Anda di halaman 1dari 28

RAGAM BAHASA ILMIAH

A. RAGAM BAHASA?
Ragam bahasa merupakan variasi
bahasa menurut pemakaian, yang
berbeda-beda menurut topik yg
dibicarakan, menurut hubungan
pembicara, kawan bicara, orang
yang dibicarakan, serta menurut
medium pembicara (Bachman,
1990).
Dialek
Tempat
Dialek

Cendekiawan
Penutur
Bukan
cendekiawan

Lisan
Ragam
Bahasa Sarana
Indonesia
Tulisan

Ragam Ilmu
Bidang
Penggunaan
Surat Kabat

Resmi
Situasi
Santai
Sifat Ragam Bahasa ilmiah
Baku
Denotatifdan Koheren
Berkomunikasi dengan Pikiran
Kohesif
Mengutamakan Kalimat Pasif
Konsisten (Ramlan, 1992)
SIFAT RAGAM BAHASA ILMIAH

 Baku

Ragam bahasa ilmiah harus mengikuti kaidah bahasa


baku dalam menggunakan kata-kata, struktur frasa, serta
kalimatnya, baik dalam tulisan maupun lisan. Ragam
bahasa baku harus digunakan dalam ejaan, peristilahan,
dan tata bahasa. Ciri bahasa baku ada tiga, yaitu (1)
kemantapan dinamis berupa kaidah dan aturan yang
tetap, (2) kecendekiaan atau pengungkapan pemikiran
dan penalaran yang teratur dan logis, serta (3)
keseragaman yang digunakan oleh anggota masyarakat
suatu bangsa. Dengan demikian, selain harus sesuai
dengan kaidah bahasa baku yang berlaku, bahasa baku
juga lazim digunakan dalam situasi resmi serta
memenuhi fungsi gramatikal seperti subjek, predikat,
maupun objek.
Contoh kalimat yang menggunakan bahasa
baku:
Bencana alam mendorong masyarakat
Indonesia untuk memberi bantuan kepada
korban.

Kalimat di atas dapat diidentifikasi sebagai satuan yang


baku jika dilihat dari ejaan, peristilahan, dan tata
bahasanya. Kata-kata dan istilah yang digunakan di atas,
yaitu dari kata bencana hingga kata korban terdiri atas
kata-kata baku. Sementara itu, dari sisi tata bahasanya pun
kalimat di atas memiliki struktur yang lengkap, di
antaranya bencana alam sebagai subjek dan mendorong
sebagai predikat, dan seterusnya sesuai dengan fungsinya.
Contoh kalimat yang salah dalam
penggunaan bahasa baku
Dikarenakan banyak pihak yang
terlibat, pemicu persoalan yang cukup
kompleks, dan lain sebagainya, konflik
sosial keagamaan yang terjadi di desa
itu kita perlu teliti dengan pendekatan
yang komprehensif. (tidak baku)
Pada kalimat di atas terdapat kata dan struktur yang
tidak baku, yaitu dikarenakan, dan lain sebagainya,
dan kita akan teliti. Kata dikarenakan tidak baku karena
tidak memenuhi prinsip keseragaman jika ia menjadi
aktif, misalnya menjadi mengarenakan. Sementara itu,
gabungan kata dan lain sebagainya sepenuhnya salah
karena merupakan penggabungan kata dan lain-lain
(untuk menyebut hal-hal yang beragam) dengan dan
sebagainya (untuk menyebut hal-hal yang seragam).
Selanjutnya, sebagai bentuk pasif, gabungan kata kita
perlu teliti karena fungsinya sebetulnya sama dengan
diteliti sehingga penulisan yang benar adalah akan kita
teliti atau akan diteliti.
Kalimat yang benar:
Karena banyak pihak yang terlibat,
pemicu persoalan cukup kompleks, dan
lain-lain, konflik sosial keagamaan yang
terjadi di desa itu perlu kita teliti dengan
pendekatan yang komprehensif. (baku)
 Denotatif dan Koheren
Bahasa ragam ilmiah banyak menggunakan
kata-kata istilah. Kata-kata tersebut harus
digunakan dalam arti denotatif, bukan
dalam arti konotatif. Sementara itu,
hubungan semantik antara unsur-unsur
dalam bahasa ragam ilmiah bersifat logis
atau koheren. Ragam ini sebaiknya
menghindari penggunaan kalimat yang
mempunyai makna ganda atau ambigu.
Contoh:
Untuk membantu para pengungsi Merapi setiap
mahasiswa diharapkan menyumbang mi instan
sebanyak satu kardus.

