BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN RS DR HASAN SADIKIN BANDUNG 2012
Latar Belakang
Leukemia akut
Komplikasi trombosis sering diabaikan Komplikasi perdarahan lebih mendominasi Kejadian tromboemboli (AML = ALL) Insidensi trombosis : Keganasan hematologi tumor solid Paling tinggi pada APL Indonesia -Belum ada penelitian & data hiperkoagulabilitas pada leukemia akut -Oehadian A dkk 3 kasus DVT pd leukemia
Latar Belakang
Trombosis
Hiperkoagulabilitas/protrombotik
Leukemia akut
Diagnosa ditegakkan
Kwaan HC. Hematology. 2007:151-57
Latar Belakang
Hiperkoagulabilitas pada leukemia akut
Prokoagulan (TF & CP) Mediator proteolitik & fibrinolitik Sitokin inflamasi Aktivasi endotel & vWF Aktivasi sistem hemostasis
Blast
Leukemia akut
D-dimer
Latar Belakang
Penelitian sebelumnya :
Jumlah blast
Hubungan
D-dimer
KONTROVERSI Athale dkk: terdapat hubungan blast & D-dimer Chojnowsky dkk: tdk terdpt hubungan blast & D-dimer
Blast
Perifer
Hiperkoagulabilitas
mahal
TEG
D-dimer
Hipotesis
Terdapat hubungan antara jumlah blast di sirkulasi darah dengan kadar D-dimer pada penderita leukemia akut
Variabel Jumlah blast Kadar D-dimer Jumlah trombosit Umur Kadar Hb Jumlah leukosit
*) uji Shapiro Wilk
Uji Normalitas Data Nilai p 0,000 0,000 0,001 0,010 0,505 0,000 Distribusi Data Tidak Normal Tidak Normal Tidak Normal Tidak Normal Normal Tidak Normal
variabel
Umur (tahun) Jenis kelamin Perempuan Laki-laki Jenis ALL AML
n (%)
14 (28,6) 35 (71,4) 22 (44,9) 27 (55,1)
Rata-rata (SB)
Median (rentang)
33 (15 - 73)
Pembahasan
Umur
Penelitian ini: 33 th
penyebab: jumlah AML 55,1% vs 49,9%
De Stefano dkk (81,8% vs 18,2%) Ziegler dkk (74,27% vs 25,73%)
Pembahasan
Jenis kelamin
Athale dkk : 57% : 43%
Penelitian ini : 71,4% : 28,6% De Stefano dkk : 52,7% : 47,3%). Ziegler dkk : 51,6% : 48,4%
Pembahasan
Proporsi
Ziegler dkk AML: 74,27% ALL: 25,73% Penelitian ini AML: 49,9% ALL: 55,1%
Penyebab: situasi geografi, kondisi ekonomi & kurangnya fasilitas diagnostik Pada beberapa keadaan dx pasti jenis leukemia sulit ditegakkan
Kadar D-dimer 0,3 mg/L < 0,3 mg/L 36 (73%) 13 (27%) 22 (61%) 5 (38,5%) 14 (39%) 8 (61,5%)
Tabel 4.4 Korelasi jumlah blast dengan kadar D-dimer pada seluruh subjek penderita leukemia akut
Koefisien korelasi (r) Korelasi jumlah blast dengan kadar D-dimer 0,126
Nilai p* 0,39
Gambar 4.1. Diagram pencar antara jumlah blast dengan kadar D-dimer
Pembahasan
Koef. korelasi: r= 0,126 kekuatan hub lemah p=0,39 tidak bermakna
Hipotesis ditolak
Chojnowsky dkk : tidak terdapat hubungan blast & D-dimer Athale dkk : terdapat hubungan blast & D-dimer
- Variasi kadar D-dimer berdasarkan ras/etnis (Lutsey dkk, Lange dkk) - Perbedaan usia subyek & jml sampel yg kecil pd studi Athale dkk
Hipotesis ditolak
Pembahasan
Diagram pencar: koefisien determinan 0,071 jumlah blast hanya memiliki pengaruh sebesar 7% dlm menentukan kadar D-dimer
kadar D-dimer : T E G
Hiperkoagulabilitas
Fibrinolisis
Pembahasan
Variasi data sangat besar
Distribusi data tdk normal
Transformasi
Keterbatasan Penelitian
Data sekunder berdasarkan rekam medis
Rancangan potong lintang yg memiliki kekuatan hubungan variabel yg rendah Tidak dilakukan pemeriksaan TEG yg dapat menilai fungsi hemostasis secara menyeluruh
Variasi data sangat besar, meskipun dg transformasi data atau menghilangkan outlier data, distribusi data tetap tidak normal
SIMPULAN
Tidak didapatkan hubungan bermakna antara jumlah blast dengan kadar D-dimer plasma sbg penanda hiperkoagulabilitas pada penderita leukemia akut
Saran
Dilakukan penelitian prospektif tentang: Hubungan jumlah blast dengan TEG sebagai penanda hiperkoagulabilitas pada leukemia akut
Terima kasih
Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan antara jumlah blast di sirkulasi darah dengan kadar D-dimer plasma pada penderita leukemia akut?
Tujuan Penelitian
Menentukan hubungan antara jumlah blast di sirkulasi darah dengan kadar D-dimer plasma pada penderita leukemia akut
Kegunaan Penelitian
Kegunaan Ilmiah
Penelitian ini diharapkan dpt memberikan informasi ilmiah tentang hubungan antara jumlah blast di sirkulasi darah dg kadar D-dimer plasma sbg penanda hiperkoagulabilitas pd penderita leukemia akut
Kegunaan Praktis 1. Bila terdapat hubungan antara jumlah blast di sirkulasi darah dg kadar D-dimer plasma pd penderita leukemia akut, maka dlm keadaan D-dimer tidak dapat diperiksa, jumlah blast di sirkulasi dpt mencerminkan keadaan hiperkoagulabilitas 2. Hasil penelitian ini diharapkan dpt menjadi bahan pertimbangan profilaksis antikoagulan pada leukemia akut
Premis
Premis 1: Sel blast yg diisolasi dari penderita lekemia akut mengekspresikan prokoagulan (faktor jaringan & prokoagulan kanker), mediator proteolitik & fibrinolitik, serta sitokin inflamasi Premis 2: Blast yg beredar di sirkulasi mengakibatkan aktivasi endotel dg produksi vWF, yg akan mengaktivasi sistem hemostasis
Premis
Premis 3: Penderita leukemia akut dg blast yg beredar di sirkulasi mempunyai rata-rata kadar vWF, TAT & D-dimer yg scr signifikan lebih tinggi bila dibandingkan dg penderita tanpa blast di sirkulasi Premis 4: Peran sel blast dlm mengekspresikan prokoagulan & mengaktivasi endotel diyakini sbg mekanisme utama terjadinya hiperkoagulabilitas pd leukemia akut
ALL L2
- Larger blasts with more abundant cytoplasm & more prominent nucleoli - L2 may be of pro B /pre B lineage, but cases of T cell ALL are more likely to have an L2 than L1 morphology - NSE is usually negative - MPO is always negative
ALL L3
- Large blasts with deep cytoplasmic basophilia & prominent cytoplasmic vacuolation
Diagnosis & Klasifikasi Lekemia Akut FAB (French American British): AML
M0: Minimally differentiated leukemia M1: Myeloblastic leukemia without maturation M2: Myeloblastic leukemia with maturation M3: Hypergranular promyelocytic leukemia M4: Myelomonocytic leukemia M4Eo: Increase in abnormal marrow eosinophils M5: Monocytic leukemia M6: Erythroleukemia (DiGuglielmo's disease) M7: Megakaryoblastic leukemia
AML M1
AML M2
AML M3
AML M4
AML M5
AML M6
AML M7
Metodologi
Kriteria inklusi
Penderita lekemia akut yang belum diterapi disertai adanya blast di sirkulasi darah
Kriteria eksklusi
Sepsis Transfusi masif kehamilan Terapi antikoagulan
Metodologi
Ukuran sampel untuk analitik korelatif:
(Z 1-+Z 1-)2 +3 {0,5 ln [(1+r)/(1-r)]}2 N= (1,96+1,65)2 +3 {0,5 ln [(1+0,5)/(1-0,5)]}2 N = 47 Jadi besar sampel minimal N=
47 subjek
Keterangan : N : Ukuran sampel yang dibutuhkan Z 1- : Tingkat kepercayaan 95% = 1,96 (two tail) Z 1- : Kekuatan uji 95% = 1,65 r : Koefisien korelasi yang diharapkan kekuatan korelasi sedang (0,5)
Definisi Konsepsional
Variabel bebas
Jumlah blast (per mm3)
skala numerik
Variabel terikat
D-dimer plasma (mg/L)
skala numerik
Definisi Operasional
Lekemia akut
Diagnosis ditegakkan berdasarkan morfologi apus darah tepi dan atau apus sumsum tulang menurut kriteria FAB yang dibaca oleh 2 Konsultan Hemato Onkologi Medik.
Kriteria FAB
Kriteria diagnosis lekemia akut berdasarkan morfologi dan sitokimia untuk membedakan AML dari ALL, mendefinisikan subtipe AML (M0 sampai M7) dan ALL (L1 sampai L3)
Definisi Operasional
Hiperkoagulabilitas
Keadaan peningkatan kecenderungan terjadinya trombosis. Parameter yang digunakan adalah kadar D-dimer plasma, dengan nilai cut off 0,3mg/L
Kadar D-dimer
Kadar D-dimer plasma diperiksa di laboratorium dengan nilai rujukan normal <0,3mg/L
Definisi Operasional
Jumlah blast
Jumlah blast di sirkulasi darah didapat kan dari perhitungan persentase blast dari hitung jenis lekosit dikalikan dengan jumlah lekosit total yang diperiksa di laboratorium
Rancangan Analisis
SPSS for windows
Uji normalitas data Shapiro-Wilk Normal Tidak normal
Latar Belakang
Patofisiologi Trombosis
Disfungsi komponen darah
hiperkoagulabilitas
Sel ganas
- Produksi & pelepasan prokoagulan*, aktivitas fibrinolitik**, sitokin*** -Interaksi langsung dg sel lain (endotel, trombosit, monosit)
* : TF,CP, reseptor FV ** : ekspresi u PAR, u-PA, t-PA, PAI 1, PAI 2 *** : IL - 1, TNF-, VEGF
Klasik
Ca2+
PF3 Ca2+
TAT F1 F2
monomer
FPA FPB
monomer
F XIII
fibrin polimer
Thrombin converts the inactive proenzyme plasminogen to active plasmin. Plasmin degrades the cross-linked fibrin into soluble degradation products by the tissue-type (TPA) and the urokinase type plasminogen activators. It is TPA that is mainly responsible for the dissolution of fibrin formed in the circulation. This fibrinolytic system can be inhibited either by antagonizing plasmin through alpha 2 anti plasmin or by specific plasminogen activator inhibitors (PAI). There are 3 types of PAI described so far; of these, physiologically the most important inhibitor is PAI type 1 (PAI-1).
Pembahasan
Koefisien korelasi r = 0,126kekuatan lemah p=0,39 tidak bermakna
Tinjauan pustaka: 1) sel blast prokoagulan aktivasi faktor X 2) sel blast aktivasi sel endotel vWF
Parameter hiperkoagulabilitas yang diukur: D-dimer D-dimer meningkat: - terjadi aktivasi trombin membentuk crosslinked fibrin - fibrinolisis
pembentukan fibrin
Pathological/primary fibrinolysis occurs with an excess of activators or decreased plasma inhibitors that cause hyperplasminemia, as in severe liver disease, heat stroke and malignancy. Secondary fibrinolysis is a response to the widespread formation of microthrombi as in disseminated intravascular coagulation.
