Anda di halaman 1dari 48

CRUISE LEG 1

EKSPEDISI WALLACEA
INDONESIA – 2004

Oleh:
Safri Burhanuddin, Widodo S. Pranowo, Triyono

Pusat Riset Wilayah Laut & Sumberdaya Non-hayati


Badan Riset Kelautan & Perikanan
Departemen Kelautan & Perikanan
Republik Indonesia
Anggota Tim Ekspedisi (36 Orang)
No. Institusi Jumlah (orang)
1. BRKP – DKP (PRWLN,PRTK,PRPB,PRPPSE) 11
2. Ditjen P3K - DKP 1
3. Lembaga Perahu / EHIME Unv. Japan 1
4. Depkes – Lepra Stichting 1
5. Dinas Perikanan & Kelautan 1
Kab. Selayar
6. Univ. Hasanuddin 8
7. Unv. Muslim Indonesia - Makassar 1
8. Unv. Gadjah Mada 1
9. Univ. of British Columbia 2
10. Univ. Brawijaya 1
11. ITS 1
12. Metro TV 4
13. Tempo News Room 1
14. Harian Samudera 1
15. Harian Fajar - Makassar 1
Anggota Tim Pendamping dari Pemda
Kab. Selayar, Sul-Sel (24 Orang)
No. Institusi Jumlah (orang)
1. Bagian Pemerintahan Setda Kabupaten Selayar 2
2. Badan Penataan Ruang Dan Lingkungan Hidup 1
3. BAPPELITBANGDA 1
4. Dinas Perikanan & Kelautan 2
5. Dinas Kesehatan 2
6. Dinas Pariwisata 1
7. COREMAP 1
8. SMK Negeri 1 Benteng 2
9. Wartawan Lokal Kabupaten 1
10. Aparat Pemerintah Kecamatan Pasimarannu 9
11. Aparat Pemerintah Kecamatan Pasilambena 2
Jadual Leg 1 – EWI 2004
(updated June 14, 2004)
ƒ 22 Mei 2004 (siang): Kapal Phinisi Cinta Laut Launching
ƒ 23 Mei 2004 (malam): Kapal Patroli Hiu – DKP Start dari Makassar.
ƒ 23 Mei 2004 (malam): Kapal Phinisi tiba di Pulau Bonerate (disambut kesenian
tradisional Bonerate).
ƒ 24 Mei 2004 (pagi): Kapal Patroli Hiu tiba di Pulau Bonerate.
ƒ 24 Mei 2004 (siang): Sosialisasi di Kantor Kecamatan Pasimarannu.
ƒ 25 – 30 Mei : Tim melakukan riset, menyebar ke beberapa lokasi (Kalaotoa, Kalao,
Takabonerate, Tanajampea).
ƒ 30 - 31 Mei : Tim kembali berkumpul di P. Bonerate + menyusun laporan sementara,
acara ramah tamah (malam).
ƒ 1 Juni 2004 : KRI Tanjung Dalpele menjemput para peneliti di P. Bonerate.
ƒ 2 Juni 2004 : Kapal Phinisi menuju Pulau Kakabia.
ƒ 3 - 6 Juni 2004 : Kapal Phinisi riset di Pulau Kakabia.
ƒ 6 Juni 2004 (malam): Kapal Phinisi riset menuju Bau-bau (13 jam terkena badai).
ƒ 7 Juni 2004 : Tiba di Pelabuhan Bau-bau.
ƒ 7 – 10 Juni 2004 : Isi bahan bakar, chek peralatan, training singkat untuk Leg 2, serah
terima Leg.
ƒ 11 Juni 2004 : Cruise Leg 2 start dari Bau-bau
TRACK CRUISE WALLACEA
LEG 3 LEG 1:
Makassar – Bonerate– Kakabia—Bau-Bau
• Pengukuran CTD, Pengambilan Sampel Air
dan plankton
• Sosialisasi dgn Aparat & penduduk setempat
• Mangrove, Lamun, Coral Reef & Sponge
• Toponimi Pulau
• Survei Geomorfologi,Geologi, Oseanografi
lingkungan

LEG 2

LEG 1 Pulau Kakabia


LEG 1
P. Bonerate dan sekitarnya

Toponimi Pulau-pulau

Toponimi Pulau-pulau

Pengukuran:
-Geologi/Geomorfologi
-Oseanografi Pantai Pengukuran:
Toponimi Pulau-pulau -Mangrove -CTD
-Lamun (Seagrass) -Batimetri
-Coral Reef & Sponge -Nutrient
-Sosial Ekonomi -Plankton

Toponimi Pulau-pulau
Hiu 006 (Jalur Biru)

Jolor ijo (Jalur Merah)


Kegiatan & Lokasi
No. Pulau/Gugus Tema Riset/Kegiatan

1. P.Bonerate Geologi, Geomorfologi, Sosek, Lepra,


Ekosistem Lamun, Mangrove, Plankton.
2. P. Teterang Monitoring Terumbu Karang & sampling
Sponge
3. Selat Bonerate Survei Batimetri, CTD, Sampel air
4. P. Kalao Geomorfologi, Sosek, Ekosistem Lamun,
Mangrove, Plankton.
5. P. Kalaotoa Geologi & Geomorfologi, Pemasangan
Radio & Wartel Satelit
6. Takabonerate Toponim Pulau & Lepra
7. P.Tanajampea Toponim Pulau
8. P. Kakabia Monitoring Terumbu Karang & Geologi
Publikasi
ƒ Koran Tempo (24 – 27 mei 2004).
ƒ Majalah Tempo (Edisi 21-27 Juni’04.
ƒ Harian Fajar (21-23 mei, 14 juni 2004).
ƒ Metro TV – Acara Expedition (Selasa: 29
Juni, 6 Juli, 13 Juli’04 – 21.00 WIB).
ƒ Metro TV – OASIS (Selasa: 27 Juni’04 –
16.30 WIB, Senin: 5 Juli’04 – 21.00 WIB).
ƒ Dan masih banyak lagi
Persiapan Kapal Phinisi Cinta Laut
(Selama April-18 Mei 2004)

ƒ Kontainer Peralatan di FASHARKAN TNI-AL

ƒ Pemasangan Generator
Persiapan Kapal Phinisi Cinta Laut
(Selama April-18 Mei 2004)
ƒ Pemasangan Sensor Multibeam Echosounder

ƒ Ruang Kontrol Multibeam & Side-Scan


Persiapan Kapal Phinisi Cinta Laut
(Selama April-18 Mei 2004)
ƒ Pemasangan Bottle Rossete (Water Sampler)

ƒ Pengecekan konfigurasi CTD Profiler


Pasang Surut di Perairan P. Bonerate
1 Mei – 2 Agustus (Hasil Prediksi)

150

100

50
Tinggi (cm)

0
1 8 15 22 29 36 43 50 57 64 71 78 85 92

-50

-100

-150
Waktu (Jam ke)
Survei Batimetri
Multibeam
Survei
Hasil
Rekaman Batimetri

N
15 m
W E
Pulau Kalao
S
80 m

100 m

Pulau Bonerate 130 m

170 m

Selat Bonerate 200 m


Pengukuran CTD &
Pengambilan Sampel Air
2
Massa Air
5 1
3 Selat Bonerate &Sekitarnya
33.7 30

33.6 29.5
29
33.5

Salinitas (psu)

Temperatur (c)
28.5
4 33.4
28
33.3

Sketsa Stasiun CTD 33.2


27.5
27
33.1 26.5
33 26
10.861 18.891 28.603 38.698 49.099 58.58
Kedalaman (m)

3 Salinitas (psu) Temperatur (c)

33.6 30 33.5 30.5


33.55
29.5 33.4 30
33.5
33.3

Salinitas (psu)

Temperatur (c)
33.45 29 29.5
Salinitas (psu)

Temperatur (c)

33.4 33.2
28.5 29
33.35 33.1
33.3 28 28.5
33
33.25 28
27.5 32.9
33.2
32.8 27.5
33.15 27
11.167 20.879 31.739 42.981 50.934 60.492
11.167 20.879 31.204 41.069 51.01 60.874
Kedalaman (m)
Kedalaman (m)

Salinitas (psu) Temperatur (c)


1 4 Salinitas (psu) Temperatur (c)

34 30 33.6 30.5
29.5 33.5
33.8 30
29
33.4 29.5

Salinitas (psu)
Salinitas (psu)

Temperatur (c)
Temperatur (c)

33.6 28.5
28 33.3
29
33.4 27.5 33.2
27 28.5
33.1
33.2 26.5
33 28
33 26
32.9 27.5
25.5
32.8 25 32.8 27
11.167 21.414 26.692 37.016 46.651 56.439 11.014 21.109 31.356 41.298 51.01 61.562 67.756
Kedalaman (m) Kedalaman (m)

Salinitas (PSU) Temperatur (c)


2 5 Salinitas (psu) Temperatur (c)
Sampling Plankton di Perairan Pulau
Bonerate & Pulau Kalao
ƒ Ada 19 Stasiun pengamatan, tetapi baru selesai di-identifikasi 6
Stasiun (perairan utara P. Bonerate
dan P. Kalao bagian Timurlaut ).
ƒ Terdapat 63 Genus terdiri dari 3 kelas utama : Diatome (47 genus),
Dinophyceae (12 genus) dan Cyanophyceace (4 genus).
ƒ Total kelimpahan berkisar 64607-301625 sel/m3.
ƒ Indeks Diversitas : 0,767712 - 2,61498
ƒ Indeks Keseragaman :0,012186 – 0,041508
ƒ Indeks Dominansi : 0,125457 – 0,701708
Kesimpulan Plankton
di perairan utara P. Bonerate
dan P. Kalao bagian Timurlaut
ƒ Indeks diversitas keanekaragamannya relatif sedang.
ƒ Indeks keseragaman menunjukkan penyebaran jumlah individu tidak
sama dan adanya dominansi suatu genus.
ƒ Genus yang mendominansi : Bacillaria, Chaetoceros, Rhizosolenia dan
Trichodesmium.

Ceratium Sp Trichodesmium Sp Rhizosolenia Sp Protoperinidium Sp Chaetoceros Sp

= Identifikasi Plankton dilakukan di Lab. Balai Riset Perikanan Laut – PRPT - BRKP =
Ekosistem Bakau (Mangrove)
di Perairan Pulau Bonerate & P. Kalao
Ditemukan (updated 30 juni’04):
ƒ Mangrove 6 Spesies (Avicenia marina,
Rhizopora mucronata, R. apiculata,
Bruguiera gymnorhiza, Lumnitsera
racemosa, Soneratia sp).
ƒ Makrozoobenthos 43 Spesies (dari 18
plot atas 4 Stasiun).
Ekosistem Lamun (Seagrass)
di Perairan Pulau Bonerate & P. Kalao
Ditemukan :
ƒ Lamun 8 Spesies (Enhalus Acoroides, Halophila ovalis, H. minor, Syringodium
isoetifolium, Halodule uninervis, Thallassia hemprichii, Cymodocea rotundata,
Thalassodendron ciliatum).
ƒ Bintang Laut 4 Spesies (Linckia laevigata, Protoreaster nodusus, Acanthaster plancii,
archaster typicus).
ƒ Bulu Babi 5 Spesies (Diadema setosum, Echinotrix calamaris, Echinometra Sp,
Mespilia globulus, Tripneustes gratilla).
ƒ Gastropoda 7 Spesies (Lambis Lambis, L. millepede, Conus marmoreus, C. auratium,
C. Leopardus, Cymbiola verpestillo, Strombus luhuanus).
ƒ Bivalvia 7 Spesies (Tridacna crocea, T. squamosa, H. hippopus, Anadara granosa,
Pinctada margaritifera, Spondylus Sp, Pinna muricata).
ƒ Penyu 2 Spesies (Eretmochelys imbricata, Chelonia mydas).
ƒ Lumba-Lumba Hidung Botol (Tursips truncatus).
Ekosistem Lamun (Seagrass)
di Perairan Pulau Bonerate & P. Kalao

Thalassodendron ciliatum Enhalus acoroides

Cymodocea rotundata Komunitas lamun berasosiasi


dengan karang lunak
Monitoring Terumbu Karang
Hasil
Monitoring
a b Terumbu Karang
Lokasi Transek Terumbu Karang : a). Pulau Teterang dan b). Pulau Kakabia

Teterang,
Kakabia Barat 45.35 Kakabia Barat Abiotik,
(8-9m), 19.2 Teterang, 16.2
(8-9m), 77.6 11.5
Abiotik,
Kakabia Utara 33.85 Karang
(2-3m), 0 Karang, mati, 21
Kakabia Utara Kakabia Barat 45.35
(2-3m), 67.5 (3m), 0.7

Kakabia Barat Karang,


(3m), 28.72 Karang mati, Biota 67.5
Kakabia Utara Lainnya, 0
Kakabia Utara
4.6
(6m), 34.3
(6m), 59.6 Biota
Lainnya,
a b
Kakabia
a 16.2
b
Teterang, 4.6 Barat
Kakabia Barat (8- Kakabia
9m), 2.4
(8-9m), 0.8 Abiotik, 3.8
Barat (3m),
Kakabia Utara (2- 13.02 Karang
3m), 21 mati, 2.3

Kakabia Teterang,
Utara (6m), 33.85 Biota
3.8
Lainnya, Karang,
Kakabia Utara 34.3 59.6
Kakabia Barat (6m), 2.3
(3m), 57.56 Kakabia
Utara (2-3m),
11.5 c
Karang
c d Abiotik,
13.02 Karang, Biota
mati, 2.4 Abiotik, 0.8

28.72 Lainnya,
Nilai tutupan (%) a). karang, b). Biota terumbu, c). 19.2

Karang mati, d). faktor abiotik di stasiun penelitian. Biota


Lainnya,
0.7
Karang
mati, Karang,
57.56
77.6

e
Pulau Teterang d

Nilai tutupan (%) pada setiap lokasi penelitian: a). Pulau Teterang, b).
& Pulau Kakabia Pulau Kakabia Utara (2-3 m), c). Pulau Kakabia Utara (6m), d). Pulau
Kakabia Barat (3m) dan e). Pulau Kakabia Barat (8-9m).
Tingkat Kesamaan Kondisi Terumbu Karang pada Setiap Stasiun Penelitian

Kesimpulan Tentang Kondisi


Terumbu Karang
Kondisi terumbu karang di lokasi penelitian relatif masih baik namun di
beberapa lokasi ditemukan indikasi pengrusakan oleh para nelayan baik yang
menggunakan bom maupun racun. Apabila hal ini terus dilanjutkan maka
dikhawatirkan kondisi terumbu karang di pulau Teterang dan pulau Kakabia ini
akan menurun secara cepat.
Kegiatan Sampling Sponge
di Perairan Pulau Teterang
ƒ Sebanyak 140 sampel sponges (phylum Porifera) yang diduga berasal dari
jenis yang berbeda berhasil dikoleksi.
ƒ Berat sponge yang diperoleh berkisar antara 30-500 g.
ƒ Sebagian besar sponge yang diperoleh belum diketahui jenisnya (masih dalam
proses identifikasi).
ƒ Kegiatan ekstraksi dan fraksinasi sampel dilakukan di Laboratorium Kimia
PRPPSE-BRKP sedangkan bioassay dilakukan di University of British
Columbia, Kanada.
ƒ Kegiatan selanjutnya adalah mencari zat bioaktif untuk obat anti-kanker dan
tumor.

Callyspogia sp.
famili Niphatidae Sponge belum teridentifikasi
(famili Callyspongidae)
Hasil Survei :
A. Identifikasi penamaan pulau
- Perbedaan dengan Gasetir Pulau
- Penemuan Pulau-pulau belum bernama
- Penamaan dengan 5 bahasa daerah (Bonerate, Bugis, Selayar, Buton,
Makassar)
B. Sejarah Pulau
- Sejarah okupasi pulau
- Sejarah Penamaan Pulau
C. Inventarisasi Potensi Pulau
- Potensi Fisik Alamiah
- Potensi Fisik Terbangun
- Sosial-ekonomi-Budaya
Identifikasi Penamaan Pulau (1)
- Survei dilakukan atas 52 pulau, dengan masukan updating 23
nama pulau berdasarkan Gasetir Pulau.
- Sekitar 15 pulau mempunyai nama yang penyebutannya berbeda
untuk beberapa kelompok masyarakat
- Nama pulau sama, tetapi mempunyai arti yang berbeda karena
latar belakang bahasa lokal pemberi nama.
Contoh:
P. Karoumpa Cadi (Cadi=kecil), Karompa Lompo (lompo=besar)
adalah bahasa Makassar. Penduduk setempat suku Selayar,
menyebut Karoumpa Kiddi (kecil) , Karoumpa Bakka (besar).
Karoumpa berasal dari bahasa Buton artinya tempat bertempur.

P. Kauna artinya Sepi (Bugis) untuk pulau di Kayuadi dan Kauna


berarti kayu beranak (Selayar) untuk pulau di bagian timur
Kalaota.
Identifikasi Penamaan Pulau (2)
- Pemunculan Pulau Baru akibat pengangkatan (kerja tektonis) dan
pengendapan material)
> Pemunculan akibat kerja tektonik
Terjadi di sekitar pulau Bonerate dan Pulau Madu, yaitu
munculnya batu karang keatas permukaan. Pada saat
pasang, beberapa bagian masih muncul dipermukaan.
Sesuai dengan ketentuan definisi pulau dalam UNCLOS
1982, maka fenomena ini dapat disebut pulau.