Kalimat di atas menunjukkan makna yang denotatif,


khususnya pada bagian mi instan sebanyak satu
kardus. Namun, kalimat di atas menjadi tidak jelas
jika diganti dengan menyumbang satu kardus mi
instan. Kalimat yang semacam ini akan memiliki
tafsiran barang yang disumbang berupa kardus atau
mi instan.
Contoh lain:
Sampai saat ini Desa Losari belum memperoleh
penerangan yang memadai. (tidak lugas)

Maksud kalimat di atas tidak jelas karena kata


penerangan mengandung makna ganda, yaitu
dapat berarti ’informasi dapat juga bermakna
pencahayaan’ atau ’sejenis listrik’. Kalimat
tersebut akan menjadi jelas maksudnya apabila
kata penerangan diubah menjadi informasi atau
listrik sebagaimana kalimat di bawah ini.
Sampai saat ini Desa Losari belum
memperoleh informasi yang
memadai.
atau
Sampai saat ini Desa Losari belum
memperoleh listrik yang memadai.
 Berkomunikasi dengan
Pikiran
Bahasa ragam ilmiah lebih berkomunikasi dengan
pikiran daripada dengan perasaan. Oleh karena itu,
Bahasa ragam ilmiah lebih bersifat tenang, jelas, tidak
berlebih-lebihan atau hemat, dan tidak emosional.

Contoh:
Pengungsi Merapi yang merupakan penduduk dari
lereng Merapi yang mengungsi di sejumlah tempat
pengungsian mendapatkan pelayanan dan perhatian
yang cukup, makan-minum yang cukup, alas tidur
yang cukup, kamar mandi yang cukup, serta siraman
rohani yang cukup.
Kalimat di atas dikemas untuk
memperoleh gambaran yang detil dan
menunjukkan upaya yang cukup, tetapi
menimbulkan efek berlebih-lebihan,
bahkan emosional. Kalimat di atas jika
digunakan dalam bahasa ilmiah harus
berkomunikasi dengan pikiran sehingga
dapat diringkas menjadi:
Pengungsi Merapi yang Penduduk dari lereng
merupakan penduduk Merapi yang mengungsi
dari lereng Merapi yang di sejumlah barak
mengungsi di sejumlah pengungsian
tempat pengungsian mendapatkan pelayanan
mendapatkan pelayanan dan perhatian yang
dan perhatian yang cukup, seperti makan-
cukup, makan-minum minum, alas tidur, kamar
yang cukup, alas tidur mandi, dan siraman
yang cukup, kamar rohani.
mandi yang cukup, serta
siraman rohani yang
cukup.
Kohesif
Bahasa ragam ilmiah memiliki hubungan
gramatik antara unsur-unsurnya, baik
dalam kalimat maupun dalam alinea, serta
hubungan antara alinea yang satu dengan
alinea yang lainnya bersifat padu atau
kohesif. Untuk menyatakan kohesi
digunakan kata-kata penghubung (oleh
karena itu, akan tetapi, dll.) serta kata
ganti (tersebut, dia, dll.)
Contoh
Pemilihan mahasiswa berprestasi akan berlangsung minggu
depan. Beberapa mahasiswa tidak dapat mengikutinya
karena mengikuti Pekan Ilmiah Nasional.

Kedua kalimat itu jelas memiliki keterkaitan, tetapi


keduanya tidak memiliki tanda penghubung yang membuat
kalimat-kalimat itu padu. Jika diberi kata penghubung,
kalimat ini pun akan menjadi padu sebagaimana kalimat
berikut:
 
Pemilihan mahasiswa berprestasi akan berlangsung minggu
depan. Akan tetapi, beberapa mahasiswa tidak dapat
mengikutinya karena mengikuti Pekan Ilmiah Nasional.
 Mengutamakan Kalimat Pasif
Dalam membuat ragam bahasa ilmiah lebih
diutamakan penggunaan kalimat pasif
karena dalam kalimat pasif peristiwa lebih
dikemukakan daripada pelaku perbuatan.

Contoh:
Peneliti mengumpulkan data selama tiga
bulan.
 
Pada kalimat di atas subjek diletakkan di
awal kalimat, seharusnya yang
diutamakan bukan subjek tetapi objek,
kegiatan, atau peristiwa yang diutamakan
(subjek tidak perlu disebutkan karena
sudah jelas). Oleh karena itu, susunan
kalimat tersebut diperbaiki sebagai
berikut:

Data dikumpulkan selama tiga bulan.


Selain lebih menekankan pada
masalah utama, penggunaan
kalimat pasif seperti di atas
juga akan menghilangkan ke-
aku-an penulis sehingga
tulisan tidak terlihat subjektif.
 Konsisten
Bahasa ragam ilmiah harus selalu
konsisten dalam segala hal, misalnya
dalam menggunakan kata, istilah,
singkatan, tanda-tanda, dan juga
penggunaan kata ganti diri. Ketika kata
jender digunakan sejak awal dalam
sebuah tulisan, hingga akhir kata itu harus
digunakan secara konsisten. Kata jender
tidak boleh ditulis dengan tulisan gender
atau gender.
Selain konsisten dalam menggunakan kata, istilah,
singkatan, tanda-tanda, dan juga penggunaan kata ganti
diri, bahasa ragam ilmiah juga harus konsisten dalam
penomoran. Jika penomoran yang dipilih adalah angka
Romawi (I, II, III, dst.), pokok pikiran lanjutannya harus
menggunakan angka Romawi. Demikian pula jika
penomoran yang dipilih adalah angka Arab (1, 2, 3, dst.),
pokok pikiran selanjutnya harus menggunakan angka
Arab. Selain itu, dapat pula digunakan penomoran
subjudul dengan huruf, seperti A, B, C, dst.; a, b, c, dst.;
a), b), c), dst.; serta penomoran subjudul dengan angka
seperti 1), 2), 3), dst dan (1), (2), (3), dst. Selain itu,
dapat pula digunakan sistem penulisan desimal, seperti
1.1, 1.2, 1.3, dst.
Kesimpulan
Keenam sifat di atas merupakan sifat-sifat
ragam bahasa ilmiah secara umum. Mengingat
setiap bidang ilmu memiliki aturan tersendiri
dalam menentukan tata penulisan ilmiah,
seorang pengguna bahasa ragam ilmiah
dituntut memiliki wawasan tentang
penggunaan bahasa dalam ilmu yang akan
ditulisnya. Sebagai contoh, terdapat aturan
menulis transliterasi Arab-Latin untuk ilmu
agama, kalimat-kalimat khusus dalam bahasa
untuk ilmu hukum, dan sebagainya.
B. Ragam Tulis Berbeda dengan Ragam
Lisan
Pada dasarnya terdapat dua macam bahasa ragam
baku, yakni bahasa baku lisan dan bahasa baku tulisan.
Ada kalanya bahasa baku lisan suatu bahasa tidak
sama dengan bahasa baku tulisnya. Dalam kehidupan
sehari-hari mudah ditemukan kalimat-kalimat berikut.
 
(1) Saya akan teliti fenomena itu. (Lisan)
(2) Fenomena itu saya akan teliti. (Lisan)
(3) Saya akan meneliti fenomena itu.
(4) Akan saya teliti fenomena itu.
(5) Fenomena itu akan saya teliti.
Jika diperhatikan artinya, kalimat (1) dan (2)
merupakan kalimat baku dalam bahasa ragam
lisan. Akan tetapi, struktur yang baku hanyalah
kalimat (3), (4), dan (5).
Pembedaan kebakuan di atas mengingat bahwa
tradisi baku dalam bahasa Indonesia adalah
bahasa tulis. Berbahasa lisan yang baku dalam
kegiatan resmi ialah berbahasa seperti bentuk
dan susunan bahasa tulis. Aturan bahasa baku
tulis itulah yang dituliskan dalam buku-buku
tata bahasa. Menyimpang dari aturan itu
disebut tidak baku atau nonbaku
Dalam hal pembakuan bahasa tulis ini, suatu
kata yang bersinonim dengan kata lainnya
belum tentu digunakan secara sama. Hal itu
terdapat dalam contoh berikut:

1. Kenapa penelitianmu tidak dilanjutkan?


2. Aku dengar di UGM mau dibuka prodi
baru.
3. Temuan yang belum tuntas membikin
penasaran.
Kalimat-kalimat di atas merupakan kalimat
nonbaku yang hanya diucapkan dalam situasi tidak
resmi. Seseorangyan akan menulis karya ilmiah
mengetahui mana bentuk yang baku dan mana
bentuk yang nonbaku. Bentuk yang baku tentu
ejaan katanya sesuai dengan kamus. Dengan
demikian, kalimat-kalimat di atas dapat diperbaiki
sebagai berikut:

1. Mengapa penelitianmu tidak dilanjutkan?


2. Aku dengar di UGM akan dibuka prodi baru.
3. Temuan yang belum tuntas membuat penasaran.

Anda mungkin juga menyukai