Anda di halaman 1dari 32

Anatomi Medula Spinalis

Anggrainy Yudistin, dr., Sp.S

1
2
3
4
5
Acute Medulla Compression
&
COMPLETE SPINAL TRANSECTION

Anggrainy Yudistin, dr., Sp.S

6
Definisi
Kompresi medula akut: penekanan pada medula spinalis
yang dapat menyebabkan gangguan fungsi motorik,
sensorik, maupun otonom, baik sementara ataupun
permanen.
Transeksi komplit: jika terjadi kehilangan total fungsi
sensoris & motorik di bawah level lokasi medula
spinalis yg cedera & bertahan lebih dari 48 jam.

Termasuk kegawatdaruratana  perlu penanganan


secepatnya untuk mencegah disabilitas yang ireversibel

7
Penyebab
Trauma (>>)
Tumor
Infeksi (mis: abses, transverse
myelitis)

8
Patofisiologi
Lesi spinal (trauma/non trauma)

Komosio/kontusio/laserasi/kompresi medula spinalis

Hemoragi, iskemia, edema pada medula spinalis

Kerusakan mielin & akson

Gangguan fungsi saraf sesuai area lesi ke bawah


(motorik/sensorik/otonom)
9
Gejala Klinis
Gangguan motorik di bawah level lesi:
awalnya flasid paralisis akibat spinal shock 
lama kelamaan mjd spastik
Gangguan sensibilitas di bawah level lesi
Gangguan otonom (miksi/defekasi/keringat)
Nyeri lokal & radikular
Gangguan pernafasan  jika lesi di cervical,
sehingga bisa timbul kelemahan otot nafas

10
Kriteria Defisit Neurologi Trauma Medula
Spinalis

11
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
a. Arterial blood gas (ABG) : evaluasi kondisi oksigenasi dan
ventilasi
b. Level laktat : monitoring kondisi perfusi, mendeteksi kondisi
syok.
c. Level hemoglobin/hematokrit : monitoring blood losss akibat
cedera.
d. Urinalisis : monitoring kondisi genitourinary injury.

Radiologi
a. Foto polos cervical/thoracal/lumbal/sacral
b. CT scan vertebra/ MRI vertebra
c. Myelografi
12
Pemeriksaan Penunjang (2)
Neurofisiologi
a. EMG (electromyography)
b. SSEP (somatosensory evoked potential)
c. MEP (motor evoked potential)

Urodinamik

13
Komplikasi
Dekubitus
Pneumonia
Gagal nafas
Neurogenic bladder
Ileus paralitik
Deep venous thrombosis (DVT) &
thromboembolism pada tungkai
Neurogenic shock

14
Tatalaksana Umum
ABC : pertahankan jalan nafas, oksienasi bila sesak,
beri infus 2 jalur untuk mencegah syok
Jika curiga trauma daerah cervical: immobilisasi &
stabilkan leher menggunakan cervical collar
Stabilisasi medis:
- periksa vital sign
- pasang NGT & kateter urine
Mempertahankan posisi normal vertebra
Dekompresi & stabilisasi spinal
Rehabilitasi: bladder training, bowel training, latihan
otot pernafasan, pencapaian optimal fungsi-fungsi
15
neurologik melalui fisioterapi
Medikamentosa
Injeksi metilprednisolon 30 mg/kgBB iv (15 menit), 45
menit kemudian per infus 5 mg/kgBB selama 24 jam.
Bila spastisitas otot:
- Diazepam
- Baklofen
Bila nyeri:
- Analgetika: NSAID, opioid
- Antidepresan: amitriptilin
- Antikonvulsan: gabapentin, pregabalin
Bila ada dekubitus:
- Rawat luka
16
- Konsul bedah plastik
Indikasi pembedahan
Terjadi fraktur vertebra
Defisit neurologis progresif memburuk
Dislokasi yang labil
Herniasi diskus yang menekan medula spinalis

17
Prognosis, tergantung pada:
Beratnya defisit neurologis
Kecepatan waktu rujuk & tindakan
Adanya penyulit

18
Neurogenic Bladder

Anggrainy Yudistin, dr., Sp.S

19
Definisi
 Gangguan miksi yang disebabkan oleh
berbagai macam gangguan saraf  paling
sering ggn medula spinalis
Bisa berupa inkontinensia urine maupun
retensio urine