sulit ditentukan apakah kadar D-dimer yang didapatkan berasal dari proses koagulasi atau fibrinolisis
ALL (n=22) 11.830 (32 398.520) 28.500 (5000 122.000) 0,3 (0,1 6,10) 28,5 (15 - 53) 7,713 (2,62) 30.900 (800 486.000)
AML (n=27) 37.146 (115 462.636) 31.000 (2000 104.000) 0,9 (0,1 8,60) 40,37 (17,68) 7,196 (1,98) 54.800 (1.150 651.600)
Nilai p
0,345* 0,755* 0,106* 0,054* 0,436** 0,185*
Tabel 4.5. Perbandingan karakteristik penderita AML dan ALL dengan kadar D-dimer 0,3 mg/L
Variabel
Jumlah blast (sel/mm ) Jumlah trombosit (sel/mm ) Umur (tahun) Kadar Hb (g/dL) Jumlah leukosit (sel/mm )
3 3 3
ALL (n=14) 20.700 (32 398.520) 34.000 (13.000 122.000) 32,57 (13,76) 7,63 (2,98) 37.750 (800 486.000)
AML (n=22) 41.746 (1.812 462.636) 27.000 (2000 104.000) 39,77 (16,99) 6,95 (1,99) 62.350 (14.000 651.600)
Nilai p
0,417* 0,236 0,192** 0,417** 0,218*
Tabel 4.6. Perbandingan karakteristik penderita AML dan ALL dengan kadar D-dimer < 0,3 mg/L
Variabel
Jumlah blast (sel/mm ) Jumlah trombosit (sel/mm ) Umur (tahun) Kadar Hb (g/dL) Jumlah leukosit (sel/mm )
3 3 3
ALL (n=8) 11.830 (50 121.290) 28.500 (28.650) 27,25 (10,14) 7,86 (2,01) 18.200 (1000 186.600)
AML (n=5) 8.478 (115 159.225) 43.000 (24.929) 43 (22,49) 8,28 (1,74) 31.400 (1.150 212.300)
Nilai p
0,770* 0,372** 0,200** 0,710** 1,000*
Tabel 4.8. Korelasi jumlah blast dengan kadar D-dimer pd subyek penderita leukemia akut dg jml blast < 250.000 sel/mm3 dan kadar D-dimer < 3 mg/L (n=40)
Koefisien korelasi (r) Korelasi jumlah blast dengan kadar D-dimer 0,012
Nilai p* 0,94
Gambar 4.1. Diagram pencar antara jumlah blast dg D-dimer setelah eksklusi outlier
Tabel 4.9 Perbandingan jumlah blast pada penderita dengan kadar D-dimer 0,3 mg/L dan < 0,3 mg/L pada seluruh subyek
Gambar 4.2. Kurva ROC dalam penentuan cut-off point jumlah blast
terhadap kadar D-dimer Berdasarkan kurva ROC didapatkan cut-off jumlah blast pada kadar D-dimer 0,3 mg/L adalah 13.987,5 sel/mm3
Coordinates of the Curve Test Result Variable(s):blast Positive if Greater Than or Equal Toa Sensitivity 5142.50 .778 7421.50 .750 8767.00 .750 9478.00 .722 10117.50 .694 11830.00 .694 13987.50 .694 15952.50 .667 18917.50 .639 21378.00 .611 26838.00 .583 32190.00 .556 33800.00 .556 34932.50 .528 1Specificity .615 .615 .538 .538 .538 .462 .385 .385 .385 .385 .385 .385 .308 .308 Specificit y 0.385 0.385 0.462 0.462 0.462 0.538 0.615 0.615 0.615 0.615 0.615 0.615 0.692 0.692
Akurasi 0.581 0.567 0.606 0.592 0.578 0.616 0.655 0.641 0.627 0.613 0.599 0.585 0.624 0.610
Tabel 4.10. Jumlah blast berdsrkan cut-off > 13.987,5 sel/mm3 pd penderita dg kadar D-dimer 0,3 mg/L & < 0,3 mg/L
Kadar D-dimer
0,3 mg/L 25 (83%) 11 (58%) < 0,3 mg/L 5 (17%) 8 (42%)
Tabel 4.11. Korelasi jumlah blast dg kadar D-dimer pd cut-off point jumlah blast >13.987,5 sel/mm3 (n=30)
Koefisien korelasi (r) Korelasi jumlah blast dengan kadar D-dimer 0,138
Nilai p* 0,467
SIMPULAN KHUSUS
Tidak terdapat perbedaan bermakna pada jumlah blast antara penderita dengan kadar D-dimer 0,3 mg/L dan <0,3 mg/L (p=0,108)
SIMPULAN KHUSUS
Berdasarkan kurva ROC didapatkan cut-off jumlah blast pada kadar D-dimer 0,3 mg/L adalah >13.987,5 sel/mm3 dengan sensitifitas 69,4% dan spesifisitas 61,5 % Tidak terdapat perbedaan karakteristik dasar yang bermakna berdasarkan jumlah blast, kadar Hb, jumlah leukosit, jumlah trombosit, kadar D-dimer & umur pada penderita ALL & AML (p>0,05)