Anda di halaman 1dari 8

Nama : REY HASTER NIM : 03091005008

TUGAS METALURGI FISIK

1.HUBUNGAN ANTARA PENGELASAN ATAU WELDING DENGAN METALURGI FISIK


Pengelasan adalah suatu proses penyambungan dua atau lebih logam menjadi satu akibat panas dan atau tanpa pengaruh tekanan. Definisi lain adalah ikatan metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom. Sebelum atom-atom tersebut membentuk ikatan, permukaan yang menjadi satu perlu bebas dari gas yang terserap atau oksida-oksida. Bila dua permukaan yang rata dan bersih ditekan, beberapa kristal akan tertekan dan bersinggungan. Bila tekanan diperbesar, daerah singgung ini bertambah luas, lapisan oksida yang rapuh, pecah logam mengalami deformasi plastik. Batas antara dua permukaan kristal dapat menjadi satu dan terjadilah sambungan. Contoh : Pengelasan pada Besi Cor Kelabu. logam besi cor kelabu banyak digunakan las TIG karena las TIG bisa digunakan untuk pengelasan besi cor kelabu dengan arus DC polaritas lurus. Las TIG adalah jenis las yang menggunakan bahan tungsten sebagai elektroda tidak terkonsumsi. Panas pengelasan pada besi cor kelabu akan menyebabkan terjadinya pencairan sebagian, pelarutan padat atau pengendapan tergantung pada tingginya suhu pada daerah las, karena perubahan struktur ini biasanya terjadi penurunan kekuatan, ketahanan korosi, dan daerah las menjadi rapuh. Pada logam yang dapat dikeras-endapkan, akan terjadi butir-butir endapan yang kasar sehingga pada daerah ini terjadi penurunan kekuatan dan ketahanan korosi yang paling besar. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa makin besar masukan panas makin besar pula penurunan sifatsifat yang baik.

2.HUBUNGAN ANTARA METALURGI SERBUK DENGAN METALURGI FISIK


Metalurgi serbuk adalah suatu kegiatan yang mencakup pembuatan benda komersial, baik yang jadi atau masih setengah jadi (disebut kompak mentah), dari serbuk logam melalui penekanan. Proses ini dapat disertai pemanasan akan tetapi suhu harus berada dibawah titik cair serbuk. Pemanasan selama proses penekanan atau sesudah penekanan yang dikenal dengan istilah sinter menghasilkan pengikatan partikel halus. Dengan demikian kekuatan dan sifat-sifat fisis lainnya meningkat. Produk hasil metalurgi serbuk dapat terdiri dari produk campuran serbuk berbagai logam atau dapat pula terdiri dari campuran bahan bukan logam untuk meningkatkan ikatan partikel dan mutu benda jadi secara keseluruhan. Kobalt atau jenis logam lainnya diperlukan untuk mengikat partikel tungsten, sedang grafit ditambahkan pada serbuk logam bantalan untuk meningkatkan kwalitas bantalan. Langkah-langkah dasar pada metalurgi serbuk : 1. Pembuatan Serbuk Ada beberapa cara dalam pembuatan serbuk antara lain: decomposition, electrolytic deposition, atomization of liquid metals, mechanical processing of solid materials. 1. Decomposition, terjadi pada material yang berisikan elemen logam. Material akan menguraikan/memisahkan elemen-elemennya jika dipanaskan pada temperature yang cukup tinggi. Proses ini melibatkan dua reaktan, yaitu senyawa metal dan reducing agent. Kedua reaktan mungkin berwujud solid, liquid, atau gas.

2. Atomization of Liquid Metals, material cair dapat dijadikan powder (serbuk) dengan cara menuangkan material cair dilewatan pada nozzel yang dialiri air bertekanan, sehingga terbentuk butiran kecil-kecil. 3. Electrolytic Deposition, pembuatan serbuk dengan cara proses elektrolisis yang biasanya menghasilkan serbuk yang sangat reaktif dan brittle. Untuk itu material hasil electrolytic deposition perlu diberikan perlakuan annealing khusus. Bentuk butiran yang dihasilkan oleh electolitic deposits berbentuk dendritik. 4. Mechanical Processing of Solid Materials, pembuatan serbuk dengan cara menghancurkan material dengan ball milling. Material yang dibuat dengan mechanical processing harus material yang mudah retak seperti logam murni, bismuth, antimony, paduan logam yang relative keras dan britlle, dan keramik. Sifat - sifat khusus serbuk logam 1. Ukuran Partikel Metoda untuk menentukan ukuran partikel antara lain dengan pengayakan atau pengukuran mikroskopik. Kehalusan berkaitan erat dengan ukuran butir, faktor ini berhubungan dengan luas kontak antar permukaan, butir kecil mempunyai porositas yang kecil dan luas kotak antar permukaan besar sehingga difusi antar permukaan juga semakin besar dan kompaktibilitas juga tinggi. 2. Distribusi Ukuran Dan Mampu Alir Dengan distribusi ukuran partikel ditentukan jumlah partikel dari ukuran standar dalam serbuk tersebut. Pengaruh distribusi terhadap mampu alir dan porositas produk cukup besar Mampu alir merupakan karakteristik yang menggambarkan alir serbuk dan kemampuan memenuhi ruang cetak. 3. Sifat Kimia Terutama menyangkut kemurnian serbuk, jumlah oksida yang diperbolehkan dan kadar elemen lainnya. Pada metalurgi serbuk diharapkan tidak terjadi reaksi kimia antara matrik dan penguat. 4. Kompresibilitas Kompresibilitas adalah perbandingan volum serbuk dengan volum benda yang ditekan. Nilai ini berbeda-beda dan dipengaruhi oleh distribusi ukuran dan bentuk butir, kekuatan 5. Kemampuan Sinter Sinter adalah proses pengikatan partikel melalui proses penekanan dengan cara dipanaskan 0.7-0.9 dari titik lelehnya. tekan tergantung pada kompresibilitas

2. Mixing. ( Pencampuran Serbuk ) Pencampuran serbuk dapat dilakukan dengan mencampurkan logam yang berbeda dan material-material lain untuk memberikan sifat fisik dan mekanik yang lebih baik.Pencampuran dapat dilakukan dengan proses kering (dry mixing) dan proses basah (wet mixing). Pelumas (lubricant) mungkin ditambahkan untuk meningkatkan sifat powders flow. Binders ditambahkan untuk meningkatkan green strenghtnya seperti wax atau polimer termoplastik.

3. Compaction. Compaction adalah salah satu cara untuk memadatkan serbuk menjadi bentuk yang diinginkan. Terdapat beberapa metode penekanan, diantaranya, penekanan dingin (cold compaction) dan penekanan panas (hot compaction). Cold compaction yaitu memadatkan serbuk pada tempetatur ruang dengan 100-900 Mpa untuk menghasilkan green body.

Proses cold pressing terdapat beberapa macam antara lain: 1. Die Pressing, yaitu penekanan yang dilakukan pada cetakan yang berisi serbuk 2. Cold isotactic pressing, yaitu penekanan pada serbuk pada temperature kamar yang memiliki tekanan yang sama dari setiap arah. 3. Rolling, yaitu penekanan pada serbuk metal dengan memakai rolling mill Penekanan terhadap serbuk dilakukan agar serbuk dapat menempel satu dengan lainnya sebelum ditingkatkan ikatannya dengan proses sintering. Dalam proses pembuatan suatu paduan dengan metode metalurgi serbuk, terikatnya serbuk sebagai akibat adanya interlocking antar permukaan, interaksi adesi-kohesi, dan difusi antar permukaan. Untuk yang terakhir ini (difusi) dapat terjadi pada saat dilakukan proses sintering. Bentuk benda yang dikeluarkan dari pressing disebut bahan kompak mentah, telah menyerupai produk akhir, akan tetapi kekuatannya masih rendah. Kekuatan akhir bahan diperoleh setelah proses sintering.

4. Sintering. Pemanasan kompak mentah sampai temperatur tinggi disebut sinter. Pada proses sinter, benda padat terjadi karena terbentuk ikatan-ikatan. Panas menyebabkan bersatunya partikel dan efektivitas reaksi tegangan permukaan meningkat. Dengan perkataan lain, proses sinter menyebabkan bersatunya partikel sedemikian rupa sehingga kepadatan bertambah. Selama proses ini terbentuklah batas-batas butir, yang merupakan tahap rekristalisasi. Disamping itu gas yang ada menguap. Temperatur sinter umumnya berada pada 0.7-0.9 dari temperatur cair serbuk utama. Waktu pemanasan berbeda untuk jenis logam berlainan dan tidak diperoleh manfaat tambahan dengan diperpanjangnya waktu pemanasan. Lingkungan sangat berpengaruh karena bahan mentah terdiri dari partikel kecil yang mempunyai daerah permukaan yang luas. Oleh karena itu lingkungan harus terdiri dari gas reduksi atau nitrogen untuk mencegah terbantuknya lapisan oksida pada permukaan selama proses sinter.

Gambar 2: Proses difusi pada sintering

5. Finishing Pada saat finishing porositas pada fully sintered masih signifikan (4-15%). Untuk meningkatkan properties pada serbuk diperlukan resintering, dan heat treatment

3.HUBUNGAN ANTARA CASTING DENGAN METALURGI FISIK 1. Pengecoran Sentrifugal Pengecoran sentrifugal (CFC/ Centrifugal Casting) merupakan salah satu jenis pengecoran dengan menggunakan cetakan silinder yang berputar. Benda kerja yang dihasilkan berupa produk yang padat karena diputar secara sentrifugal. Pada CFC terdapat 2 macam proses yaitu menggunakan core (bentuk produk bulat pendek) dan tanpa core (bentuk produk bulat panjang). Contoh pembuatan cylinder Liner : Salah satu komponen penyusun mesin diesel adalah cylinder liner yang berfungsi melindungi cylinder block dari gesekan ring piston dan mempermudah penggantian apabila keausan telah melebihi batas ketentuan. Penampang melintang dari suatu cylinder di dalam suatu mesin pembakaran dalam yang terbyat dari besi cor kelabu yaitu Paduan besi yang mengandung C >: 1,7 % dan 1-3 %Si. Unsur lain dapat ditambahkan dengan maksud untuk meningkatkan sifat-sifat seperti kekuatan, kekerasan atau ketahanan korosi. Unsur yang umumnya ditambahkan yaitu Cr, Cu, Mo dan Ni.

Besi cor kelabu Besi cor kelabu memiliki penampang patahan berwarna kelabu, hal ini disebabkan oleh banyaknya kandungan grafit dalam besi cor. Grafit pada besi tuang kelabu ini terbentuk pada saat pembekuan. Proses grafitisasi ini didorong oleh tingginya kadar karbon, adanya unsur graphite stabilizer, terutama silikon, temperatur penuangan yang tinggi dan pendinginan yang lambat. Grafit pada besi tuang kelabu ini berbentuk flake (serpih). Ujung ujung grafit yang meruncing menyebabkan ketangguhan besi tuang ini akan rendah. Serpihan grafit yang halus serta distribusi yang merata dapat meningkatkan kekerasan besi cor kelabu. Sifat besi cor kelabu 1. Kekuatan Tarik dan Perpanjangan Karbon memberikan pengaruh terbesar pada kekuatan tarik besi cor. Kandungan karbon yang rendah meninggikan kekuatannya. Silikon memberikan kecenderungan yang serupa tetapi lebih lemah daripada karbon. Besi cor kelabu menjadi lemah jika kandungan silikon pada ferritsilikon lebih dari 2% dan menjadi getas jika persentasenya mencapai 2,2 2,5%. Persentase mangan kurang dari 1,2% akan memperkuat besi cor kelabu, sedangkan fosfor dan belerang hanya memberikan pengaruh yang kecil pada besi cor kelabu dalam persentase yang rendah. 2. Kekerasan Besi cor kelabu memiliki kekerasan 130 280 BHN dan sangat erat kaitannya dengan struktur mikro , grafit kasar dalam matriks ferrit menyebabkan kekerasan rendah , grafit halus, dan sedikit menyebabkan kekerasan lebih tinggi . Nilai kekerasan berbanding terbalik dengan kekuatan tarik. 3.Mampu Mesin dan Tahan Aus Besi cor kelabu memiliki sifat mampu mesin dan tahan aus yang baik. Mampu mesin yang baik disebabkan oleh adanya grafit yang bekerja sebagai pelumas, juga oleh nilai kekerasan dan kekuatan tarik yang lebih rendah. Sifat ketahanan aus struktur perlit lebih baik daripada struktur ferit. Umumnya kekerasan yang lebih tinggi menyebabkan sifat tahan aus yang lebih baik.

Hubungan dari proses pengecoran logam dengan metalurgi fisik adalah pada saat proses pengerjaan itu sendiri , misalnya pada saat pembuatan cetakan dari pasir, jika tidak menggunakan pasir yang sesuai dengan standar maka hasil cetakan tidak akan sempurna karena bisa mempengaruhi sifat fisik dari komponen itu sendiri. Seperti timbulnya cacat pada saat pengecoran. Ukuran pasir (grain size) menentukan pula dimana sebaiknya dipakai. Untuk ukuran benda kerja yang kecil dan bentuknya liku-liku maka pasir ukuran kecil harus dipergunakan supaya bentuk detail dari benda kerja dapat sempurna diperoleh, sedangkan makin besar benda yang harus dicor, maka makin besar pula ukuran pasir yang harus dipakai, karena makin besar ukuran pasir makin memudahkan gas-gas terbentuk keluar, disamping ketelitian dan permukaan yang dicapaipun tidak terlalu tinggi. Suatu bentuk yang tidak teratur serta tajam dari butir-butir pasir lebih disukai untuk pembuatan cetakan, karena hal ini menjamin ikatan yang lebih kuat dari suatu butir pasir lainnya hingga cetakan menjadi kuat dalam menahan tekanan logam cair yang dicorkan.

4.HUBUNGAN ANTARA FORMING DENGAN METALURGI FISIK Proses pembentukan (forming) adalah proses mengubah bentuk logam dengan suatu gaya pada arah tertentu tanpa menyisakan serpih Di dalam proses pembentukan logam terjadi berbagai macam fenomena fisik, seperti aliran logam, friksi, panas yang timbul maupun ditransfer selama terjadi aliran plastis, hubungan antara mikrostruktur dan sifat-sifat, serta kondisi proses. Proses pembentukan dapat berakibat : 1) Terjadinya tegangan dalam logam, tegangan tersebut dapat dihilangkan dengan suatu perlakuan panas. 2) Struktur butir mengalami distorsi atau perpecahan. 3) Kekerasan dan kekuatan meningkat, hal ini seiring dengan kemunduran dalam keuletan. 4) Suhu rekristalisasi baja meningkat. 5) Penyelesaian permukaan lebih baik. 6) Dapat diperoleh toleransi dimensi yang lebih ketat. Dengan proses pembentukan, logam yang dikerjakan mengalami perubahan sifat mekanik dan sifat fisik dari logam itu sendiri , seperti logam yang ulet menjadi getas , kekerasan meningkat , dan lain-lain , hal itu dikarenakan terjadi perubahan dari struktur mikro dari logam.

Gambar . Struktur atom pada saat mengalami proses pembentu

5.HUBUNGAN ANTARA PROSES PERMESINAN (MACHINING) DENGAN METALURGI FISIK Proses permesinan (Machining process) merupakan proses pembentukan suatu produk dengan pemotongan dan menggunakan mesin perkakas. Umumnya, benda kerja yang di gunakan berasal dari proses sebelumnya, seperti proses penuangan (Casting) dan proses pembentukan (Metal Forging). Hubungannya dengan metalurgi fisik adalah sebelum melakukan proses permesinan diwajibkan untuk mengetahui terlebih dahulu sifat-sifat benda kerja yang akan dilakukan proses permesinan, pemilihan alat atau mesin , mata pahat yang akan digunakan dan lain-lain yang akan digunakan agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan proses pengerjaan. Seperti contoh jika benda kerja lebih keras dari mata pahat maka selama proses pengerjaan pahat yang digunakan akan rusak tanpa mendapatkan hasil yang diinginkan. Dan jika benda kerja terlalu keras untuk dipahat maka sebelum melakukan proses permesinan dilakukan terlebih dahulu proses Annealing. Annealing ialah suatu proses perlakuan panas (heat treatment ) yang sering dilakukan terhadap logam atau paduan dalam proses pembuatan suatu produk yang bertujuan untuk memperbaiki tingkat keuletan material (softening). Tahapan dari proses Annealing ini dimulai dengan memanaskan logam (paduan)sampai temperature tertentu, menahan pada temperature tertentu tadi selamabeberapa waktu tertentu agar tercapai perubahan yang diinginkan lalumendinginkan logam atau paduan tadi dengan laju pendinginan yang cukuplambat. Jenis Annealing itu beraneka ragam, tergantung pada jenis atau kondisibenda kerja, temperature pemanasan, lamanya waktu penahanan, laju pendinginan(cooling rate), dll.Proses annealing atau melunakkan baja adalah proses pemanasan baja diatas temperature kritis ( 723 C )selanjutnya dibiarkan beberapa lama sampai temperature merata disusul dengan pendinginan secara perlahan-lahan sambil dijaga agar temperature bagian luar dan dalam kira-kira sama hingga diperolehstruktur yang diinginkan dengan menggunakan media pendingin udara. Tujuan proses annealing : 1. Melunakkan material logam 2.Menghilangkan tegangan dalam / sisa 3.Memperbaiki butir-butir logam Setelah dilakukan proses annealing maka baja yang semula keras menjadi lebih lunak dan dapat dilakukan proses permesinan sehingga dapat dilakukan proses selanjutnya sampai proses finishing.

6. HUBUNGAN ANTAR PROSES PERAKITAN (ASSEMBLY) DENGAN METALURGI FISIK Proses perakitan (assembly) adalah proses perakitan beberapa komponen agar menjadi suatu produk yang dapat berfungsi dengan lebih baik. Pada proses ini diperlukan pengetahuan tentang metalurgi fisik agar apa yang dirakit atau dipasang tidak mengalami masalah pada saat komponen tersebut beroperasi . seperti contoh dalam hal pemilihan baut . Baut adalah suatu batang atau tabung dengan alur heliks pada permukaannya. Penggunaan utamanya adalah sebagai pengikat (fastener) untuk menahan dua obyek bersama, dan sebagai pesawat sederhana untuk mengubah torka (torque) menjadi gaya linear. Untuk pemasangan baut itu sendiri perlu dilakukan analisa terlebih dahulu seperti mengetahui dimana letak dan kondisi operasi baut itu digunakan maka diperlukan analisa perhitungan gaya sebelum baut itu dipasang pada komponen mesin. Agar pada saat mesin sedang beroperasi tidak ada kecelakaan yang terjadi seperti kejadian patah baut dan sebagainya.
Jika dalam suatu kejadian terjadi keelakaan yang salah satu penyebabnya dikarenakan ada salah satu baut yang patah , maka patahan tersebut bisa dianalisa untuk diketahui apa penyebab baut itu patah. Maka diperlukan ilmu metalurgi fisik untuk menganalisa penyebab patahnya baut Berikut adalah beberapa modus kegagalan dalam logam :

a. Distorsi Kegagalan jenis ini akan terjadi jika komponen atau struktur tersebut tidak mampu lagi memikul beban yang seharusnya, tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya atau mengganggu operasi komponen lainnya. Jenis-jenis distorsi adalah : Distorsi ukuran Distorsi bentuk Penyebab utama kegagalan ini adalah pembebanan yang berlebihan (overloading) yang disebabkan oleh : Spesifikasi material yang tidak sesuai Kegagalan dalam memenuhi spesifikasi b. Patah Ulet Permukaan patahannya memiliki deformasi plastis yang cukup besar. Patah ulet memiliki ciri-ciri antara lain permukaan patah yang rata, bibir geser (shear lip) yang membentuk sudut 45o terhadap permukaan patah, dan selalu diawali dengan proses pengecilan penampang setempat (necking) bila mendapat beban tarik. Penyebab kegagalan komponen dengan modus patah ulet murni adalah adanya beban yang berlebihan (overloading), kesalahan dalam proses perlakuan panas (heat treatment), kesalahan pembuatan, cacat material, pengaruh lingkungan dan operasi. c. Patah Getas Patah getas perambatan retakannya sangat cepat, tidak terjadi deformasi plastis, permukaan patahannya rata, dan tidak didahului dengan pengecilan penampang setempat. Penyebab patah getas antara lain: Cacat yang sudah ada dalam material Cacat yang timbul karena proses pembuatan Cacat yang terjadi karena kondisi operasi

d. Patah Lelah Patah lelah pada elemen mesin yang dibuat dari baja adalah patah yang terjadi secara tiba-tiba setelah elemen mesin tersebut beroperasi untuk beberapa waktu. Istilah tiba-tiba perlu segera diberi keterangan tambahan, sebab sumber patah lelah yang berupa retak mikro atau

micro crack yang tidak dapat terlihat oleh mata, sebenarnya terjadi lama sebelum patah lelah terjadi. Berbeda dengan patah akibat dilampauinya tegangan tarik yang menunjukan patah ulet, yaitu terjadinya deformasi ,plastis yang cukup besar disekitar potongan patah, maka pada patah lelah tidak terjadi deformasi plastis yang cukup besar tersebut sehingga kelihatan seperti patah getas atau brittle fracture seperti patahnya bahan getas. Padahal elemen mesin dibuat dari baja yang ulet atau ductile dan bukan dibuat dari bahan getas. Pada patah lelah dengan jelas terlihat adanya dua daerah yang dinamakan daerah patah lelah dan daerah patah tiba-tiba. Daerah patah lelah pada umumnya rata dan halus hampir seperti jaringan Pada daerah patah lelah tidak terjadi deformasi plastis. Jika diamati dengan teliti, maka titik asal patah lelah yang berupa retak mikro didaerah konsentrasi tegangan biasanya dapat dilihat dengan jelas. Patah pada daerah tiba-tiba adalah akibat dilampauinya tegangan batas tarik, yaitu karena luas potongan yang belum retak tinggal kecil saja sehingga tegangan yang terjadi akibat beban melampaui tegangan batas tarik. Pada daerah tiba-tiba terjadi akibat adanya deformasi plastis seperti pada patah ulet. Dari beberapa penelitian dan pengamatan patah lelah, dapat diambil kesimpulan bahwa patah lelah disebabkan deformasi plastis yang diulang-ulang. Deformasi plastis tersebut tidak perlu berupa deformasi plastis makro yang tampak oleh mata, tetapi deformasi plastis mikro yang terjadi pada retak mikro yang sekaligus menjadi konsentrasi tegangan dan menjadi titik asal patah lelah.

Anda mungkin juga menyukai