Anda di halaman 1dari 14

Bahasa Indonesia

Pelafalan, Pemakaian Huruf,


& Pemisahan Suku Kata

Oleh Kelompok 1 (Kelas A Teknik Pertambangan)


Kelompok 1

Dosen
Pengampu

Nursamsilis Lutfin, S.S.,


S.Pd., M.Pd. Wanda Maysaputri Germanus Reynol Roni
(4522046031) (4522046033)

Herianti Rande Krisdayanti


(4522046039) (4522046006)
Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita menjumpai orang-orang
yang sangat sulit mengungkapkan maksud atau segala sesuatu yang ada
dalam pikirannya dan sedikit sekali variasi bahasanya. Kita pun juga
menjumpai orang-orang yang boros dalam memakai perbendaharaan katanya,
namun tidak memiliki makna yang begitu berarti. Oleh karena itu, agar tidak
terseret ke dalam dua hal tersebut, kita harus mengetahui betapa pentingnya
peranan kata dalam kehidupan sehari-hari.

Pemilihan kata merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
hal tulis-menulis maupun berbicara dalam kehidupan sehari-hari. Pemilihan
kata berhubungan erat dengan kaidah sintaksis,kaidah makna, kaidah
hubungan sosial, dan kaidah mengarang. Kaidah-kaidah ini saling mendukung
sehingga tulisan atau apa yang kita bicarakan menjadi lebih berbobot dan
bernilai serta lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh orang lain
Apa sih EYD itu?
Menurut KBBI (1993:250) ejaan ialah kaidah-kaidah cara
menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk
tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Dengan demikian, secara
sederhana dapat dikatakan bahwa ejaan adalah seperangkat kaidah tulis-
menulis yang meliputi kaidah penulisan huruf, kata, dan tanda baca. EYD
(ejaan yang disempurnakan)adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang
mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian
dan penulisan huruf kapital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan.
EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang disempurnakan. Dalam
penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa yang
menyempurnakan sebuah karya tulis. Karena dalam sebuah karya tulis
memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail. Singkatnya EYD
digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar.
Pelafalan
Salah satu hal yang diatur dalam ejaan ialah cara pelafalan atau cara
pengucapan dalam bahasa Indonesia. Pada akhir-akhir ini sering kita dengar
orang melafalkan bunyi Bahasa Indonesia dengan keraguan. Keraguan yang
dimaksud ialah ketidakteraturan pengguna Bahasa dalam melafalkan huruf.
Kesalahan pelafalan dapat terjadi karena lambang (huruf) diucapkan tidak
sesuai dengan bunyi yang melambangkan huruf tersebut.

Kaidah pelafalan bunyi bahasa Indonesia berbeda dengan kaidah bunyi


bahasa lain,terutama bahasa asing, seperti bahasa Inggris, bahasa Belanda,
dan bahasa Jerman. Dalam Bahasa tersebut, satu bunyi yang dilambangkan
dengan satu huruf, misalnya /a/ atau /g/ , dapat diucapkan dengan berbagai
wujud bunyi bergantung pada bunyi atau fonem yang ada di sekitarnya. Lain
halnya dengan bahasa Indonesia, ketentuan pelafalan yang berlaku dalam
bahasa Indonesia cukup sederhana, yaitu bunyi-bunyi dalam bahasa Indonesia
harus dilafalkan sesuai dengan apa yang tertulis. Tegasnya, lafal dalam bahasa
Indonesia disesuaikan dengan tulisan.
Perhatikan contoh berikut! Hal yang perlu mendapat perhatian ialah mengenai
• teknik Lafal yang salah : tehnik Lafal yang benar : pemakaian dan pelafalan huruf pada penulisan dan
teknik [t e k n i k] pelafalan nama diri. Di dalam kaidah ejaan dikatakan
• tegel Lafal yang salah : tehel Lafal yang benar : bahwa penulisan dan pelafalan nama diri, yaitu nama
tegel [t e g e l] orang, badan hukum, lembaga, jalan, kota, sungai,
• energi Lafal yang salah : enerhi, enersi, enerji Lafal gunung, dan sebagainya disesuaikan dengan kaidah
yang benar : ejaan yang berlaku, kecuali kalau ada pertimbangan
energi lain. Pertimbangan yang dimaksud ialah pertimbangan
[e n e r g i] adat, hukum, agama, atau kesejahteraan, dengan
Masalah lain yang sering muncul dalam pelafalan kebebasan memilih apakah mengikuti Ejaan Republik
ialah mengenai (Soewandi) atau Ejaan yang Disempurnakan. Jadi,
singkatan kata dengan huruf. Sebaiknya pemakai pelafalan nama orang dapat saja diucapkan tidak
bahasa memperhatikan sesuai dengan yang tertulis, bergantung pada
pelafalan yang benar seperti yang sudah dibakukan pemilik nama tersebut. Demikian pula halnya dengan
dalam ejaan. pelafalan unsur kimia, nama minuman, atau nama
Perhatikan pelafalan berikut! obat-obatan, bergantung pada kebiasaan yang
• TV Lafal yang salah : [tivi] Lafal yang benar : [t e v berlaku untuk nama tersebut. Jadi, pemakai Bahasa
e] dapat saja melafalkan unsur tersebut tidak sesuai
• MTQ Lafal yang salah : [emtekyu], [emtekui] Lafal dengan yang tertulis. Hal tersebut memerlukan
yang benar : kesepakatan lebih lanjut dari pakar yang
[em te ki] bersangkutan
Perhatikan contoh berikut!
• coca cola Lafal yang benar : coca cola [ko ka ko la]
• HCL Lafal yang benar : [Ha Se El]
• CO2 Lafal yang benar : [Se O2]
Kaidah pelafalan yang perlu dibicarakan di sini ialah pelafalan bunyi /h/.
Pelafalan bunyi /h/ ada aturannya dalam bahasa Indonesia. Bunyi /h/ yang
terletak di antara dua vokal yang sama harus dilafalkan dengan jelas, seperti
pada kata mahal, pohon, luhur, leher, sihir. Bunyi /h/ yang terletak di antara dua
vokal yang berbeda dilafalkan dengan lemah atau hampir tidak kedengaran,
seperti pada kata tahun, lihat, pahit. Bunyi /h/ pada kata seperti itu umumnya
dilafalkan dengan bunyi luncur /w/ atau /y/, yaitu tawun, liyat, payit. Aturan ini
tidak berlaku bagi kata-kata pungut karena lafal kata pungut disesuaikan
dengan lafal bahasa asalnya, sepertikata mahir, lahir, kohir, kohesi.
Pemakaian Huruf
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan menggunakan 26 huruf
didalam abjadnya,yaitu mulai dengan huruf /a/ sampai dengan huruf /z/.
Beberapa huruf di antaranya, yaitu huruf /f/, /v/, /x/, dan /z/, merupakan huruf
serapan dan sekarang huruf-huruf tersebut dipakai secara resmi di dalam
bahasa Indonesia. Dengan demikian, pemakaian huruf itu tetap dipertahankan
dan jangan diganti dengan huruf lain.
Contoh :
• fakta tidak boleh diganti dengan pakta
• aktif tidak boleh diganti dengan aktip
• valuta tidak boleh diganti paluta
• pasif tidak boleh diganti pasip
• ziarah tidak boleh diganti dengan jiarah, siarah
Meskipun huruf-huruf serapan sudah dimasukkan ke dalam bahasa
Indonesia, harus kita ingat ketentuan pemakaian huruf /q/ dan x/. Huruf /q/
hanya dapat dipakai untuk nama istilah khusus, sedangkan untuk istilah umum
harus diganti dengan huruf /k/. Demikian pula huruf /x/ dapat dipakai untuk
lambang, seperti xenon, sinar x, x, + y. Huruf /x/ apabila terdapat pada tengah
kata dan akhir kata diganti dengan huruf gugus konsonan /ks/.
Contoh :
• Quran tetap ditulis Quran (nama)
• aquarium harus ditulis dengan akuarium
• quadrat harus ditulis dengan kuadrat
• taxi harus ditulis dengan taksi
• complex harus ditulis dengan kompleks
Huruf /k/ selain untuk melambangkan bunyi /k/, juga digunakan untuk
melambangkan bunyi huruf hamzah (glottal) . Ternyata masih ada pengguna
bahasa yang menggunakan tanda ‘ain’ /’/ untuk bunyi hamzah (glotal) tersebut
Contoh :
• ta‘zim harus diganti dengan taksim
• ma’ruf harus diganti dengan makruf
• da’wah harus diganti dengan dakwah
• ma’mur harus diganti dengan makmur
Pemisahan Suku Kata
Setiap suku kata bahasa Indonesia ditandai oleh sebuah vokal. Huruf
vokal itu dapat didahului atau diikuti oleh huruf konsonan. Persukuan atau
pemisahan suku kata biasanya kita dapati pada penggantian baris, yaitu
terdapat pada bagian akhir setiap baris tulisan. Pengguna bahasa tidak boleh
melakukan pemotongan kata berdasarkan kepentingan lain, misalnya mencari
kelurusan baris pada pinggir baris setiap halaman atau hanya untuk
memudahkan pengetikan. Penulisan harus mengikuti kaidah-kaidah
pemisahan suku kata yang diatur dalam Ejaan yang Disempurnakan seperti
berikut ini.

1) Apabila di tengah terdapat dua vokal berurutan, pemisahan


dilakukan di antara vokal tersebut. Contoh :
main ma-in, taat ta-at
2) Apabila di tengah kata terdapat dua konsonan berurutan, pemisahan
dilakukan di antara kedua konsonan tersebut. Contoh :
ambil am-bil, undang un-dang
3) Apabila di tengah kata terdapat konsonan di antara dua vokal
pemisahannya dilakukan sebelum konsonan. Contoh :
bapak ba-pak, sulit su-lit
4) Apabila di tengah kata terdapat tiga atau empat konsonan,
pemisahannya dilakukan di antara konsonan pertama dan konsonan
kedua. Contoh : bangkrut bang-krut, instrument in-stru-men
5) Imbuhan termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk
partikel yang biasanya ditulis derangkai dengan kata dasarnya,
penyukuannya dipisahkan sebagai satu kesatuan. Contoh :
minuman mi-num-an, bantulah ban-tu-lah
6) Pada akhir baris dan awal baris tidak diperkenankan ada huruf yang
berdiri sendiri, baik vokal maupun konsonan. Contoh :
Salah Benar
ikut j-uga ikut ju-ga
masalah i-tu masalah itu
7) Tanda pemisah (tanda hubung) tidak diperkenankan diletakkan di
bawah huruf dan juga tidak boleh berjauhan dengan huruf, tetapi
diletakkan di samping kanan huruf. Contoh :
Salah Benar
pengambilan pengam-bilan
bela-jar bela-jar
Kesimpulan
Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis
yang distandardisasikan. Lazimnya, ejaan mempunyai tiga aspek, yakni
aspekfonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan
penyusunan abjad aspek morfologi yang menyangkut penggambaran satuan-
satuan morfemis dan aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran tanda
baca.

Kaidah pelafalan bunyi bahasa Indonesia berbeda dengan kaidah bunyi


bahasa lain,terutama bahasa asing, seperti bahasa Inggris, bahasa Belanda,
dan bahasa Jerman. Dalam Bahasa tersebut, satu bunyi yang dilambangkan
dengan satu huruf, misalnya /a/ atau /g/ , dapat diucapkan dengan berbagai
wujud bunyi bergantung pada bunyi atau fonem yang ada di sekitarnya. Lain
halnya dengan bahasa Indonesia, ketentuan pelafalan yang berlaku dalam
bahasa Indonesia cukup sederhana, yaitu bunyi-bunyi dalam bahasa Indonesia
harus dilafalkan sesuai dengan apa yang tertulis. Tegasnya, lafal dalam bahasa
Indonesia disesuaikan dengan tulisan.
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan menggunakan 26 huruf
didalam abjadnya,yaitu mulai dengan huruf /a/ sampai dengan huruf /z/.
Beberapa huruf di antaranya, yaitu huruf /f/, /v/, /x/, dan /z/, merupakan
huruf serapan dan sekarang huruf-huruf tersebut dipakai secara resmi di dalam
bahasa Indonesia. Dengan demikian, pemakaian huruf itu tetap dipertahankan
dan jangan diganti dengan huruf lain.

Setiap suku kata bahasa Indonesia ditandai oleh sebuah vokal. Huruf
vokal itu dapat didahului atau diikuti oleh huruf konsonan. Persukuan atau
pemisahan suku kata biasanya kita dapati pada penggantian baris, yaitu
terdapat pada bagian akhir setiap baris tulisan. Pengguna bahasa tidak boleh
melakukan pemotongan kata berdasarkan kepentingan lain, misalnya mencari
kelurusan baris pada pinggir baris setiap halaman atau hanya untuk
memudahkan pengetikan. Penulisan harus mengikuti kaidah-kaidah pemisahan
suku kata yang diatur dalam Ejaan yang Disempurnakan
Kesepian Tanpa Kekasih
Cukup Sekian Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai