PERSALINAN DENGAN EKSTRAKSI VAKUM PADA PARTUS MACET DENGAN DEEP TRANSVERSE ARREST
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS 2012
BAB I PENDAHULUAN
Partus macet atau distosia didefinisikan sebagai persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan persalinan; dimana pada fase inpartu kala II tidak terjadi kemajuan penurunan janin ketika ibu mengejan. Insidens distosia pada usia 20 35 tahun sebesar 73,6%, usia > 35 tahun 23,1% dan usia < 20 tahun 3,3%. Pada paritas 0 dengan persentasi sebesar 43,2%, paritas 1-3 dengan persentasi sebesar 35,9% dan pada paritas > 3 dengan persentasi sebesar 20,9%. Distosia merupakan penyebab langsung kematian ibu maternal sebesar 5%. Terjadinya distosia antara lain diakibatkan karena adanya kelainan tenaga (power), kelainan letak dan bentuk janin (passanger), kelainan panggul dan kelainan traktus genitalis (passage). Salah satu distosia akibat kelainan passage adalah Deep tranverse arrest merupakan salah satu malposisi, malposisi yaitu presentasi belakang kepala dengan ubun-ubun kecil tetap berada disamping atau dibelakang saat memasuki Bidang tengah panggul (Hodge III). Vakum ekstraksi adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi tekanan negatif pada kepalanya dengan menggunakan ekstraktor vakum (ventouse) dari Malstrom yang bekerja
Page 2
dengan prinsip pengisapan yang menimbulkan pembentukan kaput artifisial atau chignon di dalam mangkuk yang menahan dengan kuat sehingga janin dapat ditarik. Vakum ekstraksi biasanya diakukan untuk memperpendek kala II atau pada kala II yang memanjang (distosia) pada janin dengan presentasi kepala apabila telah mencapai bidang 0+ (Hodge 3+).
IDENTITAS PASIEN Nomor RM : 317281 Masuk RS Nama : 09 Juli 2012, Pukul 17.00 WIB : Ny. R G Jenis kelamin
I
Hamil 40 minggu
: Perempuan
Page 3
Pendidikan : SMP Pekerjaan Alamat : Buruh PT Djarum : Jepangpakis RT 05/RW 01, Jati Kudus
ANAMNESIS Diambil dari : Autoanamnesis; Tanggal : 09 Juli 2012 Jam: 17:00 WIB.
Keluhan Utama : Perut terasa kenceng-kenceng sejak 4 jam SMRS disertai keluar lendir darah dari kemaluan. Pasien merupakan rujukan dari bidan. Kehamilan ini merupakan kehamilan yang pertama.
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengeluh keluar lendir darah dari kemaluan tanpa disertai rasa kencang kencang pada perut pada pukul 05.30 WIB. Pasien lalu datang memeriksakan diri ke bidan, namun disarankan untuk kembali beristiahat karena belum ada pembukaan. Pada pukul 13.00 WIB kembali keluar darah lendir dari kemaluan disertai rasa kencang kencang pada perut sehingga pasien kembali
Page 4
mendatangi bidan. Dari bidan pasien mendapatkan surat rujukan ke RS MARDI RAHAYU. Pasien rajin kontrol ke bidan serta klinik djarum setiap bulannya. Pasien mengatakan bahwa selama kehamilan ini tidak ada keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu : DM (-), ginjal (-), jantung (-), TBC (-), hipertensi (-), asma (-), alergi obat (-)
Riwayat Penyakit Keluarga : DM (-), ginjal (-), jantung (-), TBC (-), hipertensi (-), asma (-), alergi obat (-)
Riwayat Perkawinan : Menikah 2 kali, pernikahan pertama saat berusia 20 tahun dan suami 30 tahun, lama pernikahan 1 minggu. Dengan suami yang sekarang pada usia 24 tahun dan suami usia 30 tahun, pernikahan sudah 2 tahun.
Haid Haid terakhir : 03 Oktober 2011 Menarche : 13 tahun Siklus : 28 hari Lama Haid : 7 hari, setiap kali haid harus mengganti pembalut hingga 2-3 kali Teratur / tidak Nyeri / tidak nyeri
Kehamilan
Page 5
PEMERIKSAAN FISIK Pada tanggal 09 Juli 2012 pukul 17.00 WIB Status Generalis Tinggi badan Berat badan Tekanan darah Nadi Suhu Pemapasan Keadaan gizi Cukup Kesadaran Sianosis ada Edema umum ada : 162 cm : : 150/90 mmHg : 85 x/menit, teratur, kuat : 36o C : 20x/menit, thoraco-abdominal : : Compos mentis : Tidak : Tidak
Page 6
Kulit Warna Tidak ada : Sawo matang Effloresensi Pigmentasi : Striae Pembuluh darah : Tidak Keringat : Setempat Ikterus Edema :
Jaringan parut : Tidak ada gravidarum (+), linea nigra (+) Pertumbuhan rambut : Lebat tampak Suhu raba : Lembab : Baik : Tipis
Page 7
Ketiak
Kepala Normocephali
THT Dalam batas normal, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran KGB (-) Thorax Bentuk : simetris baik statis maupun dinamis, tidak tampak scar, kulit sawo matang, sela iga tidak tampak. Pembuluh darah : tidak tampak
Kanan simetris simetris Palpasi Kiri tidak melebar, VF sama sela iga tidak melebar, VF sama sela iga sela iga sonor
Kanan sela iga tidak melebar, VF sama tidak melebar, VF sama Perkusi Kiri sonor
Page 8
sonor vesikuler,
Ictus cordis tidak teraba Batas Atas jantung : ICS 2 parasternalis kiri : ICS 5 mid clavikula kiri : ICS 2 linea sternalis kanan
Katup Pulmonal : ICS 2 linea sternalis kiri Katup Trikuspid : ICS 4 linea sternalis kanan Abdomen Hepar dan lien tidak teraba Genitalia Inspeksi : Tidak ada kelainan Ekstremitas Luka : tidak ada Varises : tidak ada Edema : tidak ada Lain-lain : -
Status Obstetri Inspeksi Palpasi Leopold I : TFU 35 cm, bagian atas teraba lunak, tidak begitu bulat : Bentuk membesar, striae gravidarum (+), linea nigra (+)
Page 9
Leopold II
: Bagian kanan terdapat tahanan, bagian kiri teraba bagian kecil kecil. Letak anak : memanjang
Leopold III : Bagian bawah teraba membulat, konsistensi keras, ballottement (+) Lepold IV His : Turunnya kepala divergen (bagian terendah masuk PAP) : 2X / 10 dengan durasi 35
Auskultasi : DJJ : Frekuensi 136 x/menit, terdengar kuat, teratur Taksiran Berat Janin (TBJ) : (35-11) x 155 = 3875 gram VT : 3 cm, KK (+), effacement 25% Bagian bawah kepala V Hodge I Sutura sagitalis melintang
RESUME : Anamnesis : Ny. R 26 tahun datang ke RS Mardi rahayu dengan keluhan perut terasa kenceng-kenceng sejak 4 jam SMRS disertai keluar lendir darah dari kemaluan. Os mengatakan ini kehamilan pertama dan sebelumnya tidak pernah melakukan aborsi. HPHT : 03 Oktober 2011. HPL : 10 Juli 2012. Os mengatakan tidak ada riwayat Hipertensi, DM, Asma, dan alergi obat-obatan. Pemeriksaan Fisik : KU baik, kesadaran CM, TD 150/90 mmHg, nadi 85 x/menit, suhu 36 oC, pernapasan 20x/menit. Perut membesar, supel, linea nigra (+), striae gravidarum (+), leopold I : TFU 3 jari di bawah prosesus xyphoideus, bagian atas teraba bokong, leopold I : puka, leopold III : bagian bawah teraba kepala, lepold IV : turunnya kepala divergen (bagian terendah masuk PAP), auskultasi : DJJ frekuensi 136 x/menit, terdengar kuat, teratur, his : 2X / 10 dengan durasi 35, VT: 3 cm, KK (+), effacement 25%; bagian bawah kepala V hodge I, sutura sagitalis melintang.
Page 10
Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium menunggu hasil DIAGNOSIS KERJA GI P0 A0, 26 tahun gravida 40 minggu Anak I hidup intrauterin Letak kepala V H I puka In partu kala I PER
SIKAP/ TINDAKAN : Non Medika Mentosa : Pengawasan 10 Beri pasien suasana nyaman Beri oksigen menggunakan kanul 3 liter/jam Sarankan pasien untuk berbaring miring ke kiri Anjurkan dan ajarkan pasien utk menarik nafas dalam saat his timbul Pasang DC Cek Hemoglobin, hematokrit, trombosit, leukosit Tunggu dan evaluasi 4 jam kedepan
Page 11
Medikamentosa : IVFD RL 20 tpm Amoxan 2 gr IV (setelah skin test -) Gastrul tab per os
FOLLOW UP Tanggal 09 Juli 2012 Pukul 18.30 WIB S O : Keluar air air : KU : TSS TD : 120/80 mmHg, N : 88 x/ menit, RR : 20x/ menit, Suhu : 360C His : 2X / 10 dengan durasi 35 DJJ : 140 x/ menit. PPV : (+) rembes cairan jernih Ekstremitas : Akral hangat (+), oedem (-) VT : 4 cm, KK (-), eff 50% Bagian bawah kepala V Hodge I+ puka Sutura sagitalis melintang Hasil pemeriksaan Laboratorium Tanggal 09 Juli 2012 Pukul 16.06 WIB Hematologi Hb 10,3 g/dL Leukosit 7,37 ribu Eosinofil% 1,9 % Basofil% 0,1 % Neutrofil segmen% 93,4 % Limfosit% 1,9 %
Page 12
Monosit% 2,7 % MCV 81,0 mikro m3 MCH 26,8 pg MCHC 33,0 g/dL Hematokrit 31,2 % Trombosit 298 ribu Eritrosit 3,85 juta RDW 15,3 % PDW 14,2 % MPV 11,3 mikro m3 LED 60/95 mm/jam Golongan darah/Rh A/+ Waktu perdarahan/BT 2,0 menit Waktu pembekuan/CT 5,30 menit : GI P0 A0, 26 tahun gravida 40 minggu Anak I hidup intrauterin Letak kepala V H I+ puka In partu kala I : Pengawasan 10 Tunggu dan evaluasi 4 jam lagi
2-8 80 - 100 26 - 34 32 - 36 35 - 47 150 - 440 3,8 5,2 11,5 14,5 10 - 18 6,8 - 10 0 - 20 1-3 2-6
Tanggal 09 Juli 2012 Pukul 22.30 WIB S O : Perut terasa kenceng : KU : TSS TD : 150/100 mmHg, N : 88 x/ menit, RR : 20x/ menit, Suhu : 360C His : 4X / dengan durasi 45 DJJ : 150 x/ menit. PPV : (+) bloody show Ekstremitas : Akral hangat (+), oedem (-) VT : 8 cm, KK (-), eff 75% Bagian bawah kepala V Hodge II puka Sutura sagitalis melintang : GI P0 A0, 26 tahun gravida 40 minggu Anak I hidup intrauterin Letak kepala V H II puka In partu kala I PER
Page 13
Tanggal 09 Juli 2012 Pukul 23.00 WIB S O : Ibu ingin mengejan : KU : TSS TD : 150/100 mmHg, N : 88 x/ menit, RR : 20x/ menit, Suhu : 360C His : 4X / dengan durasi 45 DJJ : 150 x/ menit. PPV : (-) Ekstremitas : Akral hangat (+), oedem (-) VT : lengkap, KK (-) Bagian bawah kepala V Hodge III+ puka UUK kanan lintang : GI P0 A0, 26 tahun gravida 40 minggu Anak I hidup intrauterin Letak kepala V hodge III+ puka In partu kala II PER : Pimpin mengejan Pengawasan 9
Tanggal 09 Juli 2012 Pukul 23.15 WIB S O : Tidak ada : KU : TSS TD : 150/100 mmHg, N : 88 x/ menit, RR : 20x/ menit, Suhu : 360C His : 4X / dengan durasi 45 DJJ : 150 x/ menit. PPV : (-) Ekstremitas : Akral hangat (+), oedem (-) VT : lengkap, KK (-) Bagian bawah kepala V Hodge III+ puka UUK kanan lintang : GI P0 A0, 26 tahun gravida 40 minggu Anak I hidup intrauterin Letak kepala V hodge III+ puka In partu kala II
Page 14
Tanggal 09 Juli 2012 Pukul 23.30 WIB S O : Tidak ada : KU : TSS TD : 150/100 mmHg, N : 88 x/ menit, RR : 20x/ menit, Suhu : 360C His : 4X / dengan durasi 45 DJJ : 150 x/ menit. PPV : (-) Ekstremitas : Akral hangat (+), oedem (-) VT : lengkap, KK (-) Bagian bawah kepala V Hodge III+ puka UUK kanan lintang : GI P0 A0, 26 tahun gravida 40 minggu Anak I hidup intrauterin Letak kepala V hodge III+ puka In partu kala II Partus macet Deep Transvers Arrest (DTA) : Akhiri persalinan dengan Vakum Pengawasan 9
Tanggal 10 Juli 2012 Pukul 00.01 WIB S O : Lemas (+) : KU : TSS TD : 130/80 mmHg, N : 80 x/ menit, RR : 20x/ menit, Suhu : 360C His : (+) Ekstremitas : Akral hangat (+), oedem (-) Bayi lahir dengan Vakum Ekstraksi Jenis kelamin : Laki-laki BB lahir : 3900 gram PB lahir : 51 cm A/S : 9 10 10 Anus (+), Cacat (-) : PI A0, 26 tahun In partu kala III Post VE a/i DTA
Page 15
Tanggal 10 Juli 2012 Pukul 00.05 WIB S O : Masih lemas : Plasenta lahir spontan, kesan : lengkap TFU : 2 jari dibawah umbilikus Kontraksi uterus baik Perdarahan 200cc Ruptur perineum grade III : PI A0, 26 tahun Inpartu kala IV Post VE a/i DTA : Metilergometrin 1 ampul IV Pehakain 1 ampul IM Hecting perineum Observasi TFU, kontraksi uterus, perdarahan Evaluasi 2 jam
Tanggal 11 Juli 2012 Pukul 08.30 WIB S O : Tidak ada keluhan : KU : TSR TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/ menit, RR : 20x/ menit, Suhu : 360C Mata : CA (-) ASI (-) TFU : 2 jari dibawah umbilikus Kontraksi uterus (-) PPV : (+) lokia rubra Ekstremitas : akral hangat (+), oedema (-) : PI A0, 26 tahun, post partum dengan Vakum Ekstraksi a/i partus macet dengan DTA; perawatan hari I : Bactesyn 2x1 gr IV Pospargin 3x0,2 mg Zegavit 1x1 Asam Mafenamat 3x500 mg p.o
A P
Page 16
S O
A P
: Tidak ada keluhan : KU : TSR TD : 120/70 mmHg, N : 80 x/ menit, RR : 20x/ menit, Suhu : 360C Mata : CA (-) ASI (-) TFU : 2 jari dibawah umbilikus Kontraksi uterus (-) PPV : (+) lokia rubra Ekstremitas : akral hangat (+), oedema (-) : PI A0, 26 tahun, post partum dengan Vakum Ekstraksi a/i partus macet dengan DTA; perawatan hari II : Terapi lanjutkan Edukasi : Makan tinggi protein, kalori, vitamin dan mineral yang cukup Jaga kebersihan diri, terutama pada bekas jahitan ASI eksklusif hingga 6 bulan Boleh pulang
Page 17
FISIOLOGI PERSALINAN In partu adalah proses dimulainya persalinan, yang ditandai dengan adanya penipisan dan pembukaan serviks, kontraksi uterus yang menyebabkan perubahan pada serviks yaitu dengan frekuensi minimal 2 kali setiap 10 menit serta adanya bloody show.
Page 18
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Partus dibagi menjadi 4 kala. Pada kala I serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. Kala I dinamakan pula kala pembukaan. Kala II disebut pula kala pengeluaran, oleh karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengejan janin didorong ke luar sampai lahir. Dalam Kala III atau kala uri plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta dan lamanya 1 jam. Dalam kala itu harus diobservasi ada tidaknya perdarahan postpartum.
Kala I Klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bersemu darah ( bloody show). Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis itu pecah karena pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka. Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase. 1. Fase Laten : Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm. 2. Fase Aktif : Dibagi dalam 3 fase lagi, yakni : Fase Akselerasi : Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm. Fase Dilatasi Maksimal : Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
Page 19
Fase Deselerasi : Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek. Mekanisme membukanya serviks berbeda antara pada primigravida dan multigravida. Pada yang pertama ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Baru kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada multigravida ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama. Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam.
Kala II Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk di ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan kepada rektum dan hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi di luar his, dan dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput dibawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his
Page 20
mulai lagi untuk mengeluarkan badan, dan anggota bayi. Para primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5 jam.
Page 21
1. Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring/ membentuk sudut dengan pintu atas panggul (asinklitismus anterior/ posterior). 2. Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung dari his dari daerah fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion, 3) kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan 4) badan janin terjadi ekstensi dan menegang. 3. Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-bregmatikus (belakang kepala). 4. Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa biparietalis. 5. Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut, dagu. 6. Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposterior sampai di bawah simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang. 7. Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter depan dan belakang, tungkai dan kaki. kepala melewati distansia interspinarum dengan diameter
Kala III
Page 22
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah.
Kala IV Dimulai setelah lahirnya placenta dan berakhirnya 2 jam setelahnya. Dalam kala IV ini penderita masih membutuhkan pengawasan yang intensif karena pendarahan akibat atonia uteri masih mengancam.
Epidemiologi Insidens distosia pada usia 20 35 tahun sebesar 73,6%, usia > 35 tahun 23,1% dan usia < 20 tahun 3,3%. Pada paritas 0 dengan persentasi sebesar 43,2%, paritas 1-3 dengan persentasi sebesar 35,9% dan pada paritas > 3 dengan persentasi sebesar 20,9%. Berdasarkan survei Profil Kesehatan Indonesia tahun 2007, diketahui bahwa distosia merupakan penyebab langsung kematian ibu maternal sebesar 5%.
Page 23
Partus macet atau distosia didefinisikan sebagai persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan persalinan; dimana pada fase inpartu kala II tidak terjadi kemajuan penurunan janin ketika ibu mengejan.
Etiologi Distosia merupakan konsekuensi empat kelainan yang dapat berdiri sendiri atau berkombinasi : 1. Distosia Karena Kelainan Tenaga 2. Distosia Karena Kelainan Letak Dan Bentuk Janin Presentasi Puncak Kepala Presentasi Muka Presentasi Dahi Letak Sungsang Letak Lintang Presentasi Ganda Pertumbuhan Janin Yang berlebihan Hidrosefalus
Page 24
Occipitoanterior Persisten
4. Distosia Karena Kelainan Traktus Genitalis.2 Kelainan kelainan ini telah secara mekanitis disederhanakan oleh American College of Obstetricians and Gynecologists (1995) menjadi tiga kategori : 1. Kelainan Kekuatan (power) Kontraktilitas uterus dan upaya ekspulsif ibu. 2. Kelainan yang Melibatkan Janin (passenger) 3. Kelainan Jalan Lahir (passage) Panggul.
Tabel 1. Perbedaan Partus Lama dan Partus Macet Pola Persalinan Nulipara Multipara
Partus Lama (protraction disorder) Pembukaan Penurunan Partus Macet (arrest disorder) Tidak ada pembukaan Tidak ada penurunan 2 jam 1 jam 2 jam 1 jam < 1,2 cm/jam < 1,0 cm/jam < 1,5 cm/jam < 2,0 cm/jam
Page 25
EFEK DISTOSIA PADA IBU-JANIN Walaupun efek distosia pada ibu dan janin dibagi secara terpisah dalam pembahasan berikut, distosia dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi salah satu atau keduanya sekaligus. Infeksi Intrapartum. Infeksi adalah bahaya serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin. Pneumonia pada janin, akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi adalah konsekuensi serius lainnya. Ruptur Uteri. Penipisan abnormal segmen bawah uterus
menimbulkan bahaya serius selama partus lama, terutama pada wanita dengan paritas tinggi dan pada mereka dengan riwayat seksio sesarea. Apabila disproporsi antara kepala janin dan panggul sedemikian besar sehingga kepala tidak cakap (engaged) dan tidak terjadi penurunan, segmen bawah uterus menjadi sangat teregang yang kemudian dapat menyebabkan ruptur. Cincin Retraksi Patologis. Walaupun sangat jarang, dapat timbul konstriksi atau cincin lokal uterus pada persalinan yang berkepanjangan. Tipe yang paling sering adalah cincin retraksi patologis bandl. Cincin ini sering timbul akibat persalinan yang terhambat, disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus. Pembentukan Fistula. Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul tetapi tidak maju untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak diantaranya dan dinding panggul dapat mengalami tekanan yang berlebihan. Karena gangguan
Page 26
sirkulasi, dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan dengan munculnya fistula vesikovaginal, vesikoservikal, atau rektovaginal. Cedera Otot Dasar Panggul. Saat persalinan bayi, dasar panggul mendapat tekanan langsung dari kepala janin serta tekanan ke bawah akibat upaya mengejan ibu. Gaya-gaya ini meregangkan dan melebarkan dasar panggul sehingga terjadi perubahan fungsional dan anatomis di otot, saraf, dan jaringan ikat. Kaput Suksedaneum. Moulase Kepala Janin. Akibat tekanan his yang kuat, lempenglempeng tulang tengkorak saling bertumpang tindih satu sama lain di sutura-sutura besar, suatu proses yang disebut moulase ( molding, moulage).
Page 27
Deep tranverse arrest merupakan salah satu malposisi, malposisi yaitu presentasi belakang kepala dengan ubun-ubun kecil tetap berada disamping atau dibelakang saat memasuki Bidang tengah panggul (Hodge III).
. Etiologi
1. Kelainan panggul, yaitu panggul picak/platipoip, panggul corong, otot dasar panggul lemah pada multiparitas, tidak sempurnanya rotasi anterior dari posisi oksipitalis posterior, pada panggul dengan spina ischiadika yang menonjol dengan diameter interspina < 10 cm, diameter anteroposterior pendek, dinding samping panggul konvergen, sacrum datar. 2. Disfungsi uterus hipotonik. Kontraksi uterus spontan yang normal seringkali menghasilkan tekanan sekitar 60 mmHg. Pada saat relaksasi otot uterus tidak mengadakan relaksasi sampai 0 mmHg akan tetapi masih mempunyai tonus, sehingga tekanan didalam ruang amnion masih terukur antara 6-12 mmHg. Hal ini disebabkan karena setiap sesudah his, otot di korpus menjadi lebih pendek dari sebelumnya yang dalam bahasa obstetric disebut otot-otot uterus mengadakan retraksi. Disfungsi uterus hipotonik, pada keadaan kontraksi uterus mempunyai pola gradien yang normal (sinkron), namun dengan kenaikan tekanan yang sedikit pada saat his tidak cukup untuk menimbulkan dilatasi serviks dengan kecepatan yang memuaskan. Tipe uterus ini terjadi selama fase aktif dari persalinan, yaitu sesudah servik mengadakan dilatasi lebih dari 4 cm dan respon baik terhadap pemberian oksitosin. 3. Kelainan janin, yaitu janin kecil atau mati, kepala janin kecil dan bundar, defleksi kepala janin. Penatalaksanaan Keadaan letak belakang kepala dengan ubun-ubun kecil melintang belum dapat menjadi alasan untuk mengambil tindakan. Karena dapat dicoba dulu dengan menyuruh ibu berbaring miring ke samping ke arah punggung anak. Jika kepala gagal mengadakan rotasi spontan yang disebabkan oleh adanya disfungsi uterus hipotonik tanpa adanya
Page 28
sefalopelvik disproporsi, oksitosin dapat diberikan lewat infus, sementara itu bunyi jantung anak dan kontraksi uterus dipantau secara ketat. Rotasi manual dapat dilakukan dengan cara Whole Hand Method yaitu seluruh tangan dimasukkan ke dalam vagina untuk melakukan rotasi. Pada oksiput kanan melintang biasanya digunakan tangan kiri dan pada oksiput kiri melintang biasanya digunakan tangan kanan. Setelah dua jari tangan membeberkan labia, tangan yang sesuai dimasukkan ke dalam vagina dengan cara membentuk kerucut. Empat jari dimasukkan ke dalam vagina di lengkung sakrum dan diletakkan di os parietal posterior, sedang ibu jari diletakkan di os parietal anterior. Arrest pada deep transverse secara umum lebih sulit penangannya dibanding pada posisi oksipito posterior dan juga lebih serius dari arrest pada pintu atas panggul. Pada keadaan terakhir adanya disproporsi diketahui pada awal persalinan dan persalinan dengan seksio sesarea dapat dilakukan ketika keadaan masih baik. Tapi pada posisi deep transverse arrest, proses persalinan telah jauh berjalan dan secara teknik seksio sesarea sulit dilakukan dan dapat menyebabkan infeksi. Persalinan pervaginam merupakan cara yang aman dan dapat dilakukan dengan cara cara berikut: Vakum ekstraksi. Rotasi manual. Rotasi dengan forceps Kjelland dilakukan oleh tenaga ahli. Kraniotomi pada janin mati
EKSTRAKSI VAKUM Definisi Ekstraksi vakum adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga negatif (vakum) pada kepalanya. Alat ini dinamakan ekstraktor vakum atau ventouse.6 Gambar 2. Ekstraksi Vakum
Page 29
Sejarah Gagasan untuk melahirkan kepala janin dengan memakai tenaga vakum, mula-mula dipelajari oleh Young (1706) dari inggris, yang kemudian secara berturut-turut dikembangkan oleh ahli-ahli obstetri di negara-negara Eropa dalam bentuk yang bermacam-macam. Bentuk ekstraktor vakum yang bermacam-macam ini ternyata kurang populer dalam pemakaiannya, karena banyak hambatan-hambatan teknik. Akhirnya pada tahun 1952-1954 Tage Malmstrom dari Gothenburg, Swedia menciptakan ekstraktor vakum yang setelah mengalami percobaan-percobaan dan modifikasi dalam bentuknya, sejak tahun 1956 menjadi sangat populer dipakai dalam klinik-klinik obstetri sampai saat ini. Bentuk dan Bagian-Bagian Ekstraktor Vakum
1. Mangkuk (Cup) Bagian yang dipakai untuk membuat kaput suksedaneum artifisialis. Dengan mangkuk ini kepala diekstraksi. Diameter mangkuk : 3,4,5,6
Page 30
cm. Pada dinding belakang mangkuk terdapat tonjolan, untuk tanda letak denominator.
2. Botol Tempat membuat tenaga negatif (vakum). Pada tutup botol terdapat manometer, saluran menuju pompa penghisap, dan saluran menuju ke mangkuk yang dilengkapi dengan pentil. 3. Karet Penghubung 4. Rantai Penghubung Antara Mangkuk Dengan Pemegang 5. Pemegang (extraction handle) 6. Pompa Penghisap (vacuum pump).
Indikasi Ibu 1. Untuk memperpendek kala II, misalnya penyakit jantung kompensata, penyakit paru 2. Waktu : Kala II yang memanjang. Janin 1. Gawat Janin atau fetal distress Kontraindikasi Ibu 1. Ruptur Uteri Imminens (RUI) 2. Pada penyakit-penyakit dimana ibu secara mutlak mengejan, misalnya DC NYHA III-IV, PEB, High myopia. Janin tidak boleh
Page 31
Syarat Ekstraksi Vakum 1. Pembukaan lengkap atau hampir lengkap >7 (hanya pada multigravida) 2. Penurunan kepala janin boleh pada hodge III+ 3. Harus ada kontraksi rahim dan ada tenaga pengejanan ibu yang terkoordinasi 4. Ketuban sudah pecah/dipecah 5. Tidak ada CPD Prosedur Ekstraksi Vakum 1. Ibu dalam posisi litotomi dan dilakukan desinfeksi daerah genitalia. Sekitar vulva ditutup dengan kain steril. 2. Pada dasarnya tidak diperlukan narkosis umum. Bila perlu dapat dilakukan anestesi lokal baik dengan cara infiltrasi maupun blok pudendal.
Page 32
3. Setelah semua bagian-bagian ekstraktor vakum terpasang maka dipilih mangkuk yang sesuai dengan pembukaan servik. Mangkuk dimasukkan ke dalam vagina dengan posisi miring dan dipasang pada bagian terendah kepala, menjauhi ubun-ubun besar. Tonjolan pada mangkuk, diletakkan sesuai dengan letak denominator. 4. Dilakukan penghisapan dengan tekanan negatif 0,3 kg/cm 2 kemudian dinaikkan 0,2 kg/cm2 tiap 2 menit sampai mencapai 0,7 kg/cm 2. Maksud pembuatan tekanan negatif yang bertahap ini adalah supaya kaput suksedaneum buatan dapat terbentuk dengan baik. 5. Sebelum mulai melakukan traksi, dilakukan periksa dalam ulang, apakah ada bagian-bagian jalan lahir yang ikut terjepit. 6. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu disuruh mengejan, dan mangkuk ditarik searah dengan arah sumbu panggul. Pada waktu melakukan tarikan ini harus ada koordinasi yang baik antara tangan kiri dengan tangan kanan penolong. Arah tarikan harus sesuai dengan turunnya kepala dan tegak lurus dengan mangkuk : Kepala tinggi Kepala tengah Kepala di dasar panggul - Arah tarikan ke dorsal - Arah tarikan dasar - Arah tarik ke atas/ventral
7. Ibu jari dan telunjuk tangan kiri menahan mangkuk, sedang tangan kanan melakukan tarikan dengan memegang pada pemegang. Maksud tangan kiri menahan mangkuk ialah agar mangkuk selalu dalam posisi yang benar dan bila sewaktu-waktu mangkuk lepas, maka mangkuk tidak akan meloncat ke arah muka penolong. 8. Traksi dilakukan terus selama ada his dan harus mengikuti putaran paksi dalam, sampai akhirnya suboksiput berada di bawah simfisis. Bila his berhenti, maka traksi juga dihentikan. Berarti traksi dikerjakan secara intermittent, bersama-sama dengan his. 9. Kepala janin dilahirkan dengan menarik mangkuk ke arah atas, sehingga kepala janin melakukan gerakan defleksi dengan suboksiput sebagai hipomokhlion dan berturut-turut lahir bagian-bagian kepala sebagaimana lazimnya. Pada waktu kepala melakukan gerakan defleksi ini, maka tangan kiri penolong segera menahan perineum. Setelah kepala lahir, pentil dibuka, udara masuk ke dalam botol, tekanan negatif menjadi hilang, dan mangkuk lepas. 10. Bila diperlukan episiotomi, maka dilakukan sebelum pemasangan mangkuk atau pada waktu kepala membuka vulva.
Page 33
Gambar 5. Pemasangan cawan penghisap dalam posisi miring Kriteria Ekstraksi Vakum Gagal 1. Waktu dilakukan traksi, mangkuk terlepas sebanyak 3 kali. Mangkuk lepas pada waktu traksi, kemungkinan disebabkan : Tenaga vakum terlalu rendah. Tekanan negatif dibuat terlalu cepat, sehingga tidak terbentuk kaput suksedaneum yang sempurna yang mengisi seluruh mangkuk Selaput ketuban melekat antara kulit kepala dan mangkuk sehingga mangkuk tidak dapat mencengkram dengan baik. Bagian-bagian jalan lahir (vagina, serviks) ada yang terjepit ke dalam mangkuk. Kedua tangan kiri dan tangan kanan penolong tidak bekerja sama dengan baik. Traksi terlalu kuat Cacat (defect) pada alat, misalnya kebocoran pada karet saluran penghubung.
Page 34
Adanya disproporsi sefalo-pelvik. Setiap mangkuk lepas pada waktu traksi, harus diteliti satu per satu kemungkinankemungkinan di atas dan diusahakan melakukan koreksi.
2. Dalam waktu setengah jam dilakukan traksi, janin tidak lahir. 3. Pada saat penarikan cup yang sudah terpasang terasa berat dan tidak ada penurunan. Komplikasi Ibu 1. Perdarahan. 2. Trauma jalan lahir 3. Infeksi Janin 1. Ekskoriasi kulit kepala 2. Sefalohematoma 3. Subgaleal hematoma. Hematoma ini cepat diresorbsi tubuh janin. Bagi janin yang mempunyai fungsi hepar belum matur dapat menimbulkan ikterus neonatorum yang agak berat. 4. Nekrosis kulit alopesia. kepala (scalpnecrosis), yang dapat menimbulkan
Keunggulan Ekstraksi Vakum dibandingkan Ekstraksi Cunam 1. Pemasangan mudah (mengurangi bahaya trauma dan infeksi) 2. Tidak diperlukan narkosis umum. 3. Mangkuk tidak menambah besar ukuran kepala yang harus melalui jalan lahir. 4. Trauma pada kepala janin lebih ringan. Kerugian Ekstraksi Vakum dibandingkan Dengan Cunam 1. Persalinan janin memerlukan waktu yang lebih lama.
Page 35
2. Tenaga traksi tidak sekuat seperti pada cunam. Sebenarnya hal ini dianggap sebagai keuntungan, karena kepala janin terlindungi dari traksi dengan tenaga yang berlebihan. 3. Pemeliharaannya lebih sukar, karena bagian-bagiannya banyak terbuat dari karet dan harus selalu kedap udara.
Page 36
REFERENSI
1. Wiknjosastro H. Fisiologi dan Mekanisme Persalinan Normal. Dalam : Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 1999; h 180. 2. Wiknjosastro H. Distosia Karena Kelainan Letak Serta Bentuk Janin. Dalam : Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 1999; h 595.
3. Dasar Teori Presentasi Puncak Kepala. Diunduh pada tanggal 29
http://www.scribd.com/doc/50942460/DASAR-TEORI-
4. F. Gary Cunningham, dkk; ahli bahasa, Andry hartono, Y. Joko Suyono, Brahm U. Williams Obstetrics. 21 th Ed. Persalinan Abnormal. Cetakan pertama. Jakarta: EGC, 2006. h.465. 5. Askep Partus Macet. diunduh pada tanggal 29 Januari 2012.
http://askepasbid.blogspot.com/2009/05/askep-partus-macet.html
Page 37
6. Wiknjosastro H. Distosia Karena Kelainan Letak Serta Bentuk Janin. Dalam : Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 1999; h 80.
7. Partus
Januari
2012.
8. Mochtar Rustam. Kelainan Pada Letak Kepala. Dalam : Sinopsis Obstetri. Edisi kedua. Jakarta : EGC, 1998. h 339
Page 38