Saraf parasimpatis
Paling dominan Stimulasi: - kontraksi m. detrusor VU - relaksasi simultan sfingter uretrae internus
Ganglion parasimpatis
m. Detrusor
Saraf Simpatis
Keluar Med-spin segmen T12, L1, L2
m. Detrusor
Inervasi melalui: - saraf b-adrenergik relaksasi VU - saraf a-adrenergik kontraksi m. spinchter uretra interna
simpatis
preganglion postganglio n Pleksus hipogastricu s aktivitas Aktivasi m. sfingter uretra interna
organ
parasimpatis
preganglion S2, S3, S4 postganglio n aktivitas
Kandun g kemih
T12, L1, L2
Saraf sensorik
Serabut aferen dari nosiseptor & proprioseptor dinding VU yg berespon thd regangan Kandung kemih penuh tonus otot dinding kandung kemih & sfingter internus meningkat dimediasi segmen sakral S2-S4 & n. splanhnicus pelvicus peningkatan tek dinding VU impuls aferen ke sentral kolumna posterior pusat miksi pons (PMC) pusat serebral (CMC)
Inkontinensia Urin
Ketidakmampuan menahan kemih dlm kandung kemih, akibat ggn neurologis maupun mekanis pd sistem yg mengontrol fungsi berkemih normal. (Harrison) Etiologi: - neurologik - non neurologik - kombinasi
- Dalam keadaan otot-otot sfingter uretra mengalami kelemahan. - Ada peningkatan tekanan dalam rongga perut atau abdomen seperti pada saat batuk bersin, tertawa terbahak-bahak atau mengangkat beban berat. - Terjadi kontraksi yang berlebihan dari otot kandung kemih - kandung kemih sudah terlalu penuh
otak belum berkembang dengan sempurna dan berada dalam fase peralihan mekanisme miksi yang diatur oleh suatu lengkung refleks pada medula spinalis. kemudian dialihkan ke susunan saraf pusat seiring bertambahnya usia. Lengkung refleks akan langsung memberikan respon setelah impuls saraf yang menyatakan kandung kemih dalam keadaan penuh dan akan langsung direspon berupa perintah untuk segera mengosongkan kandung kemih tanpa mempedulikan kapan dan tempat sehingga anak mengompol.
Berbagai tipe disfungsi vesikal (VU) yg disebabkan oleh lesi2 pd sist. Saraf. Prevalensi inkontinensia urin pada lansia 15-30%, 1/3 lansia rawat akut, lansia panti jompo.
Klasifikasi
Berdasarkan faktor urodinamik (Lapides): - uninhibited neurogenic bladder - reflex neurogenic bladder - autonomous neurogenic bladder - sensory neurogenic bladder - motor paralytic bladder
Letak lesi pd traktus kortikoregulatoris ggn fungsi inhibisi pada miksi. Lesi intrakranial dapat berupa: - defisiensi mental (demensia, parkinson) - kelainan serebral difus akut - lesi hemisfer (stroke) - multiple sklerosis - posterosklerosis GK: kontraksi volunter (+), sensasi intak, residual urin sedikit.
Disebabkan putusnya pusat serebral & batang otak (pontis) dgn pusat mikturisi sakralis. Etio tersering: multipel sklerosis, mielopati servikal, tumor med-spin, malformasi vaskular, trauma. GK utama: sensasi VU hilang, kontraksi hiperrefleks involunter, detrusor-eksterna sfingter dysinergia, kapasitas sedikit urinary urgency sangat mendesak, tetapi pengosongan VU tidak total.
Lesi pd saraf sensorik & motorik yg menuju medspin sakralis. Lesi berupa sindroma konus kauda atau kauda ekuina, radikulopati motorik atau sensorik S2, S3, S4 atau saraf perifer. Etio: neoplasma, trauma, inflamasi, spina bifida. GK: sensasi vesikal hilang, kontraksi krn rangsang pleksus intrinsik vesika urinaria, tek intravesikal meningkat, residual urin besar, kapasitas tidak bertambah, saddle anaesthesia (+) dan refleks bulbokavernosus (-).
Lesi terletak pd radiks posterior sakralis, ganglion, kolumn posterior med-spin sakralis. Etio: tabes dorsalis, posterolateral sklerosis, multipel sklerosis, neuropati diabetika. GK: sensasi vesikal hilang, distensi vesikal, sulit miksi & miksi dgn kompresi, dpt berlanjut jd overflow incontinence.
Disebabkan lesi pd saraf motorik VU. Etio: poliomielitis, poliradikulopati, neoplasma, trauma. GK: distensi vesikal dekompensata, sensasi vesikal intak, nyeri distensi, sulit memulai miksi, kapasitas & residual urin bervariasi, saddle anaesthesia (-), refleks bulbokavernosus (+).
Neurogenic bladder pada lansia paling sering detrusor overactivity/uninhibited neurogenic bladder.
Detrusor overactivity
Diagnosis
Anamnesis - nokturia > 3x abnormal - miksi diurnal 2-3 x normal - ukuran & tenaga aliran urin (pd lansia menurun) - urgensi - hematuria Px. Penunjang: voiding record, urinalisa, tes urodinamik (sistometri, urethral profilometry, uroflowmetry), EMG, tes supersensitivitas betanekol, radiologik.
Terapi
Tujuan pengobatan: - melindungi ginjal - perbaiki inkontinensia urin - pertahankan kapasitas fungsional VU, urinary voiding setiap 4-6 jam.
Pada kandung kemih yg underaktif pemasangan kateter melalui uretra untuk mengosongkan kandung kemih. Pada kandung kemih yg overaktif - pengosongan kandung kemih yg tidak sempurna kateterisasi - anticholinergic agents (propantheline, imipramine, oxybutynin chloride, terodiline, tolterodine)
referensi
Neurologi unpad Medicastore.com Ilmu penyakit dalam harrison. DUUS Fisiologi sherwood