Anda di halaman 1dari 18

Menurut undang-undang ada 2 cara untuk mendapatkan warisan

1.BINTESTATO, yakni sebagai ahli waris menurut undang-udang 2.ESTAMENT ABTESTATO, yakni karna ditunjuk dalam surat wasiat cara ini dikenal dengan istilah mewaris

AZAS-AZAS DALAM ILMU MAWARIS;


1.pewaris hanya menyangkut hak-hak atau kewajiban dalam lapangan kebendaan saja,atau yang bernilai uang. 2.apabil seseorang meninggal dunia,maka seketika itu juga segala hak dan kewajibanya beralih kepada ahli waris. 3.ada pegecualian tidak diberikan hak warisnya apabila undang-undang menetapkanya; _ dalam BW pasal 838 _dalam syariah islam

Pengertian mawaris
Kata mawaris adalah jamak dari kata mirats yang berarti harta pusaka atau harta peninggalan (boedel bld ) orang yang meninggal dunia disebut MUWARIS, orang yang menerima disebut AHLIWARIS. Prof.DR.T.M.Hasby ash Shidiqi Ilmu mawaris adalah ilmu yang dengan dia dapat mengetahui orang yang berhak menerima harta pusaka,orang yng tidak dapat menerima harta pusaka,kadar yang diterima oleh waris dan cara membaginya.

1.Hal-hal yang dapat menimbulkaan Hak mawaris a.matinya muwaris


b.hidupnya ahli waris disaaat kematiaan muwaris

c.tidak adanya yang menghalang untuk mempusakai atau yang menutup warisan

Hal-hal yang menyebabkan seseorang mendapat pusaka


a.NASAB(KETURUNAN),yakni adanya garis keturunan seperti anak,bapak,kakek,cucu dsb. b.NIKAH (PERKAWINAN) ,yakni adanya ikatan perkawinan suami istri. c.WALA (HAK MENDAPATKAN PUSAKA ) ,mungkin adanya hubungan agama untuk kemaslahatan umum. Catatan : Ahli waris yang disebutkan pada ad.3 adalah tidak mempunyai hubungan keturunan atau perkawinan ,hal tersebut kasusnya apabila seorang muslim meninggal dunia tidak mempunyai ahli waris yang berhak menerima harta, maka harta untuk orang yang dipercaya untuk menyalurkannya.

2. Hal-hal yang perlu didahulukan sebelum harta warisan dibagi Sebelum diadakan pembagian warisan perlu diadakan inventarisasi lebih dahulu harta mawaris semasa hidupnya dan kemudian diperhitungkan pula hak-hak dan kewajibankewajiban atas harta pelaksaan hak-hak dan kewajiban-kewajiban secara berurut,yakni : a. b.Pembayaran hutang-piutang c. Membayar atau menunaikan wasiat Perawatan jenazah (pentajhiran mayat )

TIGA HAL YANG MENGHALANGI MAWARIS a.MAMNU ialah seseorang yang telah cukup menerima harta warisan, tetapi terdapat padanya suatu penghalang sehingga tidak berhak mendapatkan bagian dari harta peninggalan mawaris . penghalang tersebut ialah : 1. Pembunuh

2. perbedaan agama b. MAHJUB, ialah orang yang memenuhi syarat dan memiliki sebab untuk menerima warisan, akan tetapi karna ada halangan, maka ia tidak memperoleh bagian dari harta peninggalan muwaris. Jadi Mahjub ahli waris yang terhalang untuk mendapatkan , harta warisan disebabkan ada ahli waris yang disebut HIJAB, dan macamnya : 1. Hijab Nuqshan Adalah dingding atau penghalang yang menghalangi bagian ahli waris lain bersama ia. Contoh : Isteri yang di tinggal mati oleh suami, dia berhak mendapatkan seperempat (1/4 ) bagian ( Ahlul furudl ), tetapi suaami mempunyai anak ( baik dari istri yang lain ) maka bagian istri menjadi seperdelapan (1/8 ). 1. Hijab Hirman Adalah penghalang ataau dingding yang mengcegah ahli waris untuk memperoleh warisan disebabkan karma ada ahli waris yang lebih dekat hubungan darahnya atau hubungaan kekeluargaannya dengan muwaris. Contoh : Cucu berhak medapatkan warisan, apabila ada anak maka cucu hilang haknya tidak nmemperoleh dari warisan, demikian juga kakek tidak memperoleh dari warisan jika bapak masih ada.

