02 Bertekanan 2008
02 Bertekanan 2008
3-2008
PEDOMAN TEKNIS
PENGEMBANGAN IRIGASI BERTEKANAN (IRIGASI SPRINKLER & IRIGASI TETES)
2008
KATA PENGANTAR
Pelaksanaan
dan
Dinas
lingkup
Pertanian
tingkat
Kabupaten/Kota menyusun Petunjuk Teknis yang merupakan Irigasi bertekanan merupakan salah satu alternatif teknologi aplikasi irigasi, yang secara teoritis mempunyai efisiensi irigasi lebih tinggi dibanding irigasi permukaan. Oleh karena itu teknologi irigasi bertekanan lebih tepat diterapkan pada daerah-daerah yang relatif kering, yang memerlukan teknologi irigasi hemat air. Teknologi irigasi ini juga diperlukan untuk usaha tani dengan teknik budidaya tanaman tertentu. Dalam penerapannya di lapangan, efisiensi irigasi bertekanan yang tinggi hanya dapat dicapai apabila jaringan irigasi dirancang dengan benar dan dioperasikan secara tepat. Pedoman teknis ini dimaksudkan untuk memberikan panduan (manual rancangan) bagi pelaksana lapangan, agar dengan mudah dapat menyusun rancangan irigasi bertekanan baik sprinkler maupun tetes (khususnya pada lahan petani), untuk menunjang pengembangan komoditas hortikultura dan perkebunan. Disamping menyajikan kriteria rancangan hidrolika perpipaan, pedoman ini juga menjelaskan beberapa persyaratan penerapan irigasi bertekanan ditinjau dari aspek komoditas, iklim, sumber air dan sosial ekonomi. Sebagai tindak lanjut dari Pedoman Teknis ini maka Dinas lingkup Pertanian Propinsi menyusun Petunjuk Dr. Ir. S. Gatot Irianto NIP. 080 085 357 Jakarta, Januari 2008 acuan kegiatan di lapangan. Kami menyadari Pedoman Teknis ini masih belum sempurna. Untuk itu diharapkan saran dan kritiknya untuk penyempurnaan Pedoman Teknis ini.
ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan dan Sasaran C. Istilah II. PELAKSANAAN A. Lokasi B. Penentuan Calon Lokasi dan Calon Petani C. Pelaksanaan Desain Sederhana D. Pelaksanaan Pengadaan Bahan dan Peralatan E. Pelaksanaan Konstruksi F. Operasional & Pemeliharaan G. Pembinaan H. Pelatihan I. Pembiayaan i iii v v 1 1 4 5 8 v 8 10 11 12 13 13 14 14 14 IV.
III.
INDIKATOR KINERJA A. Keluaran (Output) B. Hasil (Outcome) C. Manfaat (Benefit) D. Dampak (Impact) MONITORING DAN EVALUASI A. Monitoring B. Evaluasi C. Laporan Akhir KETENTUAN FISIK IRIGASI BERTEKANAN A. Irigasi Sprinkler B. Irigasi Tetes
16 16 16 17 17 18 18 18 19 20 20 33
iii
iv
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Sumber air irigasi sprinkler Energi penggerak (pompa) irigasi sprinkler Skema jaringan irigasi Sprinkler Prosedur desain irigasi sprinkler Sumber air irigasi tetes Energi penggerak (pompa) irigasi tetes Jaringan perpipaan irigasi tetes 21 22 23 27 33 34 35
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 Form Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Kegiatan Direktorat Pengelolaan Air TA. 2008 Format Laporan Akhir Lokasi Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008
vi
I. A. Latar Belakang
PENDAHULUAN
hujan dan penyebarannya yang dilaksanakan belakangan ini umumnya kurang efektif dan efisien, karena intensitas, frekuensi dan durasi anomali iklim cenderung meningkat. Apalagi pola penyebaran produksi biasanya akan seirama dengan pola curah hujan (musiman) tetapi seringkali tidak seirama dengan permintaan pasar yang relatif tetap sepanjang tahun. Untuk dapat mencukupi kebutuhan air pada fase pertumbuhan tanaman, sehingga dapat menyesuaikan antara waktu panen dan permintaan pasar, maka pelaksanaan pengelolaan air melalui irigasi sangat dibutuhkan khususnya untuk memenuhi kebutuhan air di musim kemarau atau di luar musim. Berdasarkan sumber air irigasi, maka irigasi dibagi dalam dua kategori yaitu irigasi permukaan dan irigasi air tanah, yang biasanya dengan memakai pompa. Dalam implementasinya di lapangan, oleh karena air irigasi yang bersumber dari air tanah memerlukan biaya investasi relatif mahal, maka pendayagunaan air yang dihasilkan dari pompa perlu diarahkan kepada Tanaman Bernilai Ekonomi Tinggi (TBET ). Sehubungan dengan jumlah air relatif terbatas,
Tujuan Pembangunan pertanian yang ingin dicapai pada tahun 2005-2009 antara lain adalah peningkatan kesejahteraan petani melalui peningkatan nilai tambah dan pemilihan produk yang berdaya saing, tangguh dan berkelanjutan. Departeman Untuk mewujudkan tujuan tersebut Pertanian memfasilitasi sarana dan
prasarana fisik untuk pengembangan usaha agribisnis pedesaan di sentra produksi komoditas unggulan. Dalam pengembangan komoditas unggulan tanaman maupun ternak, air merupakan budidaya. faktor determinan air keberhasilan sistem Argumennya,
merupakan komponen utama (lebih dari 80%) penyusun tanaman maupun ternak sekaligus berperan penting dalam proses metabolisme. Itulah sebabnya mengapa kekurangan atau kelebihan air untuk tanaman dapat berdampak negatif terhadap pertumbuhan dan atau perkembangan tanaman dan ternak bahkan berdampak langsung terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Model pengusahaan tanaman dengan menyesuaikan karakteristik iklim khususnya jumlah curah hujan, hari
1
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008
alamiah akan terjadi kompetisi penggunaan air antar sektor (pertanian, air minum, domestik dan industri), antar wilayah dan antar waktu. Untuk mengantisipasi kompetisi dalam distribusi dan alokasi air antar sektor, maka pemanfaatan air yang efisien mutlak diperlukan. Salah satu cara adalah dengan penerapan sistim irigasi bertekanan. Meskipun awalnya membutuhkan investasi yang relatif tinggi, namun dengan perhitungan dan penentuan desain yang akurat, operasional dan pemeliharaan harus tepat, pemanfaatan air untuk sektor pertanian dapat ditingkatkan daya saingnya terhadap sektor kompetitornya. Apabila penerapan irigasi bertekanan maka seluruh seperti faktor B.
awal diperlukan model percontohan pengembangan irigasi bertekanan menunjang tanaman hortikultura dan perkebunan dengan bimbingan secara berkesinambungan. Tujuan dan Sasaran 1. Tujuan a. Memberi contoh pembangunan dan pengelolaan air yang efisien dan efektif melalui pemanfaatan teknologi irigasi bertekanan pada areal yang selama ini mengalami keterbatasan air. b. Menyebarluaskan cara pengembangan irigasi bertekanan kepada petani di daerah sentra produksi hortikultura/perkebunan 2. Sasaran Sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan ini antara lain: a. Tersedianya air untuk mengusahakan tanaman hortikultura/ Perkebunan sepanjang waktu di lokasi percontohan. b. Terbangunnya percontohan pengelolaan air yang efektif dan efisien.
sprinkler/tetes
diterapkan
pendukung harus mengikutinya, seperti jenis, waktu, kondisi pola tanam, jumlah, kesinambungan produksi dan lain-lain harus disesuaikan. pasar Dengan mutlak demikian dibutuhkan. pengetahuan, pengalaman terhadap penentuan desain, pelaksanaan, permintaan Sementara itu Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan petani di sentra produksi tentang pengelolaan air irigasi bertekanan relatif masih rendah karena hal ini merupakan hal baru bagi mereka, sehingga untuk tahap
3
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008
C.
Istilah Beberapa berikut : 1. Air Permukaan adalah air yang berasal dari istilah yang dipergunakan dalam Buku
6. Menunjang untuk
tanaman tanaman
hortikultura hortikultura
dan dan
perkebunan adalah sistem irigasi ini digunakan mengairi perkebunan. 7. Pengembangan lingkungan. adalah upaya peningkatan
sumber air permukaan. 2. Air Tanah adalah air yang tersimpan dalam
8. Percontohan adalah model suatu kegiatan yang yang dilaksanakan di suatu lokasi tertentu yang diharapkan dapat dijadikan contoh untuk pelaksanaan kegiatan berikutnya di lokasi lain. 9. Suction lift adalah perbedaan antara elevasi sumber air dan elevasi pompa. 10. Static Water level adalah tingkat tinggi permukaan air yang statis dari sumber air biasanya untuk air sumur tanah.
penguapan melalui mulut daun tanaman. 4. Irigasi bertekanan adalah sistim pemberian air ke lahan pertanian dengan menggunakan tekanan (pressure). Jenisnya adalah curah (sprinkler) dan tetes (drip). Irigasi bertekanan yang dimaksud dalam buku pedoman ini adalah irigasi sprinkler/tetes. 5. Koefisien sprinkler/tetes. keseragaman/coefficient
of
11. Tanaman Bernilai Ekonomi Tinggi (TBET) adalah suatu jenis tanaman yang mempunyai produksi dengan nilai jual tinggi.
5
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008
12. Volumerious adalah sifat produk hortikultura yang memakan tempat /besar walaupun relatif ringan dan banyak mengandung air. A. Lokasi
II. PELAKSANAAN
A1. Lokasi pengembangan irigasi bertekanan harus didelinasi dengan menunjukkan posisi koordinatnya (LU/LS dan BT/BB). A2. Persyaratan lokasi Secara umum persyaratan lokasi tersebut meliputi: persyaratan penentuan lokasi, persyaratan petani dan kelompok tani, persyaratan ekonomi dan kewajiban Dinas Pertanian/Dinas Uraian Perkebunan ringkasnya Prov/Kab/Kota pelaksana.
disajikan sebagai berikut : Persyaratan penentuan lokasi mempertimbangkan: 1. Sentra produksi hortikultura/perkebunan rakyat yang potensial dan sudah berkembang. 2. Sumber air tersedia dengan jumlah dan kualitas yang memadai, diutamakan sumber air permukaan. Seyogyanya sumber air berada di elevasi yang lebih tinggi dari lahan yang diairi sehingga memungkinkan terjadinya beda tinggi tekanan air yang memungkinkan untuk beroperasinya sistem irigasi sprinkler/ tetes.
7
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008
3. Tersedia infrastruktur yang baik dari dan ke lokasi misalnya jalan, telekomunikasi, listrik dan sarana transportasi. 4. Di lokasi pengembangan terdapat kelompok tani yang cukup baik aktif dan berdedikasi tinggi. 5. Lokasi contoh lahan milik petani dan sekaligus penggarap berdasarkan kesepakatan kelompok. 6. Luas layanan untuk irigasi sprinkler minimal 1 hektar per 1 unit, sedangkan untuk irigasi tetes minimal hektar per 1 unit. A3. Persyaratan Petani dan Kelompok Tani Ada 7 (tujuh) persyaratan petani dan kelompok tani yang diperlukan dalam pengembangan irigasi B. bertekanan. 1. Membutuhkan teknologi irigasi bertekanan dan bersedia menerapkan teknologi ikutannya dan bersedia menanam tanaman bernilai ekonomi tinggi. 2. Relatif bisnis. maju dalam yang penguasaan berorientasi teknologi, pasar dan pengusahaan
3. Bersedia mengoperasikan, memelihara irigasi bertekanan pemeliharaan. 4. Berdedikasi tinggi dan mempunyai track record yang baik. 5. Berkomitmen berkompeten. 6. Penempatan lokasi tidak menyebabkan terhadap peraturan yang disepakati bersama antar petani dan Dinas yang secara berkelompok dan menanggung seluruh biaya operasional dan
kecemburuan sosial bagi petani sekitarnya. 7. Petani atau kelompok tani belum pernah
mendapatkan bantuan peralatan sejenis. Penentuan Calon Lokasi dan Calon Petani Penentuan Calon Petani dan Calon Lokasi (CP CL) merupakan langkah awal dari kegiatan ini yang didasarkan pada persyaratan lokasi yang diinginkan, dengan tahapan sebagai berikut: 1. Koordinasi mengenai dengan Dinas Pertanian prioritas terkait lokasi
penentuan
pengembangan, termasuk jenis tanaman prioritas yang akan dikembangkan di lokasi tersebut.
9
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008
10
2.
Menentukan persyaratan CP/CL baik dari segi teknis, ekonomis, sosial, lingkungan dan termasuk non teknis dan hubungannya dengan kesiapan Dinas Kabupaten / Kota membantu kegiatan. D.
dengan sosialisasi desain sederhana di lokasi yang akan dibangun. Pelaksanaan Pengadaan Bahan dan Peralatan Kegiatan pelaksanaan pengadaan bahan dan peralatan meliputi: 1. Pengadaan bahan dan peralatan serta pemasangan instalasi irigasi bertekanan dilaksanakan segera setelah desain sederhana selesai dilaksanakan. Bila elevasi sumber air lebih tinggi dibandingkan lahan yang diairi sehingga sistem memungkinkan irigasi dapat beroperasinya diperlukan. 2. Pelaksanaan pengadaan irigasi bertekanan berpedoman kepada Kepres No. 80 tahun 2003 tentang Pengadaan Barang dan Jasa beserta perubahan-perubahannya. bertekanan
C.
Pelaksanaan Desain Sederhana Desain sederhana dilaksanakan dengan melakukan pemilihan lokasi sesuai kriteria ditinjau dari aspek teknis, sosial dan budaya, ekonomis dan lingkungan. Laporan Desain Sederhana minimal melampirkan : 1. 2. 3. Keadaan umum lokasi percontohan Cakupan luasan, desain dalam bentuk peta detail (skala 1: 5.000) Perhitungan rencana anggaran biaya (RAB) secara terinci / detail. RAB dihitung sampai jaringan irigasi bertekanan (sprinkler/tetes) terpasang dan siap beroperasi. 4. 5. Permasalahan dan penanggulangannya serta rencana pengembangan. Letak lokasi ditentukan dengan koordinat LU/LS dan BT/BB. Hasil akhir dari desain sederhana dijadikan sebagai dasar untuk dokumen pengadaan bahan, peralatan dan pemasangan instalasi irigasi bertekanan, yang diikuti
11
12
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008
E.
Pelaksanaan Konstruksi Pelaksanaan konstruksi mencakup: 1. Pemasangan jaringan irigasi bertekanan dilaksanakan oleh pihak ke III (rekanan) yang telah ditunjuk / ditetapkan sebagai pelaksana. 2. 3. 4. 5. Pemasangan dilakukan berdasarkan hasil desain yang telah disusun Penyiapan sumber air dan sistem salurannya. Penyaluran bertekanan. Ujicoba (running test) pemanfaatan sistem irigasi bertekanan. air ke pertanaman melalui irigasi
G.
Pembinaan Pembinaan terhadap penerima manfaat dilakukan oleh Dinas teknis terkait. Pembinaan antara lain terhadap teknik operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi bertekanan, pemilihan komoditi, teknik budidaya dan lain-lain.
H.
Pelatihan Pelatihan dilakukan agar investasi irigasi bertekanan yang biayanya mahal dapat dijaga keberlanjutannya. Peserta pelatihan meliputi: 1. Petani atau penerima manfaat, bidang dalam yang hal
F.
Operasi dan Pemeliharaan Ketentuan tentang operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi bertekanan adalah sebagai berikut: 1. Operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi I.
diberikan
pada
pelatihan
terutama
operasional dan pemeliharaan. 2. Pelaksana, bidang yang jaringan irigasi bertekanan. Pembiayaan 1. Dana tugas pembantuan dari Ditjen PLA disediakanan dalam bentuk belanja modal irigasi. diberikan pada pelatihan terutama dalam hal pengadaan dan pemasangan
bertekanan diserahkan kepada petani/kelompok tani atau penerima manfaat 2. Biaya operasional dan pemeliharaan menjadi beban / tanggung jawab petani / kelompok tani penerima manfaat.
13
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008
14
Digunakan untuk pengadaan bahan, peralatan dan konstruksi sistem irigasi bertekanan tetes). 2. Dana pendukung dari APBD I / II. Digunakan untuk CP CL, pembuatan desain sederhana, pembinaan, monitoring dan pengawasan. (sprinkler /
III.
INDIKATOR KINERJA
Beberapa indikator kinerja yang dipergunakan sebagai ukuran untuk menilai kinerja kegiatan pengembangan irigasi sprinkler/tetes adalah sebagai berikut : A. Keluaran (Output) : Terbangunnya irigasi bertekanan menunjang
tanaman hortikultura sebanyak 56 unit di 16 provinsi dan menunjang tanaman perkebunan sebanyak 24 unit di 11 Provinsi. B. Hasil (Outcome) : a. Berfungsinya / dimanfaatkannya irigasi
bertekanan menunjang tanaman hortikultura sebanyak 56 unit di 16 provinsi dan menunjang tanaman perkebunan sebanyak 24 unit di 11 Provinsi. b. Meningkatnya rasa memiliki dan rasa tanggung jawab petani dalam pengembangan irigasi bertekanan.
15
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008
16
IV. MONITORING DAN EVALUASI C. Manfaat (Benefit) : a. Meningkatnya perkebunan. b. Meningkatnya luas lahan pertanaman hortikultura/ perkebunan yang diairi dengan sistem irigasi bertekanan. D. Dampak (Impact) : Meningkatnya pendapatan usaha tani hortikultura dan perkebunan. Disadari sepenuhnya bahwa pencapaian indikator kinerja ini merupakan sistem yang saling terkait dan ditentukan oleh banyak faktor penentu lainnya, yang berjalan secara proses dan membutuhkan waktu. hendaknya indikator ini dijadikan Namun demikian patokan dalam 3. 2. kuantitas, kualitas dan A. Monitoring Monitoring dilakukan terhadap pelaksanaan Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008. 1. Monitoring dilaksanakan secara swakelola oleh Dinas yang menangani kegiatan ini di tingkat kabupaten/kota. Monitoring dititikberatkan pada pelaksanaan kontinyuitas hasil komoditas hortikultura dan
sebagaimana format laporan pada lampiran 2. Laporan tersebut disampaikan kepada Direktur Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air c.q. Direktur Pengelolaan Air dengan alamat: Direktorat Pengelolaan Air Jl. Taman Margasatwa No. 3 Ragunan, Pasar Minggu Jakarta Selatan 12550 dan kepada Dinas Lingkup Pertanian Provinsi.
melakukan penilaian terhadap hasil kinerja, sehingga seluruh proses kegiatan harus mengacu pada sasaran indikator tersebut.
B. Evaluasi Evaluasi dilakukan secara swakelola oleh Dinas yang menangani kegiatan ini di tingkat Kabupaten/Kota.
17
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008
18
C. Laporan Akhir 1. Setelah pelaksanaan / percontohan pengembangan irigasi bertekanan selesai, Kepala Dinas Lingkup Pertanian Kabupaten yang bersangkutan selaku pelaksana kegiatan wajib menyiapkan akhir dan menyampaikan laporan pelaksanaan
V.
Mengingat pengembangan irigasi bertekaan relatif padat modal dan teknologi serta sangat bersifat spesifik lokasi, maka dipandang perlu adanya pedoman teknis kegiatan fisik. Pedoman ini disusun sangat umum, yang dalam penerapan di lapangan hendaknya menyesuaikan dengan kekhususan lokasi (specific site). Dalam pedoman ini akan dikemukakan tentang: (1) irigasi sprinkler dan (2) irigasi tetes. A. Irigasi Sprinkler Bagian ini akan mengemukakan: (a) komponen irigasi sprinkler (b) kelebihan dan kekurangan irigasi sprinkler (c) tahapan desain (d) prosedur irigasi sprinkler. 1. Komponen Irigasi Sprinkler Irigasi sprinkler disebut juga sebagai
pengembangan irigasi bertekanan, baik dari segi fisik maupun keuangan. 2. Agar lebih informatif dan komunikatif, Laporan Akhir dilengkapi dengan foto-foto dokumentasi pada kondisi awal pekerjaan, sedang dalam pelaksanaan dan setelah pekerjaan selesai 100%. 3. Laporan akhir tersebut disampaikan kepada
Direktur Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air c.q Direktur Pengelolaan Air dengan alamat: Direktorat Pengelolaan Air Jl. Taman Margasatwa No. 3 Ragunan, Pasar Minggu Jakarta Selatan 12550 dan kepada Dinas Lingkup Pertanian Provinsi .
overhead
19
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008
20
a. Sumber Air Irigasi Sumber air irigasi dapat berasal dari mata air, sumber air yang permanen (sungai, danau, dsb), sumur, atau suatu sistem suplai regional. Idealnya sumber air terdapat di atas hamparan, bersih (tidak keruh) dan tersedia sepanjang musim. Contoh sumber air irigasi dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini: c. Jaringan Pipa yang terdiri dari : Gambar 1. Sumber air irigasi sprinkler b. Sumber Energi untuk Pengairan Sistem irigasi dapat dioperasikan dengan menggunakan sumber energi yang berasal dari gravitasi (jauh lebih murah), pemompaan pada sumber air, atau penguatan tekanan dengan menggunakan pompa penguat tekanan (booster Gambar 2. Energi penggerak (pompa) irigasi sprinkler
Skema jaringan irigasi sprinkler dan contoh jaringan pipa dapat dilihat pada gambar 3 berikut ini:
22
Pipa Utama
Hydrant
Sprinklers Lateral
Coefficient
of
Sesuai
serta kondisi topografinya, tata letak sistem irigasi sprinkler dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu :
meliputi sifat fisik tanah, air tanah tersedia, laju infiltrasi, evapotranspirasi tanaman, curah hujan efektif, dan kebutuhan air irigasi. b. Menyusun pembuatan rancangan skema pendahuluan, letak mencakup serta
tata
(lay-out)
23
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008
24
c. Perhitungan rancangan hidrolika sub-unit dengan mempertimbangkan karakteristik hidrolika pipa dan spesifikasi sprinkler. Apabila persyaratan hidrolika sub-unit tidak terpenuhi, alternatif langkah/penyelesaian yang dapat dilakukan adalah (a) modifikasi tata letak, (b) mengubah diameter pipa dan atau (c) mengganti spesifikasi sprinkler. d. Finalisasi (optimalisasi) tata letak. e. Perhitungan total kebutuhan tekanan (total dynamic
maupun jenis dan diameter pipa yang sangat beragam, maka tahapan rancangan hidrolika sub unit harus dilakukan dengan metoda coba-ralat.
26
Menyusun Nilai Faktor-faktor Rancangan Membuat Skema Lay out dan Menetapkan Luas Sub Unit dan Blok Irigasi
3.
Prosedur Desain Irigasi Sprinkler Beberapa hal yang perlu diperhitungkan dalam desain irigasi sprinkler antara lain: letak, hidrolika pipa, laju penyiraman dan spesifikasi pompa. a. Letak Dalam penentuan tata letak jaringan irigasi sprinkler, terdapat beberapa kriteria yang perlu diperhatikan antara lain :
Hidrolika pipa : Nomogram Hazen William Faktor Reduksi (outlet) K minor Losses
Perhitungan Rancangan Hidrolika Sub Unit : 1. Lateral Panjang Jml sprinkler per lateral 2. Manifold a.Panjang b.Jml lateral per manifold
Spesifikasi sprinkler qa, Ha Radius penyiraman Laju penyiraman Coefficient of Uniformity (CU) Jarak spasi
Lateral
dipasang
sejajar
kontur
lahan
dan
dipasang tegak lurus arah angin utama. Pemasangan lateral yang naik sejajar dengan lereng dihindari, pemasangan lateral yang menuruni lereng akan memberikan keuntungan tertentu. Saluran utama atau manifold dipasang naik turun atau sejajar dengan lereng.
Penentuan : Jenis dan Ukuran Pompa Jenis dan Kekuatan Tenaga Penggerak
Apabila memungkinkan saluran utama dipasang di suatu tempat, sehingga saluran lateral dapat dipasang di sekelilingnya.
Tidak
Ya
Selesai
27
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008
28
Tata letak lateral yang ideal bergantung pada jumlah sprinkler yang beroperasi serta jumlah posisi leteral, topografi dan kondisi angin. b. Hidrolika pipa Kebutuhan total tekanan suatu sistem irigasi sprinkler terdiri atas: Static head adalah jarak vertikal dimana air harus diangkat atau diturunkan antara sumber air dengan titik pengeluaran tertinggi. Pressure
terendah yang mengoperasikan lateral sepanjang pipa utama dan pipa sub utama, yang akan memberikan nilai static head minimum. maksimum dan 20% x Ha 0,55 Ps Z lateral 0,45 Ps Z manifold
= kehilangan head yang diijinkan pada sub-unit (m) = kehilangan head yang diijinkan pada lateral (m) = tekanan operasi rata-rata sprinkler (m)
30
Velocity head, kecepatan aliran dalam suatu sistem irigasi sprinkler jarang melebihi 2,5 m/det, sehingga velocity head dapat diabaikan.
Hm Z lateral
head
yang
diijinkan
pada
digunakan
apabila
debit
dan
tekanan
yang
dibutuhkan relatif besar. Karakteristik suatu pompa biasanya ditunjukkan oleh suatu kurva karakteristik pompa yang menyatakan hubungan antara kemampuan menaikkan air (H), besarnya debit (Q), efisiensi (E), jumlah putaran per menit (N), dan besarnya tenaga (P). Besarnya tenaga yang diperlukan untuk pemompaan air tergantung pada debit pemompaan, total head dan efisiensi pemompaan yang secara matematis ditunjukkan pada persamaan berikut : BHP = (Q x TDH) / (C x Ep) dengan : BHP Q TDH C Ep = tenaga penggerak (kW) = debit pemompaan (l/detik) = total dynamic head (m) = faktor konversi sebesar 102,0 = efisiensi pemompaan (%)
Z manifold = perbedaan elevasi sepanjang manifold (m) c. Laju Penyiraman Dalam rancangan desain irigasi sprinkler, diameter curahan/penyiraman nozel mempengaruhi nilai laju penyiraman dan penentuan jarak nozel pada dan antar lateral, serta menentukan luas lahan yang dapat terairi. Laju penyiraman adalah laju jatuhnya air ke
permukaan tanah yang disemprotkan dari lubang nozel. Nilai laju penyiraman ini tidak boleh melebihi dari laju infiltrasi, untuk menghindari terjadinya kehilangan air berupa limpasan (run off). d. Spesifikasi Pompa Jenis pompa yang biasa digunakan pada suatu sistem irigasi sprinkler adalah sentrifugal dan turbin. Pompa sentrifugal digunakan apabila debit dan tekanan yang dibutuhkan relatif kecil, sedangkan pompa turbin
31
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008
32
b.
Pompa dan tenaga penggerak, berfungsi mengangkat air dari sumber selanjutnya dialirkan ke lahan melalui jaringan-jaringan perpipaan. Pompa sebagai sumber energi penggerak dapat dilihat pada gambar 6 berikut ini:
sprinkler, (b) kelebihan dan kekurangan irigasi sprinkler, (c) tahapan desain dan (d) prosedur irigasi sprinkler. 1. Komponen Sistim Irigasi Tetes (Drip Irrigation) Irigasi tetes merupakan cara pemberian air pada tanaman secara langsung, baik pada permukaan tanah maupun di dalam tanah melalui tetesan secara kontinu dan perlahan pada areal perakaran tanaman. Komponen sistem irigasi tetes terdiri atas: a. Sumber Air Irigasi Sumber air irigasi dapat berasal dari mata air, sumber air yang permanen (sungai, danau, dsb), sumur, atau suatu sistem suplai regional. Contoh sumber air dapat dilihat pada gambar 5 berikut ini:
Gambar 6 . Energi Penggerak (pompa) irigasi tetes c. Jaringan Perpipaan terdiri dari: 1) Emiter atau penetes, merupakan komponen yang menyalurkan air dari pipa lateral ke tanah sekitar tanaman secara kontinu dengan debit yang rendah dan tekanan mendekati tekanan atmosfer. 2) Lateral, merupakan pipa dimana emiter ditempatkan. Bahan yang digunakan untuk lateral biasanya terbuat dari pipa PVC atau PE dengan
3)
Pipa sub utama atau manifold, merupakan pipa yang mendistribusikan air ke pipa-pipa lateral. Pipa sub utama atau manifold biasanya dari bahan pipa PVC dengan diameter 2 inci - 3 inci.
4)
Pipa
utama, dalam
merupakan jaringan.
menyalurkan air dari sumber air ke pipa-pipa distribusi biasanya dipilih dari pipa PVC atau paduan antara semen dan asbes. 5) Komponen pendukung, terdiri dari katup-katup, saringan, pengatur tekanan, pengatur debit, tangki bahan kimia, sistem pengontrol dan lain-lain.
gambar 7. Jaringan perpipaan irigasi tetes Berdasarkan cara penempatannya pada lateral, penetes dapat dibedakan atas dua bagian, yaitu penetes line-
jumlah dan luas sub-unit dan blok irigasi. c. Perhitungan spesifikasi sub-unit rancangan emiter. tidak hidrolika sub-unit dengan hidrolika langkah mempertimbangkan karakteristik hidrolika pipa dan Apabila terpenuhi, persyaratan altematif
36
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008
/penyelesaian yang dapat dilakukan adalah: Modifikasi tata letak Mengubah diameter pipa Mengganti spesifikasi emiter total kebutuhan tekanan (total
perpipaan, (3) penentuan kebutuhan pompa air dan (4) pemeliharaan alat. a. Rancangan Tata Letak Tata letak sub unit tergantung pada jarak penetes, jarak tanaman, debit penetes rata-rata, variasi head tekanan yang diinginkan, jumlah stasiun operasi yang dibutuhkan, panjang baris tanaman, topografi dan batas lahan. Sedangkan tata letak akhir sub unit yang ideal memiliki beberapa kriteria diantaranya jumlah sub unit dan titik pengontrol debit/tekanan yang seminimum mungkin, tata letak saluran utama yang ergonomis dan ekonomis, keseragaman pada debit aliran sistem, konfigurasi sub unit yang seragam serta variasi head yang diijinkan. b. Hidrolika perpipaan Kehilangan head pada sub unit dibatasi tidak lebih dari 20 % tekanan operasi rata-rata sistem, yaitu : Ps Hl Hm dimana : 20% x Ha = 0,55 x 6Pe Z lateral = 0,45 x 6Pe Z manifold
37
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008
38
Ha Hl Ps Z lateral Hm Z manifold
= = = = = =
head operasi rata-rata (m) kehilangan head yang diijinkan pada lateral (m) kehilangan head yang diijinkan pada sub unit (m) beda elevasi sepanjang lateral (m) kehilangan head yang diijinkan pada manifold (m) beda elevasi sepanjang manifold (m)
adalah
pompa
sentrifugal.
Besarnya
tenaga
yang
WP =
TDH Q 102
Ep (WP 100 )
BP =
Dimana : WP TDH Q BP Ep
Untuk menjaga keseragaman air irigasi secara lateral, maka pemilihan dimensi pipa diupayakan menghasilkan variasi debit 10% dan variasi tekanan akibat kehilangan head tekanan dan perbedaan elevasi 20% dari tekanan operasi rata-rata emiter. c. Penentuan Kebutuhan Pompa Air Sistem irigasi tetes membutuhkan energi untuk memindahkan air melalui jaringan pipa-pipa distribusi yang selanjutnya dikeluarkan melalui emiter. Energi tersebut diperoleh dari pompa yang dirangkaikan dengan mesin pembangkit tenaga. Tipe pompa yang sering digunakan
= Output tenaga pemompaan (kW) = Total Dinamic Head (m) = Debit sistem (I/detik) = Input brake power (kW) = Efisiensi pompa (%)
5. Pemeliharaan Alat Penerapan suatu teknologi yang menggunakan alat dan mesin tidak akan berhasil baik tanpa adanya perawatan yang intensif. Pada irigasi tetes diperlukan perawatanperawatan agar peralatan dapat berfungsi dengan baik. Perawatan tersebut antara lain meliputi:
39
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008
40
a. Perawatan pompa air Dalam pemakaian pompa air, maka yang perlu diperhatikan adalah bahan bakar jangan sampai terlambat pemberiannya. Disamping itu, pompa perlu diservis agar mesinnya dapat tetap baik. b. Perawatan filter Filter perlu dibersihkan dari kotoran-kotoran yang melekat, yaitu dengan Untuk cara pembilasan. Filter hendaknya diperiksa setiap hari dan kalau perlu dibersihkan. menghindari terjadinya penyumbatan, maka filter dibersihkan dengan sikat yang bulunya tegak dan kuat/kaku, atau dengan merendamnya dalam air. c. Perawatan Jaringan perpipaan Pipa-pipa pada sistim irigasi tetes ini perlu diperiksa secara intensif. Daerah pembasahan yang luas pada lahan menandakan adanya kebocoran pada pipa. Endapan mineral yang terlalu banyak pada pipa-pipa, dapat Bakteri, dilarutkan alga dengan asam, terutama lain asam dapat dengan phospat. dan dari mikroorganisme jaringan dihilangkan perpipaan, berjalan dengan
menggunakan khlorine yang dapat dicampurkan / diberikan bersamaan dengan pemupukan / puriasi. Dosis khlorine yang dianjurkan adalah 2 ppm, dan bila mikroorganisme sudah menjadi masalah yang serius, maka dosis yang digunakan adalah 30 ppm. Pemeliharaan lain adalah dengan cara "Flushing", yaitu menggunakan aliran bertekanan tinggi, sehingga dapat mengikis dan membawa partikel-partikel atau mikroorganisme keluar dari pipa.
41
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008
42
Lampiran 1
No
Kegiatan 1 2 3 4 5 6 Terima Pedoman Teknis dari pusat Juklak diterima dari propinsi Juknis oleh Kabupaten Sosialisasi Survey Investigasi (CP / CL) Desain sederhana Kontrak Pengadaan Alat Pengadaan Alat Pemasangan Alat Pembuatan laporan bulanan Pembuatan laporan akhir Pembinaan
Bulan 7 8 9 10 11 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Lampiran 2 FORM LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGAN KEGIATAN DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR T.A. 2008
: : : : : :
.. .. .. .. .. ..
Lokasi Kegiatan Nama Target Realisasi Fisik Koordinat Fisik (Ha/Unit) Keuangan (Rp) Selesai Konstruksi (Ha/Unit) Dalam Proses Konstruksi (Ha/Unit) 10 11 12 13 Keuangan Keterangan (Rp) (%)
No.
Aspek
Kegiatan
Kecamatan/ Desa
Kelompok
A. Pengelolaan 1. Rehab JITUT Air 2. Rehab JIDES 3. TAM 4. Embung 5. Sumur Resapan 6. Dam Parit 7. Irigasi Tnh Dangkal 8. Irigasi Tnh Dalam 9. Air Permukaan 10. Irigasi Sprinkler 11. Irigasi Tetes 12. SID Pompa Hidram 13. Pompa Hydram 14. PIP 15. Balai Subak 16. dst..
Cara Pengisian Form Lampiran : 1. Kolom 4 - 6 Kegiatan yang lebih dari satu lokasi, agar dirinci berdasarkan satuan wilayah administrasi sampai dengan tingkat desa beserta dengan volume (Ha/Unit) 2. Kolom 9. Selesai konstruksi adalah kegiatan yang secara fisik telah selesai 100% dengan satuan (Ha/Unit) 3. Kolom 10. Kegiatan yang masih dalam tahap pelaksanaan/penyelesaian dengan satuan Ha/Unit 4. Kolom 13. Tambahan penjelasan dari kolom 1 - 12 , 2008
Lampiran 4 Lampiran 3
No
Pusat/Prop/Kab/Kota
Sub Sektor
I.
Prop Jawa Barat Cianjur Hortikultura 9 Hortikultura Perkebunan Perkebunan Hortikultura Perkebunan Perkebunan Perkebunan Perkebunan Hortikultura Hortikultura Hortikultura Perkebunan Kab. Banyuwangi Kab.Malang Kab.Magetan Kab.Pacitan Kab.Bojonegoro Kab. Lamongan Hortikultura Hortikultura perkebunan Hortikultura Perkebunan Hortikultura Perkebunan Hortikultura 1 1 1 1 3 1 1 12 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 4 4 2 2 50,000 50,000 50,000 50,000 150,000 50,000 50,000 600,000 50,000 50,000 100,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 200,000 200,000 100,000 100,000 450,000
1 1 1 1
II.
Pelaksanaan
2
Prop.Jawa Tengah Kab Semarang Kab. Kendal Kab.Grobogan Kab. Batang Kab. Pati Kab. Kudus Kab.Pemalang Kab.Wonogiri
a. Masukan b. Lokasi c. Tahap Pelaksanaan d. Masalah e. Pemecahan Masalah III. Hasil IV. Manfaat V. Dampak VI. Kesimpulan dan Saran
3
4 5
Lampiran 4
Lampiran 4
Prop.Jambi Kab.Tanjung Jabung Timur Prop.Sumatera Selatan Kab.Ogan Komering Hulu Kab.Banyuasin Kab.Ogan Ilir
2 Perkebunan 2 5 Perkebunan Hortikultura Hortikultura Hortikultura Perkebunan Hortikultura 1 2 2 4 2 1 1 1 Hortikultura 1 1 Perkebunan 1 2 Perkebunan 2 3 Perkebunan Hortikultura Perkebunan Hortikultura Hortikultura Hortikultura Hortikultura Hortikultura Hortikultura Hortikultura Hortikultura Perkebunan Perkebunan Hortikultura 3 19 1 1 3 4 6 4 5 2 1 2 34 2 3 3 2
100,000 100,000 250,000 50,000 100,000 100,000 200,000 100,000 50,000 50,000 50,000 50,000 16 50,000 50,000 100,000 100,000 150,000 150,000 950,000 50,000 50,000 150,000 200,000 300,000 200,000 250,000 100,000 50,000 100,000 1,700,000 100,000 150,000 150,000 100,000 20 19 18 17
Kab.Luwu Utara Kab.Pangkajene Kepulauan Kab. Selayar Kab. Sinjai Kab.Soppeng Kab. Takalar Kab. Jeneponto Kab.Tana Toraja Bulu Kumba Kab. Wajo Prop. Bali Kab.Buleleng Kab.Jembrana Kab. Klungkung Kab. Tabanan Prop. NTB Kab.Lombok Barat Kab.Lombok Tengah Kab.Lombok Timur Kab.Sumbawa Kab. Dompu Sumbawa Barat Prop.NTT Kab.Sumba Timur Kab. Sumba Barat Prop.Bengkulu Kab.Kepahiang Prop.Gorontalo Kab.Boalemo Kab,Gorontalo Kab.Gorontalo Utara
Perkebunan Hortikultura Hortikultura Hortikultura Perkebunan Hortikultura Hortikultura Hortikultura Hortikultura Hortikultura perkebunan Hortikultura Perkebunan Perkebunan Perkebunan Perkebunan Perkebunan Perkebunan Perkebunan Perkebunan Perkebunan Perkebunan Perkebunan perkebunan Hortikultura Hortikultura Perkebunan Perkebunan Hortikultura
2 1 2 1 3 2 3 1 1 2 2 4 14 2 5 5 2 11 2 2 2 2 2 1 4 2 2 3 1 2 6 3 2 1
100,000 50,000 100,000 50,000 150,000 100,000 150,000 50,000 50,000 100,000 100,000 200,000 700,000 100,000 250,000 250,000 100,000 550,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 50,000 200,000 100,000 100,000 100,000 100,000 300,000 150,000 100,000 50,000
Prop.Kalimantan Barat Kab. Pontianak Prop.Kalimantan Tengah Kab. Barito Timur Prop.Kalimantan Selatan Kab.Kota Baru Prop.Kalimantan Timur Kab. Penajam Paser Utara Prop.Sulawesi Utara Kab. Minahasa Kab.Sangihe Kab.Minahasa Selatan Kab. Tomohon Kab.Bolaang Mongondow Utara
10
11 12
13
14
15