Anda di halaman 1dari 25

BAB I PENDAHULUAN Jamur dalam bahasa daerah (Sunda) dikenal dengan sebutan supa atau dalam bahasa Inggris

disebut mushroom termasuk golongan fungi atau cendawan. Menurut masyarakat awam, jamur adalah tubuh buah yang dapat dimakan. Sementara menurut ahli mikologi, jamur adalah fungi yang mempunyai bentuk tubuh buah seperti payung. Struktur reproduksinya berbentuk bilah ( gills) yang terletak pada permukaan bawah dari payung. Atau tudung. Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil dan termasuk ordo Agariales dan kelas Basidionycetes. Sebagai salah satu sumber hayati, jamur (mushroom) diketahui hidup liar di alam. Selama ini, jamur banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan, selain juga ada yang memanfaatkannya untuk obat. Banyak jenis jamur liar diburu oleh penduduk untuk dimakan. Di antara jamur yang tumbuh secara alami sebanyak 49 spesies dilaporkan dimakan oleh penduduk Jaya Wijaya. Penduduk setempat memakan jamur dengan cara dimakan mentah, dibakar, dimasak dengan bakar batu, dimasak dengan sayuran lain, atau digoreng. Di Inggris ditemukan lebih dari 5000 jenis jamur, diantaranya paling sedikit seribu jenis dapat dimakan. Tidak lebih dari selusin yang sungguhsungguh beracun Amonita phalloides, (si tudung maut), merupakan jenis yang paling berbahaya. Jamur kuda (Psalliota arvensis), sering dikacaukan dengan jamur lapangan biasa (Psalliota campestris).ada beberapa jamur yang bisa menimbulkan keracunan ringan untuk beberapa orang tertentu dan sebaiknya

jamur ini tidak dikonsumsi. Jika keracunan jamur, sejumlah kecil minyak zaitun dapat mencegah kemerosotan kondisi, atau sebaliknya. 1.2. Kompetensi Dasar Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu

mengidentifikasi jenis jamur beracun dan jamur untuk konsumsi. 1.3. Indikator Keberhasilan Setelah selesai berlatih peserta dapat : 1.3.1. Menjelaskan siklus hidup jamur 1.3.2. Mengidentifikasi jamur beracun dengan benar 1.3.3. Mengidentifikasi jamur konsumsi dengan benar 1.3.4. Menjelaskan manfaat jamur

BAB II SIKLUS HIDUP JAMUR Kehidupan jamur berawal dari spora (Basidiospora) yang kemudian akan berkecambah membentuk hifa yang berupa benang-benang halus. Hifa ini akan tumbuh ke seluruh bagian media tumbuh. Kemudian dari kumpulan hifa atau miselium akan terbentuk gumpalan kecil seperti simpul benang yang menandakan bahwa tubuh buah jamur mulai terbentuk. Simpul tersebut berbentuk bundar atau lonjong dan dikenal dengan stadia kepala jarum (pinhead) atau primordia. Simpul ini akan membesar dan disebut ilah kancing kecil ( small button). Selanjutnya stadia kancing kecil akan terus membesar mencapai stadia kancing ( button) dan stadia telur (egg). Pada stadia ini yang tadinya tangkai dan tudung yang tadinya tertutup selubung universal mulai membesar. Selubung tercabik, kemudian diikuti stadia perpanjangan (elongation). Cawan (volva) pada stadia ini terpisah dengan tudung (pillueus) karena perpanjangan tangkai (stalk). Stadia terakhir adalah stadia dewasa tubuh buah. Pada stadia kancing yang telah membesar akan terbentuk bilah. Bilah yang matang akan memproduksi basidia dan Basidiospora, kemudian tudung membesar. Pada waktu itu, selubung universal yang semula membungkus seluruh tubuh buah akan tercabik. Tudung akan terangkat keatas karena memanjangnya batang, sedangkan selubung universal yang sobek akan tertinggal di bawah dan disebut cawan. Tipe perkembangan tubuh buah seperti ini disebut tipe angiocarpic.

Pada tipe perkembangan yang lain, yaitu gymnocarpic, lapisan universal tidak terbentuk. Sisi dari pembesaran tudung dihubungkan dengan batang oleh selubung dalam. Pada waktu bilah membesar, selubung dalam tercabik dan melekat melingkari batang membentuk cincin atau anulus. Sebagai organisme yang tidak berklorofil, jamur tidak dapat melakukan proses fotosintetis seperti halnya tumbuh-tubuhan. Dengan demikian jamur tidak adapat memanfaatkan langsung energi matahari. Jamur mendapat makanan dalam bentuk jadi seperti selulosa, glukosa, lignin, protein dan senyawa pati. Bahan makanan ini tidak akan diurai dengan bantuan enzim yang diproduksi oleh hifa menjadi tumbuh senyawa yang dapat diserap dan dignakan untuk tumbuh dan berkembang. Semua jamur yang edibel (dapat dimakan) bersifat saprofit, yaitu hidup dari senyawa organik yang telah mati.

Gambar 1. Siklus Hidup Jamur Jamur merupakan golongan fungi yang membentuk tubuh buah yang berdaging. Tubuh buah ini umumnya berbentuk payung dan mempunyai akar semu (rhizoid), tangkai, tudung serta terkadang disertai cincin dan cawan volva.

Ordo Agaricales dapat tumbuh dan menyebar luas pada berbagai habitat. Berdasarkan habitat tumbuh dibedakan berbagai jamur yang termasuk spesies tropis atau spesies sub tropis. Beberapa spesies menunjukkan kekhususan dalam memilih habitat tumbuh, misalnya menyukai area yang terbuka dan cukup cahaya. Sementara spesies yang lain menyukai habitat yang terlindung dan berkayu. Dalam satu habitat juga ada spesies yang menunjukkan lebih menyukai media tumbuh atau substrat tertentu seperti substrat berkayu, daun-daun mati atau kotoran binatang (coprophilous).

BAB III

JENIS JAMUR A. JAMUR BERACUN Tidak semua jamur dapat dimakan dan tidak membahayakan. Beberapa jenis jamur diketahui sebagai jamur beracun (toadstools). Hingga saat ini tidak ada satu uji coba pun yang dapat membedakan jamur beracun atau tidak, kecuali dengan uji kimia atau penelitian. Diantara sekian banyak jenis jamur yang tumbuh liar pada musim hujan orang sering sulit membedakan antara jamur yang dapat di konsumsi dan jamur yang tidak dapat di konsumsi (jamur beracun). Ada beberapa cara yang dapat di lakukan oleh masyarakat awam untuk membedakan jamur beracun dengan jamur yang tidak beracun, umumnya jamur beracun mempunyai warna yang mencolok seperti warna merah darah, hitam legam, biru tua, ataupun warnawarna yang mencolok lainya. Jamur beracun biasanya menghasilkan bau yang menusuk hidung, selubung universal yang membentuk cincin dan selubung universal yang membentuk cawan (volva). Gejala yang biasanya muncul apabila seseorang mengalami keracunan jamur biasanya mualmual, muntah, kepala pusing, bahkan akibat yang paling fatal adalah kematian (Suriawiria, 1986). Uji perak (silver test) merupakan uji yang tidak menjamin kebenarannya. Berdasarkan uji tersebut, jamur beracun bila dimasak bersama dengan sendok yang terbuat dari perak akan mengubah warna perak menjadi kehitaman, namun uji ii tidak berlaku bagi Amanita phalloidies karena sendok perak tidak akan berubah warna saat dimasak bersama. Padahal orang yang memakan

jamur ini walaupun hanya sesendok saja sudah dapat membahayakan tubuhnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk membantu mengatasi keracunan akibat jamur beracun antara lain sebagai berikut: 1. Hindari pengumpulan jamur yag berada dalam stadia kancing (button) karena pada stadia ersebut sulit membedakan jenis yang satu dengan yang lainnya. 2. Hindari jamur yang tumbuh pada kotoran binatang dan yang bilahnya berwarna cokelat atau kehitaman. 3. Selalu mulai dengan mencicipi sepotong kecil jamur walaupun telah

diketahui jamur tersebut dapt dimakan. 4. hindari memakan jamur yang bila dipotong mengeluarkan cairan yang berwarna putih susu. 5. walaupun tidak selalu, hindari jamur yang berbau tidak enak. 6. Jangan memakan jamur yag sudah dalam stadia sangat lanjut atau hampir busuk walaupun diketahui jamur tersebut dapat dimakan. 7. Penampilan dan bau bukan petunjuk untuk mengetahui jamur tersebut dapat dimakan atau tidak. 8. Jamur yang menampakkan bekas gigitan kelinci atau binatang lain bukan jaminan bahwa jamur tersebut tidak beracun 9. Pangan memakan jamur yang belum dimasak.

B.

JAMUR KONSUMSI Di alam banyak dikenal jenis jamur yang dapat dikonsumsi, baik berupa jamur yang masih liar maupun jamur yang sudah dibudidayakan. Berikut ini ciri-ciri beberapa jenis jamur konsumsi yang telah dibudidayakan dan dikenal konsumennya. 1. Agaricus Bisporus (jamur putih atau jamur kancing) a. Morfologi Tudung berdiameter 3 16 cm, cembung sewaktu muda dan sering kali rata atau agak tertekan dengan bertambah umur jamur, permukaan kering, seluruhnya berwarna putih, tetapi ketika sudah dewasa

menjadi cokelat pucat sampai bergaris-garis cokelat, dan dalam keadaan kering akan pecah menjadi sisik-sisik, tepi tudung menggulung ke bawah ketika muda, sering kali sampai di bagian bilah. Tudung yang segar tebal, sangat kokoh, putih, biasanya (tetapi tidak selalu) berubah warna dari cokelat menjadi kemerahan atau merah muda sampai oranye jika dipotong, bau seperti buah. Bilah bebas ketika telah dewasa rapat, merah muda sampai cokelat, dan akhirnya cokelat sampai kehitaman. Tangkai panjang 2-8 cm, diameter 1-3 cm, umumnya gemuk, sangat kuat, membesar dibagian dasar, putih atau menjadi kecokelatan kotor ketika dewasa, licin atau agak bersisik seperti kapas di bawah cincin. Cadar berselaput, mengapas, putih, dua lapis, khas membentuk cincin pada tangkai yang akan luruh dengan bertambahnya umur jamur, cincin intermediat atau kadang kala seperti rok, bagian permukaan atas seringkali bergaris garis. Jejak spora

berukuran 5,5 8,5 x 4 6,5 mikron, elips, licin. Basidium kebanyakan mempunyai dua spora.

Gambar 2. Jamur Kancing b. Habitat Jamur kancing tumbuh berpencar atau bergerombolan pada kompos, kotoran hewan, tanah subur disepanjang jalan, kebun, dan sangat umum dijumpai di bawah tegakan Cupressus di daerah beriklim subtropik. Di alam, tubuh buah jamur tumbuh pada musim gugur atau dingin.

c. Catatan lain

Jamur kancing kebanyakan dijual dalam bentuk awetan di dalam kaleng, tetapi ada pula yang dijual dalam bentuk segar. Jamur ini cocok untuk sup dan disajikan sebagai menu pembuka.

2. Auricularia auricula (jamur kuping) Jamur kuping atau biasa di sebut lember oleh masyarakat sunda adalah jenis jamur yang tumbuh di sisa tumbuhan atau kayu yang lembab. Perkembangan budidaya jamur kuping di Indonesia semakin pesat, sehingga saat ini budidaya jamur kuping sangat merebak di berbagai daerah. Hal ini dikarenakan jamur kuping merupakan jamur kosmopolitan atau dapat hidup dimana saja, mulai dari kawasan hutan pantai sampai dengan pegunungan tinggi dengan persyaratan tempatnya cukup lembab. Disebut jamur kuping karena bentuk tubuh buahnya melebar seperti daun telinga manusia (kuping), dan dikenal juga ada empat jenis yaitu: o o o o Auricularia auricula (tubuh buah lebar dan tebal) Auricularia polytricha (tubuh buah kecil dan tebal) Auricularia cornea (seperti Auricularia auricula) Auricularia fuscosuccinea (seperti Auricularia polytricha)

Beberapa nama setempat/lokal jamur kuping yang sering didengar: o Indonesia : jamur kuping, supa lember (sunda), kuping lowo (Jawa), kuping tikus, dan lain-lain. o Cina/Taiwan/Vietnam: mouleh, Yung-ngo, Muk-ngo, Mu-er. o Jepang: Kikurage, Mokurage, Senji, Arage.

10

o Hongkong/Singapura: Mouleh, Jews ear-fungi o Amerika Serikat: Tree-ear, Jews ear-fungi, Gelatinous fungi. a. Morfologi Jamur Kuping Tubuh buah kenyal atau seperti gelatin jika dalam keadaan segar dan menjadi keras seperti tulang jika kering, berbentuk mangkuk atau kadang-kadang dengan cuping seperti kuping yang berasal dari titik pusat perlekatan, diameter 2-15 cm, tipis berdaging, dan kenyal. Permukaan luar steril, seringkali berurat, berbulu sangat kecil atau berambut, cokelat muda sampai cokelat, menjadi kehitaman jika mengering. Permukaan dalam fertil, licin sampai agak berkerut, bergelatin jika basah, berwarna kuning cokelat, cokelat keabu-abuan, cokelat, ungu, dan menjadi hitam jika kering. Tangkai tidak ada atau mengalami rudimenter. Jejak spora putih, spora berada dipermukaan dalam biasanya pada permukaan bagian bawah, berukuran 12-8 x 4-8 mikron, berbentuk sosis, licin. Basidium mempunyai sekat melintang sebanyak tiga buah.

11

Gambar 3. Jamur Kuping b. Habitat Hidup soliter atau bergerombol pada batang kayu, ranting mati, tunggal kayu dan lain-lain, melekat pada substrat secara sentral atau lateral. Penyebaran pada kayu keras dan konifer. Tubuh buah jamur seringkali dijumpai pada musim hujan. c. Siklus Hidup Siklus hidup jamur kuping seperti halnya jamur tiram maupun shiitake meliputi; tubuh buah sudah tua menghasilkan spora yang berbentuk kecil, ringan dan berjumlah banyak. Selanjutnya spora tersebut jatuh pada tempat yang sesuai dengan persyaratan hisupnya seperti kayu mati atau bahan berselulosa dan dalam kondisi lembab, maka spora tersebut akan berkecambah membentuk miselia dengan tingkatan:

o Miselai primer yang tumbuh terus membanyak dan meluas. o Miselai sekunder yang membentuk primordial (penebalan miselia pada bagian permukaan miselia sekunder dengan diameter 0,1 cm). 12

o Dari primordial akan tumbuh dan berbentuk kuncup tubuh buahpada tingkat awal yang semakin lama semakin membesar (3-5 hari). o Dari primordia tersebut akan tumbuh tubuh buah jamur berbentuk melebar, serta pada saat tua akan dipanen. d. Manfaat dan Kandungan Jamur Kuping Dari segi gastronomik ataupun organoleptik ( rasa, aroma dan penampilan), jamur kuping kurang menarik bila dihidangkan sebagai bahan makanan. Namun jamur kuping sudah dikenal dekat sebatai ahan makanan yang memiliki khasiat sebagai obat dan penawar racun. Lendir yang dihasilkan jamur kuping selama dimasak dapat menjadi pengental. Lendir jamur kuping dapat menonaktifkan atau menetralkan kolesterol. Jamur kuping dapat dibedakan berdasarkan bentuk, ketebalan, dan warnanya. Jamur kuping ang mempunyai bentuk tubuh buah kecil (sering disebut jamur kuping tikus) digemari oleh konsumen karena waranya lebih muda, dan rasanya sesuai dengan selera. Jamur kuping yang tubuh buahnya melebar (jamur kuping gajah) rasanya sedikit kenyal atau alot sehingga kurang disenangi karena harus diiris kecil-kecil bila akan dimasak. Jamur kuping selain untuk ramuan makanan juga unuk pengobatan. Untuk mengurangi panas dalam, mengurangi rasa sakit pada kulit akibat luka bakar. Kandungan nutrisi jamur kuping terdiri kadar air 89,1, protein 4,2, lemak 8,3, karbohidrat total 82,8, serat 19,8, abu 4,7 dan nilai

13

energi 351. Jamur kuping dipanaskan, maka lendir yang dihasilkan oleh masyarakat dan tabib pengobatan memiliki khasiat: o Penangkar / penon-aktif racun baik dalam bentuk racun nabati, racun residu pestisida, bakhan sampai ke racun berbentuk logam berat. Hampir semua ramuan masakan Cina, jamur kuping selalu ditambahkan untuk tujuan menonaktifkan racun yang terbawa dalam makanan. o Kandungan senyawa dalam lendir jamur kuping, efektif untuk menghambat pertumbuhan carcinoma dan sarcoma (kanker) sampai 80 - 90%. Berfungsi juga untuk antikoagulan bahkan menghambat penggumpalan darah. o Lendir jamur kuping dapat meghambat dan mencegah

penggumpalan darah. Manfaat jamur kuping untuk pengobatan penyakit antara lain: o Darah tinggi/pembuluh darah mengeras akibat penggumpalan darah: 3 gram jamur kuping kering, rendam semalam dan buang airnya hingga tinggal jamur basah, tempatkan dalam rantang, tambahkan air bersih dikusus hingga lunak, tambahkan gula batu secukupnya dimakan secukupnya sehari sekali. o Kurang darah dengan memasak jamur kuping 30 gram, ditambah 30 gram buah kurma, ditambah air bersih 5 gelas diminum dimasak sampai airnya tersisa 1 gelas. Hal diatas juga dapat diterapkan untk mengobati sakit wasir/ ambeian.

14

Datang bulan tidak lancar dan memperlancar buang air besar. Jamur kuping dimasak bersama bahan-bahan lain seperti sayuran.

e. Catatan lain Jamur kuping kebanyakan dijual sebagai jamur awetan kering yang berwarna cokelat kehitaman dan keras. Jamur ini akan menjadi kenyal kembali jika direndam dalam air. Jamur ini sering disajikan di restoran Cina dalam berbagai menu. Hirneola auricula-juda merupakan jamur kuping yang sering kali dijumpai hidup liar di Indonesia. 3. Lentinula edodes (jamur shiitake) Shiitake atau jamur hioko dan sering ditulis sebagai jamur shitake adalah jamur pangan asal Asia Timur yang terkenal di seluruh dunia, dengan nama aslinya dalam bahasa Jepang. Shiitake secara harfiah berarti jamur dari pohon shii, karena batang pohonnya yang sudah lapuk merupakan tempat tumbuh jamur shitake. Spesies ini dulu pernah dikenal sebagai lentinus edodes. Ahli botani Inggris bernama Miles Joseph Berkeley menamakan spesies ini agaricus edodes pada 1878. Shiitake banyak dibudidayakan di Tiongkok, Korea, dan Jepang serta bisa dijumpai di alam bebas di daerah pegunungan di Asia Tenggara. Shiitake dalam bahasa Tionghoa disebut xianggu (jamur harum), sedangkan yang berkualitas tinggi dengan payung yang lebih tebal disebut donggu (jamur musim dingin) atau huagu (jamur bunga), karena pada bagian atas permukaan payung terdapat motif retakretak seperti bunga 15

mekar. Di Indonesia, kadang-kadang dinamakan jamur jengkol, karena bentuk dan aromanya seperti jengkol, walaupun bagi sebagian orang rasa jamur ini seperti petai. a. Morfologi Tudung berdiameter 4 20 cm atau rata-rata 5 12 cm, bentuk cembung sampai agak datar dan atau berputing kecil pada bagian tengahnya, permukaan kering, berserat dengan kutikula yang bersisik dan berwarna pucat sampai cokelat kemerahan. Korteks putih atau kecoklatan dekat kutikula, padat berdaging, lebih lunak pada yang belum dewasa, rasa agak asam, tetapi enak, bau ringan dan agak keras dalam keadaan kering. Bilah berwarna keputihan, warna berubah menjadi

Gambar 4. Jamur shiitake cokelat kemerahan jika mengalami luka memar, dan berubah secara bertahap menjadi kecoklatan dengan bertambah umur, sering kali memisah, rapat, sedikit menggergaji sampai bergerigi. Tangkai panjang 3 5 cm, diameter 8 13 mm, hampir, hampir sama atau agak membesar sebagaian dasarnya, padat dan kuat, permukaan diseliputi

16

cadar tipis yang berakhir dibagian atas sebagai kortina. Spora berukuran 5.5 6.5 x 3.0 3.5 mikron, subsilindrik, nonamiloid, polos dengan dinding tipis. Basidium mempunyai empat spora, tidak ada pleurosistidium. Trama dengan hifa berdinding tebal (sampai 1,7

mikron), saling jalin menjalin. Hifa hialin (tidak berwarna), berdiameter 5 7 mikron, dan mempunyai sambungan apit. b. Habitat Di alam, jamur shiitake, dijumpai pada pohon dari famili fagaceae yang tumbang. Jamur ini hidup sebagai saprob, yaitu hidup dari bahan organik yang sudah mati. c. Nilai Gizi Jamur Shitake Jamur shitake merupakan tumbuhan yang kaya protein dan sedikit berlemak serta mempunyai rasa yang manis. Perkiraan kandungan gizi jamur dalam 100 gram berat kering, yaitu protein kasar 13,4-17,5 persen, lemak kasar 4,9-8,9 persen, karbohidrat total 67,578,0 persen, dan kalori 387-392 persen.

Selain lentinan, jamur shitake juga mengandung eritadenin, interferon, antioksidan, asam amino, sen, enzim, dan khitin serta senyawa pensintesa interferon. Jamur shitake berfungsi untuk : 1. Menurunkan kadar kolesterol darah (sehingga meringankan kerja jantung dan bisa mengurangi diabetes). 2. Menghambat pertumbuhan tuomor hingga 72-92%. 3. Menetralkan pengaruh buruk akibat rokok dan alkohol. 4. Menambah nafsu seksual 5. Mempercepat penyembuhan setelah

17

operasi 6. Pencegahan anemia 7. Memperlancar pembuluh darah 8. Melancarkan pencernaan 9. Melancarkan peredaran darah di wajah, sehingga pipi menjadi halus. 10. Menghilangkan garis keriput di wajah. 11. Mengencangkan kulit 12. Memperbaiki kulit, rambut dan kuku. d. Catatan lain Jamur shiitake sejak tahun 1980-an dibudidayakan di Sukabumi. Kini jamur ini diusahakan dengan intensif di beberapa daerah yang beriklim cukup dingin. Dahulu jamur ini disebut Lentinus edodes. 4. Volvariella volvacea (jamur merang) a. Morfologi Tudung mempunyai diameter 5 14 cm dengan bentuk bundar telur yang kemudian menggenta atau cembung dan pada jamur yang sangat tua kadang-kadang mendekati rata. Permukaan kering, warna cokelat sampai cokelat cokelat keabu-abuan, kadang-kadang bergarisgaris. Bilah rapat-rapat, bebas, lebar, putih ketika masih muda dan menjadi merah jambu jika spora menjadi dewasa. Tangkai dengan panjang 3-8 cm, diameter 5-9 mm, biasanya menjadi gemuk di bagian dasar, licin, putih, kuat. Cadar umumnya berupa membran, membentuk volvo seperti mangkuk tebal yang terdapat pada dasar tangkai, volvo berwarna putih kekuningan atau cokelat kotor, sering kali bercuping. Jejak spora merah jambu, ukuran spora 7-9 x 5-6 mikron, menjorong

18

dan licin. Memproduksi basidia dan basidiospora berwarna merah atau merah muda. Selanjutnya basidiospora akan berkecambah dan membentuk hifa. Setelah itu, kumpulan hifa membentuk gumpalan kecil (pin head) atau primordial yang akan membesar membentuk tubuh buah stadia kancing kecil (small button), kemudian tumbuh menjadi stadia kancing (button), dan akhirnya berkembang menjadi stadia telur (egg). Dalam budi daya jamur merang, pada stadia telur inilah jamur dipanen.

Gambar 5. Jamur Merang

b.

Habitat

Di alam, jamur merang banyak dijumpai hidup bergerombol pada jerami padi, sagu, serbuk gergaji dan tandan kosong kelapa sawit.
c.

Kandungan Gizi Jamur merang kaya akan protein kasar dan karbohidrat bebas N (N-face carbohydrate). Tingkat kandungan serat kasar dan abu adalah 19

moderat, sedangkan kandungan lemaknya rendah. Nilai energi jamur merang rendah, namun merupakan sumber protein dan mineral yang baik dengan kandungan kalium dan fosfor yang tinggi. Kandungan Na, Ca, Mg dan Cu, Zn , Fe cukup. Kandungan logam berat Pb dan Cd tidak ada, sehingga jamur merang sangat baik digunakan sebagai bahan makanan sehari-hari. Kandungan protein jamur merang mencapai 1, 8 persen, lemak 0.3 persen, dam karbohidrat 12 48 persen. Jamur merang kaya akan protein, sebagai makanan anti kolesterol, eritadenin dalam jamur merang dikenal sebagai penawar racun, dan banyak mengandung antibiotik yang berguna untuk pencegahan anemia. Menurut penelitian jamur juga dapat digunakan untuk mengobati kanker. berguna bagi penderita diabetes dan penyakit kekurangan darah, bahkan dapat mengobati kanker. d. Lingkungan tumbuh Jamur merang dikenal sebagai warm mushroom, hidup dan mampu bertahan pada suhu yang relatif tinggi, suhu antara 32-38C dan kelembapan 80-90% dengan oksigen yang cukup. Jamur ini tidak tahan terhadap cahaya matahari langsung, tetapi tetap

membutuhkannya dalam bentuk pancaran tidak langsung. Derajat keasaman (pH) yang cocok untuk jamur merang adalah 6,8 - 7. 5. Pleurotus ostreatus (jamur tiram)

20

Tudung mempunyai diameter 4 15 cm atau lebih, seperti tiram, cembung kemudian menjadi rata atau kadang-kadang membentuk corong, permukaan licin, agak berminyak ketika lembab, tetapi tidak lengket, warna bervariasi dari putih sampai abu-abu , cokelat, atau cokelat tua (kadang-kadang kekuningan pada jamur dewasa), tepi menggulung ke dalam, pada jamur muda sering kali bergelombang atau bercuping. Daging tebal, berwarna putih, kokoh, tetapi lunak pada bagian yang berdekatan dengan tangkai,, bau dan rasa tidak merangsang, bilah cukup berdekatan, lebar, warna putih atau keabuan dan sering kali berubah menjadi kekuningan ketika dewasa. Tangkai tidak ada atau jika ada biasanya pendek, kokoh dan tidak di pusat atau lateral (tetapi kadang-kadang di pusat), panjang 0,5 0,4 cm, gemuk, padat, kuat, kering, umumnya berambut atau berbulu kapas paling sedikit di dasar. Cadar tidak ada. Jejak spora putih sampai ungu muda atau abu-abu keunguan, berukuran 7-9 x 34 mikron, bentuk lonjong sampai jorong, licin, nonamiloid.

21

Gambar 5. Jamur Tiram b. Habitat Jamur tiram tumbuh soliter, tetapi umumnya membentuk massa menyerupai susunan papan pada batang kayu. Di alam, jamur tiram benyak dijumpai tumbuh pada tumpukan limbah biji kopi. c. Catatan lain Jamur tiram sudah dibudidayakan sejak tahun 1982 di Bogor, tetapi baru menjamur menjelang tahun 2000. di Indonesia, jamur ini dijual dalam keadaan kering.

BAB IV NILAI GIZI DARI JAMUR Jamur mengandung garam mineral yang lebih tinggi dari pada yang dikandung dalam daging sapi atau daging domba. Jumlah garam mineral jumlah garam mineral yang dikandung dalam jamur ini bahkan dua kali jumlah garam mineral dalam sayur lain. jumlah protein yang dikandung jamur mencapai dua kali lipat protein yang terdapat dalam asparagus, kol, dan kentang, empat kali lipat dari

22

tomat dan wortel dan enam kali lipat dari jeruk. Selain itu juga mengandung garam-garam besi, tembaga, kalium dan kapur. Juga kaya akan vitamin B, vitamin D, substitusi dari sinar matahari. Jamur juga memiliki sejumlah ensim, terutamma tripsin, yang sangat dibutuhkan dalam proses pencernaan. Dan tripsin ini sama dengan tripsin yang dihasilkan oleh kelenjar ludah perut. Selain itu, kelebihan dari jamur adalah sebagai bahan makanan adalah seluruh bagian pada jamur tidak ada sesuatu yang akan terbuang percuma, karena dasar dari batangnya sudah dipotong dulu sebelum sebelum dijual ke pasar. Kelebihan jamur yang lain adalah sama sekali tidak mengandung karbohidrat, sehingga ideal sekali untuk penderita diabetes. Dan juga untuk setiap orang yang ingin menjaga agar berat badannya tidak naik terus. Karena jamur miskin akan serat, maka jamur merupakan makanan yang sangat bergizi terutama untuk mereka yang invalid, sehingga mudah sekali dicerna. Jenis makanan Jamur Apel Pisang Daging sapi Kol Wortel Daging ayam Ikan Anggur Bawang Jeruk Dading babi Kentang Tomat Serat 0 25 35 10 15 20 40 50 25 10 27 25 5 2 Protein 3,5 0,3 0,8 19,2 19,2 1,0 12,6 9,2 1,0 1,4 0,6 15,0 1,8 1,0 Karbohidrat 6,8 10,8 14,3 7,4 14,4 8,9 8,5 14,7 4,0 Nilai Kalori 210 220 300 670 670 160 300 380 335 205 170 900 302 105

23

Penemuan penting lain, sebelum perang dunia ke II oleh Dr. Willian dari Universitas Texas, menyatakan bahwa kebutuhan tubuh manusia yang besar sekali akan folik asid, dapat dipenuhi oleh jamur. Folik acid ini banyak dijumpai dalam ragi, bayam dan hati, tetapi dalam jumlah yang kecil saja. Jamur mengandung folik acid dalam jumlah cukup besar. Asam ini sangat dibutuhkan dalam pengobatan berbagai penyakit kekurangan darah (anemia) dan dalam sekejap mata, jamur menjadi populer di Amerika untuk mengobati penyakit anemia ini. Jamur mungkin dapat juga, digunakan untuk mengobati kanker, oleh karena sudah sangat dikenal kalau petani-petani di Perancis, paling sedikit selama satu abad ini, kebal terhadap penyakit tadi. Diduga mungkin salah satu garam mineral yang terkandung di dalam jamur memberikan kekebalan kalau di makan dalam jumlah cukup besar selama bertahun-tahun.

DAFTAR PUSTAKA Cahyana YA., Muchroji, M. Bakrun. (1999). Jamur Tiram. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Djarijah N.M., A.S. DDjarija. (2001). Budi Daya Jamur Tiram. Penerbit Kanisius. Yogyakarta Genders R. (1999). Bercocok Tanam Jamur. CV. Pionir Jaya. Bandung

24

Gunawan A.W. (2007). Usaha Pembibitan Jamur. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Sinaga M.S. (2005). Jamur Merang dan Budi Dayanya. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Suhardiman P. (1998). Jamur Shiitake. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai