Anda di halaman 1dari 26

MATRIKULASI ILMU DASAR

KEPERAWATAN II TAHUN 2022


ILMU DASAR
KEPERAWATAN II

CAPAIAN MATA KULIAH DAN


DESKRIPSI MATA KULIAH Click icon to add picture
Konsep patologi dan patofisiologi
1. Penerapan konsep patofisiologi dan patogenesis 6. Mekanisme proses degenaratif
penyakit dalam asuhan keperawatan 7. Mekanisme fisiologis tumbuh kembang
2. Teori penyebab neoplasma 8. Mekanisme gangguan tumbuh kembang
3. Faktor-faktor dalam karsinogenesis 9. Mekanisme fisiologis proses menua
4. Manifestasi klinis neoplasma 10. Proses , tanda dan gejala serta respon inflamasi dan
5. Predisposisi genetic, Kelainan kongenital, Kelainan infeksi
herediter (penyakit keturunan
Konsep patofisiologi dan patogenesis

Patofisiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang


mekanisme terjadinya penyakit, sedangkan patogenesis
adalah proses yang menyebabkan terjadinya penyakit.
Penerapan konsep patofisiologi dan patogenesis dalam
asuhan keperawatan merupakan salah satu cara untuk
memahami dan menangani penyakit yang dialami oleh
seorang pasien dengan cara
• mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan pasien
• melakukan pemeriksaan fisik
• menggunakan hasil pemeriksaan laboratorium.
• memahami mekanisme terjadinya penyakit
• mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit tersebut
• mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang tepat untuk
menangani penyakit tersebut.
Penerapan Dalam ASKEP

Memahami bagaimana penyakit tersebut dapat mempengaruhi sistem-sistem tubuh


pasien.
Exp: jika pasien menderita penyakit jantung, perawat harus memahami bagaimana
penyakit tersebut dapat mempengaruhi sistem kardiovaskular pasien dan bagaimana hal
tersebut dapat mempengaruhi kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan.

Pemahaman patofisiologi dan patogenesis penyakit dapat memberikan asuhan


keperawatan yang lebih efektif dan tepat sasaran, dapat membantu pasien dalam
mengelola penyakit yang dialami, mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi, dan
mempercepat proses penyembuhan.
Neoplasma dan karsinogen
Teori penyebab neoplasma atau kanker adalah teori yang menjelaskan tentang mekanisme
terjadinya kanker atau pertumbuhan sel kanker di dalam tubuh. Ada beberapa teori penyebab
neoplasma yang dikenal, di antaranya adalah teori mutasi gen, teori infeksi, dan teori
hormonal.

Teori mutasi gen menyatakan bahwa kanker terjadi akibat adanya mutasi gen yang
mengakibatkan pertumbuhan sel kanker yang tidak terkontrol. Mutasi gen ini dapat disebabkan
oleh berbagai faktor, seperti radiasi, obat-obatan, dan paparan zat kimia.

Teori infeksi menyatakan bahwa kanker dapat disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri yang
menyebabkan pertumbuhan sel kanker. Beberapa virus atau bakteri yang dapat menyebabkan
kanker antara lain virus hepatitis B dan C, virus HPV, dan Helicobacter pylori.

Teori hormonal menyatakan bahwa kanker dapat disebabkan oleh kelainan hormonal yang
menyebabkan pertumbuhan sel kanker. Beberapa kelainan hormonal yang dapat menyebabkan
kanker antara lain kekurangan atau kelebihan hormon estrogen, progesteron, dan testosterone.

Faktor-faktor dalam karsinogenesis adalah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya proses


pertumbuhan sel kanker. Faktor-faktor ini dapat berupa faktor internal, seperti mutasi gen,
infeksi, dan kelainan hormonal, atau faktor eksternal, seperti paparan radiasi, merokok, dan
paparan zat kimia.
Manifestasi klinis neoplasma adalah gejala-gejala yang dapat dilihat atau dirasakan oleh
pasien yang menderita kanker. Gejala-gejala ini dapat berupa gejala lokal, seperti adanya
benjolan atau perubahan pada kulit, atau gejala sistemik, seperti demam, kehilangan
nafsu makan, dan kelelahan. Gejala-gejala yang dialami oleh pasien tergantung pada jenis
dan stadium kanker yang diderita.

Predisposisi genetic adalah keadaan dimana seseorang memiliki kecenderungan untuk


menderita suatu penyakit akibat adanya mutasi gen yang diturunkan dari orang tua.
Predisposisi genetic ini tidak menjamin bahwa seseorang akan pasti menderita penyakit
tersebut, tetapi hanya menunjukkan bahwa orang tersebut memiliki risiko yang lebih
tinggi untuk menderita penyakit tersebut dibandingkan dengan orang lain.

Kelainan kongenital adalah kelainan yang terjadi pada saat lahir dan dapat diturunkan dari
orang tua atau terjadi secara spontan. Kelainan kongenital ini dapat berupa kelainan
struktural, seperti kelainan jantung, atau kelainan metabolik, seperti kelainan enzim.

Kelainan herediter atau penyakit keturunan adalah penyakit yang diturunkan dari orang
tua kepada anak. Penyakit ini dapat disebabkan oleh mutasi gen yang diturunkan dari
orang tua kepada anak. Penyakit herediter ini dapat berupa penyakit genetik, seperti
sindrom Down, atau penyakit multifactorial, seperti diabetes
Mekanisme proses degenaratif adalah proses yang menyebabkan terjadinya penurunan
atau kerusakan pada sel-sel atau jaringan tubuh. Proses ini dapat terjadi akibat berbagai
faktor, seperti usia, paparan radiasi, dan paparan zat kimia. Proses degenaratif ini dapat
menyebabkan terjadinya penyakit, seperti penyakit jantung, stroke, dan osteoarthritis

Mekanisme fisiologis tumbuh kembang adalah proses yang terjadi dalam tubuh selama
periode tumbuh kembang, yaitu dari masa kehamilan hingga dewasa. Proses tumbuh
kembang ini dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti genetik, nutrisi, dan lingkungan.

Mekanisme gangguan tumbuh kembang adalah mekanisme yang menyebabkan


terjadinya gangguan pada proses tumbuh kembang. Gangguan tumbuh kembang dapat
disebabkan oleh faktor-faktor seperti nutrisi yang tidak adekuat, infeksi, dan paparan zat
kimia atau radiasi. Gangguan tumbuh kembang dapat menyebabkan terjadinya kelainan
struktur fisik atau kelainan dalam perkembangan mental dan emosional.

Mekanisme fisiologis proses menua adalah proses yang terjadi dalam tubuh selama masa
dewasa hingga lanjut usia. Proses menua ditandai dengan penurunan fungsi fisik dan
mental yang biasanya terjadi secara bertahap. Proses menua dapat disebabkan oleh
faktor-faktor seperti penurunan aktivitas hormon, stres oksidatif, dan paparan zat kimia
atau radiasi. Proses menua juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti nutrisi,
tingkat aktivitas fisik, dan lingkungan.
Proses inflamasi

Respon inflamasi
Proses inflamasi adalah Tanda-tanda inflamasi
adalah tindakan yang
proses yang terjadi adalah gejala-gejala
dilakukan oleh tubuh
pada tubuh sebagai yang terlihat atau Gejala-gejala inflamasi
untuk menangani
respon terhadap dirasakan oleh adalah gejala-gejala
inflamasi. Respon
adanya cedera atau seseorang yang sedang yang dirasakan oleh
inflamasi terdiri dari
infeksi. Inflamasi terjadi mengalami inflamasi. seseorang yang sedang
beberapa tahap, yaitu
sebagai mekanisme Tanda-tanda inflamasi mengalami inflamasi.
tahap vasodilatasi,
pertahanan tubuh biasanya meliputi Gejala-gejala inflamasi
tahap peningkatan
untuk mengeluarkan peradangan, rubor biasanya meliputi
permeabilitas
zat-zat asing atau toksin (pembengkakan dan demam, nyeri,
pembuluh darah, tahap
dari tubuh, serta kemerahan), calor kelelahan, dan mual.
migrasi sel-sel
menyembuhkan (panas), dan dolor
inflamasi, dan tahap
cedera. (nyeri).
pembentukan nekrosis.
Proses infeksi

Proses infeksi adalah Tanda-tanda infeksi


proses yang terjadi pada adalah gejala-gejala
tubuh saat terjadi infeksi yang terlihat atau
oleh mikroorganisme dirasakan oleh
seperti virus, bakteri, seseorang yang sedang
atau jamur. Infeksi dapat mengalami infeksi.
terjadi pada berbagai Tanda-tanda infeksi
bagian tubuh, seperti biasanya meliputi
saluran pernapasan, demam, batuk, pilek, Respon infeksi adalah
kulit, saluran kemih, sakit tenggorokan, dan tindakan yang dilakukan
atau sistem pencernaan. diare. Gejala-gejala infeksi oleh tubuh untuk
adalah gejala-gejala menangani infeksi.
yang dirasakan oleh Respon infeksi terdiri
seseorang yang sedang dari beberapa tahap,
mengalami infeksi. yaitu tahap pertahanan
Gejala-gejala infeksi awal tubuh, tahap
biasanya meliputi peningkatan produksi
demam, nyeri, sel-sel inflamasi, tahap
kelelahan, dan mual. pembentukan nekrosis,
dan tahap pembentukan
jaringan parut.
Perbedaan proses infeksi berbagai agen
infeksius berdasarkan struktur, siklus hidup, dan
mekanisme menyebabkan kerusakan sel pejamu
1. mikrobiologi dasar
2. Respon imun
3. Imunodefesiensi
4. Hipersensitivitas
5. Autoimun
Mikrobiologi

Mikrobiologi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari mikroorganisme, yaitu


organisme yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroorganisme ini
termasuk bakteri, jamur, protozoa, dan virus

Peran mikroorganisme dalam tubuh manusia sangat penting. Beberapa


mikroorganisme dapat membantu mengatur proses-proses penting dalam tubuh,
seperti pencernaan, metabolisme, dan sistem kekebalan tubuh. Namun, beberapa
mikroorganisme juga dapat menyebabkan penyakit, terutama jika mereka berkembang
biak di tubuh dalam jumlah yang berlebihan atau jika mereka masuk ke dalam tubuh
melalui luka atau melalui makanan atau air yang terkontaminasi

Penelitian dalam bidang mikrobiologi dasar telah membantu dalam pengembangan


obat-obatan, vaksin, dan teknik pencegahan infeksi yang efektif.
Respon imun Ada dua jenis respon imun yaitu respon imun spesifik dan
respon imun nonspesifik. Respon imun spesifik merupakan
mekanisme yang memperlambat atau menghancurkan
mikroorganisme asing dengan cara mengenali protein
spesifik pada permukaan mikroorganisme tersebut. Respon
imun spesifik terdiri dari dua jenis, yaitu respon imun
humoral dan respon imun seluler. Respon imun humoral
terjadi ketika sel-sel B menghasilkan antibodi yang
mengenali dan menghancurkan mikroorganisme asing.
Sementara itu, respon imun seluler terjadi ketika sel-sel T
membunuh sel-sel yang telah terinfeksi virus atau bakteri.

Respon imun nonspesifik merupakan mekanisme pertahanan yang


selalu aktif untuk melindungi tubuh dari serangan mikroorganisme.
Respon imun nonspesifik terdiri dari barier fisik (kulit dan mukosa),
sistem pengusiran (pembuluh darah dan sistem limfatik), dan sistem
pertahanan seluler (makrofag dan neutrofil).

Respon imun adalah mekanisme yang dimiliki tubuh untuk Imunodefesiensi adalah keadaan di mana sistem imun tubuh tidak
melindungi diri dari serangan bakteri, virus, dan berfungsi dengan baik, sehingga mudah terkena infeksi.
mikroorganisme lainnya yang dapat menyebabkan penyakit. Imunodefesiensi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi
HIV, kekurangan nutrisi, dan pengobatan yang mempengaruhi sistem
Respon imun terdiri dari berbagai macam sel dan protein imun. Penderita imunodefesiensi harus selalu waspada terhadap
yang bekerja sama untuk mengenali dan menghancurkan infeksi dan harus menjaga kebersihan yang baik untuk mencegah
mikroorganisme asing yang masuk ke dalam tubuh . terjadinya infeksi.
Hipersensivitas dan Autoimun
Hipersensitivitas adalah • Tipe I adalah reaksi alergi yang cepat terjadi, seperti asma atau rinitis alergi.
reaksi tubuh yang • Tipe II adalah reaksi yang terjadi akibat antibodi menyerang sel-sel tubuh
terlalu berlebihan sendiri, seperti pada penyakit transfusi darah.
• Tipe III adalah reaksi yang terjadi akibat agregasi (penggumpalan) protein
terhadap zat asing atau dalam tubuh, seperti pada sindrom nefrotik.
alergen yang masuk ke • Tipe IV adalah reaksi yang terjadi secara perlahan setelah kontak dengan zat
asing, seperti reaksi terhadap kulit terkena obat-obatan topikal
dalam tubuh.

Autoimun adalah suatu • Autoimun dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti infeksi, obat-obatan,
keadaan dimana sistem atau faktor keturunan. Penyakit autoimun dapat menyebabkan kerusakan
pada jaringan tubuh yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan,
pertahanan tubuh seperti lupus, diabetes tipe 1, dan tiroiditis. Oleh karena itu, penting untuk
menyerang sel-sel dan melakukan pemeriksaan rutin dan mengikuti pengobatan yang tepat agar
penyakit autoimun dapat dicegah atau diobati sejak dini.
jaringan tubuh sendiri.
Konsep Dasar Farmakologi Yang
Mendasari Pemberian Terapi
1. Pengertian farmakologi 8. Penghitungan dosis obat
2. Aspek legal dalam pengobatan 9. Rute pemberian obat
3. Bentuk sediaan obat Mekanisme kerja obat: Farmasetik, 10. Bahaya penggunaan/pem berian obat pada pasien
Farmakokinetik, Farmakodinamik 11. Peran kolaboratif perawat dalam pelaksanaan prinsip
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme kerja farmakologi
obat 12. Pelaksanaan : merujuk pada prinsip 12 Benar
5. Interaksi obat di dalam tubuh penggunaan obat.
6. Penggolongan obat berdasarkan keamanan
7. Klasifikasi Obat berdasarkan kegunaan dan efek
Farmakologi
farmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang obat-obatan dan cara kerja obat
dalam tubuh. Farmakologi mempelajari tentang obat-obatan yang digunakan untuk
mengobati penyakit, mengurangi gejala, atau mencegah penyakit. Farmakologi juga
mempelajari interaksi obat dengan tubuh dan cara obat diserap, disalurkan, dan
dieliminasi dari tubuh.

Aspek legal dalam pengobatan adalah peraturan yang mengatur tentang pembuatan,
distribusi, dan penggunaan obat-obatan. Aspek legal ini bertujuan untuk menjamin
keamanan dan efektivitas obat-obatan yang digunakan oleh masyarakat. Aspek legal
juga mengatur tentang pemakaian obat-obatan yang terlarang, seperti obat terlarang
atau obat yang digunakan untuk tujuan lain selain terapi

Bentuk sediaan obat adalah cara obat disajikan kepada pasien. Bentuk sediaan obat
dapat berupa tablet, kapsul, sirup, salep, atau injeksi. Bentuk sediaan obat dipilih
sesuai dengan kebutuhan pasien dan cara kerja obat tersebut.
Mekanisme kerja obat Faktor-faktor yang
Interaksi obat
mempengaruhi
• Farmasetik adalah ilmu yang • Dosis obat • Interaksi obat di dalam tubuh adalah
mempelajari tentang cara pembuatan, • Cara pemberian obat cara obat berinteraksi dengan zat lain
formulasi, dan stabilitas obat. • Faktor individual: Faktor-faktor seperti yang ada di dalam tubuh, seperti obat
• Farmakokinetik adalah ilmu yang usia, jenis kelamin, dan ras dapat lain, makanan, atau zat kimia lainnya.
mempelajari tentang cara obat diserap, mempengaruhi mekanisme kerja obat • Interaksi obat dapat mempengaruhi
disalurkan, dan dieliminasi dari tubuh. • Faktor lingkungan: Faktor lingkungan cara obat bekerja di dalam tubuh, baik
• Farmakodinamik adalah ilmu yang seperti suhu, kelembaban, dan meningkatkan atau menurunkan efek
mempelajari tentang mekanisme kerja konsentrasi obat dapat mempengaruhi obat.
obat dalam tubuh, yaitu bagaimana mekanisme kerja obat. • Interaksi obat dapat terjadi di tingkat
obat berinteraksi dengan targetnya absorpsi, distribusi, metabolisme, atau
dalam tubuh dan menghasilkan efek eliminasi obat.
terapeutik.
• Obat bebas adalah obat yang memiliki risiko keamanan yang rendah, sehingga dapat dijual bebas di apotek atau toko
obat tanpa resep dokter.
• Obat bebas terbatas adalah obat yang memiliki risiko keamanan sedang, sehingga hanya dapat dijual dengan resep
Berdasarkan dokter.
keamanan. • Obat keras adalah obat yang memiliki risiko keamanan tinggi, sehingga hanya dapat dijual dengan resep dokter dan
harus disimpan dalam tempat yang tertutup.
• Obat terlarang adalah obat yang memiliki risiko keamanan yang sangat tinggi, sehingga tidak diizinkan untuk dijual
dan digunakan.

 Obat penurun demam (antipiretik)Obat penghilang rasa sakit (analgesik) berfungsi untuk menghilangkan atau
mengurangi rasa sakit yang terjadi pada tubuh. Contohnya: paracetamol, aspirin.
 Obat antiinflamasi (NSAID) berfungsi untuk mengurangi peradangan yang terjadi pada tubuh. Contohnya: ibuprofen,
naproxen.
 Obat penurun tekanan darah (antihipertensi) berfungsi untuk menurunkan tekanan darah yang terlalu tinggi.
Contohnya: captopril, losartan.
 Obat penurun kolesterol (statin) berfungsi untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Contohnya:
Berdasarkan simvastatin, atorvastatin.
 Obat anti jamur (antimikotik) berfungsi untuk mengobati infeksi jamur yang terjadi pada tubuh. Contohnya:
kegunaan
fluconazole, terbinafine.
dan efek  Obat anti depresan berfungsi untuk mengobati depresi, yaitu gangguan mood yang ditandai dengan perasaan sedih
yang berlangsung lama dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Contohnya: fluoxetine, sertraline.
 Obat anti asma (bronkodilator) berfungsi untuk melegakan jalan napas pada penderita asma yang terganggu.
Contohnya: salbutamol, terbutaline.
 Obat penenang (sedatif) berfungsi untuk menenangkan sistem saraf yang terlalu aktif sehingga dapat membantu
mengurangi kecemasan dan meningkatkan kualitas tidur. Contohnya: diazepam, lorazepam.
 Obat kemoterapi berfungsi untuk mengobati kanker dengan cara membunuh sel-sel kanker yang tumbuh dengan
cepat. Contohnya: cisplatin, carboplatin.
Perhitungan dosis obat
Tentukan jenis obat yang akan diberikan.

Tentukan dosis obat yang tepat untuk pasien.

Tentukan jumlah obat yang akan diberikan

Tentukan rute pemberian obat yang tepat

Tentukan interval pemberian obat

Berikan obat kepada pasien sesuai dengan dosis yang telah


ditentukan, rute pemberian yang tepat, dan interval pemberian
yang tepat
Catat pemberian obat dan observasi efeknya
• oral (melalui mulut)
Rute • intravena (melalui vena)
pemberia • intramuskular (melalui otot)
n obat • subkutan (di bawah kulit)
• transdermal (melalui kulit)

Bahaya penggunaan atau pemberian obat pada pasien dapat terjadi jika obat diberikan dalam
jumlah yang salah atau jika pasien memiliki intoleransi terhadap obat tertentu. Efek samping obat
yang mungkin terjadi termasuk reaksi alergi, kerusakan organ, dan efek toksik. Oleh karena itu,
penting untuk memastikan bahwa pasien menerima jumlah obat yang tepat dan tidak memiliki
intoleransi terhadap obat yang akan diberikan.

Peran kolaboratif perawat dalam pelaksanaan prinsip farmakologi sangat penting dalam
menjamin bahwa pasien menerima obat yang tepat dengan cara yang tepat. Perawat bekerja
sama dengan dokter dan tim kesehatan lainnya untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip
farmakologi diikuti selama proses pemberian obat kepada pasien.
12 Benar" penggunaan obat
Benar Benar
Benar obat
penyimpanan penandaan

Benar
Benar tanda
Benar dosis perubahan
tangan
obat

Benar obat Benar


Benar rute
baru. dokumentasi

Benar
Benar interval Benar pasien
komunikasi
Konsep Dasar Penatalaksanaan Specimen
Dan Pemeriksaan Data Penunjang Lain
1. Jenis-jenis pemeriksaan penunjang
2. Prinsip persiapan pemeriksaan penunjang
3. Peran perawat dalam pemeriksaan untuk data penunjang pasien (pemeriksaan
laboratorium, rontgen, dll)
Jenis-jenis pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium: termasuk pemeriksaan darah, urin, dan spesimen cairan lainnya untuk
mengetahui tingkat hormon, enzim, dan protein dalam tubuh.

Radiologi: termasuk pemeriksaan rontgen, CT scan, MRI, dan PET scan untuk mengukur struktur
dan fungsi organ tubuh dengan menggunakan radiasi atau gelombang magnet.

EKG (elektrokardiogram): pemeriksaan yang mengukur aktivitas listrik jantung untuk mengetahui
apakah ada masalah dengan jantung.

Endoskopi: pemeriksaan yang menggunakan alat berbentuk tabung yang dilengkapi dengan
kamera untuk melihat bagian dalam tubuh, seperti saluran cerna atau paru-paru.

Biopsi: pemeriksaan yang mengambil sampel jaringan tubuh untuk diperiksa di laboratorium.
Persiapan pemeriksaan penunjang
Mengikuti instruksi dari dokter atau petugas medis mengenai apa yang harus dilakukan
sebelum pemeriksaan, seperti mengonsumsi atau tidak mengonsumsi makanan atau obat
tertentu.

Membawa dokumen medis yang relevan, seperti hasil pemeriksaan sebelumnya atau resep
obat.

Mengikuti instruksi mengenai pakaian yang harus dikenakan, misalnya menggunakan pakaian
yang tidak mengganggu atau tidak menggunakan sesuatu yang bisa mempengaruhi hasil
pemeriksaan, seperti gelang atau perhiasan.

Menjaga kondisi fisik yang sehat sebelum pemeriksaan, seperti tidur yang cukup dan
mengonsumsi makanan yang sehat.

Menjaga keamanan diri dengan mengikuti instruksi mengenai keamanan pemeriksaan, seperti
menjauhkan diri dari peralatan yang terhubung dengan listrik.
Peran perawat
Mengatur jadwal pemeriksaan: perawat biasanya akan bertanggung jawab untuk mengatur jadwal pemeriksaan penunjang
pasien, termasuk mengatur waktu dan lokasi pemeriksaan.

Memberikan informasi tentang pemeriksaan: perawat harus memberikan informasi yang jelas dan lengkap tentang
pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan kepada pasien, termasuk apa yang harus dilakukan sebelum dan setelah
pemeriksaan, serta risiko dan kemungkinan efek samping yang mungkin terjadi.
Mempersiapkan pasien untuk pemeriksaan: perawat harus membantu pasien mempersiapkan diri untuk pemeriksaan
penunjang, seperti dengan memberikan instruksi mengenai apa yang harus dikenakan, apa yang harus dibawa, dan apa yang
harus dilakukan sebelum pemeriksaan.

Mengatur alat pemeriksaan: perawat harus memastikan bahwa alat pemeriksaan penunjang yang akan digunakan dalam
pemeriksaan tersebut tersedia dan dalam kondisi yang baik.

Menjalankan pemeriksaan: perawat bisa menjalankan pemeriksaan penunjang sendiri atau membantu dokter atau tenaga
medis lainnya dalam menjalankan pemeriksaan.

Mengumpulkan dan mengolah data: perawat harus mengumpulkan dan mengolah data yang diperoleh dari pemeriksaan
penunjang, termasuk memasukkan hasil pemeriksaan ke dalam rekam medis pasien.

Memberikan informasi hasil pemeriksaan: perawat harus memberikan informasi hasil pemeriksaan penunjang kepada pasien
dan keluarganya, serta membantu menjelaskan apa artinya hasil tersebut dan apa tindakan selanjutnya yang harus
dilakukan.
TERIMAKAS
IH
Referensi
Aschenbrenner, DS. & Venable, S.J. (2012). Drug therapy in nursing.
Philadelphia: Lippincott William & Wilkins
Bullock, B.A. (2000). Focus on pathophisiology. Philadelphia: JB.Lippincott
Burton, GRW. & Engelkirk, PG. (2004). Microbiology for the health
sciences. 7th ed. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.
Copstead, L.C. and Banasik, J.L. (2000). Pathophysiology : Biological and
behaviour perspectives. Philadelphia :W.B. Saunders Company.
Gandahusada, S., Henrry D., Wita P. (2004). Parasitologi Kedokteran.
Jakarta: Balai Penerbit FK-UI
Greenwood, D., Slack, RCB., Peutheren, J. (2002). Medical microbiology: a
guide to microbial infections: pathogenesis, immunity, laboratory,
diagnosis, and control. (edisi 16). New York: Churchill Livingstone.
Huether S.E. and McCance K.L. (2016) Understanding Pathophysiology.
6th edition. Mosby: Elsevier Inc.
McCuistion L.E., Kee, J.L. and Hayes, E.R. (2014). Pharmacology: A
Patient-Centered Nursing Process Approach.8th ed. Saunders: Elsevier
Inc.
Pagana K.D., Oagana T.J. (2014). Mosby's Manual of Diagnostic and
Laboratory Tests. 5th edition. Mosby: Elsevier Inc.
Malarkey L.M., McMorrow M.E. (2012). Saunders Nursing Guide to
Laboratory and Diagnostic Tests. 2nd edition. Saunders: Elsevier Inc

Anda mungkin juga menyukai