Anda di halaman 1dari 80

TINGKAT PENGETAHUAN DIET PASIEN DIABETES MELLITUS SERTA KOMPLIKASINYA DI POLIENDOKRINOLOGI, DEPARTMEN ILMU PENYAKIT DALAM, RSUP HAJI

ADAM MALIK, MEDAN, TAHUN 2010.

Oleh: BARAN PALANIMUTHU 070100287

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

TINGKAT PENGETAHUAN DIET PASIEN DIABETES MELLITUS SERTA KOMPLIKASINYA DI POLIENDOKRINOLOGI, DEPARTMEN ILMU PENYAKIT DALAM, RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN, TAHUN 2010.

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh: BARAN PALANIMUTHU 070100287

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010


2

TINGKAT PENGETAHUAN DIET PASIEN DIABETES MELLITUS SERTA KOMPLIKASINYA DI POLIENDOKRINOLOGI, DEPARTMEN ILMU PENYAKIT DALAM, RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN, TAHUN 2010.

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran Oleh: BARAN PALANIMUTHU 070100287

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


3

LEMBAR PENGESAHAN TINGKAT PENGETAHUAN DIET PASIEN DIABETES MELLITUS SERTA KOMPLIKASINYA DI POLI-ENDOKRINOLOGI, DEPARTMEN ILMU PENYAKIT DALAM, RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN, TAHUN 2010. Nama NIM Pembimbing : BARAN PALANIMUTHU : 070100287 Penguji

(dr. Soegiarto Gani, Sp.PD) NIP: 19710322 200501 1 1 004

(dr. Johny Marpaung, SpOG.)

(dr. Lita Feriyawati, M.Kes.)

Medan, 25 November 2010 Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof.dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP : 19540220 198011 1 001


4

ABSTRAK

Diabetes mellitus atau penyakit gula merupakan satu penyakit kronis yang disebabkan berkurangnya produksi insulin dari pankrease maupun insulin yang dihasilkan tidak efektif dalam mengurangi kadar gula darah. Keadaan ini akan meningkatkan kadar gula darah sehingga merusakkan kebanyakkan sistem badan. Penyakit dengan prevalensi yang tinggi ini tidak dapat diobati secara tuntas, tetapi dapat dicegah atau.dikontrol supaya tidak menjadi kronik. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan diet Diabetes Mellitus serta komplikasinya di PoliEndokrinologi, RSUP Haji Adam Malik, Medan. Manakala, tujuan khusus penelitian ini meliputi sejauh mana masyarakat faham akan kepentingan diet diabetes serta komplikasi dari perjalanan penyakit ini. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian survei deskriptif dengan desain cross sectional. Kesemua 75 orang responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini merupakan pasien yang berobat ke Poli-Endokrinologi dan dipilih dengan metode simple random sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahawa seramai 43 orang (57,3%) responden mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang, manakala 26 orang (34,7%) responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang dan hanya 6 orang (8%) responden mempunyai tingkat pengetahuan yang baik mengenai diet Diabetes Mellitus serta komplikasinya. Kesimpulannya kebanyakan ahli masyarakat mempunyai pengetahuan yang baik serta sedang mengenai diet Diabetes Mellitus serta komplikasinya. Namun, masih ada sebahagian besar lagi masih mempunyai pengetahuan yang kurang mengenai perkara ini yang boleh memperparah perjalanan penyakit DM mereka.

Kata Kunci : Diabetes Mellitus , Diet, Komplikasi

ABSTRACT

Diabetes Mellitus is a chronic disease caused by decreased insulin production by pancrease or ineffectiveness of insulin in reducing blood sugar level. This condition will increase the blood glucose level until it effects majority of body system. These highly prevalenced disease cant be fully cured but can be prevented or controlled. The general purpose of these study is to to determine the level of knowledge about diabetic diet and its complication among patients in Poly-Endocrine, Department of Internal Medicine, Haji Adam Malik General Hospital. The specific objectives of this study is to review the communities level of knowledge regarding diabetic diet and complications. Cross-sectional descriptive survey have been applied in these study. All 75 respondants who are the sample of these study are patients from Poly-Endocrinology and been choosen using simple random sampling method. The study results shows that 45 respondance (53.3%) achieved intermediate knowledge level, wherelse 26 respondance (34.7%) have low level of knowledge. There is only 6 respondance (8%) achieved the level of high knowledge of diabetic diet and complications. In conclusion, majority of people have high and intermediate level of knowledge regarding diabetic diet and complications. But there are also a big number of people who are lack of knowledge, hence worsen the disease

Keyword : Diabetes Mellitus,Diet, Complications.

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dalam rangka memenuhi kewajiban untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Rasa hormat, cinta dan terima kasih yang dalam saya persembahkan kepada kedua orang tua saya, serta kakak-kakakku atas doa dan dukungannya selama ini kepada saya selama menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Saya mengucapkan terima kasih kepada dr. Soegiarto Gani, Sp.PD selaku dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini yang telah menyediakan waktu, tenaga, pemikiran dan kesabarannya sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik. Dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah ini, saya juga mendapatkan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dosen penguji seminar proposal dan hasil penelitian dr. Johny Marpuang, SpOG dan dr. Lita Feriyawati, M.Kes. 2. Dekan Fakultas Kedokteran USU dan seluruh staf pengajar FK USU. 3. Pimpinan RSUP Haji Adam Malik yang telah memberikan peluang kepada saya untuk melaksanakan penelitian di Poli-Endokrinologi RSUP Haji Adam malik, Medan. 4. Loga, Simran, Kavitha, Mugin ,Kam Hong dan Akash yang sudah sangat membantu baik moral atau materi, memberikan masukan serta motivasi demi selesainya Karya Tulis Ilmiah ini. 5. Teman-teman sekelompok saya, karena walaupun tugasan ini merupakan tugasan individu, tetapi mereka tetap banyak membantu saya dan bekerjasama dalam meyelesaikan tugasan ini.
7

6. Semua pasien di poli-endokrin, Departemen Penyakit Dalam, Rumah Sakit Haji Adam Malik yang sudi menjadi responden pada penelitian ini. 7. Orang tua saya yang memberi semangat kepada saya sepanjang pelaksanaan penelitian saya, saya ucapkan ribuan terima kasih.

Saya menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun bahasanya. Tak ada gading yang tak retak. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini di masa yang akan datang. Akhirnya peneliti mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat membawa manfaat terutama bagi peneliti sendiri dan para pembaca sekalian.

Medan,

Nopember 2010

Baran Palanimuthu NIM : 070100287

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL....................................................... .. i ii iii iv v

HALAMAN PENGESAHAN............................................................ ABSTRAK...................................................................................... ABSTRACT.................................................................................... KATA PENGANTAR ......................................................................

DAFTAR ISI .................................................................................. . vii DAFTAR GAMBAR........................................................................ vii

DAFTAR TABEL... x DAFTAR KATA... xi DAFTAR LAMPIRAN.. xii

BAB I PENDAHULUAN....................................................... 1.1 Latar Belakang......................................................... 1.2 Rumusan Masalah........................................................... 1.3 Tujuan Penelitian............................................................ 1.4 Manfaat Penelitian..........................................................

1 1 3 3 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................... 2.1 Diabetes Mellitus............................................................ 2.1.1. Definisi................................................................. 2.1.2. Etiologi...................................................... .......... 2.1.3. Epidemologi.................................. 2.1.4. Faktor Resiko .................................................... 2.1.5. Klasifikasi................................. 2.1.6. Patofisiologi..................................... 2.1.7. Manifestasi Klinis................................................ 2.1.8. Diagnosa.............................................................. 2.1.9. Penatalaksanaan................................................... 2.1.10. Komplikasi.........................................................

5 5 5 5 6 8 8 8 9 10 11 14

2.2. Diet Pasien Diabetes Mellitus.......................................

14

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL.... 18 3.1 Kerangka Konsep Penelitian........................................... 3.2 Defenisi Operasional........................................................ 18 18

10

BAB 4 METODE PENELITIAN............................................. 4.1 Jenis Penelitian.................................................... .......... 4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian........................................... 4.3 Populasi dan Sampel Penelitian...................................... 4.4 Teknik Pengumpulan Data.............................................. 4.5 Pengolahan dan Analisa Data.........................................

20 20 20 21 22 25

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................... 5.1 Hasil Penelitian............................................................ 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian.................................. 5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden.......................... 5.1.3. Tingkat Pengetahuan Responden............................. 5.2. Pembahasan.................................................................. 5.2.1. Tingkat Pengetahuan responden..............................

26 26 26 27 28 35 35

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN.............................................. 6.1. Kesimpulan.................................................................. 6.2. Saran............................................................................

40 40 40

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... LAMPIRAN


11

42

DAFTAR GAMBAR

Halaman 3.1 Kerangka konsep Pengetahuan Diet pasien DM & Komplikasi 18

12

DAFTAR TABEL Halaman 4.1 Uji validitas dan Reliabilitas 5.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin. 5.2 Karakteristik responden berdasarkan kelompok umur. 5.3 Pecahan berdasarkan kategori tingkat pengetahuan diet pasien Diabetes 5.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden... 30 34 25 29 29

13

DAFTAR KATA

AIDS n DM P R CRP FK USU HIV KIPDI III WHO BMR

Acquired Immunodeficiency Syndrome Jumlah/ frekuensi Diabetes Mellitus Nilai signifikan uji t Nilai koefisien korelasi Community Resarch Program Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Human immunodeficiency Virus Kompetensi Pendidikan Kedokteran Dasar Indonesia World Health Organization Basal Metabolism Rate Alpha value

M Etc

Mean Et cetera

14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Persetujuan Komisi Etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan 2 Lembar penjelasan 3 Surat persetujuan (Informed Consent) 4 Kuesioner penelitian 5 Uji validitas dan reliabilitas kuesioner 6 Data masukan 7 Data SPSS (hasil output)

15

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) ditandai dengan penumpukan gula darah (glukosa) yang membuat kadarnya naik hingga di atas nilai normal, yaitu melebihi 126 mg % dalam keadaan puasa dan 200 mg % saat 2 jam setelah makan (Haznam, 1996). Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan Indonesia menduduki kedudukan ke-4 di dunia dalam hal jumlah penderita diabetes. Indonesia dengan populasi 230 juta penduduk, merupakan negara ke-4 terbesar penderita diabetes setelah China, India dan Amerika Serikat (Xinhua, 2007). Pada tahun 2000, jumlah penderita diabetes mencapai 8,4 juta dan diperkirakan pada tahun 2030 jumlah penderita diabetes di Indonesia akan berjumlah 21,3 juta, kata Sidartawan Soegondo, konsultan diabetik & metabolik endokrin dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (Xinhua, 2007). Lebih lanjut dikatakan oleh Soegondo bahwa kasus pre-diabetes di Indonesia juga sangat tinggi yaitu mencapai 12,9 juta orang, angka ini merupakan yang ke-5 terbesar di dunia, diperkirakan akan naik hingga 20,9 juta di tahun 2025 (Xinhua, 2007). Ironisnya, hanya 50% dari penderita diabetes di Indonesia menyadari bahwa mereka menderita diabetes, dan hanya 30% dari penderita melakukan pemeriksaan secara teratur (Xinhua, 2007). Sementara di Medan pula,penyakit Diabetes Mellitus menempati urutan pertama dalam tabel penyakit yaitu diatas penyakit jantung koroner. Sejak bulan September hingga Oktober 2009, DM merupakan penyakit yang mencatatkan angka penderita terbanyak dan jumlahnya terus meningkat jika dibandingkan dengan jumlah pasien Penyakit Jantung Koroner atau penyakit yang lainnya ulas kepala Dinas Kesehatan Kota Medan, Edwin Effendi (Waspada Online, 2009).
16

Berdasarkan data 10 besar diagnosa penyakit di RSU Pirngadi Medan (RSPM), Edwin mengatakan, pada Oktober 2009 kunjungan pasien rawat jalan sebanyak 1470 kunjungan, atau meningkat bila dibanding dengan jumlah kunjungan pasien rawat jalan di bulan September 2009, yaitu sebanyak 1403. Selain jumlah kunjungan pasien rawat jalan yang mengalami peningkatan, jumlah pasien rawat inap pun mengalami peningkatan, yaitu pada bulan September sekitar 58 orang kemudian pada bulan Oktober naik menjadi 112 orang (Waspada Online,2009). Edwin menjelaskan, penyakit DM cenderung disebabkan adanya perilaku penderita yang tidak menjalani pola hidup sehat sehingga mengakibatkan meningkatnya kadar gula darah dalam tubuh. Penyakit diabetes juga menjadi penyebab utama kebutaan, amputasi, kanker pankreas, stroke, serangan jantung dan ginjal. Bahkan DM membunuh lebih banyak dibandingkan dengan HIV/AIDS (Waspada Online, 2009). Menurut Pranadji (2000), tujuan diet DM adalah bagi membantu diabetesi atau penderita diabetes memperbaiki kebiasaan gizi dan olah raga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik. Selain itu terdapat beberapa tujuan khusus antaranya ialah memperbaiki kesehatan umum penderita, Memberikan jumlah energi yang cukup untuk memelihara berat badan ideal atau normal dan memberikan sejumlah zat gizi yang cukup untuk memelihara tingkat kesehatan yang optimal dan aktivitas normal. Antara lain dari tujuan diet DM ialah menormalkan pertumbuhan anak yang menderita DM, Mempertahankan kadar gula darah sekitar normal serta Menekan atau menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik . Dengan banyaknya kasus DM dengan kontrol yang kurang baik, maka penyuluhan tentang diet haruslah ditingkatkan hingga ke tahap maksimum agar penderita dapat mengelakkan diri dari prognosis yang jelek dari DM. Oleh sebab hal ini, saya tertarik untuk mengetahui tingkat pengetahuan diet pasien DM serta komplikasinya dikalangan pengunjung Poli-Endokrinologi, Departmen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik, Medan.

17

1.2. Perumusan Masalah Sejauh manakah tingkat pengetahuan diet pasien DM serta komplikasinya di Poli-Endokrinologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2010.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 . Tujuan Umum Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Diet Pasien Diabetes Mellitus Serta Komplikasinya pada pengujung di Poli-Endokrinologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik, Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui angka pengunjung Poli-Endokrinologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik, Medan yang sadar tentang diet pasien Diabetes Mellitus serta komplikasi dari penyakit DM.

1.4.

Manfaat Penelitian

1.4.1

Untuk Masyarakat Dapat dipakai sebagai informasi dalam meningkatkan tahap pengetahuan

mereka berhubung diet Diabetes Mellitus serta komplikasinya.

1.4.2

Untuk Institusi / Rumah Sakit Dapat dipakai sebagai alat ukur bagi mengetahui sejauh mana tingkat

pengetahuan pengunjung tentang diet diabetes serta komplikasinya dan jika hasilnya kurang maka boleh diambil langkah untuk meningkatkan penyuluhan bagi pasien.

18

1.4.3

Untuk Peneliti Lain Dapat dipakai sebagai sumber informasi dan rujukan untuk melakukan

penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh saya.

19

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diabetes Melitus

2.1.1. Definisi Diabetes adalah suatu penyakit karena tubuh tidak mampu mengendalikan jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini menyebabkan hiperglikemia, suatu keadaan gula darah yang tingginya sudah membahayakan (Setiabudi, 2008) Faktor utama pada diabetes ialah insulin, suatu hormon yang dihasilkan oleh kelompok sel beta di pankreas. Insulin memberi sinyal kepada sel tubuh agar menyerap glukosa. Insulin, bekerja dengan hormon pankreas lain yang disebut glukagon, juga mengendalikan jumlah glukosa dalam darah. Apabila tubuh

menghasilkan terlampau sedikit insulin atau jika sel tubuh tidak menanggapi insulin dengan tepat terjadilah diabetes (Setiabudi, 2008) Diabetes biasanya dapat dikendalikan dengan makanan yang rendah kadar gulanya, obat yang di minum, atau suntikan insulin secara teratur.Meskipun begitu, penyakit ini lama kelamaan minta korban juga, terkadang menyebabkan komplikasi seperti kebutaan dan stroke (Setiabudi, 2008)

2.1.2. Etiologi Penyebab diabetes mellitus sampai sekarang belum diketahui dengan pasti tetapi umumnya diketahui karena kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter memegang peranan penting.

a.

Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) Sering terjadi pada usia sebelum 30 tahun. Biasanya juga disebut Juvenille

Diabetes,

yang

gangguan

ini

ditandai

dengan

adanya

hiperglikemia

(meningkatnya kadar gula darah) (Bare&Suzanne,2002). Faktor genetik dan lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM. Oleh karena itu insiden lebih tinggi atau adanya infeksi virus (dari lingkungan)
20

misalnya coxsackievirus B dan streptococcus sehingga pengaruh lingkungan dipercaya mempunyai peranan dalam terjadinya DM ( Bare & Suzanne, 2002). Virus atau mikroorganisme akan menyerang pulau pulau langerhans pankreas, yang membuat kehilangan produksi insulin. Dapat pula akibat respon autoimmune, dimana antibody sendiri akan menyerang sel bata pankreas. Faktor herediter, juga dipercaya memainkan peran munculnya penyakit ini (Bare & Suzanne, 2002)

b.

Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) Virus dan kuman leukosit antigen tidak nampak memainkan peran terjadinya

NIDDM.

Faktor herediter memainkan peran yang sangat besar.

Riset

melaporkan bahwa obesitas salah satu faktor determinan terjadinya NIDDM sekitar 80% klien NIDDM adalah kegemukan. Overweight membutuhkan

banyak insulin untuk metabolisme. Terjadinya hiperglikemia disaat pankreas tidak cukup menghasilkan insulin sesuai kebutuhan tubuh atau saat jumlah reseptor insulin menurun atau mengalami gangguan. Faktor resiko dapat dijumpai pada klien dengan riwayat keluarga menderita DM adalah resiko yang besar. Pencegahan utama NIDDM adalah mempertahankan berat badan ideal. Pencegahan sekunder berupa program penurunan berat badan, olah raga dan diet. Oleh karena DM tidak selalu dapat dicegah maka sebaiknya sudah dideteksi pada tahap awal tanda-tanda atau gejala yang ditemukan adalah kegemukan, perasaan haus yang berlebihan, lapar, diuresis dan kehilangan berat badan, bayi lahir lebih dari berat badan normal, memiliki riwayat keluarga DM, usia diatas 40 tahun, bila ditemukan peningkatan gula darah ( Bare & Suzanne, 2002)

2.1.3. Epidemologi Menurut data terkini dari International Diabetes Federation (IDF), seramai 285 juta orang di seluruh dunia menghidap diabetes. Angka ini dikemukakan pada 20th World Diabetes Congress di Montreal, Canada. Hanya di asia tenggara sahaja seramai 59 juta orang menghidap diabetes. Daripada jumlah itu Indonesia

21

merupakan salah satu negara dengan kasus diabetes yang paling tinggi yaitu seramai 7 juta orang (International Diabetes Federation, 2008) Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Melitus (DM). Sementara di Medan sendiri menempati urutan pertama diatas penyakit jantung koroner (WaspadaOnline,2009). Pada tahun 2009 ini diperkirakan terdapat lebih dari 14 juta orang dengan diabetes, tetapi baru 50% yang sadar mengidapnya dan di antara mereka baru sekitar 30% yang datang berobat teratur (Waspada Online, 2009) Menurut kepala Dinas Kesehatan Kota Medan, Edwin Effendi. Penyakit DM di Medan, sejak September-Oktober 2009 merupakan penyakit dengan penderita terbanyak, yang terus mengalami peningkatan jumlahnya, jika dibanding dengan jumlah pasien Penyakit Jantung Koroner atau yang lainnya kata (Waspada Online, 2009). Dengan makin majunya keadaan sosio ekonomi masyarakat Indonesia serta pelayanan kesehatan yang makin baik dan merata, diperkirakan tingkat kejadian penyakit diabetes mellitus (DM) akan makin meningkat. Penyakit ini dapat menyerang segala lapisan umur dan sosio ekonomi. Dari berbagai

penelitian epidemiologis di Indonesia di dapatkan prevalensi sebesar 1,5-2,3 % pada penduduk usia lebih besar dari 15 tahun. Pada suatu penelitian di Manado didapatkan prevalensi 6,1 %. Penelitian di Jakarta pada tahun 1993 menunjukkan prevalensi 5,7% (Hiswani, 2001). Melihat pola pertambahan penduduk saat ini diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk berusia di atas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi Diabetes Mellitus sebesar 2 %, akan didapatkan 3,56 juta pasien Diabetes Mellitus, suatu jumlah yang besar untuk dapat ditanggani sendiri oleh para ahli DM (Hiswani, 2001)

22

2.1.4. Faktor Resiko

1. Kedua orang tuanya pernah menderita DM.

2. Pernah mengalami gangguan toleransi glukosa kemudian normal kembali.

3. Pernah melahirkan bayi dengan berat lahir lebih dari 4 kilogram.

2.1.5. Klasifikasi

American

Diabetis Association (ADA) memperkenalkan sistem

klasifikasi berbasis etiologi dan kriteria diagnosa untuk diabetes yang diperbaharui pada tahun 2010. Sistem klasifikasi ini mengelaskan tipe diabetes, antaranya :

1.Diabetes Mellitus Tipe 1 (IDDM) 2.Diabetes Mellitus Tipe 2 (NIDDM) 3.Diabetes Autoimun Fase Laten 4.Maturity-Onset diabetes of youth 5.Lain-lain sebab. ( Barclay L, 2010)

2.1.6. Patofisiologi a. DM Tipe I Pada Diabetes tipe I terdapat ketidak mampuan pankreas menghasilkan insulin karena hancurnya sel-sel beta pulau langerhans. Dalam hal ini menimbulkan hiperglikemia puasa dan hiperglikemia post prandial (Corwin, 2000). Dengan tingginya konsentrasi glukosa dalam darah, maka akan muncul glukosuria (glukosa dalam darah) dan ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotic) sehingga pasien akan
23

mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia) (Corwin, 2000). Defesiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak sehingga terjadi penurunan berat badan akan muncul gejala peningkatan selera makan (polifagia). Akibat yang lain yaitu terjadinya proses glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukogeonesis tanpa hambatan sehingga efeknya berupa pemecahan lemak dan terjadi peningkatan keton yangdapat mengganggu keseimbangan asam basa dan mangarah terjadinya ketoasidosis (Corwin, 2000).

b.

DM Tipe II Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi insulin dan

gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan pada reseptor kurang dan meskipun kadar insulin tinggi dalam darah tetap saja glukosa tidak dapat masuk kedalam sel sehingga sel akan kekurangan glukosa (Corwin, 2000). Mekanisme inilah yang dikatakan sebagai resistensi insulin. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah yang berlebihan maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang

disekresikan.Namun demikian jika sel-sel beta tidak mampu mengimbanginya maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadilah DM tipe II (Corwin, 2000)

2.1.7. Manifestasi Klinis a. Poliuria Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam sel menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau

hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan intravaskuler, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari hiperosmolariti dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotic (poliuria) ( Bare & Suzanne, 2002).

24

b.

Polidipsia Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler

menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia) ( Bare & Suzanne, 2002).

c.

Poliphagia Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar

insulin maka produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia) ( Bare & Suzanne, 2002).

d.

Penurunan berat badan Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan

cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara otomatis (Bare & Suzanne, 2002).

e.

Malaise atau kelemahan ( Bare & Suzanne, 2002)

2.1.8. Diagnosa Kriteria untuk diagnosis termasuk pengukuran kadar A1c hemoglobin (HbA1c), kadar glukosa darah sewaktu atau puasa, atau hasil dari pengujian toleransi glukosa oral. The American Diabetes Association mendefinisikan

diabetes mempunyai dua kemungkinan yaitu pada pengukuran kadar glukosa darah puasa,ia menunjukkan bacaan sebanyak minimal 126 mg / dL setelah puasa selama 8 jam. Kriteria lainnya adalah kadar glukosa darah sewaktu minimal 200 mg / dL dengan adanya kelainan berupa poliuria, polidipsia, penurunan berat badan, kelelahan, atau gejala karakteristik lain dari diabetes. Pengujian kadar

25

glukosa sewaktu dapat digunakan untuk skrining dan diagnosis, namun sensitivitas hanyalah 39% hingga 55% (Barclay,2010). Uji diagnostik yang utama untuk diabetes adalah tes toleransi glukosa oral, di mana pasien akan diminta untuk berpuasa selama 8 jam dan kemudian ditambah dengan beban 75 g glukosa. Diagnosis terhadap diabetes akan

ditegakkan sekiranya kadar glukosa darah melebihi 199 mg / dL. Selain itu, kadar glukosa darah puasa dianggap abnormal sekiranya berkisar antara 140-199 mg / dL selepas 2 jam mengambil beban glukosa. American Diabetes

Association mendefinisikan terdapat gangguan pada kadar glukosa darah puasa sekiranya KGD diantara 100-125 mg / dL (Barclay,2010).

Pengujian tingkat HbA1c, yang tidak memerlukan puasa sangat berguna baik untuk diagnosis atau skrining. Diabetes dapat didiagnosa sekiranya kadar HbA1c adalah minimum 6,5% pada 2 pemeriksaan yang terpisah. Antara

keterbatasannya adalan, mempunyai uji sensitivitas yang rendah dan terdapat perbedaan pada interpretasi mengikut ras, ada tidaknya anemia, danpada penggunaan obat-obatan yang tertentu ( Barclay L,2010).

Dengan demikian, meminum larutan glukosa 50 g (Glucola; Ames Diagnostik, Elkhart, Indiana) adalah tes yang paling umum dilakukan untuk Gestational Diabetes dimana diperlukan 75-g atau 100-g uji toleransi glukosa oral untuk mengkonfirmasi hasil tes skrining yang positif ( Barclay L,2010).

2.1.9. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak untuk meningkatan pelayanan kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha, antaranya:

a.

Perencanaan Makanan. Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang

dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan kecukupan gizi baik yaitu :
26

1) Karbohidrat sebanyak 60 70 % 2) Protein sebanyak 10 15 % 3) Lemak sebanyak 20 25 %

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis, penentuan jumlah kalori dipakai rumus Broca yaitu Barat Badan Ideal = (TB-100)-10%, sehingga didapatkan =

1) 2) 3) 4)

Berat badan kurang = < 90% dari BB Ideal Berat badan normal = 90-110% dari BB Ideal Berat badan lebih = 110-120% dari BB Ideal Gemuk = > 120% dari BB Ideal.

Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BB Ideal dikali kelebihan kalori basal yaitu untuk laki-laki 30 kkal/kg BB, dan wanita 25 kkal/kg BB, kemudian ditambah untuk kebutuhan kalori aktivitas (10-30% untuk pekerja berat). Koreksi status gizi (gemuk dikurangi, kurus ditambah) dan kalori untuk menghadapi stress akut sesuai dengan kebutuhan. Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut diatas dibagi dalam beberapa porsi yaitu : 1) Makanan pagi sebanyak 20% 2) Makanan siang sebanyak 30% 3) Makanan sore sebanyak 25% 4) 2-3 porsi makanan ringan sebanyak 10-15 % diantaranya.

(Iwan S, 2010) b. Latihan Jasmani Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta (Iwan S, 2010).
27

Sebagai contoh olah raga ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30 menit, olehraga sedang berjalan cepat selama 20 menit dan olah raga berat jogging (Iwan S, 2010).

c.

Obat Hipoglikemik :

1) Sulfonilurea Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara : a) Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan.

b) Menurunkan ambang sekresi insulin. c) Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.

Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan BB normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya sedikit lebih.Klorpropamid kurang dianjurkan pada keadaan insufisiensi renal dan orangtua karena resiko hipoglikema yang berkepanjangan, demikian juga gibenklamid. Glukuidon juga dipakai untuk pasien dengan gangguan fungsi hati atau ginjal. (Iwan S, 2010) 2) Biguanid Preparat yang ada dan aman dipakai yaitu metformin.Sebagai obat tunggal dianjurkan pada pasien gemuk (imt 30) untuk pasien yang berat lebih (IMT 27-30) dapat juga dikombinasikan dengan golongan sulfonylurea (Iwan S, 2010).

3)

Insulin Indikasi pengobatan dengan insulin adalah : a) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun NIDDM) dalam

keadaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam ketoasidosis (Bare & Suzanne, 2002).

b) DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali dengan diet (perencanaan makanan) (Bare & Suzanne, 2002).
28

c)

DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosif

maksimal. Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis rendah dan dinaikkan perlahan lahan sesuai dengan hasil glukosa darah pasien. Bila sulfonylurea atau metformin telah diterima sampai dosis maksimal tetapi tidak tercapai sasaran glukosa darah maka dianjurkan penggunaan kombinasi sulfonylurea dan insulin (Bare & Suzanne, 2002).

d)

Penyuluhan untuk merancanakan pengelolaan sangat penting untuk

mendapatkan hasil yang maksimal. Edukator bagi pasien diabetes yaitu pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat yang optimal. Penyesuaian keadaan psikologik kualifas hidup yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan diabetes (Bare & Suzanne, 2002).

2.1.10. Komplikasi Diabetes Mellitus bila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung, pembuluh darah kaki, saraf, dan lain-lain (Iwan S, 2010).

2.2.

Diet Pasien Diabetes Mellitus Penyakit Diabetes Mellitus (DM) ini terjadi akibat terjadinya gangguan

mekanisme kerja hormon insulin, sehingga gula darah yang ada di dalam tubuh tidak dapat dinetralisir. Gizi juga dapat menunjukkan peranannya dalam terjadinya Diabetes Mellitus dalam dua arah yang berlawanan. Gizi lebih yang merupakan petunjuk umum peningkatan taraf kesejahteraan perorangan, memperbesar kemungkinan manifestasi DM, terutama pada mereka yang memang dilahrikan dengan bakat tersebut. Pada keadaan yang demikian gejala DM dapat

29

di atasi dengan pengaturan kembali keseimbangan metabolisme zat gizi dalam tubuh dengan masukan zat gizi melalui makanan ( Hiswani, 2010). Sebaiknya, gizi buruk pada masa pertumbuhan atau pengambilan bahan makanan yangmengandung racun seperti Cyanida, dapat menimbulkan gangguan pada proses pertumbuhan dan perkembangan jaringan kelenjar pankreas. Tingginya angka prevalensi gizi kurang padaanak-anak serta adanya kemungkinan konsumsi bahan makanan beracun dinegara berkembang memperbesar perkiraan bahwa tropical diabetes akan dijumpai lebih banyak dalam masyarakat negara berkembang ( Hiswani, 2010). Program perbaikan gizi di Indonesia, diarahkan pada peningkatan kuantitas dan kualitas makanan. Belum adanya pedoman yang nyata akan taraf gizi yang dianggap optimal membuka peluang terjadinya gizi lebih dan yang diketahui cenderung lebih mudah jatuh dalam Diabetes Mellitus. Disamping itu, usaha diversifikasi menu makanan rakyat, perlu diimbangi dengan kegiatankegiatan lain untuk membebaskan bahan makanan yang potensial untuk dimakan dari racun yang dapat merugikan pertumbuhan jaringan dalam tubuh manusia ( Hiswani, 2010). Di negara maju DM termasuk dalam kelompok 5 penyebab utama kematian. Indonesia sebagai negara luas dengan jumlah penduduk menempati urutan ke empat terbesar di dunia sedang berkembang menuju taraf yang lebih maju. Tak dapat dipungkiri bahwa pada suatu saat DM akan menjadi penyebab kematian yang penting seperti halnya dengan negara maju yang lain, apabila tidak ada upaya pencegahannya yang terarah ( Hiswani, 2010). Kemajuan suatu daerah antara lain ditandai oleh peningkatan daya beli serta perubahan gaya hidup masyarakat yang bersangkutan. Kemudahan-kemudahan dalam memperoleh bahan makanan yang memenuhi selera akan mempercepat terjadinya ketidak-seimbangan antara masukan zat gizi melalui makanan dengan jumlah yang dibutuhkan untuk mempertahankan hidup sehat ( Hiswani, 2010).

Peningkatan efisiensi tenaga fisik dengan pemanfaatan perlatan mekanik sebagai dampak positif kemajuan, diikuti oleh penurunan kegiatan fisik individu
30

yang bersangkutan yang menjadiawal terjadinya obesitas. Diantara masyarakat maju yang demikianlah angka prevalensi NIDDM cukup menonjol. Dalam hal ini rupanya adanya ketidak-seimbang antara masukan zat gizi melalui makanan, kebutuhan zat gizi tubuh, kemampuan jaringan mencerna zat gizi yang tersedia dan ketersediaan bahan-bahan pembantu metabolisme zat gizi, misalnya hormon insulin, berakibat pada timbulnya gejala DM ( Hiswani, 2010).

Sesuai dengan klasifikasinya, penanganan NIDDM tidak memerlukan insulin. Dengan pengaturan kembali keseimbangan antara masukan zat gizi terhadap kebutuhan dan kemampuan jaringan tubuh, gejala DM akan teratasi. Pada orang dewasa, makanan yang mana membekalkan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh. Kebutuhan makanan yang harus dimakan umumnya disesuaikan dengan jumlah tenaga yang harus dikeluarkan (WHO, 1974). Variasi kebutuhan enersi ini dipengaruhi oleh jenis kegiatan fisik yang dilakukan, umur serta ukuran tubuh masing-masing (Hiswani,2010). Kelebihan jumlah tenagai yang dimakan akan disimpan dalam bentuk lemak tubuh. Makin tinggi jumlah kelebihan tenaga, makin besarlah jumlah cadangan lemak, yang mana akan memperbesar ukuran tubuh seseorang. Jumlah energi yang diperlukan untuk menggerakkan tubuh, misalnya berjalan atau mengerjakan pekerjaan, akan meningkat sebanding dengan besarnya ukuran tubuh. Sebaliknya bila terjadi defisit dalam intake tenaga, maka untuk memenuhi kebutuhan basal serta kegiatan fisik akan dipergunakan cadangan yang tersedia (lemak tubuh) ( Hiswani, 2010). Pemecahan lemak tubuh yang berlangsung terus menerus akan menurunkan ukuran tubuh yang berasangkutan. Proses pembentukan cadangan dan pengurasan cadangan dengan rentang variasi yang luas dan terjadi berulang kali suatu saat akan tidak berlangsung dengan sempurna, sehingga timbul gejala ketidakseimbangan metabolisme seperti halnya pada Diabetes Mellitus ( Hiswani, 2010). Pada orang dewasa proses pertumbuhan sudah berhenti. Oleh karena itu jumlah protein yang dibutuhkan dimaksudkan hanya untuk keperluan penggantian sel-sel tubuh yang haus atau rusak akibat usia atau penyakit (regenerasi).
31

Demikian pula halnya dengan vitamin dan mineral yang jumlah kebutuhannya disesuaikan dengan jumlah tenaga, protein dan lemak yang dimakan. Berbagai penelitian melaporkan bahwa kebutuhan enersi erat kaitannya dengan jumlah sel otot yang aktif untuk keperluan yang dimaksud, yang pada pria jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan pada wanita. Oleh karena itu perhitungan jumlah kebutuhan enersi seseorang akan lebih tepat apabila ukuran tubuh yang digunakan adalah berat badan bebas lemak (lean body mass), yang pada praktek sehari-hari dinyatakan dalam bentuk BMI (body mass index) ( Hiswani, 2010). Zimmet dan King (1984) dalam penelitiannya pada masyarakat Mikronesia mendapatkan korelasi yang kuat antara intake enersi, hidrat arang dan lemak. Intake lemak seseorang dapat dipakai sebagai petunjuk terjadinya NIDDM. Menurut peneliti penemuan ini perlu ditinjau kembali dengan penelitian lanjutan. Interaksi antara gizi, aktivitas fisik dan ukuran tubuh bersifat kompleks, dan akan sulit membedakan apakah mekanisme faktor yang satu lebih menonjol dibandingkan dengan yang lain, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, bahwa perubahan gaya hidup seseorang dapat mempengaruhi timbulnya NIDDM sudah dilaporkan oleh beberapa peneliti antara lain oleh Watkin (1986). Untuk memastikan adanya interaksi yang sama diantara masyarakat Indonesia perlu dilakukan pengamatan dengan cara-cara yang tidak berbeda dengan metode yang pernah diikuti oleh pengamat sebelumnya ( Hiswani, 2010).

32

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Pasien DM yang datang ke poli-Endikrinologi RSUP HAM,Medan yang mempunyai pengetahuan tentang diet DM serta komplikasinya.

Kesadaran mengenai diet DM serta komplikasinya.

Gambar 3.1 3.2 Definisi Operasional

Judul Penelitian: Tingkat Pengetahuan Diet Pasien Diabetes Mellitus Serta Komplikasinya di Poli-Endokrinologi, Departmen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik, Medan.

Definisi Operasional: Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui tentang diet diabetes oleh pasien diabetes. Diet diabetes adalah pola pemakanan normal yang sepatutnya dijadikan amalan oleh pasien DM yang telah ditentukan dokter atau ahli gizi. Pasien DM adalah semua pasien laki-laki dan perempuan dengan riwayat DM yang datang ke Poli-Endokrinologi RSUP Haji Adam Malik bagi tujuan kontrol dari bulan Augustus 2010.
33

Cara Ukur : Angket

Alat Ukur: jawaban:

Kuesioner, diajukan sebanyak 15 pertanyaan dengan 3 pilihan

Jawaban yang benar diberi skor 2 Jawaban yang tidak pasti diberi skor 1 Jawaban yang salah diberi skor 0

Kategori: Pengukuran dan

tingkat

pengetahuan pertanyaan

diet yang

pasien diberikan

DM

serta

komplikasinya

berdasarkan

responden

menggunakan skala pengukuran Pratomo (1966) maka dapat dibahagi menjadi tiga kategori yaitu: Pengetahuan baik apabila jawaban responden benar lebih dari 75% dari nilai tertinggi. Pengetahuan sedang apabila jawaban responden benar antara 40% sampai 75% dari nilai tertinggi. Pengetahuan kurang apabila jawaban responden benar kurang dari 40% dari nilai tertinggi.

Dengan demikian, penilaian terhadap pengetahuan responden berdasarkan sistem skoring, yaitu: Skor 23 hingga 30 Skor 12 hingga 22 : Baik : Sedang

Skor dibawah 12 (<12) : Kurang

Skala pengukuran : Ordinal

34

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian survei deskriptif dengan desain cross sectional. Di mana, penelitian ini akan

menggambarkan tingkat pengetahuan yang dimiliki pasien DM yang mengunjungi Poli-Endokrinologi komplikasinya. Survei adalah suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam komunitas atau masyarakat (Notoatmodjo, 2005). Menurut Sastroasmoro (1995) penelitian cross sectional merupakan penelitian yang di mana peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat. Satu saat di sini artinya, setiap subjek hanya di observasi satu kali saja dan pengukuran variabel subjek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut. RSUP Haji Adam Malik tentang diet DM serta

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1 Waktu Penelitian Waktu penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu, (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan dan (3) tahap penyelesaian. Tahap persiapan merupakan tahap proses persiapan proposal penelitian ini termasuk menyediakan kuesioner. Ini dilaksanakan dari bulan Februari hingga Mei 2010. Tahap pelaksanaan akan dilakukan pada bulan Augustus 2010 hingga November 2010. Tahap ini meliputi konsultasi pelaksanaan, pengambilan data melalui penyebaran kuesioner, mengumpul jawaban, menilai jawaban, mengolah data, mengintepretasi hasil dan menyimpulkan hasil penelitian.

35

Tahap penyelesaian adalah tahap terakhir yaitu penulisan, ujian, revisi, penjilidan dan penyerahan hasil karya tulis ilmiah pada akhir bulan November.

4.2.2. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Poli-Endokrinologi, Departement Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik, Medan.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi Populasi penelitian ini adalah semua penderita DM laki-laki dan perempuan yang mengunjungi Poli-Endokrinologi bagi tujuan kontrol. Lokasi ini dipilih karena RSUP Haji Adam Malik merupakan rumah sakit rujukan utama di kota Medan.

4.3.2 Sampel (arikunto = notoatmodjo 05) Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Untuk mendapatkan sampel, dapat digunakan teknik random sampling (sampel acak). Sampel acak digunakan apabila populasi dari mana sampel diambil

merupakan populasi homogen yang hanya mengandung satu ciri dan semua subjek mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. (Arikunto, MANAJEMEN). Kriteria inklusif 1) Seramai 75 orang pasien laki-laki dan perempuan di Poli-Endokrinologi yang secara sukarela mahu mengambil bahagian dalam penelitian ini. Kriteria ekslusif 1) Pasien yang tidak boleh membaca dan menulis dikecualikan dari penelitian ini. 2) Pasien yang berkerja dalam bidang kesehatan juga dikecualikan dari penelitian ini. 3) Pasien hanya boleh menjawab kuesioner sakali.

36

Terdapat beberapa jenis random sampling yang bisa digunakan untuk mencari besar sampel. Dalam penelitian ini digunakan metode simple random sampling, di mana setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. (Notoatmodjo, 2005). Perkiraan besar sample yang minimal pada penelitian ini diambil berdasarkan rumus dibawah ini.

n = ZaPQ d

n Za P Q d

= besar sampel = deviat baku alfa = proporsi kategori variable yang diteliti = 1- Q = persisi (5%)

n = ZaPQ d n = 1,96 (0,05) (1-0,05) (0,05) n = 72,9904 n ~ 73

Maka diperoleh 73 sampel. Jumlah sampel ini dibulatkan menjadi 75 sampel.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

4.4.1 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi kepustakaan dan metode angket.

37

1.

Metode Dokumentasi Data-data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan atau laporan,

jurnal, buku, koran atau berbagai artikel tentang topik penelitian dicari dan dikumpul untuk tujuan kepustakaan dan memperoleh informasi tentang penelitian ini. Dokumen-dokumen tersebut digunakan untuk mendapatkan data sekunder (Arikunto,prosedur).

2.

Metode Angket Data penelitian ini dikumpul dengan metode angket. Pada penelitian ini,

lembaran kuesioner diberikan kepada responden dan responden sendiri akan mengisikan jawabannya. berbentuk pilihan. Angket pada penelitian ini adalah berstruktur dan

Di mana, kuesioner yang diberikan disusun secara tegas,

definitif, terbatas dan konkret serta pilihan jawabannya juga telah diberi agar responden mudah menjawab pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan yang

ditanyakan adalah tentang diet pasien DM serta komplikasi dan diajukan sebanyak 15 pertanyaan. Dan responden hanya perlu menjawab jawaban yang benar sahaja (Notoatmodjo, 2005). Maka kuesioner sebagai instrument pengumpul data dalam penelitian ini perlu diuji validitas dan reliabilitas dengan cara melakukan uji cobe pada sekelompok responden yang hampir sama cirinya dengan populasi penelitian ini.

4.4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Berdasarkan Notoatmodjo (2005), untuk menguji ketepatan kuesioner yang akan digunakan, telah dilakukan dilakukan uji coba paling sedikit pada 20 orang responden yang karakterisitknya yang mirip dengan sampel penelitian. Hasil uji coba ini kemudian digunakan untuk mengetahui sejauh mana alat ukur yaitu kuesioner yang telah disusun tadi memiliki validitas dan reliabilitas. Setelah diperoleh skor tiap pertanyaan, telah dihitung kolerasi antara skor masing-masing pertanyaan dengan skor total. Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-banar mengukur apa yang diukur. Kuesioner yang telah selesai disusun akan diuji
38

validitasnya dengan SPSS 17.0 (Statistical Products and Service Solution). Kuesioner penelitian ini telah disusun sebelumnya dengan jumlah pertanyaan sebanyak 23, kemudian telah dilakukan uji validitas dan didapati sebanyak 15 soal valid. Pengujian ini menggunakan perangkat lunak SPSS 17.0. Uji validitas ini dilakukan pada bulan Agustus 2010. Uji validitas dilakukan dengan korelasi Pearson, skor yang didapati dari setiap pertanyaan dikorelasikan dengan skor total untuk setiap variabel. Setelah semua korelasi untuk setiap pertanyaan dengan skor total diperoleh, nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel untuk jumlah responden 20 orang dengan taraf signifikasi 0.1 adalah 0.444. Jika nilai koefisien korelasi Pearson dari suatu pertanyaan tersebut berada di atas nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut valid. Menurut Notoatmodjo (2005), reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan.Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0. Uji reliabilitas ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010. Uji reliabilitas dilakukan pada semua pertanyaan yang valid dengan koefisien Reliabilitas Alpha pada aplikasi SPSS 17.0. Jika nilai alpha lebih besar dari nilai r tabel,maka pertanyaan tersebut reliabel. Tabel 4.1 Uji validitas dan Reliabilitas

Variabel

Nomor Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Persepsi

Total Pearson Correlation 0.718 0.454 0.499 0.661 0.695 0.775 0.485 0.574 0.462 0.463 0.501
39

Status

Alpha

Status

Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

0.707

Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel

12 13 14 15 4.5 Pengolahan dan Analisa Data

0.485 0.575 0.650 0.506

Valid Valid Valid Valid

Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel

Prosedur analisis data dilakukan dengan tahapan seperti berikut:

1.

Melakukan uji coba dengan memberikan kuesioner pada beberapa responden untuk menguji validitas dan relibilitas kuesioner,

2. 3.

Menguji validitas dan realibilitas alat ukur kuesioner. Melakukan penelitian dengan memberikan kuesioner kepada semua responden.

4. 5.

Memeriksa atau menyeleksi kelengkapan data kuesioner. Melakukan analisa data

Data yang akan dikumpul dianalisa dengan menggunakan program komputer SPSS (statistical product and service solution). Data akan dianalisa secara deskriptif. Hasil yang diperolehi akan ditampilkan dalam tabel bentuk yaitu dalam bentuk distribusi frekuensi, persentase dari tiap variabel dan bentuk grafik. Pada penelitian ini variabel pengetahuan berupa data kuantitatif (skor hasil pengisian kuesioner) akan diubah menjadi data kualitatif (baik, sedang dan kurang) dengan analisa kualitatif melalui cara induktif, yakni pengambilan kesimpulan berdasarkan hasil-hasil observasi khusus.

40

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Poli-Endokrinologi, Departmen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik, Medan. Rumah Sakit ini merupakan Rumah Sakit Umum Kelas A di Medan yang berdasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 335/Menkes/SK/VII/1990. Namun, nama rumah sakit ini mengalami perubahan yang pada mulanya bernama Rumah Sakit Umum Kelas A di Medan menjadi Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik. Perubahan nama rumah sakit ini berdasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 775/MENKES/SK/IX/1992. Adapun alasan

pergantian nama rumah sakit ini disebabkan karena perlunya pencantuman nama Pahlawan Nasional Sebagai Nama Rumah Sakit Umum Pemerintah yang merupakan bagian penghargaan dan kebangganan rakyat Indonesia. Nama Haji Adam Malik perlu diabadikan pada rumah sakit umum pemerintah sebagai penghargaan dan kebanggan terhadap Pahlawan Nasional, terlebih lagi Adam Malik merupakan ikon kebanggaan masyarakat Sumatera Utara yang mana namanya tidak hanya dikenal di Indonesia saja, tetapi juga di Internasional. RSUP H. Adam Malik ini beralamat di Jalan Bunga Lau no. 17, Medan, terletak di kelurahan Kemenangan, kecamatan Medan Tuntungan. Letak RSUP H. Adam Malik ini agak berada di daerah pedalaman yaitu berjarak +- 1 Km dari jalan Djamin Ginting yang merupakan jalan raya menuju ke arah Brastagi. Rumah sakit ini merupakan Rumah Sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VIII/1990. Di samping itu, RSUP H. Adam Malik adalah Rumah Sakit Rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Propinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. RSUP H. Adam Malik juga ditetapkan
41

sebagai Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.502/Menkes/IX/1991 tanggal 6 September 1991 dan secara resmi pusat pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dipindahkan ke RSUP H. Adam Malik pada tanggal 11 Januari 1993. Dengan ditetapkannya RSUP H. Adam Malik sebagai Rumah Sakit Pendidikan, maka Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dapat menggunakannya sebagai Pusat Pendidikan Klinik calon dokter dan Pendidikan Keahlian calon dokter spesialis. RSUP H. Adam Malik mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan pelayanan rawat jalan dan untuk pelayanan rawat inap mulai berfungsi tepatnya pada tanggal 2 Mei 1992. Rumah Sakit ini mulai beroperasi secara total pada tanggal 21 Juli 1993 yang diresmikan oleh mantan Presiden RI, H. Soeharto.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden Jumlah responden yang terlibat dalam studi ini adalah sebesar 75 responden yang merupakan semua penderita DM laki-laki dan perempuan yang mengunjungi Poli-Endokrinologi, Departmen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik, Medan bagi tujuan kontrol. Jumlah sampel ini adalah sama dengan jumlah sampel yang diperlukan yaitu seramai 75 orang. Lebih dari setengah responden yang terpilih adalah laki-laki dengan persentase 57,3 % yaitu seramai 43 orang sedangkan perempuan berjumlah 32 orang dengan persentase 42,7 % seperti yang dilampirkan pada tabel 5.1. Berdasarkan umur, mayoritas responden dalam kelompok usia 31-40 tahun dan 51-60 tahun dengan jumlah responden masing-masing 22 orang dan persentase sebanyak 29 %. Kelompok umur 71-80 tahun mempunyai persentase responden yang paling kecil yaitu hanya 3 % dengan jumlah responden seramai 2 orang sahaja seperti yang terlihat di tabel 5.2.

42

Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Pria Wanita Total Frekuensi 43 32 75 Persen (%) 57,3 42,7 100

Tabel 5.2 Karakteristik responden berdasarkan kelompok umur Umur (Tahun) 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 Total Frekuensi 4 22 14 22 11 2 75 Persen (%) 5 29 19 29 15 3 100

5.1.3 Tingkat Pengetahuan Responden Keseluruhan responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seramai 75 orang. Tingkat pengetahuan diet pasien Diabetes dibahagi menjadi 3 kategori utama yaitu Baik, Sedang dan Kurang dengan jumlah skor yang diharapkan seperti di tabel 5.3. Pengetahuan responden dikatakan baik sekiranya
43

jumlah skor lebih dari 75% dari nilai tertinggi , Kategori sedang sekiranya jumlah skor diantara 40 - 75 % dari nilai tertinggi dan dikatakan kurang sekiranya skor responden kurang dari 40% dari nilai tertinggi. Nilai skor tertinggi dalam penelitian ini adalah sebanyak 30. Tabel 5.3 Pecahan berdasarkan kategori tingkat pengetahuan diet pasien Diabetes Jumlah Responden 6 43 26 75 Persentase Responden(%) 8 57.3 34.7 100

Kategori

Total Skor

Baik Sedang Kurang Total

23-30 12-22 <12

Berdasarkan penelitian ini, 8 % dari total responden mempunyai tingkat pengetahuan yang baik mengenai diet pasien diabetes. Ini merupakan kelompok terkecil dari keseluruhan jumlah sampel dengan bilangan hanya 6 orang sahaja. Seramai 43 responden mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang mengenai diet pasien Diabetes. Kelompok ini merupakan kelompok terbesar dari jumlah sampel dengan persentase sebanyak 57,3 %. Selain itu,seramai 26 orang responden dengan persentase 34,7 % mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang mengenai diet pasien Diabetes dan kelompok ini merupakan kelompok kedua terbesar dari total sampel. Seramai 6 orang responden dengan tingkat pedndidikan S-1 mempunyai tingkat pengetahuan yang baik. Selain itu,14 orang responden dengan pendidikan SMA mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang dan seramai 8 orang
44

responden dengan pendidikan SMP mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang mengenai diet diabetes serta komplikasinya. Daripada 75 responden yang mengambil bahagian, sebanyak 15 responden atau dengan persentase 20% berpandapat bahwa memakan terlalu banyak gula (glukosa) bukan merupakan faktor utama Diabetes Mellitus. Seramai 55 orang atau 73,3 % orang berpendapat sebaliknya manakala 6,7 % lagi yaitu seramai 5 orang tidak pasti dengan kedua jawaban yang diberikan. Sebanyak 53 responden atau dengan persentase 70,7% setuju bahwa

Diabetes Mellitus bisa sebabkan ketajaman penglihatan berkurang. Sedangkan 20 orang dengan persentase 26,7 % berpendapat Diabetes Mellitus tidak akan memyebabkan ketajaman penglihatan berkurang tetapi hanya 2,7% atau 2 orang tidak pasti dengan jawaban yang diberikan. Seramai 38 orang dengan persentase 50,7% tidak berpendapat penyakit Diabetes Mellitus sudah pasti bisa diobati, 38,7% dengan frekuensi 29 orang berpendapat penyakit Diabetes Mellitus sudah pasti dapat diobati dan 10,7% atau seramai 8 orang responden tidak pasti dengan jawaban mereka. Sebanyak 64 orang responden ( 85,3 %) berpendapat sekiranya insulin diambil pada pagi hari tetapi tidak memakan sarapan,kadar gula darah akan menurun.Sebaliknya, seramai 8 orang (10,7 %) tidak mendukung jawaban ini. Manakala sisanya seramai 3 orang (4 %) tidak pasti dengan jawaban mereka. Sebanyak 18,7% atau 14 orang mengakui bahwa jus buahan yang tidak dicampur gula akan tetap menaikkan kadar gula darah.Seramai 57 orang (76 %) berpendapat jus buahan yang tidak dicampur gula tidak akan menaikkan kadar gula darah.Sisanya seramai 4 orang dengan persentase 5,3 % tidak pasti dengan jawaban mereka. Lebih separuh dari total responder yaitu seramai 56 orang (74,7 %) berpendapat bahwa Diabetes Mellitus adalah disebabkan kegagalan ginjal untuk mempertahankan gula tubuh (glukosa) dari urin. Sebaliknya 20% atau 15 orang
45

tidak bersependapat dengan golongan ini dan sisanya 4 orang dengan persentase 5,3 % tidak pasti dengan jawaban mereka. Dari 75 responden yang mengambil bahagian, 25 orang dengan persentase 33,3 % menyetujui pendapat Diabetes Mellitus merupakan faktor utama yang menyebabkan badan seseorang penderita sangat penat walaupun hanya melakukan kerja yang ringan. 24 orang lagi (32%) tidak menyetujui perkara ini dan sisanya seramai 26 orang (34,7 %) tidak pasti dengan jawaban mereka. Sebanyak 48% dari jumlah responden (36 orang) berpendapat bahwa tindakan terbaik untuk memeriksa kadar gula penderita Diabetes Mellitus adalah dengan periksa urin. 33 orang lagi dengan persentase 44 % tidak setuju dengan perkara ini dan 8% atau 6 orang responden lagi tidak pasti dengan jawaban mereka. Seramai 61,3 % atau 46 orang dari jumlah responden setuju dengan pernyataan insulin merupakan hormon utama yang mengatur kadar gula darah. 16 % atau 12 orang tidak setuju dengan pernyataan ini. Manakala 17 orang lagi dengan persentase 22,7 % tidak pasti dengan jawaban mereka. Selain itu, lebih dari separuh responden yaitu seramai 41 orang sengan persentase 54,7 % berpendapat kekurangan insulin atau penurunan dari kerja insulin menyebabkan kadar gula darah naik (Diabetes Mellitus). Manakala 18 orang atau 24 % lagi tidak bersependapat dan sisanya seramai 16 orang ( 21,3 % ) tidak pasti dengan jawaban mereka. Sebanyak 22,7 % atau 17 orang dari total sampel berpendapat makanan segera (seperti mie instant) mempunyai kalori yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan semangkok nasi. 49 orang dengan persentase 65,3 % berpendapat sebaliknya yaitu semangkok nasi mempunyai kalori lebih tinggi jika dibandingkan dengan mie instant. Sisa 9 orang dengan persentase 12 % tidak pasti dengan jawaban mereka.

46

Persentase terbesar yaitu sebanyak 48 % atau 36 orang dari total sampel setuju dengan pernyataan pasien Diabetes Mellitus dianjurkan meminum minuman penambah energi ( seperti minuman isotonik). 40 % dengan jumlah responden seramai 30 orang tidak menyetujui pernyataan ini dan sebanyak 12 % atau 9 orang tidak pasti dengan jawaban mereka. Seramai 49 orang dengan persentase 65,3 % berpendapat bahwa berolahraga secara teratur akan meningkatkan kebutuhan insulin atau obat-obatan insulin sehari-hari. Sebaliknya, 14,7 % atau 11 orang dari jumlah responden tidak

menyetujui pernyataan ini. Sisanya seramai 15 orang atau dengan persentase 20 % tidak pasti dengan jawaban mereka. Selain itu, 60 % atau seramai 45 orang dari jumlah sampel mempunyai pendapat menggeletar (shaking) dan berkeringat merupakan tanda peningkatan kadar gula darah. 33,3 % atau 25 orang tidak setuju dengan pendapat ini dan sisanya seramai 5 orang dengan persentase 6,7 % tidak pasti dengan jawaban mereka. Lebih dari separuh responden dengan perentase 52 % yaitu 39 orang dari jumlah responden tidak setuju dengan pendapat sering BAK dan dahaga merupakan tanda dari kadar gula darah yang rendah. Sebaliknya, 28 orang responden dengan persentase 37,3 % menyetujui pernyataan ini dan 10,7 % lagi dengan jumlah responden seramai 8 orang tidak pasti dengan jawaban mereka. Data mengenai distribusi frekuensi jawaban responden dapat dilihat pada tabel 5.4.

47

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden NO PERTANYAAN BENAR JAWABAN TIDAK PASTI SALAH

F 1. Memakan terlalu banyak gula(glukosa) merupakan faktor utama DM 15

% 20

F 5

% 6,7

F 55

% 73,3

2.

DM bisa sebabkan ketajaman penglihatan berkurang

53

70,7

2,7

20

26,7

3.

Penyakit DM sudah pasti bisa diobati

38

50,7

10,7

29

38,7

4.

Jika anda mengambil insulin pada pagi hari tetapi tidak memakan sarapan, kadar gula darah anda akan menurun

64

85,3

10,7

5.

Jus buahan yang tidak dicampur gula akan menaikkan kadar gula darah Diabetes Mellitus adalah disebabkan kegagalan ginjal untuk mempertahankan gula tubuh (glukosa) dari urine.

14

18,7

5,3

57

76

6.

15

20

5,3

56

74,7

48

7.

Diabetes Mellitus merupakan faktor utama yang menyebabkan badan seseorang penderita sangat penat walaupun hanya melakukan kerja yang ringan Tindakan terbaik untuk memeriksa kadar gula penderita Diabetes Mellitus adalah dengan periksa urine Insulin merupakan hormon utama yang mengatur kadar gula darah Kekurangan insulin atau penurunan dari kerja insulin menyebabkan kadar gula darah naik (Diabetes Mellitus) Makanan segera (seperti Mie Instant) mempunyai kalori yang lebih tinggi jika dibanding dengan semangkok nasi Pasien Diabetes Mellitus dianjurkan meminum minuman penambah energi (e.g minuman isotonik) Berolahraga secara teratur akan meningkatkan kebutuhan insulin atau obat-obatan insulin sehari-hari. Menggeletar (shaking) dan berkeringat merupakan tanda peningkatan kadar gula darah

25

33,3

26

34,7

24

32

8.

33

44

36

48

9.

46

61,3

17

22,7

12

16

10.

41

54,7

16

21,3

18

24

11.

17

22,7

12

49

65,3

12.

30

40

12

36

48

13.

11

14,7

15

20

49

65,3

14.

25

33,3

6,7

45

60

49

15.

Selalu BAK dan dahaga merupakan tanda dari kadar gula darah yang rendah

39

52

10,7

28

37,3

5.2.

Pembahasan

5.2.1 Tingkat Pengetahuan Responden Beberapa penelitian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang diabetes juga dilakukan di negara yang lain seperti di Nepal Barat, Kenya, Turkey dan Amerika Serikat. Dari hasil penelitian Julie D. West (2002) di Amerika Serikat, seramai 31% pasien mancapai tingkat baik, 33% sedang, dan 36% kurang (Medscape, 2002). Ini menunjukkan tingkat pengetahuan pasien di Amerika Serikat dan pasien penelitian ini tidak berjauh beda. Namun, didapati bahwa soalan kuensioner yang dipakai oleh Julie D. West adalah lebih spesifik dan dalam. Menurut hasil penelitian Didem Arslantas (2008) di Eskisehir, Turkey, usia rata-rata pasien diabetes adalah 58.84 10.02. Ini menyokong hasil penelitian saya karena usia rata-rata pasien diabetes yang saya peroleh dari penelitian adalah sebanyak 48.55. Hal ini karena kelompok umur <60 memberikan kerjasama yang lebih mudah jika dibandingkan dengan kelompok umur >60 tahun. Komunikasi dengan kelompok umur ini juga lebih efektif karena mayoritas dari mereka faham akan kepentingan penelitian ini serta manfaatnya. Kelompok umur > 60 juga kebanyakan mereka tidak tahu membaca dan menulis dan merupakan faktor eksklusif dalam penelitian ini. Tabel 5.3 menunjukkan pecahan kategori tingkat pengetahuan tentang diet pasien DM. Sekitar 65,3 % (8 % + 57,3%) dari masyarakat mempunyai pengetahuan yang baik dan sedang tentang diet pasien DM serta komplikasi. Sisanya sekitar 34,7 % masyarakat masih mempunyai tahap pemikiran yang kurang. Namun, dari penelitian William Kiberenge Maina (2010) di Kenya, menunjukkan bahwa hanya 27.2% pasien yang mencapai tingkat pengetahuan
50

baik , 72,8% pasien mencapai tingkat kurang. Perbedaan jumlah sampel berperan besar dalam hasil yang diperoleh oleh saya karena jumlah sampel yang digunakan oleh Maina adalah seramai 478 orang manakala jumlah sampel saya peroleh hanyalah seramai 75 orang. Berpandukan penelitian William Kiberenge Maina (2010) di Kenya yang sama, seramai 27,7% responden laki-laki dan 26,9% perempuan mempunyai tingkat pengetahuan yang baik. Sebaliknya, sebanyak 36% laki-laki dan 29,3% perempuan di Medan memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai pengetahuan DM yang juga meliputi diet serta komplikasinya. Nilai yang diperoleh saya tidak jauh berbeda dari penelitian Maina, namun perbedaan jumlah sampel antara Maina (478 orang) dan saya (75 orang) adalah sangat besar. Sebanyak 55 orang responden dengan persentase 73,3 % masih berpendapat memakan terlalu banyak gula (glukosa) merupakan faktor utama DM dan hanya 15 orang atau 20 % dari responden tidak menyetujui pernyataan tersebut. Sebenarnya, Faktor utama pada diabetes ialah insulin, suatu hormon yang dihasilkan oleh kelompok sel beta di pankreas. Insulin memberi sinyal kepada sel tubuh agar menyerap glukosa. Insulin, bekerja dengan hormon pankreas lain yang disebut glukagon, juga mengendalikan jumlah glukosa dalam darah. Apabila tubuh menghasilkan terlampau sedikit insulin atau jika sel tubuh tidak menanggapi insulin dengan tepat terjadilah diabetes. (Setiabudi, 2008) Setengah dari jumlah responden yaitu sebanyak 50,7 % setuju dengan pernyataan bahwa penyakit DM sudah pasti bisa diobati. Ironiknya, masih terdapat sekelompok besar masyarakat masih berpendapat DM boleh diobati secara tuntas. Hakikatnya,penyakit DM bersifat irriversible dimana pasien hanya boleh mengontrol kadar gula darah supaya di ambang normal. Diabetes Mellitus bila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung, pembuluh darah kaki, saraf, dan lainlain (Iwan S, 2010).

51

Sekitar 76 % responden berpendapat bahwa jus buahan yang tidak dicampur gula tidak akan menaikkan kadar glukosa darah. Ini merupakan suatu mitos di kalangan masyarakat karena kebanyakan pasien DM akan meminum jus buahan yang tidak dicampur gula dengan alasan ia tidak akan menaikkan kadar glukosa darah, sebaliknya jus dari buah tersebut secara alami mengandungi gula sukrosa yang boleh menaikkan kadar gula darah. Sejumlah besar masyarakat masih mempunyai tanggapan penyakit Diabetes Mellitus yaitu dengan nama umum Kencing Manis adalah disebabkan kegagalan ginjal untuk mempertahankan gula tubuh (glukosa) dari urin. Sebenarnya, DM terjadi akibat sel beta pankrease tidak menghasilkan insulin yang cukup. Insulin berperan penting dalam metabolisme sel-sel tubuh dimana insulin akan mendorong sel-sel tubuh supaya menggunakan lebih glukosa bagi tujuan metabolisme dan seterusnya mengurangi kadar glukosa darah. DM juga boleh terjadi sekiranya insulin yang dihasilkan tubuh kurang sensitif terhadap reseptornya di sel-sel tubuh. Maka glukosa kurang diserap oleeh sel-sel ini maka akan terjadi pengumpulan glukosa di darah ,suatu keadaan yang dipanggil hiperglikemi. (Setiabudi, 2008) Dari jumlah 75 orang responden , sebanyak 33,3 % berpendapat DM merupakan faktor utama yang menyebabkan badan seseorang penderita sangat penat walaupun hanya melakukan kerja yang ringan. Sebaliknya,sekitar 32% berpendapat sebaliknya dan 34,7 % tidak pasti dengan jawaban mereka. Perkara ini terjadi kerana masyarakat masih kurang faham mengenai fakta-fakta berkaitan peryakit DM ini. Seseorang penderita mengalami kekurangan energi sehari-hari. Walaupun seseorang pasien DM makan secukupnya, tetapi energi hanya akan dihasilkan sekiranya glukosa darah (dari makanan) memasuki sel-sel tubuh bagi tujuan metabolisme. Proses metabolisme akan menghasilkan energi untuk aktivitas sehari-hari. Sekiranya insulin kurang dihasilkan atau kerja insulin kurang di tingkat seluler, maka glukosa darah tidak akan dapat diambil oleh sel-sel tubuh. Maka,kurang glukosa di dalam sel akan menyebabkan kurang energi dihasilkan. Maka dengan hanya membuat kerja yang ringan ,badan seseorang penderita DM akan mengalami malaise atau kelemahan ( Bare & Suzanne, 2002)
52

Seramai 36 orang (48%) dari jumlah sampel berpendapat tindakan terbaik untuk memeriksa kadar gula penderita DM adalah dengan periksa urin. Sebaliknya, 33 orang lagi (44%) berpendapat memeriksa urin bukanlah suatu tindakan terbaik untuk memeriksa kadar gula pasien DM. Sisanya 6 orang (8%) tidak pasti dengan jawaban mereka. Masyarakat berpendapat bahwa, oleh karena gula tubuh keluar bersama urin,maka urin boleh diperiksa sebagai indikator kadar gula tubuh mereka berpandukan jumlah atau konsentrasi glukosa yang keluar bersama urin. Sebenarnya, glukosa yang keluar bersama urin (glukosuria) adalah disebabkan darah menjadi terlalu pekat karena konsentrasi glukosa yang tinggi.Maka darah tekanan di kapsul bowman di ginjal terlalu tinggi sehingga ada molekul-molekul glukosa yang turut difiltrasi keluar bersama urin. Namun jumlah gula yang keluar bersama urin adalah jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan parameter yang sepatutnya yaitu darah pasien. Kriteria untuk diagnosis termasuk pengukuran kadar A1c hemoglobin (HbA1c) ,kadar glukosa darah sewaktu atau puasa, atau hasil dari pengujian toleransi glukosa oral. ( Barclay L,2010). Lebih separuh dari jumlah responden yaitu sekitar 65,3% berpendapat bahwa berolahraga secara teratur akan meningkatkan kebutuhan insulin atau obatobatan insulin sehari-hari. Sejumlah 14,7 % berpendapat sebaliknya dan sisa 20% lagi tidak pasti dengan jawaban mereka. Pendapat responden adalah, sekiranya mereka berolahraga, maka badan mereka akan berasa sangat lemah sehingga membutuhkan mereka untuk mengambil lebih obat-obatan insulin. Sebenarnya, berolahraga secara teratur akan meningkatkan konsentrasi protein GLUT-4 yaitu reseptor insulin di tingkat selular. Maka, dengan hanya sedikit obat-obatan, mampu memberikan efek yang secukupnya kepada pasien (Yaspelkis, Ben B., 2006) Seramai 45 orang responden (60%) berpendapat menggeletar (shaking) dan berkeringat merupakan tanda dari peningkatan kadar gula darah. Manakala seramai 25 orang responden (33,3%) tidak berpendapat sedemikian dan seramai 5 orang lagi (6,7%) tidak pasti dengan jawaban mereka. Menggeletar adalah efek dari kurangnya kadar gula darah. Tubuh akan kompensasi dengan menggeletar

53

supaya lebih energi dihasilkan oleh otot-otot tubuh. (International Diabetes Institute, 2004)

54

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa : Berdasarkan penelitian ini, Seramai 43 responden mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang mengenai diet pasien DM serta komplikasinya. Kelompok ini merupakan kelompok terbesar dari jumlah sampel dengan persentase sebanyak 57%. Seramai 26 orang responden dengan persentase 35% mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang mengenai diet pasien DM serta komplikasinya dan kelompok ini merupakan kelompok kedua terbesar dari total sampel. Sisanya, hanya 8% dari total responden mempunyai tingkat pengetahuan yang baik mengenai diet pasien diabetes. Ini merupakan kelompok terkecil dari keseluruhan jumlah sampel dengan bilangan hanya 6 orang sahaja. 6.2. Saran

1. Pengetahuan mayoritas masyarakat masih dalam kategori sedang dan kurang maka, sebaiknya program-program penyuluhan perlu ditingkatkan kepada pasien yang mengunjungi Poli-Endokrinologi bagi tujuan kontrol. 2. Petugas kesehatan harus menjelaskan kepada pasien segala persoalan yang timbul mengenai diet DM dan ini pasti akan membantu pasien supaya lebih memahami kepentingan diet DM. 3. Mahasiswa calon dokter harus memperlengkapkan diri dengan informasi yang sepatutnya dan fakta-fakta tersebut haruslah diperoleh dari sumber-sember yang valid dan berpandukan evidance based. Mahasiswa haruslah mengikuti
55

perkembangan semasa mengenai diet DM supaya dapat memberikan saranan yang sepatutnya kepada pasien. 4. Pasien perlu mendapatkan keterangan mengenai diet DM dari sumber yang boleh dipercayai.Dalam kata lain dokter merupakan pilihan yang tepat karena tidak semua fakta yang diperoleh dari teman atau tetangga itu benar.Maka, sebaiknya dapatkan informasi dari petugas kesehatan yang lebih mengetahui tentang penyakit DM.

56

DAFTAR PUSTAKA

Barclay L, 2010. Diabetes Diagnosis & Screening Criteria Reviewed. from : http://www. medscape.com. [Accessed 14 April 2010]

Available

Bajaj. JS,1983. Malnutrition Diabetes-Pre Federation Post Graduate Course on Diabetes Mellitus in General Medicine, Bangkok.

Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8), EGC Jakarta.

Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta

Haznam, MW. 1996. Kepatuhan Berobat pada Diabetes Mellitus. Sub. Unit. Endokrinologi, Laboratorium/UPF Ilmu Penyakit Dalam FK Unpad / RSHS Bandung. Dalam: Siregar, R. 2004. Pengaruh Penyuluhan Gizi. Fakultas Kedokteran Masyarakat Universitas Indonesia.

Hiswani, 2001. Penyuluhan Kesehatan pada penderita Diabetes Mellitus. USU Repository, 2006. Available from: http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkmhiswani3.pdf. [Accessed 15 April 2010]

Hiswani,2010. Peranan gizi dalam Diabetes Mellitus. USU Repository, 2006. Available from: http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-hiswani4.pdf.

[Accessed 15 April 2010]

International Diabetes Federation, 2008 : Latest diabetes figures paint grim global picture. Available from: http://www.idf.org/latest-diabetes-figurespaint-grim-global-picture. [Accessed 12 April 2010]

57

International Diabetes Institute, 2004 : Hypoglycemia fact sheet. Available from : http://www.diabetes.com.au/pdf/Hypoglycemia.pdf [Accessed 15 May 2010]

Iwan S, 2010. Askep Klien dengan gangguan Sistem Endokrin: Diabetes Mellitus. Available from: http://ahmadyozi.blogspot.com/2010/01/askep-klien-dengangangguan-sistem.html. [Accessed 15 April 2010]

Notoadmojo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. 79-92, 112-115, 117-136.

Pranadji DK. 1997. Perencanaan Menu untuk Diabetes Melitus. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sastroasmoro, S., Gatot, D., Kadri, N., Pujiarto, P.S, 2008 Usulan Penelitian. Dalam : Sastroasmoro, S., Ismael, S., Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi Ketiga. Jakarta : Sagung Seto. 46-51

Setiabudi, 2008.

Referensi Kesehatan-Diabetes Melitus.

Available from: [Accessed 10

http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/diabetes-melitus/ April 2010]

Waspada Online, 2009. Medan, Terbanyak Penderita Diabetes. Available from: http://waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=7117 5:-medan-terbanyak-penderita-diabetes&catid=14:medan&Itemid=27 [Accessed 2 April 2010]

WHO 1974. Handbook of human nutritional requirements. WHO monograph series 61, Geneva.

Xinhua, 2007. Indonesia Ranks 4th in Terms of Diabetes Sufferers, English People Daily Online.
58

Available

from:

http://english.people.com.cn/90001/90782/6214592.html [Accessed 2 April 2010]

Yaspelkis, Ben B., 2006. Resistance Training Improves Insulin Signaling and Action in Skeletal Muscle. Available from : http://journals.lww.com/acsmessr/Abstract/2006/01000/Resistance_Training_Improves_Insulin_Signaling_ and.9.aspx [Accessed 10 April 2010]

59

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Tempat / Tanggal Lahir Agama Alamat Riwayat Pendidikan

: Baran Palanimuthu : Selangor / 22 Maret 1987 : Hindu : Blok 6,No 74,Tasbi II ,Medan : SRK Subang (1994)-SD SMK Subang (2000)-Sijil Pelajaran Malaysia SMK La Salle,PJ (2007)-Sijil Tinggi Pelajaran Malaysia Kolej Sentral,Pahang (2007)-Matrikulasi USU

Riwayat Pelatihan Riwayat Organisasi

: Program Latihan Khidmat Negara 2006 :Ahli Kelab Kebudayaan India Malaysia. Ahli Perwakilan Mahasiswa USU.
60

LAMPIRAN

LEMBAR PENJELASAN

Salam sejahtera bagi kita semua,

Saya, Baran Palanimuthu, mahasiswa semester VII Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul Tingkat Pengetahuan Diet Pasien Diabetes Mellitus di Poli-Endokrinologi, Departmen Ilmu Penyakit Dalam,RSUP Haji Adam Malik, Medan. Seperti yang diketahui,penyakit Diabetes Mellitus merupakan antara penyakit yang

mencatatkan prevalensi tertinggi bukan sahaja di negara maju,tetapi juga di negara yang sedang membangun. Penyakit yang digelar the great immitator ini

merupakan faktor pencetus kepada penyakit lain yang bersifat membunuh contohnya penyakit kardiovaskular, penyakit ginjal, atau lain-lain penyakit sistemik selain memperburuk perjalanan penyakit yang sedia ada seperti infeksi dan lain-lain. Justeru, penatalaksanaan bagi penyakit ini tidak hanya meliputi pemberian obat-obatan Diabetes sahaja, tetapi kontrol diet juga amatlah penting bagi mempertahankan perjalanan penyakit supaya tidak menjadi parah. Penelitian saya akan meliputi sejauh mana masyarakat Medan sadar akan kepentingan diet Diabetes Mellitus serta komplikasinya. Penelitian Saya ini menggunakan lembaran pertanyaan dengan 3 pilihan jawaban yang sudah saya sediakan. Saya mengharapkan kerjasama dari Saudara/i untuk memberikan jawaban yang sebenar-benarnya sesuai dengan pertanyaan yang ada. Dengan menjawab pertanyaaan tersebut kita akan mengetahui tingkat pengetahuan diet pasien Diabetes Mellitus serta komplikasinya. Jawaban yang Saudara/i berikan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian ini dan tidak akan disalahgunakan untuk maksud-maksud lain. Identitas Saudara/I tetap
61

dirahasiakan dan tidak akan dituliskan atau disebarkan. Bila terjadi sesuatu atau ada yang ingin Saudara/i tanyakan dapat menemui atau menghubungi saya di :

Alamat

: Blok 6 ,No.74,Tasbi II

No. Telepon / HP : 081973124221

Keikutsertaan Saudara/i dalam penelitian ini sangat Saya harapkan. Partisipasi Saudara/i bersifat bebas dan tanpa ada paksaan. Saudara/i berhak untuk menolak berpartisipasi tanpa dikenakan sanksi apapun. Demikian penjelasan ini Saya sampaikan. Atas partisipasi dan kesediaan Saudara/i, Saya ucapkan terima kasih.

Medan, ________________ 2010

(Baran Palanimuthu.)

62

LAMPIRAN SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama Umur Kelas Kelamin : : : :

Setelah membaca/mendapatkan penjelasan dan saya memahami sepenuhnya tentang penelitian ini Judul Penelitian : Tingkat pengetahuan diet pasien Diabetes Melitus serta komplikasinya di Poli-Endokrinologi,

Departmen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik. Name Peneliti Jenis Penelitian Lokasi Penelitian : : : BARAN PALANIMUTHU Deskriptif dengan pendekatan cross sectional Poli-Endokrinologi, Departmen Ilmu Penyakit

Dalam, RSUP Haji Adam Malik, Medan.

Institusi yang melakukan Penelitian : Fakultas

Kedokteran

Universitas

Sumatera Utara

Dengan ini saya menyatakan bersedia mengikuti dalam penelitian, Medan, .....................2010

( ____________________ ) Nama dan tanda tangan


63

Lampiran 2

KUISIONER JUDUL: TAHAP PENGETAHUAN DIET PASIEN DIABETES MELITUS SERTA KOMPLIKASINYA DI POLI-ENDOKRINOLOGI, DEPARTMEN ILMU PENYAKIT DALAM, RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN.

Saya adalah peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat pengetahuan pasien Diabetes Mellitus serta komplikasinya di Poli-Endokrinologi, Departmen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik, Medan.

Untuk mendukung penelitian ini, saya menyebarkan kuisioner ini untuk mendapatkan data data yang dibutuhkan untuk melakukan analisis. Oleh itu saya berharap kesedian setiap partisipan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar sesuai dengan nurani anda. Anda bebas memilih jawaban. Kerjasama partisipasi sangat dihargai.

DATA RESPONDAN Nama Umur Jenis kelamin Perkerjaan Tingkat Pendidikan : : : : :

64

1. Memakan terlalu banyak gula (glukosa) merupakan faktor utama Diabetes Mellitus A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI

2. Diabetes Mellitus bisa menyebabkan ketajaman penglihatan berkurang . A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI

3. Penyakit Diabetes Mellitus sudah pasti bisa diobati. A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI

4. Jika anda mengambil insulin pada pagi hari tetapi tidak memakan sarapan kadar gula darah anda akan menurun A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI

5. Jus buahan yang tidak dicampur gula akan menaikkan kadar gula darah. A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI

65

6. Diabetes Mellitus adalah disebabkan kegagalan ginjal untuk mempertahankan gula tubuh (glukosa) dari urine. A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI

7.

Diabetes Mellitus merupakan faktor utama yang menyebabkan badan

seseorang penderita sangat penat walaupun hanya melakukan kerja yang ringan A.YA B.TIDAK C. TIDAK PASTI

8. Tindakan terbaik untuk memeriksa kadar gula penderita Diabetes Mellitus adalah dengan periksa urine A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI

9. Insulin merupakan hormon utama yang mengatur kadar gula darah. A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI

10. Kekurangan insulin atau penurunan dari kerja insulin menyebabkan kadar gula darah naik (Diabetes Mellitus) A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI

66

11. Makanan segera (seperti Mie Instant) mempunyai kalori yang lebih tinggi jika dibanding dengan semangkok nasi. A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI

12. Pasien Diabetes Mellitus dianjurkan meminum minuman penambah energi (e.g minuman isotonik). A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI

13. Berolahraga secara teratur akan meningkatkan kebutuhan insulin atau obatobatan insulin sehari-hari. A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI

14. Menggeletar (shaking) dan berkeringat merupakan tanda peningkatan kadar gula darah. A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI

15. Selalu BAK dan dahaga merupakan tanda dari kadar gula darah yang rendah. A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI

67

Data SPSS PERTANYAAN 1 Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid SALAH TIDAK PASTI BENAR Total 55 5 73.3 6.7 73.3 6.7 73.3 80.0

15 75

20.0 100.0

20.0 100.0

100.0

PERTANYAAN 2 Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid SALAH TIDAK PASTI BENAR Total 20 2 26.7 2.7 26.7 2.7 26.7 29.3

53 75

70.7 100.0

70.7 100.0

100.0

68

PERTANYAAN 3 Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid SALAH TIDAK PASTI BENAR Total 29 8 38.7 10.7 38.7 10.7 38.7 49.3

38 75

50.7 100.0

50.7 100.0

100.0

PERTANYAAN 4 Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid SALAH TIDAK PASTI BENAR Total 8 3 10.7 4.0 10.7 4.0 10.7 14.7

64 75

85.3 100.0

85.3 100.0

100.0

69

PERTANYAAN 5 Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid SALAH TIDAK PASTI BENAR Total 57 4 76.0 5.3 76.0 5.3 76.0 81.3

14 75

18.7 100.0

18.7 100.0

100.0

PERTANYAAN 6 Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid SALAH TIDAK PASTI BENAR Total 56 4 74.7 5.3 74.7 5.3 74.7 80.0

15 75

20.0 100.0

20.0 100.0

100.0

70

PERTANYAAN 7 Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid SALAH TIDAK PASTI BENAR Total 24 26 32.0 34.7 32.0 34.7 32.0 66.7

25 75

33.3 100.0

33.3 100.0

100.0

PERTANYAAN 8 Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid SALAH TIDAK PASTI BENAR Total 36 6 48.0 8.0 48.0 8.0 48.0 56.0

33 75

44.0 100.0

44.0 100.0

100.0

71

PERTANYAAN 9 Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid SALAH TIDAK PASTI BENAR Total 12 17 16.0 22.7 16.0 22.7 16.0 38.7

46 75

61.3 100.0

61.3 100.0

100.0

PERTANYAAN 10 Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid SALAH TIDAK PASTI BENAR Total 18 16 24.0 21.3 24.0 21.3 24.0 45.3

41 75

54.7 100.0

54.7 100.0

100.0

72

PERTANYAAN 11 Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid SALAH TIDAK PASTI BENAR Total 49 9 65.3 12.0 65.3 12.0 65.3 77.3

17 75

22.7 100.0

22.7 100.0

100.0

PERTANYAAN 12 Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid SALAH TIDAK PASTI BENAR Total 36 9 48.0 12.0 48.0 12.0 48.0 60.0

30 75

40.0 100.0

40.0 100.0

100.0

73

PERTANYAAN 13 Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid SALAH TIDAK PASTI BENAR Total 49 15 65.3 20.0 65.3 20.0 65.3 85.3

11 75

14.7 100.0

14.7 100.0

100.0

PERTANYAAN 14 Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid SALAH TIDAK PASTI BENAR Total 45 5 60.0 6.7 60.0 6.7 60.0 66.7

25 75

33.3 100.0

33.3 100.0

100.0

74

PERTANYAAN 15 Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid SALAH TIDAK PASTI BENAR Total 28 8 37.3 10.7 37.3 10.7 37.3 48.0

39 75

52.0 100.0

52.0 100.0

100.0

75

UMUR NEW Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 Total 4 22 14 22 11 2 75 5.3 29.3 18.7 29.3 14.7 2.7 100.0 5.3 29.3 18.7 29.3 14.7 2.7 100.0 5.3 34.7 53.3 82.7 97.3 100.0

TINGKAT PENGETAHUAN Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid KURAN G SEDANG BAIK Total 26 34.7 34.7 34.7

43 6 75

57.3 8.0 100.0

57.3 8.0 100.0

92.0 100.0

76

JENIS KELAMIN RESPONDEN * TINGKAT PENGETAHUAN Crosstabulation Count TINGKAT PENGETAHUAN KURAN G SEDANG JENIS KELAMIN RESPONDEN LAKI-LAKI PEREMPUA N Total 16 10 22 21

BAIK 5 1

Total 43 32

26

43

75

77

Case Processing Summary N Cases Valid Excludeda Total 75 0 75 % 100.0 .0 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

78

Reliability Statistics Cronbach's Alpha .707

N of Items 15

UMURNEW * TINGKAT PENGETAHUAN Crosstabulation Count TINGKAT PENGETAHUAN KURAN G SEDANG UMURNE 21-30 W 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 Total 1 8 6 7 4 0 26 3 11 8 12 7 2 43

BAIK 0 3 0 3 0 0 6

Total 4 22 14 22 11 2 75

TINGKAT PENDIDIKAN * TINGKAT PENGETAHUAN Crosstabulation


79

Count TINGKAT PENGETAHUAN KURAN G SEDANG TINGKAT PENDIDIKAN SD SMP SLTA SMA S-1 Total 5 8 6 7 0 26 4 11 3 14 11 43

BAIK 0 0 0 0 6 6

Total 9 19 9 21 17 75

http://www.scribd.com/doc/51615229/TINGKAT-PENGETAHUAN-DIETPASIEN-DIABETES-MELLITUS-SERTA-KOMPLIKASINYA-DI-POLIENDOKRINOLOGI-DEPARTMEN-ILMU-PENYAKIT-DALAM-RSUP-HAJIADAM-MALIK-MEDA

Diakses tanggal 13 April 2012

80

Anda mungkin juga menyukai