Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGANTAR MIKOLOGI PERTANIAN


ACARA VII
KLASIFIKASI JAMUR BASIDIOMYCETES

Disusun oleh :
Nama : Rio Budi Anggrean
NIM : 12640
Asisten : Rezki Ayu Dian Herowati
Riska Awalia Putri

LABORATORIUM ILMU PENYAKIT TUMBUHAN KLINIK


JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
ACARA VIII
KLASIFIKASI JAMUR BASIDIOMYCETES

I. TUJUAN
Mengetahui karakteristik dan morfologi dari jamur divisi basidiomycetes

II. TINJAUAN PUSTAKA


Jamur adalah tubuh-buah yang tampak di permukaan media tumbuh dari sekelompok.
Fungi (Basidiomycota) yang berbentuk seperti payung, terdiri dari bagian yang tegak (batang)
dan bagian yang mendatar atau membulat. Secara teknis biologis, tubuh buah ini disebut
basidium. Beberapa jamur aman dimakan manusia bahkan beberapa dianggap berkhasiat obat,
dan beberapa yang lain beracun (Johnston, 1961).
Jamur merupakan salah satu jenis tumbuhan yang banyak dijumpai di alam, sehingga
sejak dahulu jamur dijadikan sebagai bahan konsumsi utama. Seiring dengan berkembangnya
waktu, telah diketahui bahwa terdapat lebih dari ribuan jamur dengan berbagai jenis. Tidak
semua jenis jamur dapat dikonsumsi (edible). Banyak pula jenis jamur yang beracun (poisonous).
Salah satu jenis jamur yang banyak dikonsumsi adalah Agaricus bisporus (Putra, 2008).
Hutan Sumatera Utara banyak ditumbuhi beragam tumbuhan dan jamur yang berkhasiat
obat, termasuk jamur genus Ganoderma. Moncalvo et al. (1995) menyatakan bahwa terdapat 250
spesies Ganoderma di dunia yang telah diidentifikasi, sebagian besar diantaranya terdapat di
daerah tropis. Suriawiria (2001) melaporkan bahwa 21 spesies Ganoderma hidup di Indonesia.
Jamur (fungi) banyak kita temukan di lingkungan sekitar kita. Jamur tumbuh subur terutama di
musim hujan karena jamur menyukai habitat yang lembab. Akan tetapi, jamur juga dapat
ditemukan hampir di semua tempat di mana ada materi organik. Jika lingkungan di sekitarnya
mengering, jamur akan menjalani tahapan istirahat atau meghasilkan spora. Cabang ilmu biologi
yang mempelajari tentang jamur disebut mikologi.
III. METODOLOGI
Praktikum Pengantar Mikologi Pertanian Acara VII yang berjudul “Klasifikasi Jamur
Basidiomycetes” ini dilaksanakan pada hari Senin, 25 Mei 2015 di Laboratorium Ilmu Penyakit
Tumbuhan Klinik, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu mikroskop, alat tulis
dan kamera, sedangkan bahan yang digunakan yaitu preparat awetan jamur Phallus impudicus,
Lycoperdon sp., Agaricus bisporus, Calvatia sp., Scleroderma sp., Exobasidium vexans, Ustilago
maydis, Auricularia sp, Theleophora atra, Schizophyllum sp., Ganoderma sp., Boletus edulis,
Telium, Uredium, Lamela dan Puccinia piknia

Cara kerja praktikum ini adalah diamati preparat awetan jamur dengan mikroskop
kemudian digambar bagian-bagian penting dari jamur tersebut dan dideskripsikan mengenai
taksonomi, morfologi dan bioekologi jamur tersebut dengan jelas.
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

1. Phallus impudicus

(Sumber : www.americanmushrooms.com)(Sumber : Foto Dokumentasi Pribadi)

Klasifikasi ilmiah menurut Linnaeus (1753) :


Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Agaricomycetes
Ordo : Phallales
Famili : Phallaceae
Genus : Phallus
Spesies : Phallus impudicus
Phallus impudicus ujungnya berwarna hitam dengan bau busuk serta berlendir pada saat
pelepasan spora, sehingga dapat menarik serangga dan dapat membantu penyebaran spora.
Jamur ini juga merupakan jamur saprobik, yang dapat tumbuh sendiri di kebun, padang rumput
, serpihan kayu, dapat ditemukan di musim panas dan gugur. Pada saat dewasa mempunyai
tinggi 25 cm, dengan lebar topi (tudung) 1,5-4 cm berwarna gelap. Permukaan topi (tudung)
bergerigi di bawah, batangnya berongga dengan diameter 1,5-3 cm berwarna putih yang
tubuhnya sebagian terendam di bawah tanah. Sporanya berukuran 3.5 × 1.5-2.5 µm. Spesies
jamur ini banyak ditemukan di bagian barat Amerika Utara. Pagi hari adalah waktu terbaik
untuk melihat atau mengendus spesies jamur ini yang sangat berbau. Phallus impudicus dapat
ditemukan di semua jenis hutan. Jamur ini juga merupakan jamur saprobik karena selalu muncul
dekat tunggul pohon mati atau sumber lain dari kayu yang membusuk (Reilly, 2011).
2. Lycoperdon sp.

(Sumber : www.mykoweb.com) (Sumber : Foto Dokumentasi Pribadi)

Klasifikasi ilmiah :
Kingdom : Fungi
Family : Agaricaceae
Divisi : Basidiomycota
Class : Agaricomycetes
Order : Agaricales
Genus : Lycoperdon
Termasuk kedalam kelas Basidiomycota, jamur ini dapat dimakan karena mengandung
protein yang tinggi. Biasanya jamur ini berbentuk buah pir dengan ukuran 3-6 cm, dan tinggi
badan buah 4-9 cm. Hifanya bersekat dengan satu inti. Tubuh buahnya seperti payung.
Daerah gelap di puncak adalah di mana lubang pori berkembang dengan baik, di mana spora
dilepaskan. Spora berrbentuk bulat, dengan dinding tebal, 3.5-4.5μm diameter. Massa spora
berbentuk olive-coklat, akhirnya berubah coklat tua ketika sepenuhnya matang. Pada saat
waktunya untuk tumbuh dan berkembang, lubang terbuka di bagian atas tubuh buah jamur
tersebut. Ketika puffball matang dikompresi, baik dengan terkena hujan atau disentuh oleh
binatang yang lewat, awan asap seperti spora dikeluarkan (Reilly, 2011).

3. Agaricus campestris
(Sumber : www.funghiitaliani.it) (Sumber : Foto Dokumentasi Pribadi)

Klasifikasi Ilmiah :

Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Homobasidiomycetes
Ordo : Agaricales
Famili : Agaricaceae
Genus : Agaricus
Jamur kancing (Agaricus campestris) yang biasa disebut juga dengan jamur champignon
atau button mushroom ciri khas bentuknya yaitu hampir bulat menyerupai kancing baju yakni
bulat dengan warna putih, coklat atau krem. Ukuran jamur kancing adalah 2-4 cm, tubuh buah
dewasa dengan payung yang sudah mekar mempunyai diameter sampai 20 cm. Jamur kancing
adalah jamur yang tergolong paling banyak di budidayakan di seluruh dunia sebab jamur ini
banyak sekali peminatnya dan pemasarannya juga mudah (Anneahira, 2012).

Panjang tangkai jamur ini 2-8 cm, dengan diameter 1-3 cm, biasanya besar, sangat kuat,
membesar di bagian dasar, putih atau menjadi kecokelatan ketika dewasa, licin atau agak bersisik
seperti kapas di bawah cincin. Cadar berselaput, mengapas, putih, dua lapis, khas membentuk
cincin pada tangkai yang akan luruh dengan bertambahnya umur jamur, bagian permukaan atas
sering kali bergaris-garis. Spora berukuran 5,5-8,5 x 4-6,5 mikron, elips, dan licin. Basidium
kebanyakan mempunyai dua spora Jamur kancing tumbuh berpencar atau bergerombol pada
kompos, kotoran hewan, tanah subur di sepanjang jalan, kebun, dan sangat umum dijumpai di
bawah tegakan Cupressus di daerah beriklim subtropik (Gunawan, 2008).

4. Calvatia sp.
(Sumber : www.mycolog.com)
Klasifikasi Ilmiah :
Kingdom : Fungi
Devisi : Basidiomycota
Class : Aqaricomycetes
Family : Aqaricales
Genus : Calvatia
Calvatia adalah genus puffball jamur yang mencakup spektakuler raksasa puffball C.
gigantea. Hal itu sebelumnya diklasifikasikan dalam rangka sekarang-usang Lycoperdales, yang,
menyusul restrukturisasi taksonomi jamur yang dibawa oleh filogeni molekuler, telah terbelah;
yang puffballs, Calvatia spp. sekarang ditempatkan di keluarga Agaricaceae dari urutan
Agaricales. Sebagian besar spesies dalam genus Calvatia bisa dimakan ketika muda, meskipun
beberapa sebaiknya dihindari, seperti Calvatia Fumosa, yang memiliki bau yang sangat
menyengat
Nama Calvatia berasal dari calvus Latin yang berarti "botak" dan calvaria, yang berarti
"kubah tengkorak". Calvatia dibatasi oleh ahli mikologi Swedia Elias Magnus Fries di 1849.
Fries termasuk spesies tunggal dalam genus, Calvatia craniiformis, yang awalnya digambarkan
sebagai Bovista craniiformis oleh Lewis David de Schweinitz pada tahun 1832 (Anonim 2009).

5. Scleroderma sp.
(Sumber : www.mycolog.com) (Sumber : Foto Dokumentasi Pribadi)

Klasifikasi ilmiah :
Class : Eumycetes
Ordo : Gasteromycetales
Famili : Lycoperdeae
Genus : Scleroderma
Scleroderma sp. penampilannya mirip dengan kentang berkutil. Tanah masam, terutama
pada jalur padat di hutan, merupakan habitat utama dari jamur ini. Warna jamur ini bervariasi
dari bagian tengahnya berwarna coklat, namun pada umumnya ada semburat kuning lemon,
terutama pada permukaan atas. Tubuh buah membulat dan melekat ke tanah dengan benang-
benang miselium berwarna putih. Jamur ini memiliki kulit tebal dan keras, yang awalnya
berwarna putih, krem atau kuning dan dapat berubah menjadi coklat atau hijau karena usia.
Bentuknya bulat seperti bongkahan telur, Peridium (kulit buah) berwarna coklat kekuningan,
permukaan bagian dalam berwarna kuning, lebar sekitar 4-8 cm dan tinggi 2-6 cm, Gleba (bagian
spora) dari warna putih menjadi gunduk keunguan dan akhirnya menjadi kecoklatan sampai
coklat gelap sebagai spora. Spora berbentuk bulat dengan diameter 8-13μm dengan permukaan
retikular. Massa spora berwarna coklat gelap. Jamur ini ditemukan tumbuh di berdrainase baik,
tanah berpasir, dan hutan umumnya di sisi atau selokan drainase hutan (Reilly, 2011).

6. Exobasidium vexans
(Sumber : www.corbisimages.com) (Sumber : Foto Dokumentasi Pribadi)

Klasifikasi ilmiah :
Kingdom : Fungi
Famili : Exobasidiaceae
Divisi : Basidiomycetes
Kelas : Exobasidiomycetes
Ordo : Exobasidiales
Genus : Exobasidium
Spesies : Exobasidium vexans
Jamur ini tidak memiliki tubuh buah. Kebanyakan hidup endoparasitik pada tumbuhan
lain. Pada inangnya jamur ini menimbulkan bentuk seperti kutil-kutil. Suatu jenis dari jamur dari
suku ini menyebabkan penyakit pada tanaman teh dan terkenal dengan nama penyakit cacar teh.
Jenis jamur ini adalah Exobasidium vexans. Gejala mula-mula cacar tampak seperti bercak kecil
hijau pucat dan tembus cahaya pada daun muda. Dalam waktu 5-6 hari bercak meluas menjadi
0,6-1,3 cm. ini menjadi cekung, sehingga pada sisi bawah daun terbentuk bagian yang cembung,
yang mirip dengan cacar. Cacar ini permukaannya tampak tertutup dengan debu putih kelabu
yang terdiri atas basidiospora. Permukaan atas yang cekung adalah licin, mengkilat, dan biasanya
lebih pucat dari pada bagian yang tidak sakit. Akhirnya cacar mongering dan sering menjadi
lubang (Alexopolus et al., 1996). Penyakit tersebar melalui spora yang terbawa angin, serangga
atau manusia. Perkembangan penyakit dipengaruhi oleh kelembaban udara yang tinggi, angin,
ketinggian lokasi kebun dan sifat tanaman. Banyaknya bulu daun pada peko dapat mempertinggi
ketahanan terhadap penyakit cacar. Kedatangan cacar daun dapat diramalkan apabila dalam 7-10
hari berturut-turut turun hujan (Hasna, 2011).

7. Ustilago maydis
(Sumber : www.actafungorum.org) (Sumber : Foto Dokumentasi Pribadi)

Klasifikasi ilmiah :
Kingdom : Fungi
Family : Ustilaginaceae
Filum : Basidiomycota
Kelas : Ustomycetes
Ordo : Ustilaginales
Genus : Ustilago
Spesies : Ustilago maydis
Ustilago maydis adalah jamur penyebab penyakit gosong bengkak pada jagung. Jamur ini
merupakan dimorfik, artinya dalam siklus hidupnya dapat terjadi dua bentuk, yaitu membentuk
sel khamir dan membentuk miselium. Ustilago maydis tumbuh dalam bentuk sel khamir haploid
selama fase saprofit namun berubah menjadi miselium bersel diploid pada fase menginvasi atau
menginfeksi inang. Siklus hidup Ustilago maydis biasanya dimulai dengan pertumbuhan tabung
konjugasi kemudian terjadi fusi antara sporidia yang sesuai. Selanjutnya, miselium dikariotik
atan menginvasi tanaman yang dilanjutkan dengan pembentukkan teliospora. Saat teliospora
telah matang maka dapat terjadi germinasi dan pembentukkan promiselium. Kemudian, terjadi
pembelahan meiotik yang menghasilkan sporidia dan diperbanyak dengan proses pembelahan
(budding). Ustilago maydis umumnya menyerang tongkol jagung dengan masuk ke dalam biji
dan menyebabkan pembengkakan serta terbentuknya kelenjar. Pembengkakan akan
mengakibatkan kelobot rusak dan kelenjar pecah hingga spora Ustilago maydis dapat menyebar.

Gejala terutama terdapat pada tongkol. Biji-biji yang terinfeksi mambengkak,


membentuk kelenjar (gall, cecidia). Semula kelenjar berwarna putih, tetapi setelah jamur yang
terdapat didalamnya membentuk spora (teliospora), kelenjar berwarna hitam, dengan kulit yang
jernih. Dengan makin membesarnya kelenjar-kelenjar itu tampak dari luar. Akhirnya pecah dan
spora jamur yang berwarna hitam terhambur keluar. Mesnkipun agak jarang kelenjar mungkin
terdapat juga pada batang, daun dan bunga jantan (Tjahjadi, 1989).
8. Auricularia sp.

(Sumber : www.mushroaming.com) (Sumber : Foto Dokumentasi Pribadi)


Klasifikasi ilmiah jamur kuping (Auricularia auricula) menurut Alexopolous dan Mins (1979) :

Kingdom : Fungi
Kelas : Basidiomycetes
Ordo : Auriculariales
Famili : Auriculariae
Genus : Auricularia
Spesies : Auricularia auricula
Tubuh buah berwarna coklat, menyerupai daun telinga pada sisi atasnya yang cekung
terdapat lapisan himenium. yang berasal dari titik pusat perlekatan, mempunyai diameter 2-15
cm. Basidium selalu dapat dibagi menjadi 4 sel dengan sekat–sekat melintang dan dari masing–
masing sel itu ke samping ditonjolkan stregma dengan satu spora, sisi atas berlipat dan
mempunyai rambut–rambut pendek yang tersusun amat rapat. Jamur ini biasa terdapat pada
dahan–dahan yang kering dan tubuh buah jamur ini dapat dimakan (dikonsumsi).
Pada jamur kuping ini terdapat tudung di bagian depan yang berpora dan lamella di
bagian belakang. Permukaan luar steril, sering kali berurat, berbulu sangat kecil atau berambut,
cokelat muda sampai cokelat, menjadi kehitaman jika mengering. Permukaan dalam fertil, licin
sampai agak berkerut, bergelatin jika basah, berwarna kuning coklat, coklat keabu-abuan,
cokelat, ungu, dan menjadi hitam jika kering. Tangkai tidak ada atau mengalami rudimentair
(Gunawan, 2008).
Spora berada di permukaan dan biasanya pada permukaan bagian bawah, berukuran 12-8
x 4-8 mikron, berbentuk elips panjang, dan licin. Basidium mempunyai sekat melintang
sebanyak tiga buah. Tubuh buah menempel di atas batang kayu yang sudah membusuk di tempat
basah dan lembab. Sewaktu masih segar terlihat seperti agar-agar (jelly) basah dan bila
dikeringkan menjadi mengkerut. Hidup soliter atau bergerombol pada batang kayu, ranting mati,
tunggul kayu, dan lain-lain, dan melekat pada substrat secara sentral atau lateral. Penyebaran
pada kayu keras dan konifer. Tubuh buah jamur sering kali dijumpai pada musim hujan.
Jamur kuping (Auricularia auricula) merupakan salah satu kelompok jelly fungi yang
masuk ke dalam kelas Basidiomycota dan mempunyai tekstur jelly yang unik. Fungi yang masuk
ke dalam kelas ini umumnya makroskopis atau mudah dilihat dengan mata telanjang.
Miseliumnya bersekat dan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: miselium primer
(miselium yang sel-selnya berinti satu, umumnya berasal dari perkembangan basidiospora) dan
miselium sekunder (miselium yang sel penyusunnya berinti dua, miselium ini merupakan hasil
konjugasi dua miselium primer atau persatuan dua basidiospora).
Auricularia auricula umumnya kita kenal sebagai jamur kuping. Jamur ini disebut jamur
kuping karena bentuk tubuh buahnya melebar seperti daun telinga manusia (kuping). Jamur
kuping merupakan salah satu konsumsi jamur yang memiliki sifat saat dikeringkan lama,
kemudian direndam dengan air dalam waktu relatif singkat akan kembali seperti bentuk dan
ukuran segarnya (Dicky, 2011).

9. Thelephora atra
(Sumber : www.discoverlife.org) (Sumber : Foto Dokumentasi Pribadi)

Tubuh buah merata dan melekat pada substratnya seperti kerak. Heminofora datar atau
sedikit berkerut. Kebanyakan hidup sebagai parasite. Panjang basidiomata bervariasi antara 8-
145 mm, dengan warna mulai dari terang atau coklat kemerahan ke gelap-coklat violet. Pada
bagian dasar dan menengah, sedangkan apices adalah abu-abu atau kuning terang putih.
Hymenium tampak mulus tampak dari basidium tersebut (Anonim, 2013).

10. Schizophyllum sp.

(Sumber : www.mykoweb.com) (Sumber : Foto Dokumentasi Pribadi)

Klasifikasi ilmiah :

Divisi : Amasrigomycota

Kelas : Basidiomycetes

Ordo : Aphyllophorales

Family : Schizopphyllaceae

Genus : Schizophyllum

Tubuh buah kasar, berbentuk kipas braket, luas 1-3,5 cm, sering lobed atau menyatu di
dasar dengan kurung lain, permukaan atas padat berbulu, berwarna coklat keabu-abuan ketika
lembab, abu-abu abu-abu menjadi putih saat kering, lebih rendah permukaan abu-abu terdiri
dari baik spasi, membujur membagi insang. Stipe biasanya tidak ada, daging tipis, abu-abu
muda sampai coklat. Spora 3-4 x 1-1,5 m, silindris, halus, cetakan spora putih. Jamur ini
tersebar berkerumun pada log kayu dan cabang, berbuah setelah hujan musim gugur, tetapi
dapat ditemukan sepanjang tahun (Cooke, 1961).

11. Ganoderma sp.


(Sumber : www.forestryimages.org) (Sumber : Foto Dokumentasi Pribadi)

Klasifikasi Ilmiah :
Kingdom : Fungi
Filum : Basidiomycota
Kelas : Agaricomycetes
Ordo : Polyporales
Famili : Ganodermataceae
Genus : Ganoderma
Jenis jamur ini memiliki tangkai yang menancap ke dalam media atau substrat dengan
ukuran panjang antara 3-10 cm. Di ujung tangkai terdapat tubuh buah berbentuk seperti setengah
lingkaran yang melebar dengan garis tengah antara 10-20 cm. Tubuh buah mula-mula berwarna
kekuning-kuningan saat masih muda, yaitu pada umur 1-2 bulan, kemudian berubah menjadi
merah atau cokelat tua. Tubuh buah inilah yang kemudian dipanen untuk dijadikan bahan baku
pembuat obat-obatan, termasuk jamu. Jamur ini pada badan buahnya tidak mempunyai papan–
papan atau lamella himenepora yang menonjol.

Himenum terletak bebas di tubuh buah (gimnokarp) dan sudah mulai terbentuk sejak
badan buah masih muda dan bersama–sama dengan pertumbuhan tubuh buah selalu membentuk
bagian–bagian yang baru. oleh sebab itu pada himenium terdapat bagian–bagian dari bermacam–
macam umur, dari yang basidiumnya masih muda, baru terbentuk, sampai yang sudah masak.
Tubuh buah berupa satu kipas, himenofora merupakan bulu–bulu (pori) yang dilihat dari luar
berupa lubang lubang itu di lapisi himenuim. Tubuh buah jamur ini dapat berumur beberapa
tahun (Anonim, 2009).

Sampai saat ini genus dibagi menjadi dua bagian. Bagian Ganoderma dengan permukaan
topi mengkilap (seperti lucidum Ganoderma) dan Elfvingia, dengan permukaan topi kusam,
seperti applanatum Ganoderma. filogenetik analisis menggunakan informasi urutan DNA yang
berasal dari mitokondria SSU rDNA, telah membantu untuk mengklarifikasi pemahaman kita
tentang hubungan antara spesies Ganoderma. Genus dapat dibagi menjadi enam kelompok
monofiletik yang memiliki fitur morfologi khas yang tidak cocok dengan spesies lain. Tubuh
Ganoderma spesies Ganoderma lucidum mengandung lebih dari 200 senyawa aktif yang dapat
dibagi menjadi tiga kelompok utama, yakni 30% senyawa larut dalam air, 65% senyawa larut
dalam pelarut organik, dan 5% senyawa volatil. Polisakarida dan germanium organik merupakan
senyawa larut dalam air. Adenosin dan terpenoid adalah senyawa yang larut dalam pelarut
organik, sedangkan asam ganoderat termasuk senyawa volatile (Alexopoulos et al.,1979).
12. Boletus edulis

(Sumber : www.mushroomhobby.com) (Sumber : Foto Dokumentasi Pribadi)

Klasifikasi ilmiah menurut Bulliard (1972) :

Kingdom : Fungi

Divisi : Basidiomycota

Kelas : Agariomycetes

Ordo : Boletales

Famili : Boletaceae

Genus : Boletus

Spesies : Boletus edulis


Jamur Boletus edulis dibedakan dari anggota lain dari kelompok Bolete dengan
kombinasi karakter yang mempunyai ukuran besar, halus, terlihat berkeriput dengan warna
coklat, permukaan topi (tudung) berbentuk cembung, berwarna coklat kemerahan atau kuning
tua dengan ukuran 7-25 cm, batangnya berwarna coklat muda dan tumbuh pada tanah organik.
Jamur ini berkerabat dekat dengan jamur Boletus regineus (Ratu Bolete) namun sedikit berbeda
karena memiliki topi (tudung) yang berwarna gelap dan dapat ditemukan pada kayu keras seperti
pohon pinus (Arora, 2008).

13. Telium

(Sumber : www.cals.ncsu.edu) (Sumber : Foto Dokumentasi Pribadi)


Puccinia sp. mempunyai beberapa fase pertumbuhan meliputi fase piknium (0), fase
aesium (I), fase uredium (II) dan fase telum (III). Piknium berbentuk botol atau cakra, badan
buah ini sebagai pembawa alat kelamin jamur yaitu spermatium atau alat kelamin jantan dan hifa
atau alat kelamin betina. Telium adalah sekelompok sel berinti dua yang membentuk teliospora.
Jamur ini menyebabkan penyakit karat pada daun serealia, misalnya gandum. Penyebaran spora
secara jarak jauh misalnya dengan bantuan angin dapat terjadi karena jamur ini mempunyai
spora yang tahan terhadap kekeringan dan sinar matahari yang disebut dengan urediospora.
Penyebaran yang seperti itu menyebabkan penyakit yang kosmopolitis atau tersebar seluruh
dunia (Semangun, 2001).
14. Uredium
(Sumber : www.studyblue.com) (Sumber : Foto Dokumentasi Pribadi)

Penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur Pucinia sp. disebut penyakit karat.
Gejalanya ditunjukkan dengan adanya bercak-bercak seperti karat pada daun, pelepah dan
batang. Bercak-bercak berwarna kuning dilingkari warna merah di sebelah bawah permukaan
daun yang sakit. Pucinia sp. mempunyai beberapa fase pertumbuhan meliputi fase piknium (0),
fase aesium (I), fase uredium (II) dan fase telum (III). Piknium berbentuk botol atau cakra, badan
buah ini sebagai pembawa alat kelamin jamur yaitu spermatium atau alat kelamin jantan dan hifa
atau alat kelamin betina. Uredium merupakan badan buah yang sel-selnya membentuk
urediospora di bawah epidermis yang kemudian mendorong epidermis hingga rusak. Jamur ini
menyebabkan penyakit karat pada daun serealia, misalnya gandum. Piknium/spermogonium
berbentuk botol atau cakra, subkutikular atau sub epidermal, mempunyai lubang pengeluaran
spora (ostiol). Di dalamnya terbentuk spermatium (alat kelamin jantan) dan hifa reseptif (alat
kelamin betina). Membentuk Spermogonia yang menghasilkan spermatia dan hifa reseptif.
Uredinales dapat menghasilkan lima jenis spora, yaitu pikniospora, esiospora, uredospora dan
teletospora. Tidak semua spesies dapat menghasilkan kelima macam spora tersebut, tetapi
teletospora dan basidiospora hampir selalu dibentuk (Semangun, 2001).

15. Lamela jamur

(Sumber : www.botany.hawaii.edu) (Sumber : Foto Dokumentasi Pribadi)

Batang jamur tiram bertindak sebagai penopang tudungnya, sedangkan pada tudung
terdapat organ reproduksi yaitu ribuan kantung spora yang menempel pada lamela. Lamela
merupakan bagian bawah dari tudung, berbentuk helaian, dan tersusun atas lembaran. Lamela ini
adalah bagian tubuh dari jamur Divisi Basidiomycetes. Tubuh buahnya disebut basidiokarp,
terdiri atas jalinan hifa bersekat dan dikariotik (setiap sel intinya berpasangan). Bentuk lamela
sendiri menyerupai insang ikan, berlapis-lapis atau lembaran. Letak lamela berada tepat dibawah
tudung dan sedikit kearah batang. Lamela tubuh menurun dan melekat pada tangkai. Pada
lamela terdapat sel-sel pembentuk spora (basidium), yang berisi basidiospora. Basidiospora
biasanya dibentuk pada saat tubuh buah dewasa mengalami kematangan. Selama tepi tudung
masih berlipat-lipat, tubuh buah dikatakan belum dewasa. Pada saat tepi tudung meregang penuh
tubuh buah mencapai fase dewasa dan dapat dipanen. Tubuh buah yang matang biasanya rapuh
dan spora-spora dapat dilepaskan. Spora pada jamur berfungsi untuk alat reproduksi dan
bertahan. Spora bisa diperoleh dengan meletakkan tudung dengan himenium menghadap ke
bawah pada selembar kertas putih atau sepotong kaca. Setelah beberapa jam, terkadang tidak
sampai esok harinya, lapisan spora akan terkumpul. Warna spora terbagi ke dalam 4 atau 5 tipe
umum, yaitu putih, merah muda, kuning tanah dan ungu kehitaman, namun kelompok terakhir
dapat dibedakan lagi menjadi ungu dan hitam. Warna spora kadang-kadang dapat dilihat secara
visual dengan melihat lamela pada jamur dewasa, tetapi kadang-kadang lamela
menyembunyikan warna sporanya (Zidni, 2011).

16. Puccinia sp.

(Sumber : www.mycology.com) (Sumber : Foto Dokumentasi Pribadi)

Klasifikasi ilmiah Pers (1794) :


Kingdom : Fungi
Filum : Basidiomycota
Kelas : Pucciniomycotina
Ordo : Pucciniales
Famili : Pucciniaceae
Genus : Puccinia
Jamur ini mempunyai uredium pada kedua sisi daun dan upih daun, rapat atau jarang,
yang tersebar tidak menentu. Urediospora bulat atau jorong 24-29 x 22-29. Gejala kerusakan
tanaman akibat serangan penyakit karat ini adalah terdapatnya bintik-bintik kecil yang kemudian
berubah menjadi bercak-bercak berwarna coklat pada bagian bawah daun. Serangan berat
menyebabkan daun gugur dan polong hampa. Bercak tampak bersudut–sudut karena dibatasi
oleh tulang-tulang daun tempatnya didekat daun yang terinfeksi. Biasanya dimulai dari daun
bawah kemudian ke daun yang lebih muda di atasnya (Chang,1976).
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit karat yaitu suhu, kelembaban, kecepatan
angin, dan curah hujan. Siklus hidup kelompok cendawan penyebab penyakit karat dapat
berlangsung dua macam, yaitu aseksual dan seksual. Secara aseksual, uredospora akan
berkecambah dan membentuk uredospora lagi, sedangkan secara seksual yaitu uredium berubah
menjadi telium, kemudian membentuk basidium, basidium membentuk spermogonium (gamet +)
dan hifa resesif (gamet -), dari persilangan ini terbentuk aesium, aesium akan berubah menjadi
uredium (Litbang, 2011).

V. KESIMPULAN

1. Basidiomycetes merupakan jamur multiseluler yang hifanya bersekat.


2. Fase perkembangan jamur karat terdiri dari 5 fase yaitu :
Fase 0 : Pycniospora

Fase I : Aesiospora

Fase II : Urediospora

Fase III : Teliospora

Fase IV : Basidiospora

3. Jamur yang termasuk dalam Divisi Basidiomycetes ada yang merupakan jamur edible (dapat
dikonsumsi) dan ada pula yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman.
4. Jamur yang dapat dikonsumsi antara lain Scleroderma sp., Lycoperdon sp., Agaricus
campestris, Boletus edulis, Auricularia sp., dan Ganoderma sp.
5. Puccinia sp., Exobasidium vexans, dan Ustilago maydis merupakan jamur penyebab
penyakit pada tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Alexopoulos, C. J., C.W. Mims, and M. Blackwell. 1979. Introductory Mycology. John Willey
and Sons, New York.

Annehira. 2012. Budidaya Jamur Kancing. <http://www.anneahira.com/budidaya-jamur-


kancing.htm>. Diakses 29 Mei 2015.

Anonim. 2009. Jamur Ling-Zhi. <http://www.oocities.org/melawankanker


/tanamanantikanker/jamurlingzhi.html>. Diakses 30 Mei 2014.
______. 2013. Telephora. <http://www.boldsystems.org/index.php/TaxBrowser_ TaxonPage?
taxid=190174>. Diakses 29 Mei 2015.
Arif, A., Muin, M., Kuswinanti, T., dan Harfiani, V. 2007. Isolasi dan identifikasi jamur kayu
dari hutan pendidikan dan latihan tabo-tabo Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep.
Jurnal Perennial 3(2) : 49-54.
Arora, D. 2008. California porcini: Three new taxa, observations on their harvest, and the
tragedy of no commons. Economic Botany 62 : 356-375.
Cooke, W.B. 1961. The genus Schizophyllum. Mycologia 53 : 575-599.
Chang, L.M. 2003. Antioxidant activity and total phenolic of edible mushroom extract food
chem. Economic Botany 8 : 225-249.
Dicky. 2011. Jamur Kuping. <http://tugasdicky.blogspot.com/2012/02/makalah-jamur-
kuping.html>. Diakses 29 Mei 2015.
Doveri, F. 2004. Fungi Fimicoli Italici. Associazione Micologica Bresadola. Trento, Italy.
Gunawan, A.W. 2008. Usaha Pembibitan Jamur. Penebar Swadaya, Jakarta.
Hasna, Q. 2011. Penyakit Penting Pada Teh. <http://planthospital. blogspot.com /
2011/08/penyakit-penting-pada-teh.html>. Diakses 29 Mei 2015.
Litbang. 2011. Pengendalian Penyakit Karat Pada Kacang Tanah.
<http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/1419/>. Diakses 30 Mei 2014.
Money, N.P. 2002. The Mysterious World Of Mushrooms, Molds, and Mycologists. Oxford UP,
New York.
Ratnaningtyas, N. I. dan Samiyarsih S. 2009. Karakter Ganoderma spp. Di Kabupaten Banyumas
serta Uji Peran Basidiospora dalam Siklus Penyakit Busuk Batang. Universitas Jenderal
Soedirman, Purwokerto.
Reilly, P. 2011. Scleroderma citrinum. <http://www.first-nature.com/fungi/Scleroderma-
citrinum.php>. Diakses 29 Mei 2015.
Robinson, R. 2001. Biology Macmillan Science Library. Macmillan Reference, USA.
Semangun, H. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Suhondo, B. 2012. Ensiklopedia Tumbuhan Runjung dan Jamur. Lentera Abadi, Jakarta.
Tjahjadi, N. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius, Yogyakarta.
Zidni. 2011. Fungi (Jamur). <http://zidniklopedia.blogspot.com/2011/11/kingdom-fungi-
jamur.html>. Diakses 29 Mei 2015.

Anda mungkin juga menyukai