Anda di halaman 1dari 3

Karangsambung merupakan Kawasan Cagar Alam Geologi dimana pada daerah tersebut banyak tersinngkap berbagai macam batuan.

Berbagai hal yang berhubungan dengan cagar tercakup dalam sumberdaya alam, ekosistem, kemampuan keruangan, dan manajemen lingkungan. Perkembangan mengenai informasi sumberdaya alam secara keruangan sangat dibutuhkan, pemodelan dan analisis data dapat diperoleh melalui penginderaan jauh dan SIG. Dasar dari karakteristik fisik lahan adalah kondisi geomorfologi yang sedang berlangsung. Dengan menggunakan analisis SIG keadaan topografi dapat di identifikasi. Karangsambung mempunyai topografi miring hingga bergelombang mempunyai aliran permukaan yang sedang, topografi berbukit memperlihatkan adanya erosi-erosi dengan sistem aliran permukaan cepat, setiap perbedaan kemiringan memperlihatkan kemampuan erosi yang berbeda-beda. Karangsambung mempunyai tiga tipe morfologi yaitu bentuklahan bentukan asal proses struktural (patahan dan lipatan), bentuklahan bentukan proses denudasional (perbukitan sisa, terisolir), dan bentuklahan bentukan asal proses fluvial (dataran banjir, daerah pengendapan, poin bar, danau tapal kuda, gosong sungai). Secara umum wilayah karangsambung merupakan daerah perbukitan dengan kondisi aliran permukaan cepat dan juga potensii air tanah yang sedikit. Pola dari keberadaan pemukiman mengikuti jalur sungai sehingga menandakan bahwa masyarakat masih tergantung dengan keberadaan sungai dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kerusakan sumberdaya lahan dapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan lahan sehingga akan menyebabkan kerugian-kerugian dalam masyarakat, seperti misalnya banjir, kekeringan, tanah longsor, pendangkalan sungai. Wilayah Karangsambung merupakan wilayah yang fenomenal dimana daerah tersebut terdapat berbagai macam jenis batuan, yaitu kelompok batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf yang tersingkap di daerah ini. Iklim tropis dalam kawasan menyebabkan terjadinya pelapukan yang intensif. Pada musim kemarau daerah ini sangat panas dan banyak partike-partikel tanah yang terurai sehinga ketika terjadi musim penghujan partikel-partikel tanah tersebut tererosi dan terendapkan di sungai Lukulo yang merupakan sungai utama di kawasan ini.

Selain faktor fisik kerusakan lahan juga disebabkan oleh faktor sosial budaya masyarakat, ketika masyarakat sudah terbentur dengan kebutuhan maka sumberdaya alam yang ada

(bahan galian) di eksploitasi baik penambangan batuan ataupun penambangan-penambangan dari material endapan sungai. Desakan kondisi sosial masyarakat juga mempengaruhi desakan lahan, salah satunya ditujukan adanya perubahan peruntukkan penggunaan lahan yang berkaitan dengan vegetasi. Semakin lama kerapatan vegetasi semakin berkurang sehingga akan menyebabkan peningkatan aliran permukaan dan penurunan air tanah. Dengan menggunakan analisis penginderaan jauh (remote sensing) dan SIG (Sistem Informasi Geografis) maka keterbatasan-keterbatasan mengenai lahan dapat dilakukan pengkajian. Dirasa perlu dilakukan suatu penelitian atau pengkajian mengenai karakteristik fisik lahan daerah Karangsambung sehingga dapat diketahui kondisi wilayah secara terintegrasi dan saling berhubungan. Kemiringan lereng dihitung dengan menggunakan analisis SIG, setiap kelerengan lahan berdasarkan pada garis konturnya, yang pada penelitian ini CI (countur interval) sebesar 12,5 meter. Dari pengolahan griding untuk menghasilkan peta kemiringan lereng, maka pada kawasan ini didapatkan 5 kelas kemiringan lereng berdasarkan metode Horn dengan satuan degrees. Untuk kelas Kemiringan pertama yaitu 0 17 yang memunyai luasan yang paling tinggi, kelas ini hampir tersebar merata dalam kawasan baik di bentuk lahan asal struktural, bentuk lahan asal denudasional, maupun bentuk lahan asal fluvial. Kemiringan kelas kedua yaitu antara 17 34 banyak terdapat di daerah formasi melange dan formasi waturanda yang merupakan bentuk lahan asal struktural dan sedikit ditemukan di daerah bentuk lahan asal denudasional. Kelas yang ketiga yaitu berkisar antara 34 51, pada kelas kemiringan ini masih banyak ditemukan di daerah formasi melange dan formasi waturanda akan tetapi hanya daerah atas/puncak perbukitannya. Kelas yang keempat yaitu berkisar antara 51 68 dengan jumlah yang sangat sedikit seperti halnya kelas kemiringan yang kelima (68 85). Kedua kelas kemiringan ini ditemukan pada lokasi-lokasi yang hampir sama yaitu daerah di sekitar koordinat UTM 349641 mT 9175657 mU, 352389 mT 9176353 mU, 345060 mT 9165836 mU, dan 348657 mT 9157847 mU. Untuk melakukan identifikasi mengenai kenampakan morfologi permukaan maka diperlukan suatu model 3 dimensional guna mendapatkan gambaran secara umum fisiografis permukaan. Pengolahan dalam pembuatan model 3 dimensional ini menggunakan SIG serta dapat di analisis lebih lanjut. Pada daerah penelitian kenampakan morfologi dapat dikategorikan menjadi tiga satuan bentukan lahan, yang pertama yaitu bentukan lahan asal proses struktural (endogen) yang meliputi daerah patahan dan daerah lipatan, bentukan lahan asal denudasional yang meliputi daerah-daerah perbukitan sisa, bukit tersiolasi, daerah-daerah longor, serta adalah bentuklahan asal fluvial yang meliputi daerah dataran aluvial, gosong sungai, point bar, sungai-sungai mati dan danau tapal kuda (oxbow lake). Bentukan lahan asal struktural (endogen) pada kawasan ini meliputi 2 macam yaitu berupa daerah lipatan dan daerah patahan. Daerah lipatan berupa suatu antiklinal yang telah mengalami erosi dan berubah menjadi lembah antiklin yang memiliki material berupa batuan sedimen yaitu batu pasir dan breksi. Daerah patahan terdapat di sebelah utara yang merupakan daerah melange, material yang terdapat pada daerah tersebut meliputi antara lain sekis, filit, grewake, serpentinit, gabro, batu gamping, basalt Bentuklahan denudasional merupakan suatu bentukan lahan dipermukaan yang telah mengalami/terkena tenaga dari proses eksogen. Pelapukan yang terjadi mengakibatkan proses gradasi dan agrasi permukaan. Pada kawasan ini proses erosi sangat mudah terjadi walaupun dalam ruang lingkup yang kecil, seperti pada daerah Waturanda perlapisan batuan sangat kentara dan tanah yang terjadi masih relatif tipis berada diatas bidang batuan yang padu,

ketika terjadi hujan maka longsoran-longsoran tanah kerap terjadi. Pada daerah perbukitan terisolasi terjadi pula longsoran tanah yang mengakibatkan wilayah disekitarnya tertimbun material longsoran. Kebanyakan proses pelapukan ini merupakan pelapukan fisika dan menyebabkan longsor akibat adanya tenaga grafitasi oleh beban air pada waktu hujan. Bentuklahan fluvial pada kawasan hanya sebagian kecil saja yaitu hanya disekitar sungai. Bentuklahan fluvial dipengaruhi oleh adanya tenaga air yang mengalir sehingga proses erosi, transportasi dan sedimentasi dari material-material permukaan di proses pada zona ini. Bentuklahan fluvial di kawasan meliputi daerah dataran aluvial yang secara material penyusun merupakan daerah yang subur akan tetapi daerah yang sering terkena dampak banjir pada saat sungai meluap. Gosong sungai adalah dasar dari sungai tersebut, sungai yang melewati kawasan karangsambung ini merupakan sungai meander sehingga banyak ditemukan poin bar-poin bar yang merupakan material yang terendapkan oleh transportasi air. Proses hydrolic action yang berupa menumbuk, menggerus dan menggendapkan sangat intensif terjadi. Selain banyak terdapat endapan akibat hydrolic action tersebut maka semakin lama sungai semakin tidak terkontrol, meandering yang terjadi semakin besar dan akan memotong sungai mencari jalur yang lebih pendek. Daerah yang dinggalkan akan membentuk seperti danau yang mirip dengan tapal kuda dan juga terdapat sungai mati. Permukaan lahan digunakan sebagai dasar untuk melakukan aktifitas masyarakat. Daerah dengan kondisi topografi yang landai, mempunyai tingkat kesuburan yang tinggi, air tanah yang melimpah serta sistem pengaliran air permukaan yang baik maka masyarakat akan lebih banyak dan terkonsentrasi di daerah tersebut. Kesesuaian penggunaan lahan sangat menentukan kenyamanan dalam bermukim, dengan menggunakan citra satelit tutupan lahan dapat diketahui keberadaan serta luasannya.Proses geomorfologis yang ada pada kawasan ini meliputi bentuklahan struktural, bentuklahan denudasional, serta bentuklahan fluvial. Secara garis besar kawasan ini merupakan suatu daerah perbukitan dengan pengatusan aliran permukaan yang cepat serta potensi air tanah yang kurang baik. pola penggunaan lahan permukiman masih tersebar mengikuti sungai sehingga dapat dipastikan bahwa masyarakat masih sangat bergantung pada keberadaan sungai dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai