Anda di halaman 1dari 1

KASUS FOBIA CICAK Hal ini bemula pada saat D tinggal dirumah lamanya (sekarang sudah tinggal ditempat

lain) kira-kira pada saat umurnya 5 tahunan, ia setiap hari melihat dua sampai tiga bangkai cicak terselip di engsel pintu. Bangkai-bangkai itu sangat menjijikan dan hampir membuat saya muntah, Apalagi kalau melihat isi perutnya yang tiba-tiba keluar terhimpit pintu, ujarnya. Rasa takut yang terjadi pada anak-anak ini berlanjut sampai dewasa kini menjadikan dirinya sebagai seorang pengidap hepertophobia. Fobia yang ia alami bukan hanya dari pengalaman pribadinya saja tapi ia juga mendengar cerita fobia yang kakaknya alami yaitu takut juga dengan cicak. Rasa takut dapat datang dari pengalaman pribadi atau mendengar pengalaman orang lain ( Muris, Merckelbach, & Shouldice, 1996). Ketakutan-ketakutan itu terus menerus terjadi, pada saat SMA ketika hal ini ingin direpresikan ada temannya yang iseng melempar tisu kearahnya dan ia kira tisu itu adalah cicak. Sontak ia menjerit dan histeris. Semenjak itu ia menjadijadi bulan-bulanan teman-temannya yang iseng. Kemudian saya mengajukkan pertanyaan yang lain, apakah ia ingin menghilangkan fobia itu. Dengan tegas, ia menjawab Tidak, seperti buang-buang waktu saja dan saya benar-benar jijik dengan cicak. Bahkan ia mengatakan ia tidak meresponi adanya binatang tersebut ada didunia ini. kenapa ada cicak didunia ini, dan kalau misalnya ada harusnya cicak-cicak itu dibinasakan saja . Saat melihat cicak, apalagi ia melihat ada didekatnya pasti badannya gemetaran, takut dan ingin lari dari binatang itu. Hal ini selalu ia lakukan pada saat melihat cicak. Ini berkaitan dengan teori Freud yaitu dengan regresi (pemunduran perilaku, karena dianggap perilaku itu bisa sebagai pertahanan diri). Regresi hubungannya sangat erat hubungannya dengan fiksasi. Pada perkembangan normal, kepribadian akan melewati fase-fase yang sedikit banyak sudah tetap dari lahir sampai mencapai kedewasaan. Akan tetapi tiap langkah baru didalam perkembangan membawa frustasi dan ketakutan inilah yang disebut dengan fiksasi. Disini, orang yang mendapat pengalaman traumatis kembali pada fase perkembangan yang lebih awal, yaitu fase perkembangan yang sudah ditinggalkan atau dilewati. Regresi adalah salah satu dari mekanisme pertahanan (Defense Mechanism), hal ini dilakukan sebenarnaya tidak sadar untuk mengatasi emosi yang bersifat negatif, namun apabila dilakukan dengan ekstrim dapat menjadi strategi mengatasi masalah yang disadari namun bersifat maladaptif. Jijik, takut, serem membayangkan perut dan matanya. Itu yang selalu ia katakan setiap kali saya menwawancari ia, say no to cicak ungkapnya.

Anda mungkin juga menyukai