Bonerate Pulau Madu


Identifikasi Penamaan Pulau (3)
1
> Pemunculan akibat kerja hidro-
oseanografi dan aeolin (angin).
Kerja Hidro-oseanografi
mengakibatkan terjadinya transpor
sedimen dari suatu pantai (pulau),
dasar laut, dan suspended load
dari daerah lain.
Keterangan gambar: 2
1. Pengendapan membentuk gosong
(bahasa lokal: bunge, bongi,
bongin)
2. Pada tahap lanjut terjadi
pertumbuhan vegetasi yang
menjadi penguat dan obstacle bagi
transpor sedimen
Sejarah Pulau
Sejarah pendudukan pulau diperoleh dari hasil wawancara
dengan tetua kampung yang menceritakan nenek-kakeknya
berdasarkan tulisan dalam Lontar (latar belakang)
Selayar Buton

Bonera te

TAHUN
Ta na ja mpea Ta kabonerate
(utara ) Kalaotoa

Keterangan:
Garis keturunan Kalao Pula u Madu Karoumpa
alur perdagangan, migrasi
Inventarisasi Potensi Pulau
POTENSI FISIK ALAMIAH :
-Tipologi Pantai
Dua tipe utama pantai di daerah penelitian adalah Pantai
Pasir Putih (landai) dan pantai tebing curam (cliff)

-Vegetasi Pantai
Vegetasi pada pantai berpasir adalah mangrove, terutama
Avicennia sp. Sedangkan pada pantai cliff vegetasi penutup
berupa tanaman keras yang disebut Santigi. Secara umum Kampung Bugis, Tanajampea
vegetasi daerah hinterland adalah kelapa, tanaman kayu,
dan pinus.

-Potensi Perikanan
Jenis ikan yang ditangkap rata-rata adalah ikan karang yaitu
berbagai jenis kerapu, sunu, tripang, dan lobster. Dijual
kepada ‘pengumpul’ dari Makassar yang dapang beberapa
minggu sekali.

Penjemuran ikan karang


di Pulau Sane-sane
POTENSI FISIK TERBANGUN :
- Prasarana perikanan dan perdagangan
Dermaga kayu mendominasi prasarana perikanan pulau, tetapi beberapa tanpa dermaga.

- Sumber Energi
Listrik sebagai penerangan berasal dari generator (Gen-Set) swasta.

- Sumber air bersih


Beberapa pulau mempunyai sumber airtanah tawar (Kayuadi, Tanajampea, Kalaotoa,
Bonerate) dan beberapa lainnya airtanah asin dan payau (Karoumpa, Tinabo, Tarupa,
dll).

- Transportasi
Transportasi utama dengan Jolor, dengan berbagai ukuran.

- Bangunan
Pulau-pulau yang menjadi pusat kegiatan dan pusat pelayanan (ibukota kecamatan) secara fisik
sudah terbangun, tetapi untuk pulau-pulau luar masih perlu ditingkatkan.

- Sosial-ekonomi-Budaya
Sebagian besar penduduk berasal dari Sulawesi Selatan yang terdiri Selayar, Bugis, Buton, dan
penduduk asli Bonerate.
Tidak semua pulau penduduknya adalah nelayan. Contoh: 80% penduduk Kalaotoa adalah Petani
Kopra, lebih 60% penduduk Bonerate bekerja sebagai pembuat kapal kayu.
< Pembuatan Perahu di P. BONERATE
Dalam satu tahun seorang “juragan
jolor” dapat memperoleh pesanan 3
perahu dengan ukuran panjang lunas
25-30 meter dan lebar 7 – 10 meter

Kopra siap jual di P. KALAOTOA Setelah >


diasapkan, kopera dipotong
dalam ukuran kecil-kecil dan dijemur.
Setelah kadar air turun hingga maksimal
tinggal 5%, siap di’antarpulau’kan.
Permasalahan penduduk:
- Tingkat pendidikan masyarakat di pulau masih
perlu ditingkatkan
- Keterbatasan sumber energi
- Ambivalensi pengelolaan kawasan konservasi
kehutanan dengan pendapatan penduduk yang
berkurang. Terjadi ‘pencurian’ ikan oleh
nelayan luar pulau.
- Pengetahuan atas nilai komoditas perikanan
masih rendah
Suku Bajo Laut di P. Panjang, Takabonerate

Generasi muda Bonerate


Dokumentasi di Pulau Kakabia
Pulau Kakabia (1)
Pulau Kakabia (2)
Hasil Memancing
di Perairan Pulau Kakabia
Ikan Bakar Kakabia
Kakabia Bawah Air (1)
Kakabia Bawah Air (2)
Kibar Bendera di Bawah Air
Shooting Phinisi Kembang Layar
Shooting Wawancara
Cuci Peralatan
Sekian

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai