Anda di halaman 1dari 13

2.

3 Penulisan Kata Ada sembilan masalah yang diatur dalam pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan sehubungan dengan penulisan kata, yaitu penulisan (1) kata dasar, (2) kata turunan (kata berimbuhan), (3) kata ulang, (4) gabungan kata, (5) kata ganti, (6) kata depan, (7) kata sandang, (8) partikel, dan (9) angka dan bilangan. Tentang penulisan kata dasar sudah cukup jelas, yaitu harus ditulis dengan satu kesatuan. Misalnya, cacat, siapa, kemudian, segera, percaya. Satu-satunya yang harus diperhatikan adalah tentang pemenggalan suku. Karena merupakan kata dasar, maka pemenggalannya hanya didasarkan atas satuan-satuan ucapan. Jadi, contah di atas kalau dipenggal atas suku-sukunya menjadi ca-cat, si-a-pa, ke-mu-di-an, se-ge-ra, dan per-ca-ya. Bagaimana pemenggalan kata instruktur, bentrok, april, dan caplok ? untuk menjawab masalah ini dapat dikembalikan ada aturan sebagi berikut. 1) Kalau di tengah kata ada konsonan yang berurutan, pemisahan tersebut terdapat di antara kedua konsonan itu. 2) Kalau di tengah kat aada tiga konsonan atau lebih, pemisahan tersebut terdapat di antara kedua konsonan pertama(termasuk ng, ny) yang kedua. Dengan demikian, pemisahan contoh di atas adalah in-struktur, ben-trok, ap-ril, cap-lok. Tentang kata beimbuhan, imbuhannya (baik awaln, sisipan,maupun akhiran) selalu ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya. Akn tetapi, bila bentuk dasarnya bergabung dengan kata, diatur sebagi berikut. 1) Jiak gabungan kata hanya mendapatkan awalan atau akhiran, awalan atau akhiran itu ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau yang mendahuluinya. 2) Jika gabungan kat aitu sekaligus mendapatkan awalan dan akhiran, maka kata-kata itu ditulis serangkai. Perhatikan contoh berikut. lipat ganda berlipat ganda melipatgandakan dilipatgandakan Berbeda dengan pedoman ejaan sebelumnya, pedoman ejaan sekarang mengharuskan penulisan kata ulang secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung (-). Penulisan secara lengkap itu terutama dalam tulisan-tulisan resmi, sedangkan dalam tulisan-tulisan cepat atau catatan pribadi penggunaan angka (2) masih diperkenankan. Sebenarnya tidak hanya kata ulang yang menggunakan tanda hubung,tetapi kata dasar pengulangan bunyi pun menggunakan kata hubung (dalam tata bahasa tradisional biasanya

disebut kata ualang semu). Misalnya, laba-laba, kura-kura, alun-alun, onde-onde, biri-biri, dan sia-sia. Tentang gabungan kata yang lazimnya disebut kata majemuk, baik merupakan kata maupun istilah, bagian-bagiannya pada umumnya ditulis terpisah. Tetapi, apabilagabunagn kata itu dapat menumbukan salah baca dapat diberi tanda hubung asebagai penegas pertalian arti antar unsurnya. Misalnya, kelompok kata buku sejarah baru apabila tidak diberi tanda akan menimbulkan keraguan arti. Yang baru itu apa ? Bukunya atau sejarahnya ? Oleh sebab itu, perlu diberi tanda. Apabila yang baru bukunya, maka tanda hubung diletakkan di antara buku dan sejarah. Sebaliknya, apabila yang baru itu sejarahnya, maka tanda hubung diletakan di antara sejarah dan baru. Jadi, dengan pemakaian tanda hubung dapat dibedakan pertalian arti kelompok kata berikut. buku-sejarah baru buku sejarah-baru Kemungkinan lain ialah gabunagn kata yang salah satu unsurnya berupa bentuk terikat, penulisannya digabungkan. Jadi, bentuk maha, anti, a, non, dan pra diserangkaikan dengan bentuk dasar yang mengikutinya sehingga menjadi mahasiswa, antikomunis, asosial, nonpribumi, dan prasejarah. Akan tetapi apabila bentuk yang mengikuti bentuk terikat itu bukan bentuk dasar penulisannya tetap dipisahkan, misalnya maha pengasih, anti pembantaian. Terakhir, gabunagn kata yang begian-bagiannya sudah dianggap satu kesatuan ditulis serangkai, baik yang berasal dari serapan maupun unsur bahasa Indonesia asli. Misalnya, wasalam, halalbihalal, alhamdulillah, kepada, apabila, sekaligus, matahari, halubalang, dan sendratari. Kata ganti ku, kau, mu, dan nya ditulis serangakai dengan kata yang mengikuti atau yang mendahuluinya. Misalnya, kubatkan, kauserahkan, penaku, pensilmu, jaketnya. Akan tetapi kata ganti bebas aku, engkau, kamu, dan dia dituis terpisah dari kata yang mengikutinya atau yang mendahuluinya, misalnya aku katakan, engkau rasakan, kamu baca, buku dia. Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kat ayang mengikutinya, kecuali dalam gabungan kat ayng sudah padu benar, misalnya kepada, kemari, datipada. Kata sandang si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Tentang penulisan partikel dapat dikelompokan menjadi dua macam, yaitu yang diserangkaikan dengan kata yang mengikutinya dan yang dipisahkan dengan kata yang mengikutinya. Yang diserangkaikan, misalnya lah, kah, pun pada baiklah, siapakah, walaupun; sedangkan yang dipisahkan, misalnya partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap pada per 1 Oktober, satu per satu, satu stel per kepala. Yang masih perlu mendapatkan perhatian khusus ialah tentang penulisan pun. Partikel pun yang diserangkaikan dengan kata yang mendahuluinya hanyalah yang sudah padu benar,

misalnya, meskipun, maupun, biarpun; sedangkan yang dipisahkan dari bagiannya, misalnya pada kalimat berikut. Apa pun, yang terjadi, akan saya hadapi. Jika kamu pulang, saya pun pulang. Jangan dua kali, sekali pun saya rela. Lambang bilangan dapat dinyatakan dengan angka, baik angka Arab (0, 1, 2, dan seterusnya) maupun angka Romawi (I, II, III, dan seterusnya). Angka Arab digunakan untuk menyatakan (1) ukuran panjang, berat, dan isi, (2) satuan waktu, (3) nilai uang, (4) nomor rumah, apartemen, atau kamar pada alamat, (5) nomor bagian-bagian dalam karangan, dan (6) jumlah dari suatu hal, barang, atau orang. Contoh : 5 meter kain 2 kilogram gula pasir 2,5 meter persegi 3 m3 12 jam 30 menit Pukul 17.05 2 November 1983 Rp 5.000,00 45.000 rupiah Jalan Diponegoro 82 Hotel Indah, Kamar 27 pasal 36, ayat 1 halaman 245 245 halaman 20 dosen kain sarung 200 orang

Angka Romawi digunakan untuk menyatukan tingkat. Contoh : Jalan Hamidrusdi II, No. 145, Malang Bab XV, pasal 36, ayat 1 Ratu Elizabet II

Sebagai penggantinya, untuk menyatakan tingkat dapat ditulis sebagai berikut. Bab ke-15 Ratu Elisabet ke-2 Bab kelima belas Ratu Elisabet kedua Khusus lambang bilangan yang menyatakan jumlah yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata,ditulis dengan huruf.

Contoh :

Ia membeli dua buah buku tulis. Saya sudah lima kali ke rumahmu. Perpustakaan sekolah saya mempunyai dua ribu judul buku.

Akan tetapi, apabila lambang bilangan itu dipakai secara berurutan, misalnya dalam perincian dan pemaparan, ditulis dengan angka Arab. Contoh : seminggu yang lalu Ibu membeli 2 kilogram mentega, 5 kilogram terigu, 60 butir telur, dan 3 buah sirsat. Dari 105 suara yang sah, 50 suara memilih Ahmad, 20 suara memilih Pardi, dan 35 suara memilih Sukirman. Penulisan lambang bilangan dengan angka dan huruf tidak perlu bersama-sama kecuali dalam dokumen-dokumen resmi. Jadi, cukup ditulis dengan angka atau huruf saja.

2.4 Penulisan Unsur Serapan. Masalah pemakaian atau penulisan unsur serapan dalam bahasa Indonesia sangat runyam. Dikatakan demikian sebab pemakaian bahasa Indonesia sering begitu saja menyerap unsur asing tanpa memperhatikan situasi dan kondisinya. Penyerapan unsur asing dalam pemakaian bahasa Indonesia debenarkan apabila : a) Konsep yang terdapat dalam unsur itu tidak ada dalam bahasa Indonesia, atau b) Unsur itu merupakan istilah teknis sehingga tidak atau kurang layak dipakai unsur Indonesianya. Sebaliknya, apabila dalam bahasa indonesia sudah ada unsur yang mewakili konsep tertentu, penyerapan unsur asing tidak dibenarkan. Apakah dengan penyerapan itu menunjukan bahwa bahasa indonesia miskin katakata? Tidak.penyerapan unsur asing merupakan kejadian biasa bagi setiap bahasa. Hal itu terjadi karena setiap bahasa mendukung kebudayaan pemakainya; sedangkan kebudayaan pemakai bahasa satu dengan yang lain tidak ada yang sama. Pada suatu saat karena masyarakat pemakai bahasa yang satu dengan yang lainya (yang masing-masing berlatar belakang kebudayaan berbeda) berkomunikasi, maka timbulah akulturasi, yaitu saling berpengaruhnya kebudayaan satu dengan yang lain. Salah satu ujud/kulturasi itu adalah saling berpengaruhnya konsep-konsep tertentu. Misalnya, karena masyarakat pemakai bahasa indonesia tidak mempunyai konsep tentang radio, maka merka menyerap konsep itu dari masyarakat pemakai bahasa Inggris. Sebaliknya, karena masyarakat pemakai bahasa Inggris tidak mempunyai konsep tentang sarung dan bambu, maka mereka menyerap konsep itu dari masyarakat pemakai bahasa Indonesia. Jadi, peristiwa penyerapan tidak ada kaitanya dengan kaya atau miskinya kata-kata. Berdasarkan taraf intergrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan, yaitu (1) adopsi dan (2) adaptasi. Unsur serapan tergolong adopsi apabila

unsur asing itu diserap sepenuhnya, baik tulisan maupun ucapannya. Misalnya, civitas academica, de facto, strum und drung, status quo, dan bridge. Sebaliknya, unsur serapan tergolong adaptasi apabila unsur asing itu sudah disesuaikan ke dalam kaidah bahasa Indonesia, baik pengucapan maupun penulisannya. Khusus mengenai penyesuaian ejaan (tulisan) hanya seperlunya sehingga unsur asing yang disesuaikan itu masih dapat dibandingkan dengan unsur aslinya. Misalnya, manajemen, sistem, atlet, koordinasi, material, dan ekspor. Berikut ini disajikan kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan adaptasi. aa (Belanda) menjadi a paal ball ae, jika tidak bervariasi dengan e, tetap ae aerob aerodynamics ae, jika bervariasi dengan e, menjadi ae hemoglobin haematite ai tetap ai trailer caisson au tetap au audiogram autotroph tautometer hydraulic caustik c, di muka a, u, o dan konsonan, menjadi k calomel construktion cubic crystal classifikation caupe c, di muka e, i, oe dan y, menjadi s central cent cybernetics cylinder coelom cc, di muka o, u dan konsonan, menjadi k accomodation, accomodatie pal bal aerob aerodinamika hemoglobin hematit trailer kaison audiogram autotrof tautomer hidraulik kaustik

kalomel kontruksi kubik kristal klasifikasi kup sentral sen sibernetika silinder solom akomodasi

acculturation alkuturasi acclimatization aklimatisasi accumulation akumulasi cc, di muka e dan i, menjadi ks accent aksen cch dan ch, di muka a, o, dan kionsonan, menjadi k saccharin sakarin charisma karisma cholera kolera chromosome kromosom ch, yang lafalnya s atau sy, menjadi s achelon machine ch, yang lafalnya c menjadi c check china c (Sanskerta) menjadi s cabda castra e tetap e affective description system ea tetap ea idealist habeas ee (Belanda) menjadi e strastosfeer systeem ai tetap ei eicosane eidentik einsteinium eo tetap eo stereo geometry zeolite

aselon mesin

cek cina

sabda sastra

efektif deskripsi sistem

idealis habeas

strastosfer sistem

eikosan eidetik einsteinium

stereo geometri zeolit

eu tetap eu neutron eugenal europium f tetap f fanatic, fanatick factor fossil gh menjadi g sorghum gue menjadi g igue gigue i paa awal suku kata di muka vokal, tetap i iamb ion iota ei, jika lafalnya bukan i, tetap ie patient efficient kh (Arab) tetap kh khusus akhir ng tetap ng contingent congress linguistics eo (oi Yunani) menjadi e oestragen oenology foctus oo (Belanda) menjadi u cartoon proof pool oo (vokal ganda) tetap oo zoology coordination

neutron eugenal europium

fanatik faktor fosil

sorgum

ige gige iambe ion iota

pasien efisien

khusus akhir

kontingen kongres linguistik

estrogen enologi fetus

kartun pruf pul

zoologi kordinasi

ou, jika lafalnya au, menjadi au bout conter ou, jika lafalnya u, menjadi u gouverneur coupon contour ph menjadi f phase spectrograph ps tetap ps pseudo psychiatry pt tetap pt pterosaur pteridology ptyalin q menjadi k aquarium equator rh menjadi r rhapsody rhombus rhythm

baut kaunter

gubernur kupon kontur

fase spekograf

pseudo psikiatri

pterosaur pteridologi ptialin

akuarium ekuator

rapsodi rombus ritme

sc, di muka a, o, u, dan konsonan, menjadi sk scandium skandium scotopia skotopia scutella skutela sclerosis sklerosis scriptic skripsi sc, di muka e, i, dan y, menjadu s scenography scintilation scyphistoma sch, di muka vokal, menjadi sk schema schizophrenia scholasticidme

senografi sintilasi sifistoma

skema skizofrenia skolastisisme

t, di muka i, jika lafalnya s, menjadi s ratio aktie, action th menjadi t theocracy orthography thupental thrombosis u tetap u unit nucleolus instritute ua tetap ua dualisme aquarium ue tetap ue seude duet ui tetap ui equinox diut uo tetap uo fluorescein quorum quots uu menjadi u prematuur vacuum v tetap v vitamin television cavalry x pada awal kata, tetap x xanthate xenon xylophone

rasio aksi

teokrasi ortografi tiopental trombosis

unit nukleolus institut

dualisme akuarium

sued duet

ekuinoks duit

fluoresein kuorum kuota

orematur vacum

vitamin televisi kavaleri

xantat xenon xilofon

x pada posisi lain, menjadi ks executive, executief txi extra exudatie latex

eksekutif taksi ekstra eksudasi lateks

xc, di muka a, o, u, dan konsonan, menjadi ksk excavation ekskavasi excommunication ekskomunikasi excrusive ekskrusif exclusive eksklusif y, jiak lafalnya y, tetap y yangonis yen yuccaganin y, jika lafalnya i, menjadi i yttrium dynamo propyl z tetap z zenith zirconium zodiac zygote

yangonin yen yukaganin

itrium dinamo propil

zenit zirkonium zodiak zigot

Konsonan ganda menjadi konsonan tunggal, kecuali kalau dapat membingungkan. Gabbro gabro Accu acu Affect efek Comunication,communication komunikasi Ferrum ferum Solfeggio selfgio Catatan : 1. Unsur-unsur yang sudah di serap ke dalam bahasa Indonesiadan lazim dieja secara Indonesia tidak perlu diubah ejaannya. Misalnya : kabar, sirsak, iklan, perlu, hadir 2. Sekalipun dalam ejaan ini huruf c dan x diterima sebagai abjad bahasa Indonesia, unsur yang mengandung kedua huruf itu diindonesiakan menurut kaidah yang terurai di atas. Kedua huruf dipertahankan dalam penggunaan tertentu saj adalam pembedaan nama dan istilah khusus.

Di samping pengangan untuk menyesuaikan huruf atau bunyi asing tersebut di atas, berikut ini didaftarkan juga akhiran akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh. Kata seperti standardisai, dan implementasi, dan obyektif, diserap secara utuh di samping kata standar, implemen, dan obyek. -aat menjadi at Advokaat -age menjadi ase Precentage Estalage -air, -ary, menjadi er Complementair,complementary Primair, primary Secundair, secondary -ant menjadi an Accountant Informant -archie, -archy menjadi arki Anarchie, anarchy Alogrchie, oligarchy -(a)tie, -a(tion menjadi asi, -si Actie, action Publicatie, publication -eel, -all, -al menjadi al Structureel,structural Formeel, formal Rationeel, rational Ideaal, ideal Normal, normal -ein tetap -ein Cystein Casein Protein -eur, -or menjadi ur Directeur, director Inspektur, inspector Conductuer, conducto r

advokat

presentase estalase

komplementer primer sekunder

akuntan informan

anarki oligarki

aksi publikasi

struktural formal rasional ideal normal

sistein kasein protein

direktur inspektur kondektur

-or tetap or Dictator Corrector -ief, -ive menjadi if Descriptief, descriptive Demonstratief, demonstrative

diktator korektor

deskriptif demonstratif

-iek, -ica, -c, -ics, -ique (nominal) menjadi ik, -ika Phonetiek, phonetics fonetiks Physica, physics fisika Logica, logics logika Dialectica, dialectics dialektika Technick, technique teknik -iel, -ile, menjadi il Percentiel, percentile Mobiel, mobile -isch, -ie (adjectif) menjadi ik Elektronisch, electronic Mechanisch, mechanic Ballistisch, ballistic -isch, -ical menjadi is Economisch, economical Communisme, communism -ist menjadi is Publicist Egoist -logie, -logy menjadi logi Technologie, technology Physiologie, physiology Analogie, analogy -logue menjadi log Catalogue Dialogue -loog (Belanda) menjadi log Analoog Epiloog

persentil mobil

elektronik mekanik balistik

ekonomis komunisme

publisis egois

teknologi fisiologi analogi

katalog dialog

analog epilog

-oir(e) menjadi oar Trotoir Repertoire -oide, -oid menjadi oid Hominoide, hominoid Anthropoide, antrhopoid -teit, -ty menjadi tas Universiteit, university Qualiteit, quality -uur, -ure menjadi ur Factuur Structuur, strukture

trotoar repertoar

hominoid antropoid

universita kualitas

fraktur struktur

Anda mungkin juga menyukai