W Guru (06700099)
Berdasarkan kasus yang terdaftar dan diobservasi kejadian SJS terjadi 1-3 kasus per satu juta penduduk setiap tahunnya. SJS umumnya terdapat pada dewasa. Hal tersebut berhubungan kausa SSJ yang biasanya disebabkan oleh alergi obat. Pada dewasa imunitas telah berkembang dan belum menurun seperti pada usia lanjut.
penisilin,etambutol,tegretol,tetrasiklin,digitalis,kontraseptif) .
makanan (coklat),fisik (udara dingin, sinar matahari, sinar
Obat tersering yang dilaporkan sebagai penyebab adalah golongan salisilat, sulfa, penisilin, antikonvulsan dan obat antiinflamasi non-steroid.Sindrom ini dapat muncul dengan episode tunggal namun dapat terjadi berulang dengan keadaan
Patogenesis S.S.J sampai saat ini belum jelas walaupun sering dihubungkan dengan 2 tipe reaksi hipersensitivitas yaitu : Reaksi Hipersensitivitas tipe III Reaksi tipe III terjadi akibat terbentuknya komplek antigen antibodi yang membentuk mikro-presitipasi sehingga terjadi aktifitas sistem komplemen.Akibatnya terjadi akumulasi neutrofil yang kemudian melepaskan lisozim dan menyebabkan kerusakan jaringan pada organ sasaran (target organ).
Reaksi Hipersensitif Tipe IV Pada reaksi ini diperantarai oleh sel T, terjadi pengaktifan sel T penghasil Limfokin atau sitotoksik oleh suatu antigen sehingga terjadi penghancuran sel-sel yang bersangkutan. Reaksi yang diperantarai oleh sel ini bersifat lambat (delayed) memerlukan waktu 14 jam sampai 27 jam untuk terbentuk.
Manifestasi Klinis
Keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat. Pada keadaan berat kesadarannya menurun dapat disertai gejala prodromal berupa demam tinggi, nyeri kepala,batuk, pilek dan nyeri tenggorokan. Pada S.S.J tampak trias kelainan berupa: Kelainan Kulit Kelainan kulit terdiri dari eritema,vesikel,dan bula. Vesikel dan bula kemudian memecah sehingga terjadi erosi yang luas. Kelainan Selaput lendir di orifisium Kelainan selaput lendir yang tersering ialah pada mukosa mulut, kemudia baru disusul oleh kelainan pada lubang alat genital. Pada lubang hidung dan anus jarang terjadi. Kelainannya berupa vesikel dan bula yang cepat memecah sehingga menjadi erosi dan ekskoriasi dan krusta kehitaman Kelainan pada mata Kelainan pada mata merupakan 80 % diantara semua kasus, yang tersering terjadi adalah konjungtivitis kataralis. Selain itu juga dapat berupa konjungtivitis purulen, perdarahan, simblefaron, ulkus kornea, iritis, dan iridosikilitis.
Gambar 1. Konjungtivitis
Gambar 2. Simblefaron
Makula eritromastosa yang meluas dan adanya epidermolis akibat pemberian Sulfonamid
Makula eritromastosa yang meluas dan adanya epidermolisis akibat pemberian Allopurinol
Komplikasi yang tersering ialah bronko-pneumonia. Komplikasi yang lain adalah kehilangan cairan/darah, gangguan keseimbangan elektrolit dan syok. Pada mata dapat terjadi kebutaan karena gangguan lakrimasi
Hasil pada pemeriksaan laboratorium tidak khas. jika terdapat leukositosis,penyebabnya kemungkinan karena infeksi bakterial. Kalau tidak eosinofilia kemungkinan karena alergi. Jika penyebabnya karena infeksi dapat
perubahan dermal yang ringan sampai nekrolisis epidermal yang menyeluruh. Kelainannya berupa : Infiltrat sel mononuklear disekitar pembuluh pembuluh darah dermis superfisial Edema dan ekstravasasi sel darah merah di dermis papilar Degerasi hidropik lapisan basalis sampai terbentuk vesikel subepidermal Nekrosis sel epidermal dan kadang kadang di adneksa Spongiosis dan edema intrasel di epidermis .
Kortikosteroid
Bila keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh cukup
diobati dengan prednisone 30-40 mg sehari Pasien steven-Johnson berat harus segera dirawat dan diberikan deksametason 65 mg intravena Setelah masa krisis teratasi, keadaan umum membaik, tidak timbul lesi baru, lesi lama mengalami involusi, dosis diturunkan secara cepat, setiap hari diturunkan 5 mg.
lesi
dimulut
dan
tenggorokan
serta
kesadaran
dapat
menurun.Untuk itu dapat diberikan infus misalnya glukosa 5 % dan larutan Darrow. Bila terapi tidak memberi
Steven-Johnsons Syndrome (dengan < 10% permukaan tubuh terlibat) memiliki angka kematian sekitar 5%. Resiko kematian bisa diperkirakan dengan menggunakan skala
SCORTEN,
dengan
menggunakan
sejumlah
faktor
prognostic yang dijumlahkan. Outcome lainnya termasuk kerusakan organ dan kematian.
1
1