Anda di halaman 1dari 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. URAIAN TANAMAN KELAPA (Cocos nucifera L.) 1. KLASIFIKASI Regnum Divisi Sub divisi Class Ordo Famili Genus Spesies : Plantarum : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledoneae : Arecales : Arecaceae : Cocos : Cocos nucifera L.

Kunci determinasi : 1b. Tumbuh tumbuhan dengan bunga sejati, sedikit dikitnya dengan benang sari dan atau putik. Tumbuh tumbuhan berbunga. 2b. Tidak ada alat pembelit. Tumbuh tumbuhan dapat juga memanjat (golongan 2) 3b. Daun tidak berbentuk jarum atau tidak terdapat dalam berkas tersebut diatas.

4b. Tumbuh tumbuhan tidak menyerupai bangsa rumput. Daun dan atau bunga berlainan dengan yang diterangkan diatas. 6b. Dengan daun yang jelas. 7a. Tumbuh tumbuhan semacam palem, kerapkali batangnya tidak bercabang dan mempunyai berkas daun yang berupa lingkaran; kadang kadang tidak berbatang. Daun besar, menyirip atau berbentuk kipas. 8b. Bunga dengann tenda bunga berbilangan 3, berkumpul merupakan bunga tongkol, yang bercabang atau tidak, kerapkali tertancap di ketiak. Di waktu muda tongkol diliputi oleh satu seludang bunga atau lebih. (21. Palmae) Farm 21 1b. Palem menyirip. 3b. Bunga betina dengan tenda bunga yang lengkap; yang jantan dengan 6 benang sari atau lebih. 4b. Tongkol bunga bercabang sekali atau sampai banyak sekali tersebar. Bakal buah dan buah tidak dilindungi oleh sisik. 6a. Buah batu berbiji satu, sekurang kurangnya 15 cm, dengan 3 mata lembaga dekat pangkal dari buah batu (nusz)

2. MORFOLOGI Pohon mempunyai tinggi 20 30 m, batang ramping tegak lurus, tidak bercabang, dengan bekas daun yang lepas, diameter 40 cm dan membesar pada pangkal. Daun majemuk menyirip, tumbuh berkumpul di ujung batang membentuk roset batang, panjang helaian daun sampai 5 m, dengan pangkal tangkai daun yang melebar menjadi upih dan membalut batang. Anak daun panjang, keras seperti kulit, ujung runcing, dan mudah rontok. Bunga berkelamin tunggal dalam satu pohon, tersusun dalam karangan berupa tongkol yang bercabang, dikelilingi seludang, bunga kecil kecil, berwarna kuning putih. Buah batu berbiji satu, diameter sekitar 15 cm, dengan tiga mata lembaga dekat pangkal buah. Buah berbentuk bulat telur sungsang, dengan diameter sekitar 25 x 17 cm, terbungkus serabut tebal dengan kulit dalam keras seperti tulang, berisi air dan daging yang mengandung santan. (Dalimartha, Setiawan., 2005) 3. NAMA DAERAH Sumatra : baku, krambil, tuwalah, hauni harambir, hayu ni halambir, arambir, kelapa, ha-rambie, nyiui. Jawa Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi : kalapa, krambil, enyor, nyenyor, nyeyong. : niu, nyiur, nyir, nio. : enyu, nyoh. : bango, tokhulu, bongo, kaluku, anyoro.

Maluku Irian

: niur, ruhu, nikwel, honi, wago ayo. : nu, nour sraknam. (Dalimartha, Setiawan., 2005)

4. KANDUNGAN KIMIA Daging buah mengandung minyak lemak, karbohidrat, protein, stigmasterin, fitosterin, kolin, asam undekanoat, asam tridekanoat, serta vitamin A, B, C, dan E. Minyak mengandung stigmastatrienol, stigmasterol, fucosterol. Santan mengandung glukosa, sakarosa, fruktosa, protein, asam karbonat, anzim (sacharase, oxidase catalase, diastase), tannin, air. Air kelapa mengandung glukosa (buah muda), sakarosa (buah masak), mineral, emzim. Tempurung mengandung zat kapur, serat, pentose, dan minyak atsiri. Daun mengandung cocositol. (Dalimartha, Setiawan., 2005) 5. KEGUNAAN Daun digunakan untuk mengatasi mimisan, sakit maag, muntah dan diare. Tempurung untuk mengatasi rematik, keracunan makanan (dalam bentuk arang). Daging buah untuk mengatasi cacingan, sembelit dan luka. Minyak kelapa digunakan untuk mengatasi kurap, kudis, radang kulit, terbakar, dan tersiram air panas. Santan digunakan untuk pengobatan kencing manis, muntah darah, bengkak,

menghilangkan hawa panas, anak dengan berat badan rendah, rasa lemah dan gangguan saluran kencing. Air kelapa digunakan untuk pengobatan penawar (antidote) pada keracunan arsenic, keracunan

makanan, kolera, TB paru, sifilis, menghilangkan haus, demam, dan gangguan pada saluran kencing. Akar digunakan untuk pengobatan demam, disentri, penyakit pada sistem reproduksi wanita, bronchitis, gangguan hati dan keputihan. Abu kulit batang digunakan untuk mengatasi scabie dan sakit gigi. Tangkai bunga segar digunakan untuk mengatasi sembelit. (Dalimartha, Setiawan., 2005) 6. CARA PENGOBATAN SECARA TRADISIONAL a. Menyuburkan rambut Panaskan sebentar minyak kelapa yang dicampur sirih dan lemon. Lumas rambut dan kulit kepala sebelum tidur, lalu tutup dengan sepotong kain. Keramas esok paginya. Lakukan 2 kali seminggu. b. Sakit tenggorok Rebus akar muda dan gunakan airnya unutk kumur kumur. Lakukan 3 4 kali sehari. c. Ganggren, borok yang membandel, bisul batu Jus tangkai buah segar lalu tambahkan tepung beras, dipanaskan dan diaduk. Cairan berupa tajin dioleskan pada tempat yang sakit. d. TBC, kolera, kencing nanah Panaskan diatas bara api 1 buah kelapa hijau muda dipangkas bagian bawah dan atasnya, lalu dibuat lubang sampai mendidih selama 10 15 menit. Minum 1 2 kali sehari.

e. Keracunan makanan (jamur, jengkol, singkong, tempe bongkrek) Aduk gelas air kelapa hijau muda dan 1 sdm madu atau garam sebesar biji randu, minum 2 3 kali sehari. f. Luka bakar Aduk rata minyak kelapa dan kapur sirih sampai seperti salep, oleskan pada bagian yang lepuh. g. Cacingan Makan daging buah 1 butir kelapa dan minum airnya pagi hari sewaktu perut kosong. h. Sembelit Makan - 1 buah daging kelapa pada pagi hari dan sore hari. i. Disentri Rebus 1 sdt biji adas, 10 g pegagan, jari tangan kayu pulosari, 1 jari tangan kayu manis, 1 sdt bubuk kayu secang, 1 butir bawang merah, 1 sdt air rebusan gula jawa, akar tapak liman dan akar bayam merah masing masing 5 batang, serta 5 jari tangan kulit buah jambu biji dan 1 jari tangan kulit kelapa hijau dengan 1,5 liter air sampai tersisa 1 liter. Jika penderita haus, minum sebanyak 1 cangkir. j. Demam, mulut kering, diabetes Minum air kelapa pada pagi dan sore hari, masing masing 1 buah kelapa. (Dalimartha, Setiawan., 2005)

B. URAIAN METODE EKSTRAKSI BAHAN ALAM 1. TUJUAN EKSTRAKSI Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. (Dirjen POM., 1986) 2. MACAM MACAM METODE EKSTRAKSI BAHAN ALAM Metode ekstraksi bahan alam terbagi atas 2 macam yaitu metode dingin dan metode panas. Metode dingin yang dimaksud adalah dalam proses penyariannya tidak menggunakan pemanasan. Yang meliputi metode dingin adalah maserasi, perkolasi dan soxhletasi. Metode panas yang dimaksud adalah dalam proses penyariannya menggunakan pemanasan. Yang meliputi metode panas adalah refluks dan destilasi uap. (Dirjen POM., 1986) 3. CARA CARA EKSTRAKSI a. Ekstraksi Secara Maserasi Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komonen kimia yang mudah larut

dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stiraks dan lilin. (Dirjen POM., 1986) Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin. (Dirjen POM., 1986) b. Ekstraksi Secara Perkolasi Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien. (Dirjen POM., 1986) c. Ekstraksi Secara Soxhletasi Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara

berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan

selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon. (Dirjen POM., 1986)

Keuntungan metode ini adalah : (Dirjen POM., 1986)

1. Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung. 2. Digunakan pelarut yang lebih sedikit 3. Pemanasannya dapat diatur

Kerugian dari metode ini : (Dirjen POM., 1986)

1. Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas. 2. Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan

melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya. 3. Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di

bawah komdensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif. Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya heksan :diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena uapnya akan mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah. (Dirjen POM., 1986) d. Ekstraksi Secara Refluks Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung. Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari operator. (Dirjen POM., 1986) e. Destilasi Uap air Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman. Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal. (Dirjen POM., 1986)

C. PENGUAPAN EKSTRAK 1. TUJUAN PENGUAPAN Penguapan ekstrak dimaksudkan untuk mendapatkan

konsistensi ekstrak yang lebih pekat. Tujuan dilakukannya penguapan adalah untuk menghilangkan cairan penyari yang digunakan, agar pada ekstraksi corong pisah diperoleh hanya dua lapisan. Penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5 10C dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekulmolekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung.(http://fitokimiaumi.files.wordpress.com/2009/penguapanpelarut-pada-sampel.pdf) 2. MACAM MACAM EKSTRAK Menurut Farmakope Indonesia Edisi III dikenal tiga macam ekstrak yaitu : a. Ekstrak cair Ekstrak cair adalah ekstrak yang diperoleh dari hasil penyarian bahan alam masih mengandung larutan penyari. b. Ekstrak kental

Ekstrak kental adalah ekstrak yang telah mengalami proses penguapan, dan tidak mengandung cairan penyari lagi, tetapi konsistensinya tetap cair pada suhu kamar. c. Ekstrak kering Ekstrak kering adalah ekstrak yang telah mengalami proses penguapan dam tidak mengandung pelarut lagi dan mempunyai konsistensi padat (berwujud kering). 3. PENGUAPAN EKSTRAK DENGAN ALAT ROTAVAPOR

(http://karuniamakmur.indonetwork.co.id/2288174/rotavapor.htm)

Keterangan : (http://blogkita.info/rotary-evaporator/) 1. Kran pengatur tekanan 2. Kondensor 3. Tombol on / off, tombol menaikkan posisi waterbath, tombol pengatur kecepatan putaran 4. Tempat labu alas bulat penampung tergantung 5. Tempat labu alas bulat sampel tergantung 6. Waterbath 7. Pengatur suhu waterbath 8. Labu alas bulat 9. Indikator tekanan 10. Pompa vakum

Keterangan : (http://www.mrclab.com/Media/Uploads/ROVA3L2LOPR.pdf) 1. Kondensor bulat 2. Katup aliran bahan 3. Tempat labu alas bulat penampung 4. Tempat labu alas bulat sampel 5. Sekrup konektor 6. Sekrup putaran 7. Cincin Convex 8. Tabung 9. Cincin internal 10. Cincin Tetap 11. Sealed paking 12. Klip conical 13. Air-resistensi paking 14. Teflon plastik aliran 15. Motor utama (rotator) 16. Klip bulat (klip sendi plastik)

D. URAIAN TENTANG KROMATOGRAFI 1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Pada Kromatografi Lapis Tipis (KLT), zat penjerap merupakan lapisan tipis serbuk halus yang dilapiskan pada lempeng kaca, plastik ataulogam secara merata. Dengan memakai KLT, pemisahan senyawa yang amat berbeda seperti senyawa organik alam dan senyawa organik sintetik, kompleks anorganik-anorganik dan bahan ion anorganik dapat dilakukan beberapa menit dengan alat yang harganya tidak terlalu mahal. (Gritter J.R, dkk. 1991) Pada kromatografi kolom merupakan proses yang lambat, yang membutuhkan penyerap relatif dalam jumlah yang besar demikian pula cuplikan yang digunakan, sedangkan dalam kromatografi lapis tipis hanya membutuhkan penyerap dan cuplikan dalam jumlah yang sedikit dan noda noda yang terpisahkan dilokalisir pada plat seperti pada lembaran kertas. Setelah pemisahan mudah diperoleh senyawa senyawa yang terpisah secara individu yaitu dengan jalan menggeruknya dan mengumpulkan tiap tiap lapisan dalam mana lapisan tersebut dirap. (Gritter J.R, dkk. 1991) Adsorben yang paling anyak digunakan dalam KLT adalah silikagel dan aluminium oksida. Silika gel umumnya mengandung zat tambahan kalsium sulfat untuk mempertinggi daya lekatnya. Zat ini

digunakan untuk adsorben universal untuk kromatografi senyawa netral, asam dan basa. (Sastrohamidjojo. 1985) Pemisahan komponen suatu senyawa yang dipisahkan dengan kromatografi lapis tipis tergantung pada jenis pelarut, zat penyerap dengan sifat daya serap masing-masing komponen. Komponen yang terlarut akan terbawa oleh fase diam (penyerap) dengan kecepatan perpindahan yang berbeda-beda. Perbandingan kecepatan

bergeraknya komponen terlarut dalam fase gerak (pelarut) adakah dasar untuk mengidentifikasi komponen yang dipisahkan,

perbandingan kecepatan ini dinyatakan dalam Rf (Rate of Flow), dengan persamaan : (Roth, H.J., Blaaschke, G. 1988)

2. Pelaksanaan Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi campuran menjadi digunakan untuk memisahkan Seluruh substansi bentuk

komponen-komponennya.

kromatografi berkerja berdasarkan prinsip ini. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairanpadatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda. Kita akan membahasnya lebih

lanjut.(http://www.chemistry.org/materi_kimia/instrumen_analisis/krom atografi1/kromatografi_kolom/) Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat

berpendarflour dalam sinar ultra violet, alasannya akan dibahas selanjutnya. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. (http://www.chemistry.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatograf i1/kromatografi_kolom/) Sebuah garis menggunakan pinsil digambar dekat bagian bawah lempengan dan setetes pelarut dari campuran pewarna ditempatkan pada garis itu. Diberikan penandaan pada garis di lempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika ini dilakukan menggunakan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya kromatogram dibentuk. (http://www.chemistry.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatograf i1/kromatografi_kolom/) Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan ditempatkan dalam sebuah gelas kimia bertutup berisi pelarut dalam

jumlah yang tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada di bawah garis dimana posisi bercak berada. Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bawah kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut. Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna. (http://www.chemistry.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatograf i1/kromatografi_kolom/) Pelarut dapat mencapai sampai pada bagian atas dari lempengan. Ini akan memberikan pemisahan maksimal dari

komponen-komponen yang berwarna untuk kombinasi tertentu dari pelarut dan fase diam. (http://www.chemistry.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatograf i1/kromatografi_kolom/) Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai Rf adalah : 1. Pelarut 2. Bahan penmgambang (jenis dan ketebalan lapisan) 3. Kejenuhan ruangan akan pelarut

4. Kelembaban udara 5. Konsentrasi 6. Komposisi larutan diperiksa 7. Panjang trayek migrasi 8. Senyawa asing 9. Ketidak homogenan kertas 10. Arah serabut kertas 11. Mutu dan sifat dari lapisan adsorbsi dan kertas 12. Derajat kejenuhan bejana pemisah. (http://www.chemistry.org/materi_kimia/instrumen_analisiskromatografi 1/kromatografi_lapis_tipis/)

3. Prinsip Penampakan Noda A. Pada UV 254 nm Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang

tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih

tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi. (Stahl, Egon. 1985) B. Pada UV 366 nm Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV 366 nm. (Stahl, Egon. 1985) C. Pereaksi Semprot H2SO4 10% Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10% adalah berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata. (Stahl, Egon. 1985)

Anda mungkin juga menyukai