20
Penyebab
Trauma pada medula spinalis
Trauma kepala
Degeneratif
Diabetes Mellitus
Multiple Sclerosis

21
Neuroanatomi
Fungsi pengisian dan pengosongan kandung kemih
(bladder) ini dikoordinasi oleh SS Pusat dan SS
Perifer :
 Lobus Frontal : Pusat kontrol miksi
Aktivitas : mengirim sinyal inhibisi ke
M.Destrusor, untuk mencegah kontraksi bladder

 Pons : pontine micturition center (PMC) ,


mengkoordinasikan agar relaksasi sphincter
uretra terjadi bersamaan dengan kontraksi
22 M.Detrusor, sehingga terjadi pengosongan bladder.
Neuroanatomi
 Medula spinalis : menyalurkan impuls dari
pusat miksi di sakral ke batang otak dan
selanjutnya ke lob frontal.

 SS Perifer terdiri dari saraf otonom (simpatis


dan parasimpatis) serta saraf somatosensoris

23
Sistem saraf otonom
Saraf parasimpatik (Intermediolateralis S2 –
S4)  N. Pelvikus
Saraf simpatik (Intermediolateralis Th11 – L2)
 plexus mesenterium inferior & hipogastrik
superior & inferior
Saraf somatosensorik (kornu anterior S2–4) 
N. Pudendus  sphincter uretra eksterna

24
25
26
Proses pengisianFISIOLOGI
(Bladder MIKSI
Fase pengosongan (Voiding
filling) phase)
-Fase penampungan urine
”storage phase” oleh saraf
simpatik (Th11 – L2) dengan -Fase pengosongan urine
NT : NA, reseptor L1, L2, B1, (voiding phase) oleh saraf
B2 parasimpatik S2 – S4, dgn NT :
Ach, reseptor muskarinik &
-Relaksasi detrusor, kontraksi
nikotinik
otot polos, sphincter uretra
-Konstraksi detrusor, relaksasi
-Pengisian sempurna (volume
otot leher sphincter uretra
urine 250 – 400 cc)
internum, relaksasi sphincter
-Tekanan intra neural otot uretra externa
detrusor meningkat
 Sensasi penuh  S2 – S4
 Gangguan pada fase ini
 Pusat lebih tinggi (sentral) disebut “retensio urine”
 Gangguan pada fase ini
disebut dgn ”inkontinensia
27urine ”-
27
PEMERIKSAAN
Untuk menentukan jenis disfungsi kandung kemih neurogenik
diperlukan pemeriksaan :
 Refleks anal superfisial (anal wink)
 Refleks bulbocavernosus
 Tes air dingin (ice water test)
 Cystometrogram :
Menentukan tipe kerusakan
Kapasitas kandung kemih
 Elektromiografi terutama untuk gangguan neuropati &
mempelajari fungsi otot lurik
Tes
Refleks Bulbo Obat
No Jenis Gangguan Urine Refleks Tes Dingin
Cavernosus Kolinergik
Anal

Retensio urine UMN (diatas


1 + + + -
S2-S4)

Retensio urine LMN


2 - - - -
(dibawah S2-S4)

3 Ganglia parasimpatis + + - +

4 Otot detrusor + + - -

28 5 Distal N. Pudendus - - + -
28
Evaluasi Neurogenic Bladder
• Anamnesa
- Ada tidaknya rasa ingin berkemih
- Frekwensi dan volume urine saat berkemih
- Seberapa besar adanya kontrol berkemih
secara volunter
- Apakah ada demam atau hematuria
- Apakah ada tanda tanda keterlibatan
ekstremitas bawah (UMN atau LMN)

29
Penanganan
• Mengerti dulu masalahnya :
- Kegagalan dalam penyimpanan atau
- Kegagalan dalam pengosongan
- atau keduanya
• Ada tidaknya masalah penyerta
- Infeksi
- Obtruksi dan dilatasi ginjal
- Pembentukan batu
- Renal Failure
30
Terapi
Atasi terlebih dahulu kegawatannya
Tujuan terapi adalah mencegah infeksi, mencegah distensi
bladder yg berlebih, mencegah kerusakan uretra & bladder
Farmakologi:
Retensio urine: - Cholinergic agent (bethanecol, carbachol)
- Adrenergic blocking agent (phentolamine)

Inkontinensia: - Anticholinergic agent (atropine,


propantheline)
- Adrenergic agent (levartenerol,imipramine)
31
Terima Kasih

32

Anda mungkin juga menyukai