . Diakses tanggal 09 Oktober 2007 at 20:15 PM(3) www.sagejounalsonline /content/article/89/100297.htm?z=1728_1000_In_02 http://smkasmr.sch.id/modules.php?op=modload&name=News&file=article&sid=578. Diakses tanggal 28 Mei 2008. 22.10 PM (40) www.webmd.com/content/article/89/100297.htm?z=1728_00000_1000_In_02
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Setelah membaca dan memahami penjelasan dari peneliti, saya bersedia turut berpartisipasi sebagai reponden dalam penelitian yang dilakukan oleh saya, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Nama : Zulham Adi Saputro NIM : 20050310129 Program Studi : Kedokteran Umum Judul : Hubungan Faktor Keluarga dan Teman Terhadap Perilaku Merokok Pada Pelajar SMA 1 Depok Yogyakarta Tempat : SMA 1 Depok Yogyakarta Saya memahami bahwa penelitian ini tidak berakibat negatif terhadap saya dan keluarga, oleh karena itu saya bersedia menjadi responden pada penelitian ini.
Yogyakarta, 2009 Responden
( )
KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN FAKTOR KELUARGA DAN TEMAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK PADA PELAJAR SMA YOGYAKARTA I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Umur : a. 14 16 tahun b. 17 19 tahun 3. Jenis Kelamin : a. Laki laki b. Perempuan 4. Kelas : a. 1 / X b. 2 / XI c. 3 / XII 5. Status : a. Reguler b. Akselerasi 6. Alamat :
II. RIWAYAT PRIBADI
7. Perilaku Merokok Pribadi : 1) Apakah anda merokok? ( bila tidak, lanjutkan ke pertanyaan 8 ) a. Ya b. Tidak 2) Berapa batang anda sehari merokok? a. < 5 batang sehari b. 5 10 batang sehari c. > 10 batang sehari 3) Sejak kapan mulai merokok? a. SD c. SMA b. SMP 4) Kapan anda paling sering merokok? a. Sesudah makan c. Saat beraktifitas b. Istirahat d. Lain lain, sebutkan 5) Dimana anda biasanya merokok di sekolah? a. Kantin c. Toilet sekolah b. Lobi sekolah d. Tempat tertutup 6) Mengapa anda merokok? a. Merasakan kenikmatan c. Solidaritas antar teman b. Sedang ada masalah d. Kebiasaan 7) Apakah anda pernah ingin berhenti merokok? a. Ya b. Tidak 8) Jika ya, mengapa anda ingin berhenti merokok? a. Karena bahayanya c. Karena bau bila merokok b. Karena pemborosan d. Lain lain, sebutkan..
III. RIWAYAT KELUARGA
8. Perilaku Merokok Keluarga: 1) Apakah bapak / ibu suka merokok? a. Ya b. Tidak ( bila tidak, lanjutkan ke no vi ) 2) Apabila suka, berapa batang mereka sehari merokok? b. < 5 batang sehari b. 5 10 batang sehari c. > 10 batang sehari 3) Sudah berapa lamakah mereka merokok? a. < 1 tahun b. 1 5 tahun c. > 5 tahun 4) Apakah bapak / ibu anda tahu kalau anda merokok? ( bila tidak, lanjutkan ke pertanyaan (V) ) a. Ya b. Tidak 5) Kalau ya, apakah bapak / ibu anda mengijinkan anda merokok? a. Ya b. Tidak 6) Apakah anda / keluarga anda cenderung merokok bila ada permasalahan keluarga? a. Ya b. Tidak
IV. RIWAYAT TEMAN
9. Perilaku Merokok Keluarga: 1) Apakah teman anda suka merokok? a. Ya b. Tidak 2) Apabila suka, berapa batang mereka sehari merokok? a. < 5 batang sehari b. 5 10 batang sehari c. > 10 batang sehari 3) Sudah berapa lamakah mereka merokok? a. < 1 tahun b. 1 5 tahun c. > 5 tahun 4) Apakah teman anda pernah mengajak anda merokok? a. Ya b. Tidak 5) Kalau iya, apakah anda langsung ikut merokok? a. Ya b. Tidak 6) Apakah anda merasa teman anda yang mempengaruhi perilaku merokok anda saat ini? a. Ya b. Tidak
V. TINGKAT PENGETAHUAN RESPONDEN
V. Pengetahuan responden : i. Apakah anda tahu bahaya merokok bagi anda maupun orang lain? a. Ya b. Tidak ii. Jika iya, apa salah satu akibat bahaya merokok ? a. Kanker kulit b. Gatal gatal c. Kanker paru paru d. Demam iii. Tahukah anda zat berbahaya yang terkandung dalam rokok ? a. Garam b. Gula c. Pewarna d. Nikotin
Crosstabs
Merokok * Bapak/ibu merokok Crosstabulation 13 10 23 26,5% 20,4% 46,9% 12 14 26 24,5% 28,6% 53,1% 25 24 49 51,0% 49,0% 100,0% Count % of Total Count % of Total Count % of Total Ya Tidak Merokok Total Ya Tidak Bapak/ibu merokok Total Chi-Square Tests ,525 b 1 ,469 ,192 1 ,661 ,526 1 ,468 ,571 ,331 ,514 1 ,473 49 Pearson Chi-Square Continuity Correction a Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Computed only f or a 2x2 table a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,27. b. Crosstabs
Merokok * Teman mer okok Crosstabulation 23 0 23 46,9% ,0% 46,9% 22 4 26 44,9% 8,2% 53,1% 45 4 49 91,8% 8,2% 100,0% Count % of Total Count % of Total Count % of Total Ya Tidak Merokok Total Ya Tidak Teman merokok Total Chi-Square Tests 3,853 b 1 ,050 2,074 1 ,150 5,384 1 ,020 ,112 ,071 3,774 1 ,052 49 Pearson Chi-Square Continuity Correction a Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Computed only f or a 2x2 table a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,88. b. Frequency Table
Umur 49 100,0 100,0 100,0 14-16 tahun Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Jenis kelamin 49 100,0 100,0 100,0 Laki-laki Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Kelas 49 100,0 100,0 100,0 1/X Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Status 49 100,0 100,0 100,0 Reguler Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Merokok 23 46,9 46,9 46,9 26 53,1 53,1 100,0 49 100,0 100,0 Ya Tidak Total Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Jumlah rokok 16 32,7 69,6 69,6 7 14,3 30,4 100,0 23 46,9 100,0 26 53,1 49 100,0 < 5 batang sehari 5-10 batang sehari Total Valid System Missing Total Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Mulai merokok 22 44,9 95,7 95,7 1 2,0 4,3 100,0 23 46,9 100,0 26 53,1 49 100,0 SMP SMA Total Valid System Missing Total Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Waktu paling sering merokok 10 20,4 43,5 43,5 3 6,1 13,0 56,5 3 6,1 13,0 69,6 7 14,3 30,4 100,0 23 46,9 100,0 26 53,1 49 100,0 Sesudah makan Istirahat Saat beraktif itas Lain-lain Total Valid System Missing Total Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Tempat merokok 5 10,2 21,7 21,7 8 16,3 34,8 56,5 4 8,2 17,4 73,9 6 12,2 26,1 100,0 23 46,9 100,0 26 53,1 49 100,0 Kantin Toilet sekolah Tempat tertutup Lain-lain Total Valid System Missing Total Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Alasan mer okok 3 6,1 13,0 13,0 5 10,2 21,7 34,8 4 8,2 17,4 52,2 7 14,3 30,4 82,6 4 8,2 17,4 100,0 23 46,9 100,0 26 53,1 49 100,0 Merasakan kenikmatan Sedang ada masalah Solidaritas antar teman Kebiasaan Lain-lain Total Valid System Missing Total Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Pernah ingin berhenti merokok 20 40,8 87,0 87,0 3 6,1 13,0 100,0 23 46,9 100,0 26 53,1 49 100,0 Ya Tidak Total Valid System Missing Total Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Alasan ingin ber henti merokok 7 14,3 35,0 35,0 13 26,5 65,0 100,0 20 40,8 100,0 29 59,2 49 100,0 Karena bahayanya Karena pemborosan Total Valid System Missing Total Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Bapak/ibu merokok 25 51,0 51,0 51,0 24 49,0 49,0 100,0 49 100,0 100,0 Ya Tidak Total Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Jumlah rokok bapak/ibu 10 20,4 40,0 40,0 12 24,5 48,0 88,0 3 6,1 12,0 100,0 25 51,0 100,0 24 49,0 49 100,0 < 5 batang sehari 5-10 batang sehari > 10 batang sehari Total Valid System Missing Total Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Lama bapak/ibu merokok 3 6,1 12,0 12,0 6 12,2 24,0 36,0 16 32,7 64,0 100,0 25 51,0 100,0 24 49,0 49 100,0 < 1 tahun 1-5 tahun > 5 tahun Total Valid System Missing Total Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Bapak/ibu tahu anda merokok 10 20,4 43,5 43,5 13 26,5 56,5 100,0 23 46,9 100,0 26 53,1 49 100,0 Ya Tidak Total Valid System Missing Total Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Bapak/ibu mengijinkan mer okok 4 8,2 21,1 21,1 15 30,6 78,9 100,0 19 38,8 100,0 30 61,2 49 100,0 Ya Tidak Total Valid System Missing Total Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Cenderung merokok bila ada masalah 11 22,4 22,4 22,4 38 77,6 77,6 100,0 49 100,0 100,0 Ya Tidak Total Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Teman merokok 45 91,8 91,8 91,8 4 8,2 8,2 100,0 49 100,0 100,0 Ya Tidak Total Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Jumlah rokok teman 23 46,9 51,1 51,1 20 40,8 44,4 95,6 2 4,1 4,4 100,0 45 91,8 100,0 4 8,2 49 100,0 < 5 batang sehari 5-10 batang sehari > 10 batang sehari Total Valid System Missing Total Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Lama teman mer okok 20 40,8 44,4 44,4 21 42,9 46,7 91,1 4 8,2 8,9 100,0 45 91,8 100,0 4 8,2 49 100,0 < 1 tahun 1-5 tahun > 5 tahun Total Valid System Missing Total Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Teman pernah mengajak merokok 40 81,6 81,6 81,6 9 18,4 18,4 100,0 49 100,0 100,0 Ya Tidak Total Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Langsung ikut merokok karena ajakan teman 22 44,9 44,9 44,9 27 55,1 55,1 100,0 49 100,0 100,0 Ya Tidak Total Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Teman mempengaruhi perilaku merokok 22 44,9 73,3 73,3 8 16,3 26,7 100,0 30 61,2 100,0 19 38,8 49 100,0 Ya Tidak Total Valid System Missing Total Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Tahu bahaya mer okok 49 100,0 100,0 100,0 Tidak Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Salah satu akibat merokok 49 100,0 100,0 100,0 Kanker paru-paru Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Zat berbahaya terkandung dalam rokok 1 2,0 2,0 2,0 48 98,0 98,0 100,0 49 100,0 100,0 Pewarna Nikotin Total Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent