Anda di halaman 1dari 3

http://leukosit.wordpress.

com/2009/07/27/radang-vs-infeksi-2/

RADANG vs INFEKSI
POSTED BY AMRAN ARSJAD RAGA 27 JULI 2009 6 KOMENTAR

FILED UNDER AKUT, ANTIBIOTIK, CALOR, DEMAM, DOLOR, FUNCTIO LAESA, INFEKSI, INFLAMMASI, RADANG, RUBOR, TUMOR

Masih sulit memisahkan kata radang dari bayang-bayang penyakit infeksi. Padahal sesungguhnya radang berbeda dengan infeksi meskipun infeksi sendiri selalu disertai dengan

peradangan. Sebagian orang mungkin akan bertanya-tanya ketika dokter mendiagnosa mereka mengalami radang tetapi mengapa tidak meresepkan obat antibiotik. Radang dalam bahasa medik dikenal dengan

Inflammasi yaitu suatu respon jaringan tubuh yang kompleks saat menerima rangsang yang kuat akibat pengrusakan sel, infeksi mikroorganisme patogen dan iritasi. Radang juga merupakan proses tubuh mempertahankan diri dari aneka rangsangan tadi agar tubuh dapat meminimalisir dampak dari rangsangan tadi. Peradangan dapat dikenali dengan

adanya beberapa tanda khas yang sering menyertai, Aulus Cornelius Celcus (30 SM 45 M) memberi istilah latin yaitu Rubor, Calor, Dolor, Tumor. Sementara Galen menambahkan dengan Functio laesa. Rubor berarti merah, daerah tubuh yang mengalami radang akan nampak lebih merah. Hal inilah yang paling mudah terlihat dan akhirnya masyarakat menjadikan sebagai trade mark radang. Misalnya lapisan permukaan tenggorokan menjadi lebih merah pekat, orang-orang spontan menyebut radang. Sampai akhirnya ketika orang menyebut radang maka langsung diasosiasikan sebagai penyakit/ gangguan tenggorokan. Padahal radang tidak hanya di tenggorokan, seluruh bagian tubuh manusia punya hak sama untuk menikmati radang. Calor berarti panas. Radang umumnya disertai dengan kenaikan suhu tubuh. Suhu tubuh diklasifikasi atas hipotermia (< 36oC), normotermi (36-37oC), subfebris (37,8oC) dan febris (>38oC). Dua yang terakhir disebut juga sebagai demam. Kenaikan suhu tubuh yang menyertai radang dapat berupa demam subfebris atau demam febris. Kenaikan panas tubuh disebabkan oleh meningkatnya aktifitas sel-sel imun (pertahanan) tubuh. Namun oleh sebagian orang tidak merasakan kenaikan suhu tubuh ini secara signifikan padahal ketika dilakukan pengukuran dengan termometer ternyata demam

subfebris, oleh sebab itu pengukuran suhu tubuh selalu dianjurkan menggunakan termometer dan bukan dengan meletakkan telapak tangan di dahi atau di leher. Dolor berarti nyeri. Tanda radang ini lebih bersifat subyektif sebab tidak dapat di nilai langsung oleh orang lain kecuali si pemilik tubuh yang menyatakan bahwa timbul rasa sakit. Rasa sakit muncul akibat pelepasan suatu zat yang dikenal dengan nama prostaglandin. Tumor adalah pembesaran abnormal dari bagian tubuh. Segala benjolan yang muncul baik di permukaan luar tubuh maupun sepanjang rongga tubuh disebut sebagai tumor. Benjolan ini pada keadaan normal tidak ada, tetapi oleh reaksi tubuh benjolan ini muncul menyertai tandatanda terdahulu. Benjolan dapat berukuran besar maupun kecil dengan batas yang bisa tegas atau tidak. Contoh yang sering ditemukan adalah bisul, jerawat, kutil ataupun bengkak. Functio laesa berarti gangguan fungsi. Pada keadaan radang maka organ tubuh yang terkena akan mengalami gangguan fungsi. Misalnya : sendi yang kaku pada rematik atau gangguan penyerapan cairan dalam usus pada keadaan diare. Bagaimana dengan infeksi. Infeksi merupakan adalah keadaan jaringan tubuh yang terpapar mikroorganisme baik oleh bakteri, virus, jamur maupun parasit. Sama seperti radang, infeksi dapat terjadi baik di permukaan luar tubuh maupun di permukaan rongga dalam tubuh. Dalam perjalanannya, bagian tubuh yang terinfeksi akan mengalami proses peradangan. Paparan mikroorganisme pada permukaan tubuh akan merangsang tubuh untuk melakukan penolakan terhadap agen infeksius tersebut maka muncullah tanda-tanda peradangan seperti di atas. Namun infeksi dapat juga terjadi belakangan setelah terlebih dulu terjadi radang, inilah yang disebut sebagai infeksi sekunder. Misalnya saat seorang atlet mengalami cedera otot pada luka terbuka resiko terjadinya infeksi tentu jauh lebih mudah dibandingkan luka tertutup. Bagian tubuh yang terluka akan mengalami

peradangan akibat terjadinya kerusakan jaringan, reaksi radang ini merupakan mekanisme pertahanan tubuh agar kerusakan tidak bertambah luas. Akan tetapi dalam perjalanannya, permukaan luka dapat saja terpapar oleh mikroorganisme patogen. Keadaan inilah yang disebut infeksi sekunder, tubuh merespon jauh lebih berat dan adakalanya dibutuhkan pemberian antibiotik selain obat antiradang (antiinflamasi drugs). Perjalanan infeksi dimulai jika ada jalur masuk (port dentry). Lalu setelah melewati masa inkubasi yaitu waktu dimana agen infeksi masuk ke dalam tubuh sampai munculnya gejala awal infeksi maka penderita akan mengalami fase akut. Jadi saat seseorang merasakan timbulnya gejala infeksi maka sebenarnya agen penyebab infeksi itu sendiri telah masuk ke dalam tubuh beberapa waktu sebelumnya. Namun perlu diketahui bahwa tidak semua

peradangan memerlukan antibiotik, kalaupun terjadi infeksi, tidak semua infeksi dapat diobati dengan antibiotik sebab infeksi yang penyebabnya bukan bakteri tentunya tidak efektif diobati dengan antibiotika. Setelah fase akut beberapa jenis infeksi dapat sembuh sendiri (self limiting diseases), ada juga yang sembuh dengan intervensi antibiotika sedangkan yang lainnya tidur (dormant) menjadi fase kronis dan sewaktu-waktu dapat aktif kembali. Secara umum radang dan infeksi memilki perbedaan gejala yang sangat tipis, tetapi dengan memahami perbedaan ini kita berharap bisa mendapatkan pelayanan pengobatan yang rasional, efektif dan ekonomis. (dr.Amran)

Anda mungkin juga menyukai