_
,
_
,
_
,
F
y
= b
2
3 4
0
2
2
0
2
y
h
y +
_
,
_
,
F
y
M = b
h y
F
y
2
0
2
4 3
_
,
(2)
Bila momen terus ditambah, seluruh serat mencapai tegangan leleh, dikatakan
penampang dalam keadaan plastis (gambar 1.d). Perlawanan momen dalam keadaan
plastis disebut momen plastis (Mp). Momen plastis untuk penampang segi empat adalah :
Mp = 1/2.b.h.F
y
. (1/2 h)
= 1/4 bh
2
. Fy
Mp = Z . F
y
(3)
dengan : Z = plastis modulus = 1/4 bh
2
2. Tegangan Geser.
Distribusi tegangan geser di dalam penampang yang mendukung lentur dapat
diketahui dengan meninjau dua potongan dalam sebuah balok yang letaknya berdekatan.
Andaikan penampangnya segi empat, kemudian dipotong di daerah a-a dan b-b yang
mempunyai jarak = dx. Jika potongan a-a menghasilkan M
1
yang lebih kecil dari pada
potongan b-b yang menghasilkan M
2
seperti terlihat pada gambar 2.
Pandang luasan kecil di dalam penampang yang diarsir yang letaknya y dari garis
netral. Karena M
2
> M
1
maka gaya horisontal H
2
> H
1
. Agar seimbang maka selisih H
2
dengan H
1
diimbangi dengan gaya dF.
dF = H
2
- H
1
dF =
f dA
y
C
2
0
-
f dA
y
C
1
0
(4)
substitusi persamaan (1) ke dalam persamaan (4), sehingga di dapat :
dF =
M M
I
2 1
y b dy
y
C
. .
0
y b dy
y
h
. .
/
0
2
atau
v =
M M
b I dx
2 1
. .
y b dy
y
h
. .
/
0
2
sehingga di dapat :
v =
M M
I dx
2 1
.
y dy
y
h
.
/
0
2
jika
M M
dx
2 1
=
dM
dx
= gaya geser (V) maka :
v =
V
I 2. .
h
y
2
0
2
4
1
]
1
(5)
a b
H
1
H
2
dF
a b (a) (b)
Gambar 2. Penjelasan penurunan rumus tegangan geser.
Persamaan (5) merupakan sebuah parabola, tegangan geser maksimum (v
max
) terjadi
di pusat berat penampang (y=0), periksa gambar 2.b. Untuk penampang segi empat
dengan lebar (b) dan tingginya (h) tegangan geser maksimumnya adalah :
v
max
=
V
b h 2
1
12
3
. . .
.
h
2
4
atau v
max
=
3
2
V
bh
(6)
Untuk tujuan perancangan, sering digunakan tegangan geser rata-rata, tegangan
geser rata-rata untuk penampang segi empat adalah :
v
max
=
3
2
V
bh
(7)
dx
h
C
y0
3. Tegangan Aksial.
Gaya aksial merupakan gaya yang bekerja sejajar atau searah dengan sumbu
longitudinalnya, dapat berupa gaya desak maupun gaya tarik. Sedangkan tegangan aksial
dapat didefinisikan sebagai besarnya gaya-gaya yang bekerja pada tiap satuan luas
tampang benda yang dikenai suatu besaran gaya tertentu.
Tegangan aksial dapat diketahui dengan meninjau suatu batang yang menerima
beban sentris, seperti terlihat gambar 3a yaitu suatu kolom yang menerima beban desak
sebesar P. Beban yang bekerja pada potongan besarnya sama dengan gaya luar, yang
ditahan oleh seluruh luasan batang secara merata.
P
P
a
(a) (b)
Gambar 3. Kolom dengan beban terpusat P.
Dengan melihat gambar 3 maka dapat ditentukan besarnya tegangan aksial f
a
yang
dapat didefinisikan sebagai besarnya intensitas gaya P yang bekerja pada titik berat
penampang per satuan luas penampang A, (Popov, 1978), yang dapat dituliskan sebagai
berikut :
fa =
P
A
4. Pengaruh Gaya Geser Terhadap Kapasitas Lentur Penampang Segi Empat.
Untuk mengetahui pengaruh gaya geser terhadap kapasitas lentur profil I, ditinjau
dahulu pengaruh gaya geser terhadap kapasitas lentur penampang segi empat. Hal ini
perlu, karena profil I terdiri dari elemen-elemen segi empat. Sebuah balok kantilever
mendukung beban terpusat P di ujung bebasnya (gambar 3). Batang dianggap tidak
mempunyai bobot sehingga gaya lintang sepanjang balok dapat dianggap sama.
P
a b
Gambar 3. Balok Kantilever dengan beban terpusat P.
Beban P sedemikian besar sehingga mengakibatkan penampang di ujung jepit
menjadi plastis (kapasitas tercapai). Andaikan jarak potongan a-a ke ujung bebas = x
1
dan serat terluar potongan a-a mencapai tegangan leleh. Oleh karena itu, semua
penampang disebelah kiri potongan a-a masih elastis disebut elastic zone. Penampang
yang terletak diantara potongan a-a dan potongan c-c disebut plastic zone. Jarak P ke
potongan a-a = x
1
, momen dipotongan tersebut adalah :
M
1
= P . x
1
(8)
sedang perlawanan momen dipotongan a-a adalah :
M
y
= 1/6 .bh
2
. F
y
Tegangan yang timbul pada pusat berat potongan a-a lebih kecil dari tegangan
leleh geser. Bila gaya P dihitung berdasarkan tegangan rata-rata, maka :
P < 2/3 . v . b . h (9)
Dari persamaan (8) dan (9) didapat :
1/6 .bh
2
. F
y
< 2/3 . v . b . h . x
1
atau
X2
X1
x
h
1
<
1
4
Fy
v
1
]
1
(a) (b) (c)
Gambar 4. distribusi tegangan di potongan a-a momen lentur dan gaya lintang.
Jika kombinasi tegangan lentur dan geser mengakibatkan tegangan leleh, menurut Tresca
berlaku hubungan :
f v F
y y
2 2 2
4 + (10)
sedangkan menurut Von Misses :
f v F
y y
2 2 2
4 + (11)
untuk geser murni f = 0, didapat : V
y
= 0,50 F
y
sehingga
x
h
1
> 0,433
Distribusi tegangan lentur pada potongan a-a ditunjukan dengan gambar 4.a, sedangkan
distribusi tegangan geser ditunjukan dengan gambar 4.b. Interaksi lentur dengan geser
dapat ditentukan dengan persamaan :
f v
V
y
Fy
1
]
1
+
1
]
1
1
2
2
= 1 (12)
Interaksi lentur dan geser pada potongan a-a ditunjukan dengan gambar 4.c.
Selanjutnya ditinjau tegangan pada potongan b-b yang jaraknya x
2
dari ujung bebas.
Akibat momen lentur M = P . x
2
, tegangan leleh pada potongan b-b menjalar ke serat
yang lebih dalam, akibatnya luasan yang mendukung gaya geser berkurang. Pada saat
tegangan geser maksimum di pusat penampang mencapai tegangan geser leleh, tinggi
h
b
F
y
1
penampang yang masih elastis = 2 . y
0
. Tinggi ini sama dengan tinggi penampang yang
mendukung gaya lintang P. Distribusi tegangan akibat momen lentur ditunjukan dengan
gambar 5.a dan distribusi tegangan geser ditunjukan dengan gambar 5.b. Akibat beban P,
momen di potongan b-b adalah :
M = P . x
2
(13)
Gambar 5. Distribusi tegangan di potongan b-b.
Perlawanan momen di potongan b-b lebih besar dari momen leleh, tetapi lebih kecil
dari momen plastis, disebut momen plastis tereduksi (Mpr). Besarnya Mpr tersebut sama
dengan persamaan (2).
Mpr = b
h y
2
0
2
4 3
_
,
Fy
(14)
Perlawanan momen di potongan b-b sesuai dengan persamaan 14. Jika tanpa
pengaruh gaya lintang, kapasitas lentur penampang persegi empat adalah sama dengan
persamaan (3).
Mp =
b h .
2
4
Fy (15)
Sedangkan gaya geser V = P dapat ditentukan berdasarkan tegangan rata-rata, yaitu :
P = (b . 2/3 . 2 . y
0
) F
y
P =
4
3
. b . y
0
. F
y
(16)
y
P
b F
y
0
3
4
.
. .
y
P
b F
y
0
2
2
3
4
_
,
.
. .
=
9
16
2
2 2
.
. .
P
b F
y
v
Fy
y
0
y
0
2 /
2
3
Nilai banding (rasio) momen plastis tereduksi dengan momen plastis tanpa
pengaruh gaya lintang, dapat diperoleh dengan membagi persamaan 14 dengan persamaan
15 didapat persamaan sebagai berikut :
Mpr
Mp
h y
b h
_
,
b Fy
Fy
2
0
2
2
4 3
4
.
= 1-
4
3
y
h
0
2
2
_
,
= 1 -
4
3
9
16
2
2 2
2
.
. .
P
b F
h
y
_
,
= 1 -
3
4
P
h b F
y
2
2 2 2
. .
_
,
= 1 -
3
4
P
h b F
y
. .
_
,
2
P
p
= b . h . F
y
Mpr
Mp
1 -
3
4
P
Pp
_
,
2
(17)
Interaksi tegangan lentur dengan geser pada potongan b-b ditunjukan dengan
gambar 5.c yang sangat mendekati keadaan plastis penuh. Persamaan 17 sesuai untuk
harga P, dengan maksimum y
0
= h/2 oleh karena itu, persamaan tersebut lebih tepat
digunakan bila :
P
Pp
<
2
3
Dari persamaan 17 di dapat momen plastis tereduksi (Mpr) :
Mpr =
1
3
4
2
_
,
_
,
P
Pp
Mp (18)
Persaman 18 dapat digunakan sebagai pendekatan untuk menentukan kapasitas
lentur penampang yang terletak diantara potongan b-b dan potongan c-c. dengan
kesalahan relatif kecil. Menurut kriteria Tresca momen tereduksi potongan c-c adalah :
Mpr =
1 0 444.
2
_
,
_
,
,
P
Pp
Mp (19)
Persamaan 19 lebih tepat digunakan untuk
P
Pp
< 0,792.
6. Pengaruh Gaya Geser Terhadap Kapasitas Lentur Profil I.
Penampang berbentuk I dapat dipandang terbentuk dari elemen-elemen segiempat,
oleh karena itu rumus-rumus pada elemen segi empat dapat digunakan sebagai
pendekatan untuk mencari kapasitas badan profil I. Bila kombinasi lentur dan geser
mengakibatkan tegangan leleh pada material, berlaku hubungan persamaan 11. Untuk f =
0 dan v = V
y
, pesamaan 11 menjadi :
v
F
y
3
atau V
y
= 0,577 F
y
(20)
Untuk mencari pengaruh gaya geser terhadap kapasitas baja lentur profi I,
digunakan asumsi bahwa gaya geser hanya didukung oleh pelat badan, dan momen
didukung oleh pelat badan dan pelat sayap.
tf
f
b
tw
l
Gambar 6. Distribusi tegangan lentur dan geser pada penampang I.
Kapasitas lentur penampang I ditentukan dengan persamaan :
Mp = Z . F
y
dengan Z adalah modulus plastis. Untuk estimasi momen tereduksi (Mpr), tegangan di
dalam penampang dianggap memenuhi keadaan gambar 6.
Tegangan geser rata-rata, pada bagian profil I adalah :
v
V
d tw
.
dengan : d = tinggi badan = tinggi profil - 2 x tebal sayap.
tw = tebal badan.
Karena badan profil mencapai tegangan leleh, maka badan berlaku persamaan 11.
Tegangan pada badan akibat lentur adalah :
f
b
= Fy 1
2
_
,
v
V
y
atau f
b
= Fy 1
2
_
,
P
Pp
(21)
Momen tereduksi (Mpr), untuk profil I, dapat dihitung dengan persamaan :
h
b
Fy
Fy
Mpr = Mp - Mpb + Mb (22a)
dengan : Mpb = momen plastis badan = 1/4 . tw . d
2
. Fy
Mb = momen badan = 1/4 . tw . d
2
. fb
maka
Mpr = Mp - 1/4 . tw . d
2
. Fy + 1/4 . tw . d
2
. Fy 1
2
_
,
P
Pp
sehingga di dapat
Mpr = Mp -
1 1
2
_
,
_
,
P
Pp
Mpb (22b)
Persamaan 22b menunjukan kapasitas momen tereduksi penampang I, sedangkan nilai
banding momen tereduksi dengan momen plastis ditunjukan dengan persamaan 22c.
Mpr
Mp
= 1 -
1 1
2
_
,
_
,
P
Pp
Mpb
Mp
(22c)
Persamaan 22c lebih tepat digunakan untuk
P
Pp
<
2
3
Cara lain untuk mencari pengaruh gaya geser terhadap kapasitas lentur profil I,
dikemukakan oleh Horne sebagai berikut :
Mp = b . tf . (d- tf) Fy + 1/4 . tw (d - 2tf) Fy (23)
dengan mengabaikan tebal sayap (tf) dan menganggap tinggi badan sama dengan tinggi
profil, persamaan 23 menjadi :
Mp = (b . tf . d + 1/4 . tf . d
2
) Fy = 1/4 . h . (2 Af + Ab) Fy (24)
dengan : Af = luas sayap = 2 . b . tf
b = lebar sayap.
Karena badan profil I segi empat, dengan menggunakan persamaan 22c, didapat :
Mpr = 1/2 . h . Af . Fy + 1/4 . h . Ab . Fy 1 0 444
2
2
_
,
,
P
P
p
(25)
= Mp . 1 0 444
2
2
2
_
,
_
,
,
.
Ab
Af Ab
P
P
p
atau
Mpr
Mp
=
1 0 444
2
2
_
,
_
,
_
,
,
.
Ab
Af Ab
P
P
p
(26)
Persamaan untuk menentukan kapasitas lentur akibat pengaruh gaya geser adalah :
Mpr = Mp 1
2
1 1
2
2
_
,
_
,
_
,
Ab
Af Ab
P
P
p
.
(27)
persamaan 25 cocok untuk 0 <
P
Pp
< 1.
7. Pengaruh Gaya Aksial Terhadap Kapasitas Lentur Profil I.
Salah satu struktur yang menerima kombinasi antara beban aksial dan lentur dapat
dijumpai pada struktur kolom yang menerima beban desak P yang mempunyai jarak
eksentrisitas e dari titik beratnya (gambar 7). Beban desak ini mengakibatkan beban aksial
P dan beban lentur yang berupa momen M sebesar beban P dikalikan dengan jaraknya e
(M = P.e). Beban aksial P akan mengakibatkan tegangan merata sama diseluruh
potongan, sedangkan momen M akan mengakibatkan tegangan yang besarnya akan
bergantung pada jaraknya terhadap garis netral.
P P M = P.e
= +
P
A
M y
I
.
M y
I
.
+
P
A
-
M y
I
.
-
M y
I
.
+
P
A
Gambar 7. Kolom yang mengalami beban aksial tekan dan lentur.
e
Tegangan yang didapat dari gambar 7 tesebut merupakan tegangan elastis. Untuk
mengetahui faktor reduksi akibat beban aksial akan kita tinjau profil I yang menerima
beban aksial dan lentur maka perlu ditinjau tegangan plastis, seperti yang terlihat pada
gambar 8.
tf
tw P M
= +
Gambar 6. Distribusi tegangan plastis pada penampang I.
Momen tereduksi akibat beban aksial dapat dihitung dengan anggapan bahwa
momen plastis terjadi setinggi 2y
0
, sehingga dapat dihitung dengan persamaan 28.
M
pr
= Z . fy - Z . y
0
. fy =
( ) bh b y
fy
2
0
2
4
2
4
_
,
=
b h y
fy
( )
2
0
2
4
4
(28)
M
M
pr
p
b h y
fy
( )
2
0
2
4
4
4
2
bh fy
_
,
= 1 -
4
0
2
2
y
h
= 1 -
P
P
y
_
,
2
(29)
7. Pengaruh Kombinasi Gaya Geser dan Aksial Terhadap Kapasitas Lentur Profil
I.
Untuk mengetahui besarnya pengaruh kombinasi gaya aksial dan gaya lentur
terhadap kapasitas lentur profil I maka dapat dihitung dari rumus-rumus yang telah
dibahas pada sub bab 5 tentang pengaruh gaya geser dan rumus pada sub bab 6
tentang pengaruh gaya aksial terhadap kapasitas lentur.
Kombinasi akibat gaya geser dari persamaan 22 ditambah akibat gaya aksial dari
persamaan 29 menghasilkan persamaan 30.
d
b
fy
-fy
h
+fy
-fy
-fy
y0
y0
Mpr
Mp
= 1 -
1 1
2
_
,
_
,
P
Pp
Mpb
Mp
-
P
P
y
_
,
2
(30)
Kombinasi akibat gaya geser dari persamaan 26 ditambah akibat gaya aksial dari
persamaan 29 menghasilkan persamaan 31.
Mpr
Mp
=
1 0 444
2
2 2
_
,
_
,
_
,
_
,
,
.
Ab
Af Ab
P
P
P
P
p y
(31)
Kombinasi akibat gaya geser dari persamaan 27 ditambah akibat gaya aksial dari
persamaan 29 menghasilkan persamaan 32.
Mpr
Mp
=
1
2
1 1
2
2
2
_
,
_
,
_
,
_
,
Ab
Af Ab
P
P
P
P
p y
.
(32)
C. ANALISIS.
Untuk lebih mengetahui pengaruh kombinasi gaya aksial dan geser terhadap
kapasitas lentur profil I, telah dianalisis sejumlah profil I dengan bantuan persamaan 30,
persamaan 31 dan persamaan 32. Data profil diambil dari tabel 5 lampiran 5, hasilnya
disajikan dalam bentuk tabel (lampiran 1, lampiran 2, lampiran 3) dan grafik (lampiran 4).
D. ANALISIS DATA.
Dari Tabel 4 (lampiran 4) dapat diketahui bahwa, pada P/Pp = 0,6 rata-rata
Mpr/Mp berkisar 0,569, berarti kapasitas lentur berkurang sekitar 43,07 persen. Sedang
untuk nilai P/Pp = 1 kapasitas lentur berkisar -3.03 persen, tanda negatif menunjukan
bahwa struktur tersebut tidak mempu menahan gaya sama sekali. Hal tersebut disebabkan
adanya pengaruh kombinasi gaya geser dan gaya aksial pada profil yang relatif sangat
besar.
Dengan melihat grafik yang terdapat pada lampiran 4, maka dapat dianalsis bahwa
P/Pp yang dapat ditahan oleh struktur yang menerima kombinasi antara gaya aksial dan
gaya gerer serta lentur maksimum hanya sebesar 0,9.
E. KESIMPULAN DAN SARAN.
a. Kesimpulan.
Dari hasil uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sementara sebagai berikut :
1. Hasil analisis dengan persamaan 30, persamaan 31 dan persamaan 32 lebih rendah
dibanding hasil penelitian pada umumnya.
2. P/Pp yang dapat ditahan oleh struktur tersebut maksimum hanya sebesar 0,9. Jika lebih
besar dari angka tersebut maka struktur sudah tidak dapat menahan lentur sama sekali.
3. Momen hasil analisis dengan metode kekuatan batas mendekati kapasitas terpasang
sehingga baik digunakan sebagai momen rancang dengan ketelitian-ketelitian
memadahi.
b. Saran.
1. Untuk menghindari turunnnya kapasitas lentur akibat pengaruh kombinasi gaya geser
dan gaya aksial, perlu membatasi tegangan geser yang terjadi berdasarkan nilai P/Pp =
0,67.
2. Berdasarkan kesimpulan 1 tegangan geser rata-rata perlu dibatasi maksimum
0,67.0,577.Fy = 0,373 Fy
F. DAFTAR PUSTAKA
1. AISC, Manual of Steel Construction, Ninth Edition, 1989, American Institute of
Steel Construction, Inc., Chicago.
2. Hariandja, B., 1997, Mekanika Bahan dan Pengantar Teori Elastisitas, Erlangga,
Jakarta.
3. Home, M.R., 1979, Plastic Theory Of Steel Structures, Biddles Ltd., New York.
4. Home, M.R., and Morris, 1981, Plastic Design Of Low Rise Frame, New York.
5. Megson, T.H.G., 1980, Streght of Material for Civil Enggineering, Hongkong.
6. Moy, S.J., 1981, Plastic Methods For steel and Conrete Structures, John Wiley
and Sons, New York.
7. Nursodik, F., Ir., M.T., Hand Out Konstruksi Baja Lanjut, Magister Teknik Sipil,
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
8. Popov, E.P., Mechanics of Materials, 1978, Prentice-Hall, New Jersey, USA.
9. Singer, F.L., Pytel, A.,1995, Streght Of Material, edisi ke3, terjemahan Erlangga,
Jakarta.
10. Wiratman W., 1968, Teori Kekuatan Batas Sebagai Kriterium Baru Bagi Analisa
Struktur, Departemen Pekerjaan Umum.