4.Golongan Golongan ahli waris Para ahli waris dalam mewarisi harta peninggalan/pusaka sama keadaannya, secara garis besar mereka terbagi atas 3 bagian :

Pertama : Yang mewarisi bagian sudah tertentu seperti dan . Mereka yang menerima bagian yang sudah tertentu disebut AHLUL FURUDL atau disebut juga DZAUL FARAID, ahli waris golongan ini adalah ahli waris perempuan . Kedua : Yang bisa menghabiskan semua harta atau semua sisa , atau mungkin golongan ini juga tidak mendapat apa-apa sama sekali , karma pembagia tidak bersisa. Golongan ahli waris ini disebut ASHABAH. Ketiga : Yang mendapat bagian dengan cara perbandingan , laki-laki mendapat dukali anak perempuan . jadi setiap anak laki-laki, saudara laki-laki sekandung/sebapa dalam suatu pembagian tertentu keadaanya perbandingan pendapatannya dengan pihak perempuan 2 kali.

Jumlah ahli waris semuanya ada 23 orang, yang terdiri dari : Ahli waris laki-laki 14 orang laki-laki 9 orang perempuan 1. Anak laki-laki dari muwaris (yang meninggal) 2. Cucu laki-laki dari anak laki-laki (terus kebawah asal pertaliannya laki-laki). 3. Bapak. 4. Datuk dari pihak bapak (ayah dari bapak)terus keatas asal pertaliannya belum putus dari bapak. 5. Saudara laki-laki sekandung (seibu sebapak). 6. Saudara laki-laki seibu saja. 7. Saudara laki-laki sebapak saja. 8. Anak laki-laki dari saudara laki sekandung. 9. Anak laki-laki dari saudara sebapak. 10. Paman yang sekandung dengan bapak . 11. Paman yang sebapak dengan bapak . 12. Anak laki-laki paman yang sekandung dengan bapak. 13. Anak laki-laki paman yang sebapak dengan bapak.. 14. Suami

Ahli waris perempuan 1.Anak perempuan. 2.Cucu perempuan dari anak laki-laki(terus kebawah asal saja pertaliannya dengan yang meninggal masih terus laki-laki. 3.Ibu. 4.Nenek ( ibu dari ibu ) terus keatas dari pihak ibu sebelum berselang laki-laki. 5.Nenek ( ibu dari bapak ). 6.Saudara perempuan sekandung. 7.Saudara perempuan sebapak. 8.Saudara perempuan seibu. 9.Isteri. Jika ahli waris yang tersebut diatas semuanya ada, maka yang mendapat bagian dari mereka hanya 5 ( lima ) saja yaitu : 1.Isteri 2.Anak perempuan. 3.Cucu perempuan dari anak laki-laki 4.Ibu. 5.Saudara perempuan sekandung. Apabila semua ahli waris yang tersebut diatas, baik dari golongan laki-laki maupun perempuan, maka hanya 5 ( lima ) saja yang mendapat bagian : 1.Suami atau Isteri. 2.Ibu. 3.Bapak. 4.Anak laki-laki. 5.Anak perempuan.

a. Dzaul Faraidh ( Zawil Furudh ) atau Ahlul Furudh. Para ahli waris yang disebut diatas , baik dari yang laki-laki maupun perempuan, sebagian dari mereka termasuk yang mendapat bagian tertentu (Zawil Furudl ),

dan sebagian lagi diantara mereka selaku Ashabah ( yang mendapat semua harta atau sisa ). Diantara mereka yang telah ditetapkan bagian tertentu atau selaku zawil furudh( Al-Quran dan hadist ) adalah mereka yang akan mendapat : 1.seperdua 2.seperempet 3.seperdelapan 4.Dua pertiga 5.sepertiga 6.seperenam (1/2 ) (1/4 ) (1/8 ) (2/3 ) (1/3 ) (1/6 )

1. Ahli waris yang mendapat seperdua (1/2 ) a)Anak perempuan tunggal b)Cucu perempuaan tunggal c)Saudara perempuan tunggal yang sekandung :Saudara perempuan yang sebapak,apabila saudara perempuan yang sekandung tidak ada. Suami(apabila istri tidak mempunyai anak,atau cucu laki-laki,atau perempuan dari anak laki-laki.

2. Ahli waris yang mendapat seperempat (1/4) 2.1. Suami (apabila istrinya mempunyai anak ,atau cucu dari anak laki-laki ) 2.2. Istri Seorang atau lebih (apabila suami tidak memiliki anak,atau cucu dari anak laki-laki )

3. Ahli waris yang mendapat seperdelapan (1/8 ) 3.1. Istri seorang atau lebih (apabila suami punya anak cucu dari laki-laki.

4. Ahli waris yang mendapatkan dua pertiga (2/3) 4.1. Dua anak perempun atau lebih ( apabila tidak ada anak laki-laki ) 4.2. Dua orang cucu perempuan atau lebih dari anak laki-laki

(apabila anak perempuan tidak ada dan cucu tersebut diqiyaskan kepada anak perempuan) 4.3. Dua orang saudara perempuan atau lebih sekandung ( seibu sebapak ) 4.4. Dua orang saudara perempuan atau lebih sebapa

5. Ahli waris yang mendapat sepertiga ( 1/3 ) 5.1. Ibu ( apabila anak yang meninggal tidak punya anak atau cucu dari anak laki-laki atau tidak mempunyai saudara, baik dari laki-laki maupun perempuan, yang sekandung,yang sebapa atau seibu ) 5.2. Dua orang saudara atau lebih (laki-laki atau perempuan )

6. Ahli waris yang mendapat satuperenam (1/6) 6.1. Ibu ( apabila anak yang meninggal ada mempunyai anak atau cucu dari anak lakilaki atau saudara-saudara(laki-laki perempuan) 6.2. Bapak (apabila anak yang meninggal itu ada yang mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki) 6.3. Nenek ibu dari ibu atau ibu dari bapak (apabila ibu tidak ada). 6.4.Cucu perempuan seorang atau lebih dari anak laki-laki (apabila orang yang meninggal mempunyai anak tunggal) 6.5. Kakek (apabila yang meninggal mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki ) sedang bapaknya tidak ada. 6.6. Seorang saudara (laki-laki atau perempuan seibu)

Ashabah Sebagaimana telah dijelaskaan diatas, bahwa ahli waris ada bagiannya tertentu (ZAAWIL FURUDL) dan akan ada yang mendapat semua harta atau semua sisa.(ASHABAH). Ashabah ialah ahli waris yang tidak memperoleh bagian yang tertentu tetapi (mungkin) mereka berhak mendapatkan seluruh harta peninggalan jika

tidak ada zhawil furudh, atau (mungkin) berhak mendapatkan seluruh sisa harta peninggalan setelah dibagikan kepada zhawil furudh. Kemungkinan lainnya dari ashabah ialah tidak menerimaa apa-apa karena harta peninggalan sudah habis dibagikan kepada zhawil furudh.

Ahli waris ashabah ini ada 3 macam atau 3 kelompok yakni : a.ASHABAH BINAFSIH b.ASBAH BILGHAIR c.ASHABAH MAAL GHAIR Penjelasan dan rinciannya sebagai berikut :

1. Ashabah binafsih. Ialah ahli waris yang berhak mendapatkan semua sisa harta secara langsung dengan sendirinya (bukan bersama dengan ahli waris yang lain atau tanpa di sebabkan orang lain )

2. Ashabah Bilghair : Ialah ahli waris yang berhak mendapatkan semua sisa harta karena bersama (ditarik/tertarik ) bersama ahli waris yang lain Para ashabah ini semuanya adalah perempuan dan ada empat orang : 2.1. anak perempuan ( menjadi ashabah karena ada saudaranya yang laki-laki atau bersama anak laaki-laki ). 2.2. Cucu perempuan ( karena bersama cucu laki-laki ) 2.3. Saudara perempuan sekandung ?(menjaadi ashabah bersama /ditarik saudara laki-laki sekandung ). 2.4. Saudara perempuan sebapak ( jika bersaam / ditarik saudara yang laki-laki ).

3.Ashabah Maal Ghair : Ialah ahli waris yang berhak menjadi ashabah bersama sama ahli waris yang lain, ashabah ini ada 2 orang / macam :

3.1. saudara perempuan sekandung

( seorang atau lebih ) bersama sama anak

perempuan atau cucu perempuan. Tentu saja mereka mendapatkan bagian setelah ahli waris yang lain membagikan bagiannya. 3.2. Saudara perempuan sebapak ( seorang atau lebih ) bersama-sama dengan anak perempuan atau cucu perempuan.

4.Dzawil Arham Setelah Dzawil Furudh dan ashabah sebagaimana yang telah diuraikan diatas, maka dalam sistem pembagian waris islam dikenal satu kelompok lagi yang disebut Dzawil Arham , yakni : ahli waris yang tidak berhak mendapaatkan bagian tertentu. ( furudh ) dan juga tidak berhak sisa ( ashabah) hal tersebut disebabkan pertalian keluarganya telah jauh. Sebagian ulama dan sahabat Nabi SAW berpendapat apabila dzawil furudh tidak ada ,demikian ashabahnya tidak ada ,maka harta tersebut dapat dibagi-bagikan kepada Rahim yang dekat hubunganya dengan muwaris ( hal tersebut didasarkan kepada Q.S. Al Anfal ;75.

Cara-cara dan contoh pembagian warisan Sebelum diadakan pembagian warisan terlebih dahulu diadaakan penelitin akan beberapa hal tersebut di bawah ini : Pertama : Menginventlisir (pencatatan) semua ahli waris yang ada, baik laki-laki maupun peremmpuan yang jauh. Kedua : Meneliti lebih jauh , apakah ada diantara mereka yang terhalang oleh ahli waris yang lebih dekat hubunganya dengan muwaris atau kemungkinan lainya ada yang hilang haknya ( mamnu) Karen suatu sebab. Ketiga :Menentukan siapa-siapa yang akan berhak mendapat bagian tertentu ( dzawil furudh ) dan berapa bagianya . Keempat : Ditetapkan pula siapa-siapa diantara mereka semua /sisa harta ( ashabah ).

Pada uraian terdahulu telah diterangkaan tentang bagian masing-masing ahli waris, yaitu ada yang mendapat :1/2, , 1/8, 1/3, 1/6, dimana semuanya merupakan bilangan pecahan. Cara pelaksanaan pembagian suatu warisan, contoh sebagai berikut : -Seorang mendapat sepertigga (1/3 ) -Seorang lainya mendapat setengah (1/2 ) Maka pertama-tama kita mencari KPK (kelipatan persekutuan terkecil ) yang habis dibagi 3 dan 2, yaitu 6 Didalam istilah ilmu furudh dinamakan Asal Masalah, asal masalah ini dalam faraidh ada 7 : a)Masalah Dua b)Masalah Tiga c)Masalah Empat d)Masalah Enam e)Masalah Delapan f)Masalah Duabelas g)Masalah Duapuluh empat Contoh soal : Seorang meninggal ahli warisnya seorang anak dan bapak, Harta peninggalanya setelah dinilai adalah sebesar Rp. 2.000.000,_, Berapakah bagian masing-masing ahli waris? Jawab /penyelesaian : -Anak perempuan -Suami -Bapak = 1/2 ( karena tunggal ) = 1/4 (karena ada anak ) = Assabhah / mendapat sisa harta (karena

ada anak laki-laki/cucu laki-laki). KPK (asal masalah ) = 4 -Anak perempuan -Suami -Sisanya -Anak perempuan = Rp.1000.000,-Suami = x Rp.2000.000,=x4=2) = x 4 = 1) =3 = 4 3 = 1)(untuk bapak selaku ashabah) = xRp.2000.000,-

Jadi pembagian waris tersebut adalah :

= Rp.500.000,-Bapak = Rp.500.000,= x Rp.2000.000,-

Beberapa Masalah Yang Menyalahi Aturan Umum. Perlu diketahui bahwa tidak selamanya jumlah bagian masing-masing selalu sama dengan asal masalahnya. Kadang-kadang asal masalahnya lebih kecil atau atau lebih sedikit dari jumlah saham yang seharusnya. Sebaliknya dari keadaan diatas, kadang-kadang asal masalahnya dikurangi sehingga sama dangan jumlah saham. Dalam menyelesaikan masalah ini, asal masalahnya dikurangi sehingga sama dengan jumlah saham. Menurut ulama ilmu faraidh, penyelesaian dengan masalah AUL hanya : 1 . Masalah Enam 2 . Masalah duabelas 3. Masalah duapuluh MASALAH-MASALAH KHUSUS TENTANG KEWARISAN. Kedudukan Anak Angkat Apabila dalam Hukum Barat masalah pengangkatan anak ini merupakan salah satu perbuatan hukum yang aturanya dan hak-hak serta kewajibanya telah ditentukan, demikian pula prosedur dan bukti-bukti yang harus dilaksanakan. Dalam hukum islam pengangkatan anak diperkenankan dengan batasan yang sangat ketat, sebagaimana telah ditetapkan dalam al-quran sebagai sumber hukum islam : Allah tidak menjadikan anak angkatmu jadi anak kandung bagimu, panggilan nama anak itu dengan nama yang disertai nama ayahnya.(Q.S. AlAhzab :4-5 ) Jadi jelas sekali penegasan Al Quran, bahwa hubngan dengan harta peninggalan ayah angkatnya, dia bukan sebagai ahli waris. Pengangkatan anak dalam islam dianjurkan sekali, tapi tujuan dan latar belakangnya dalam rangka TAKAFULUL IJMA perwujudan rasa tanggung jawab sosial, membantu yang kurang mampu agar tepelihara pertumbuhan jasmani, pendidikan dal lain sebagainya.

Didalam hukum adatpun sangat dianjurkan sekali, tetapi kalau kita telaah dan baca bab tentang Hukum Adat Prof. DR Mr. Supomo bahwa anak angkat bukanlah ahli waris seperti halnya anak kandung, beliau mencatat dalam putusan Landraad Purwerejo tanggal 24 Mei1940 dan tanggal 6 Oktober 1937 salah satu argumen bahwa anak angkat bukanlah ahli waris dari ayah angkatnya, disebutkan bahwa anak angkat menerima air dari dua sember dan hubunganya dengan harta pusaka dari ayah kandungnya apabila ayah kandungnya meninghal dan tidak meninggalkan ahli waris lainnya. Kenyataan dalam masyarakat kita khususnya masyarakat Islam ini sudah biasa, tapi banyak yang tidak mengetahui/kurang mengetahui tentang kedudukan hak anak yang diangkatnya menyangkut masalah peninggalan apabila si ayah angkat meninggal dunia. Hal tersebut tidak ada kesulitan sama sekali, untuk kepentingan si anak tersebut dikemudian hari si ayah angkat dapat membuat wasiat/hibah tentang harta yang dimilikinya semasa hidup, namun untuk hal tersebut ketentuan islam menetapkan (logitimatie fortie) tidak lebih dari 1/3 (satu pertiga) hartanya.Dengan demikian kemungkinan keributan dikemudian hari antara ahli waris yang berhak dengan anak angkat tersebut dapat dihindari.

b. Warisan Anak Bayi Dalam Kandungan Mengenai warisan anak bayi dalam kadungan , sebagian besar ulama sama pendapat apabila seorang (suami) meninggal dan ia meninggalkan saeorang istri yang sedang mengandung, maka anaknya itu tidak mendapat warisan/pusaka kecuali kalau kelahiran kedunia bernyawa/hidup dengan tanda-tanda antara lain bersuara/menangis. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan dalam hadits Rasulullah SAW bersabda: apabila menangis anak yang baru lahir maka ia mendapat warisan (HR. Abu Daud). Jadi apabila ada diantara ahli waris yang masih dalam kandungan, sebelum harta warisan dibagikan perlu diperhatikan beberapa kemungkinan anak bayi yang masih dalam kandungan: a. Mungkin anak laki-laki (seorang atau lebih)

b. Anak perempuan (seorang atau lebih) c. Mungkin kembar (laki-laki atau perempuan) Dengan kemungkinan-kemungkinan besar kecilnya bagian ahli waris lainya.

c. Warisan Anak Zina. Anak zina tidak diperhubungkan dengan ayahnya (laki-laki yang berzina dengan ibunya, tetapi ia/hanya diperhubungkan dengan ibunya, sehingga dalam hal waris mewarisi hanya dengan keluarga dari ibunya saja. Kiranya anak zina itu kembar, maka kedua-duanya hanya dipandang sebagai saudara seibu saja. Apabila ibu dari seorang anak zina tersebut meninggal dunia mungkin salah seorang kerabat ibunya , maka anak tersebut berhak memperoleh harta peninggalan mereka. Sebaliknya apabila si anak zina tersebut meninggal dunia dan meninggalkan harta pusaka, hanya ibu dan kerabat ibunya yang berhak mendapatkan harta anak zina tersebut. Dalam masyarakat islam dalam masalah pembagian warisan anak zina disejajarkan dengan anak lian ialah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu yang bersuami secara seyah dengan seorang laki-laki, tapi anak tersebut tidak diakui oleh ayahnya sebagai anak, karena ayahnya menganggap istrinya berzina.(untuk hal diatas pelajari ketentuan Q.S An Nur ayat 6-9).

Warisan Bagi Banci (Kunsta) Banci atau kunsta, ialah orang yang mempunyai kelainan dalam alat kelaminnya, kelainan ini mungkin punya dua alat kelamin, mungkin tidak punya sama sekali kedua alat kelamin itu, mungkin hanya ada satu lobang yang tidak serupa dengan keduanya. Dengan demikian kunsta ini ada dua macam: 1.Kunsta yang telah terang (wadhlih) 2.Kunsta yang belum terang (musykil) Bagi kunsta yang terang , maka pembagian sesuai dengan yang berlaku (lakilaki atau perempuan), jika diantara ahli waris belum terang maka pembagian warisannya ditetapkan dengan memberi status atau menghukum ia laki-laki

atau perempuan. Untuk keperluan itu dilihat tanda-tandanya laki-laki atau perempuan.

Warisan Bagi Rahim Rahim adalah keluarga dari orang yang meninggal, dikaitkan dengan waris mewarisi tidak ada ketentuan dalam Al Quraan maupun Hadits, mereka tidak mendapat warisan selama ada ahli waris yang telah ditentukan /diterangkan terdahulu. Rahim kemungkinan mendapat harta pusaka warisan apabila: 1.Tidak ada golongan ashobah; 2.Tidak ada dzawil furudl lainnya. Mengenai rahin ini ada perbedaan pendapat: Imam malik, imam syafei, zaid bin tsabit, dan kebanyakan ahli hukum beranggapan bahwa rahim ini atau keluarga dekat (zul arham) tidak mendapat warisan karena tidak diatur dalam al Quran maupun Hadits atau Ijma. Akan tetapi ahli hukum aliran Iraq, berpendapat bahwa rahim dapat warisan, mereka berpegang pada ayat Al Quran surat AL Anfal:75 keluarga terdekat itu sebagian, mereka lebih layak dari yang lain didalam kitab Allah, sesunggunya Allah maha mengetahui tiap-tiap sesuatu Adapun Rahim itu ada 9 golongan: 1.Kakek dari pihak ibu dan neneknya ibu (mereka diberi warisan seperti ibu). 2.Cucu perempuan dari anak perempuan dan cucu perempuan dari anak laki-laki. 3.Anak permpuan dari saudara laki-laki (mereka diberi warisan seperti bapak mereka) 4.Anak dari saudara perempuan (kemenakan) (mereka diberi warisan seperti ibu mereka). 5.Paman seibu atau saudara kakek dari pihak ibu (mereka diberi waris seperti bapak). 6.Anak-anak perempuan dari paman (mereka diberi pusaka seperti bapak) 7.Bibi saudara bapak atau kakek yang perempuan (mereka diberi warisan seperti bapak) 8.Paman dan bibi, saudara ibu yang laki-laki dan perempuan. (mereka diberi warisan seperti ibu). 9.Semua keluarga yang berkaitanan dengan mereka (rahum). (mereka diberi waris bapak atau ibu mereka).

Warisan Janda Cerai Seorang perempuan/istri yang dicerai (Al Muthallaqoh) oleh suaminya dengan talaq satu mungkin talaq dua, ia masih mendapat pusaka dari suaminya apabila (ketika suaminya mati) mereka masih berada dalam iddah demikian juga sebaliknya.

Warisan Orang Yang Hilang. Yang dimaksud dengan orang yang hilang, ialah orang yang tidak diketahui keberadaanya apakah masih hidup atau mati. Orang yang hilang tersebut kedudukan dalam waris mewaris ini kemungkinan: 1.Dia sebagai orang yang akan waris. 2.Dia sebagai orang yang akan menerima waris/ahli waris. Ad. 1. Apabila orang yang hilang itu berkedudukan sebagai orang yang akan menerima waris, maka hartanya itu ditahan dulu dan tidak boleh dibagikan, sampai ada kesepakatan tentang hilangnya orang tersebut (kepastian kematian). Ad 2. Dilakukan pembagian dengan mengumpamakan orang yang hilang atau masih hidup. Dilakukan pembagian dengan mengumpamakan orang itu telah meninggal.

Wasiat . Wasiat ialah suatu pesan dari seseorang supaya dijalankan sesudah matinya dan dalam hal waris mewaris ialah suatu pelepasan (tasharurup) terhadap suatu harta peninggalan yang harus dilaksanakan setelah yang berwasiat meninggal dunia. Wasiat itu dilasanakan atas kemauan sendiri tanpa paksaan dari siapapun juga. Oleh karena itu setiap penganut islam (muslim) seyogyanya memperhatikan ketentuan Allah dalam Al Quran Surah Al baqarah ayat 180: diwajibkan atas kamu, apabila seseorang diantara kamu kedatangan (ada tanda-tanda) maut, jika ia memberi peninggalan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu, bapak dan kerabatkerabatnya secara maruf, ni adalah kewajiban atau orang-orang yang bertaqwa.

Wasiat yang menyangkut harta benda yang kelak akan menjadi harta tidak boleh melebihi sepertiganya (1/3).

7.Beberapa Masalah Pemecahan Pembagian Warisan. dalam pembagian waris islam ada masalah-masalah yang dipecahkan dengan sebutan: a.Masalah MUSYTSHIBANAROKAH (Disebutkan) b.Masalah AKDARIYAH (Kasus Akdar) c.Masalah AL UMARIYATAIN d.Masalah FAROLAN WATA e.Masalah UMUL AROMIL f.Masalah AL MIMBARIYAH g.Masalah DINARIYAH KUBRO h.Masalah RIKADIYAH

PENGERTIAN SYARAT-SYARAT & KETENTUAN WARIS GOLONGAN-GOLONGAN AHLI WARIS CARA-CARA PEMBAGIAN & MASALAH WARIS CARA-CARA PENYELESAIAN WARIS

Anda mungkin juga menyukai