II
BALAI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PUPR WILAYAH IV BANDUNG
PUSAT PENGEMBANGAN KOMPETENSI MANAJEMEN
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
JUDUL
STRATEGI PENINGKATAN KAPABILITAS
INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PUPR
MELALUI PENGAWASAN BERBASIS RISIKO
DISUSUN OLEH :
NAMA : NIKMATULLOH
NDH : 22
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh :
Nikmatulloh
NDH : 22
DISEMINARKAN PADA :
HARI : Senin
TANGGAL : 9 November 2020
( Ir. Widiarto, Sp.1 ) ( Ir. Lolly Martina Martief, M.T. ) ( Hasto A. Sapoetro, S.ST., M.T. )
NIP. 196009281988111001 NIP. 196001101988032001 NIP. 196307211992031003
COVER
Lembar Pengesahan Laporan Proyek Perubahan
Kata Pengantar i
Abstrak ii
Daftar Isi iii
Daftar Tabel iv
Daftar Gambar iv
Daftar Lampiran v
BAB 1. PENDAHULUAN 01
A LATAR BELAKANG 01
1. Profil Unit Organisasi 01
2. Visi dan Misi 01
3. Tugas dan Fungsi 02
B AREA PROYEK PERUBAHAN 02
1. Isu Strategis 02
2. Kondisi Saat Ini 04
3. Identifikasi Permasalahan 04
4. Kondisi yang Diharapkan 06
C TUJUAN PROYEK PERUBAHAN 07
D MANFAAT PROYEK PERUBAHAN 07
E RUANG LINGKUP PROYEK PERUBAHAN 08
DAFTAR PUSTAKA 44
BUKU LAMPIRAN 45
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Struktur Organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR 01
Gambar 2 Pohon Masalah 05
Gambar 3 Pohon Target 06
Gambar 4 Tata Kelola Proyek Perubahan 15
Gambar 5 Maping Stakeholders dan Strategi Komunikasi 17
Gambar 6 Rapat Pembentukan Tim Efektif Proyek Perubahan 21
Gambar 7 Pembahasan Kebutuhan SE Menteri PUPR tentang Pedoman 22
Pengawasan Intern Berbasis Risiko
Gambar 8 Pembahasan Penyusunan Konsep SE Menteri PUPR tentang 24
Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Risiko
Gambar 9 Validasi Perencanaan Pengawasan Intern Berbasis Risiko 25
Gambar 10 Validasi Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Risiko 26
Gambar 11 Konsep Pengawasan Berbasis Risiko di Kementerian PUPR 27
Gambar 12 Finalisasi SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan 28
Intern Berbasis Risiko di Kementerian PUPR
Gambar 13 Surat Permohonan Persetujuan (Lembar Kendali) 28
Gambar 14 Kerangka SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan 29
Intern Berbasis Risiko
Gambar 15 Dukungan dan Pengarahan dari Mentor (Inspektur Jenderal) 31
Gambar 16 Penjelasan kepada Stakeholders 32
Gambar 17 Perubahan Kuadran Dukungan Stakeholders 32
INSPEKTORAT
JENDERAL
SEKRETARIAT
INSPEKTORAT JENDERAL
BAGI AN
BAGI AN
BAGI AN PEMANTAUAN DAN
HUKUM, KEPATUHAN BAGI AN KELOMPOK JABATAN
PROGRAM PERENCANAAN EVALUASI TINDAK LANJUT
INTERN, KEPEG AWAI AN DAN UMUM FUNGSIONAL
DAN KEUANGAN HASIL
DAN KOMUNIKASI PUBLIK
PENG AWASAN
KELOMPOK JABATAN KELOMPOK JABATAN KELOMPOK JABATAN KELOMPOK JABATAN KELOMPOK JABATAN KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL FUNGSIONAL FUNGSIONAL FUNGSIONAL FUNGSIONAL FUNGSIONAL
a. Pencegahan Korupsi masih menjadi isu utama sejalan dengan arahan Presiden
Republik Indonesia kepada Kabinet Indonesia Maju 2020 - 2024, yaitu “Jangan Korupsi,
ciptakan sistem yang menutup celah terjadinya korupsi”.
b. Arahan Presiden RI pada Pembukaan Rakornas APIP tanggal 15 Juni 2020, meliputi:
1) Langkah yang Cepat, Tepat, Akuntabel untuk pengelolaan Dana Covid-19 dan
Pemulihan Ekonomi Nasional sebesar Rp677,2 triliun.
2) Tata kelolanya harus baik, sasarannya harus tepat, prosedurnya harus sederhana
dan tidak berbelit-belit.
3) Output dan Outcome-nya harus maksimal bagi kehidupan seluruh rakyat Indonesia.
3. Identifikasi Permasalahan
Permasalahan krusial strategi yang dihadapi Inspektorat II khususnya dan Inspektorat
Jenderal Kementerian PUPR pada umumnya pada saat ini adalah:
a. Belum tersedianya SOP Unit Kepatuhan Internal.
b. Unit Organisasi/ Balai/ Satker Direktorat Jenderal Bina Marga maupun Unit Organisasi
lainnya di Lingkungan Kementerian PUPR belum sepenuhnya menerapkan Manajemen
Risiko secara konsisten.
c. Pengawasan belum sepenuhnya menerapkan Pengawasan Berbasis Risiko, sehingga
kurang Sistematis, Efektif dan Efisien.
d. Belum tersedianya sistem informasi pengawasan Terpadu.
Didapatkan bahwa permasalahan krusial strategis yang prioritas harus segera diselesaikan
Inspektorat II adalah “Pengawasan belum sepenuhnya menerapkan Pengawasan
Berbasis Risiko, sehingga kurang Sistematis, Efektif dan Efisien”. Dari keempat
permasalahan diatas diidentifikasi dengan metode Pohon Masalah dan dilanjutkan dengan
metode Pohon Target didapatkan hasil sebagaimana Gambar 2 dan 3 berikut ini.
Pengawasan yang kurang sistematis, efektif dan efisien disebabkan karena belum adanya
instrumen dan kebijakan tentang pedoman pengawasan berbasis risiko. Apabila dikaji lebih
lanjut, dengan adanya kedua hal tersebut, maka akan dapat meningkatkan tingkat
implementasi SPIP dan tingkat kapabilitas bukan hanya Inspektorat II, namun juga
Inspektorat Jenderal secara umum naik dari “level 3 Dengan Catatan” ke “level 4
(Managed)”. Sehingga Inspektorat II maupun Inspektorat Jenderal secara umum akan
mampu berperan optimal dalam memberikan assurance terhadap tata kelola, manajemen
risiko dan pengendalian intern di Kementerian PUPR. Dengan demikian diharapkan akan
dapat dilaksanakan pengawasan secara optimal guna mewujudkan tertib penyelenggaraan
infrastruktur PUPR.
Proyek Perubahan ini dibagi menjadi 3 Tahap, dengan tujuan setiap tahapannya sebagai
berikut:
1. Tujuan Jangka Pendek
Penyusunan Instrumen dan Rancangan Surat Edaran Menteri PUPR tentang Pedoman
Pengawasan Berbasis Risiko di Kementerian PUPR.
2. Tujuan Jangka Menengah
a. Penyusunan SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Intern Berbasis
Risiko di Kementerian PUPR;
b. Sosialisasi SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Risiko
di Kementerian PUPR.
3. Tujuan Jangka Panjang
a. Evaluasi terhadap Implementasi SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan
Intern Berbasis Risiko di Kementerian PUPR.
b. Penyusunan Peraturan Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Intern
Berbasis Risiko di Kementerian PUPR.
A. Jangka Pendek
Penyusunan Rancangan SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Intern Berbasis
Risiko di Kementerian PUPR;
1 Pembentukan Tim Efektif Proyek Perubahan; Agustus, Minggu I 2020
2 Kajian kebutuhan Pedoman Pengawasan Berbasis
September, Minggu I 2020
Risiko di Kementerian PUPR;
3 Penyusunan Draf SE Menteri PUPR; September, Minggu II 2020
4 Validasi Pedoman Pengawasan Berbasis Risiko di
Oktober, Minggu II 2020
Inspektorat Jenderal;
5 Finalisasi dan Diseminasi Draf SE Menteri PUPR. Nopember, Minggu I 2020
B. Jangka Menengah
1 Penyusunan SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Intern Berbasis
Risiko di Kementerian PUPR
a. Diseminasi Draf SE Menteri PUPR kepada Januari s.d. Februari 2021
seluruh stakeholder (Lanjutan);
b. Pengesahan SE Menteri PUPR; Februari, Minggu IV 2021
c. Sosialisasi SE Menteri PUPR. Maret 2021
2 Penerapan SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Intern Berbasis
Risiko di Kementerian PUPR
a. Penyesuaian Program Kerja Pengawasan Januari s.d. Februari 2021
Berbasis Risiko;
b. Pelaksanaan Pengawasan Berbasis Risiko; Maret s.d Desember 2021
c. Evaluasi atas Implementasi Pelaksanaan Oktober s.d Desember 2021
Pengawasan Berbasis Risiko.
C. Jangka Panjang
1 Evaluasi SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Berbasis Risiko di
Kementerian PUPR
Evaluasi Penerapan SE Menteri PUPR. Januari s.d. Maret 2022
2 Penyusunan Peraturan Menteri PUPR Tentang Pedoman Pengawasan Berbasis
Risiko di Kementerian PUPR
a. Penyusunan Draf Peraturan Menteri PUPR; April – Juni 2022
b. Diseminasi Draf Peraturan Menteri PUPR; Juli 2022
c. Pengesahan Peraturan Menteri PUPR; Agustus 2022
d. Sosialisasi Peraturan Menteri PUPR; September 2022
Berdasarkan Tabel 2 diatas, diketahui bahwa Proyek Perubahan ini akan fokus pada
pelaksanaan tahapan jangka Pendek terlebih dahulu, yaitu Penyusunan Rancangan SE
Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Risiko di Kementerian
PUPR.
No. Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Penyusunan SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Intern Berbasis
Risiko di Kementerian PUPR
a. Diseminasi Draft SE
Menteri PUPR kepada
seluruh stakeholder
(Lanjutan);
b. Pengesahan SE Menteri
PUPR;
c. Sosialisasi SE Menteri
PUPR.
2 Evaluasi Penerapan Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Risiko
No. Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
a. Penyesuaian Program
Kerja Pengawasan
Tahunan (PKPT) Berbasis
Risiko (Revisi PKPT
berdasarkan SE Menteri
yang telah ditetapkan);
b. Pelaksanaan Audit
Berbasis Risiko;
c. Evaluasi atas
Implementasi
Pelaksanaan Pengawasan
Berbasis Risiko.
Impact dari Pelaksanaan Proyek Perubahan ini adalah terselenggaranya tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance) di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat sehingga mampu mewujudkan penyelenggaraan insfrastruktur
PUPR yang andal.
E. IDENTIFIKASI STAKEHOLDERS
Pemangku Kepentingan (Stakeholders) pada Proyek Perubahan ini dapat dikelompokkan
kedalam 2 jenis stakeholders, yaitu:
A. Internal Stakeholders adalah semua pihak terkait dengan proyek perubahan yang
berada di dalam lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR, yaitu sebagai
berikut:
1. Inspektur Jenderal Kementerian PUPR;
2. Komite Audit Kementerian PUPR;
3. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama di Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR;
4. Auditor Utama di Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR;
5. Para Kepala Bagian di Sekretariat Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR;
6. Para Auditor di Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR.
B. External Stakeholders adalah semua pihak terkait dengan proyek perubahan yang
berada di luar lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR, yaitu sebagai
berikut:
1. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
UTAMA/ KUNCI
APHATETICS
PROMOTER
STRATEGI
SEKUNDER
DEFENDER
NO STAKEHOLDER
KOMUNIKASI
LATENS
PRIMER
A INTERNAL
F. ANGGARAN
Pembiayaan seluruh pelaksanaan kegiatan dalam proyek perubahan ini bersumber dari
DIPA Satuan Kerja Sekretariat Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Tahun Anggaran 2020.
DES
JAN
FEB
No Kegiatan 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan Rancangan SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Risiko (PIBR) di
Kementerian PUPR
1 Pembentukan Tim Rencana SK Tim
M2 082020
Efektif Proyek Realisasi Efektif
Perubahan 020920
2 Kajian Kebutuhan Rencana Draft
M1 092020
Pedoman PIBR di Realisasi
Instrumen
Kementerian PUPR 04092020 PIBR
3 Penyusunan Draf Rencana Draft Awal
M2 092020
SE Menteri PUPR SE
Realisasi
11092020
4 Validasi Pedoman Rencana Notulensi
M2 102020
PIBR Hasil Validasi
Realisasi
15092020
5 Finalisasi dan Rencana Draft Final
M1 112020
Diseminasi Draf SE Realisasi SE Menteri
Menteri PUPR. 29092020 PUPR
TAHUN 2020 2021
AGS SEP OKT NOP Output
B JANGKA MENENGAH
DES
JAN
FEB
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Kunci
Penyusunan SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Berbasis Risiko di Kementerian PUPR
1 Diseminasi Draft SE Rencana Permohonan
Jan-Feb 2021
kepada seluruh Realisasi Persetujuan
stakeholders 22102020 & Lbr Kendali
(Lanjutan)
2 Pengesahan SE Rencana SE Menteri
Feb 2021
Menteri PUPR Realisasi PUPR
22102020
Tim Efektif Proyek Perubahan yang disusun terdiri atas Pengarah (Inspektur Jenderal),
Project Leader (Nikmatulloh, ST.,MT), Koordinator (Dra. Endah Herawaty, MM) dan 12
orang anggota. Rapat pembentukan Tim Efektif juga menghasilkan Kerangka Acuan
Kegiatan Penyusunan Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Risiko (Lampiran 3).
Masukan yang didapatkan dalam pembahasan draft Surat Edaran Menteri PUPR tentang
Pedoman Pengawasan Berbasis Risiko di Kementerian PUPR, antara lain:
1. Dasar pembentukan dari SE mengacu kepada ketentuan/peraturan Pedoman
Pengawasan Berbasis Risiko, baik peraturan dari BPKP Nomor 6 Tahun 2018 dan
Pedoman Perencanaan Audit Berbasis Risiko Auditor Intern Pemerintah Indonesia
(AAIPI).
2. Ruang lingkup dalam Surat Edaran, harus cukup menjabarkan cakupan/ruang lingkup
dalam Surat Edaran yang diperlukan mencakup didalamnya secara garis besar yaitu
Pembahasan ini menghasilkan Konsep Awal Surat Edaran Menteri PUPR tentang
Pedoman Pengawasan Berbasis Risiko (Lihat Lampiran).
2. Instrumen pedoman pengawasan berbasis risiko yang diadopsi dari Peraturan Badan
Pengawas Keuangan dan Pembangunan Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pedoman
Pengawasan Berbasis Risiko, perlu disederhanakan dan disesuaikan dengan
kebutuhan pimpinan serta kondisi tingkat kematangan SPIP dan manajemen risiko di
unit organisasi Kementerian PUPR. Sehingga pedoman yang disusun sebaiknya dapat
mendukung terwujudnya manajemen risiko dan tata kelola risiko yang efektif,
memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian tujuan, serta memberikan
nilai tambah bagi Kementerian PUPR.
Hasil pembahasan yaitu berupa Draft Final SE Menteri PUPR tentang Pedoman
Pengawasan Intern Berbasis Risiko, dapat dilihat pada Lampiran. Berikut ini diberikan
gambar kerangka Surat Edaran Menteri PUPR tersebut.
MAKSUD TUJUAN
RUANG LINGKUP
1. Definisi;
2. Tanggung Jawab Pimpinan Unit Organisasi dan Inspektorat Jenderal;
3. Perencanaan Pengawasan Intern Berbasis Risiko;
4. Pelaksanaan Pengawasan Individual;
5. Tindak Lanjut Hasil Pengawasan.
PENUTUP
LAMPIRAN
Gambar 14. Kerangka SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Intern Berbasis
Risiko
Kendala lainnya dijumpai dalam validasi pedoman pengawasan intern berbasis risiko.
Dimana terkendala tidak semua unit kerja sudah menerapkan manajemen risiko. Sehingga
dalam validasi, perlu pemahaman yang baik akan manajemen risiko dan informasi
penerapannya di unit organisasi. Sehingga pedoman pengawasan dapat diterapkan
dengan baik, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan organisasi.
2. EVALUASI STAKEHOLDERS
Dengan pendekatan dan strategi komunikasi sebagaimana telah dijelaskan pada Bab 2
Gambar 5 didapatkan peningkatan dukungan sebagaimana Tabel 6 berikut ini.
APHATETICS
DUKUNGAN
DEFENDER
LATENS
STRATEGI
NO STAKEHOLDERS
KOMUNIKASI
A INTERNAL
Semula 15(+-)
4 Auditor Utama Koordinasi, Instruksi
Menjadi 18(++)
5 Auditor Semula 10(+-) Koordinasi, Instruksi
B EKSTERNAL
Semula 18(++)
1 Menteri PUPR Konsultasi, Laporan
Menjadi 20(++)
1. Stakeholders Internal
a. Ir. Widiarto, Sp1 (Inspektur Jenderal)
b. Ir. Fauzi Idris, ME (Inspektur I)
c. Dr. Ir. Maulidya Indah Junica, MSc. (Inspektur III)
d. Dr.Ir. Ignatius Wing Kusbimanto, M.Eng.Sc. (Inspektur IV)
e. Hari Primahadi, S.Sos., M.Ak.,BAE.(Inspektur V)
f. Drs. Sunarto (Auditor Ahli Utama)
g. Dr. Binsar H. Simanjuntak , Ak., MBA., CPMA (Staf Khusus Menteri dan Komite
Audit)
h. Kaeshar Eksa, ST.,M.Eng.(Kabag Program, Perencanaan dan Keuangan –
Sekretariat Inspektorat Jenderal)
i. Aryo Hestuleksono, SH (Kabag Hukum, Kepatuhan Intern dan Komunikasi Publik –
Sekretariat Inspektorat Jenderal)
j. Dodi Suryadi, ST (Kabag Pemantauan Evaluasi Tindak Lanjut Hasil Pengawasan –
Sekretariat Inspektorat Jenderal)
2. Stakeholders Eksternal
a. Dr. Ir. M. Basuki Hadimuljono, M.Sc. (Menteri PUPR)
b. Prof. Dr. Ir. Anita Firmanti Eko Susetyowati, MT. (Sekretaris Jenderal)
c. Ir. Achmad Gani Ghazaly Akman, M.Eng.Sc. (Staf Ahli Bidang Keterpaduan
Pembangunan)
d. Dr. Ir. Hedy Rahadian, M.Sc. (Dirjen Bina Marga)
e. Dr. Ir.Danis Hidayat Sumadilaga, M.Eng.Sc. (Dirjen Cipta Karya)
f. Ir. Khalawi AH.,M.Sc., MM. (Dirjen Perumahan)
g. Tri SasongkoWidianto Dipl.HE. (Dirjen Bina Konstruksi)
h. Ir. Abram Elsajaya Barus, M.Eng.Sc. (Sekretaris Ditjen Bina Marga)
i. Ir.T.Iskandar, MT (Sekretaris Ditjen Cipta Karya)
j. Ir. Charisal Akdian Manu, M.Si. (Sekretaris Ditjen SDA)
k. Ir. Herman Suroyo, MT (Sekretaris BPSDM)
l. Ir. Miftachul Munir, MT. (Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Jalan dan
Jembatan
m. Ir. Subaiha Kipli, MT (Direktur Kepatuhan Intern Ditjen Bina Marga)
n. Nazib Faizal, ST.,M.Sc (Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi)
o. Edi Mulia, AK., M.Si. (Dirwas Akuntabilitas Keuangan Daerah, BPKP)
p. Ir. Isma Yatun, MT. (Anggota IV BPK RI)
q. Suwarto, ST.,MA. (Babinkam Polri)
r. Ir. Hardi Afriansyah, M.Si (Kabid Penyelenggaraan Diklat Pusdiklat PBJ LKPP)
Sangat mendukung.
Peningkatan kapabilitas perlu ditingkatkan
juga untuk 1st dan 2nd defence lines.
Lanjut Terus…
Sangat mendukung.
Proyek Perubahan ini diharapkan
membawa manfaat dan perubahan
terhadap Kementerian PUPR.
Suwarto.
Kabag Babinkam POLRI
Pada jangka pendek, beberapa kendala pelaksanaan proyek perubahan yang diidentifikasi
adalah:
a. Tidak semua stakeholder yang diharapkan aktif dan intensif berpartisipasi dapat hadir
dan terlibat. Dalam pembahasan instrumen maupun draft SE Menteri PUPR, tidak
semua stakeholders bisa hadir karena kesibukan tugas akhir tahun. Namun demikian,
penggunaan media virtual (zoom meeting) sangat membantu dalam pelaksanaan
pembahasan Proyek Perubahan ini. Rapat persiapan, pembahasan maupun
koordinasi dengan stakeholders dapat terlaksana baik dengan penggunaan zoom
meeting maupun media sosial (whatsapp). Meskipun kedalaman substansi dalam
pembahasan kurang dapat dicapai secara optimal.
b. Pemahaman akan konsep Pengawasan Berbasis Risiko yang membedakan dengan
“”pengawasan klasikal” tidak dengan mudah dipahami oleh semua stakeholder,
terutama kelompok Auditor. Konsep ini dinilai merepotkan sehingga perlu dilakukan
pembinaan terlebih dahulu kepada para Auditi dan Unit Organisasi agar menerapkan
manajemen risiko dengan baik. Dibutuhkan sosialisasi yang intensif guna memberikan
persepsi yang sama. Untuk itulah sosialisasi dan koordinasi, yang dibarengi dengan
pemahaman akan tugas pokok dan fungsi perlu dilakukan hingga beberapa kali. Hal
ini juga menjadi penekanan dalam sosialisasi SE Menteri PUPR tentang Pedoman
Pengawasan Intern Berbasis Risiko.
c. Penggunaan teknologi informasi sebagai dasar pengembangan sistem manajemen
perencanaan dan sistem manajemen kinerja bagi sebagian stakeholders masih
terkesan merepotkan.
Untuk mengatasi hal tersebut dalam aplikasi dikembangkan menu pilihan sehingga
tidak perlu lagi melakukan inputing data yang sangat banyak dan secara berulang.
d. Pelaksanaan proyek perubahan ini dilaksanakan dalam batas waktu yang “singkat”,
sehingga instrumen pengawasan yang disusun dalam proyek perubahan masih perlu
dilakukan pengembangan dan penyempurnaan lebih lanjut.
Pada jangka menengah dan jangka panjang, beberapa kendala yang berpotensi terjadi
antara lain:
Tahapan
No. Kendala Strategi/ Tindak Lanjut
Kegiatan
1 Pembentukan Tim • Adanya kepadatan jadwal • Komunikasi intensif secara luring dan
Efektif Proyek Auditor dan Pembatasan Sosial daring membentuk dan menggerakkan
Perubahan. Berskala Besar (PSBB). Tim Efektif melibatkan pimpinan dan
staf.
• Menyusun rencana kerja dan
pendelegasian pembagian tugas kepada
staf.
• Menggerakkan Tim Efektif untuk mampu
mempengaruhi dan menggerakkan
stakeholders agar mendukung
pelaksanaan Proyek Perubahan.
2 Kajian kebutuhan • Kebijakan penerapan PSBB, • Pembahasan dilaksanakan secara luring
Pedoman serta WFH dan WFO. dan daring.
Pengawasan • Belum ada data penerapan • Proaktif berkomunikasi dengan seluruh
Berbasis Risiko di Manajemen Risiko (MR) di Unor untuk identifikasi penerapan MR
Kementerian Unor • Berinisiatif menyusun draft instrumen
PUPR. • Belum ada instrumen pengawasan
pengawasan berbasis risiko
3 Penyusunan Draf • Kebijakan penerapan PSBB, • Pembahasan dilaksanakan secara luring
SE Menteri serta WFH dan WFO. dan daring.
PUPR. • Belum ada contoh Pedoman • Berinisiatif Menyusun Draft SE tentang
PIBR sebelumnya. Pedoman PIBR berkoordinasi dengan
stakeholders.
4 Validasi Pedoman • Kebijakan penerapan PSBB, • Dilakukan identifikasi unit kerja yang
Pengawasan serta WFH dan WFO. sudah menerapkan MR dengan
Intern Berbasis • Tidak semua unit kerja sudah berkomunikasi intensif luring dan daring.
Risiko (PIBR) di menerapkan Manajemen Risiko • Dilakukan pembahasan secara tatap
Inspektorat (MR). muka maupun pengiriman draft SE
Jenderal. • Cakupan responden yang kepada Unor untuk divalidasi.
cukup luas.
5 Finalisasi dan • Kebijakan penerapan PSBB, • Pembahasan intensif dilaksanakan
Diseminasi Draf serta WFH dan WFO. secara luring dan daring, serta
SE Menteri • Cakupan stakeholders cukup pengiriman Draft SE kepada
PUPR. luas. stakeholders terkait.
6 Diseminasi Draf • Kebijakan penerapan PSBB, • Pembahasan intensif kepada seluruh
SE kepada serta WFH dan WFO stakeholders dilaksanakan secara luring
seluruh • Cakupan stakeholders cukup dan daring, serta pengiriman Draft SE
stakeholder luas. kepada stakeholders terkait.
(Lanjutan).
7 Pengesahan SE • Kesibukan Pimpinan dan • Proaktif melaporkan progress
Menteri PUPR. kesibukan masing-masing Tim penyusunan dan selalu mengingatkan
Efektif. pimpinan, serta jeli melihat peluang
pemanfaatan waktu seoptimal mungkin.
A. SIMPULAN
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil Proyek Perubahan ini sebagai berikut:
1. Tantangan utama yang dihadapi Inspektorat II khususnya dan Inspektorat Jenderal
Kementerian PUPR pada umumnya, adalah adanya keterbatasan sumber daya audit
dalam pelaksanaan pengawasan secara efektif dan efisien, yang seiring dengan beban
kerja yang semakin meningkat. Keterbatasan ini menyebabkan Inspektorat Jenderal
harus dapat menetapkan alokasi sumber daya dengan memfokuskan pengawasan
pada hal-hal yang memiliki risiko signifikan dan berkaitan erat dengan pencapaian
tujuan organisasi. Untuk itu, pengawasan intern berbasis risiko merupakan pendekatan
terbaik yang dapat digunakan.
2. Tingkat Kapabilitas Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR dinilai melalui IACM
(Internal Audit Capability Model) Level, yang pada Tahun 2019 berdasarkan Quality
Assurance BPKP dinyatakan berada pada “Level 3 Dengan Catatan”. Dalam rangka
mencapai IACM Level 3 Penuh, Inspektorat Jenderal diharapkan dapat merencanakan
dan melaksanakan pengawasan berbasis risiko berdasarkan peta risiko dan hasil risk
assessment dari unit yang diawasinya. Sesuai dengan rekomendasi BPKP pada hasil
Quality Assurance, Inspektorat Jenderal antara lain diharapkan dapat menyusun dan
mengimplementasikan Pedoman Pengawasan Berbasis Risiko, serta memfasilitasi
seluruh unit kerja/ satuan kerja agar menerapkan manajemen risiko.
3. Proyek Perubahan ini bermaksud meningkatkan Kapabilitas Pengawasan Intern
melalui Implementasi Pengawasan Berbasis Risiko, dengan hasil akhir tersusunnya
Pedoman Pengawasan Berbasis Risiko di Kementerian PUPR.
4. Manfaat Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Risiko bagi Kementerian PUPR antara
lain memberikan keyakinan yang memadai kepada Pimpinan bahwa pelaksanaan
pekerjaan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi telah dilaksanakan secara
akuntabel, taat terhadap peraturan, ekonomis, efektif dan efisien, serta mendorong
peningkatan efektivitas penerapan Manajemen Risiko dan meningkatkan kepercayaan
masyarakat atas pengendalian dan pengawasan pemanfaatan keuangan negara di
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
5. Pada pelaksanaan Proyek Perubahan tahap Jangka Pendek (Agustus-November
2020) telah dihasilkan output antara lain: (1) tersedianya instrumen pengawasan
berbasis risiko; (2) tersedianya Draft Surat Edaran Menteri PUPR tentang Pedoman
Pengawasan Intern Berbasis Risiko; (3) terlaksananya uji coba penerapan pedoman
pengawasan berbasis risiko; serta (4) tersedianya Surat Edaran Menteri PUPR tentang
Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Risiko. Produk kebijakan yang dihasilkan lebih
cepat dari rencana yang telah ditetapkan. Pencapaian tersebut merupakan bukti nyata
dukungan dari segenap pimpinan dan jajaran di Kementerian PUPR dalam
mewujudkan peningkatan kapabilitas Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR demi
terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).
Erdianthy, Daissy, dkk. 2014. Modul Diklat Penjenjangan Auditor Madya: Perencanaan
Penugasan Audit Intern. Bogor: Pusdiklat Pengawasan BPKP
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 25/PRT/M/2017 tentang
Pedoman Umum Pengawasan Intern di Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 20/PRT/M/2018 tentang
Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Di Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 13 Tahun 2020 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 16 Tahun 2020 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 24 Tahun 2020 tentang
Pembentukan dan Evaluasi Produk Hukum di Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat