Anda di halaman 1dari 56

PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TK.

II
BALAI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PUPR WILAYAH IV BANDUNG
PUSAT PENGEMBANGAN KOMPETENSI MANAJEMEN
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

LAPORAN LABORATORIUM KEPEMIMPINAN

JUDUL
STRATEGI PENINGKATAN KAPABILITAS
INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PUPR
MELALUI PENGAWASAN BERBASIS RISIKO

DISUSUN OLEH :
NAMA : NIKMATULLOH
NDH : 22

BALAI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PUPR WILAYAH IV BANDUNG


PUSAT PENGEMBANGAN KOMPETENSI MANAJEMEN
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
2020
PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TK. II
BALAI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PUPR WILAYAH IV BANDUNG
PUSAT PENGEMBANGAN KOMPETENSI MANAJEMEN
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN LABORATORIUM KEPEMIMPINAN

STRATEGI PENINGKATAN KAPABILITAS


INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PUPR
MELALUI PENGAWASAN BERBASIS RISIKO

Disusun oleh :
Nikmatulloh
NDH : 22

DISEMINARKAN PADA :

HARI : Senin
TANGGAL : 9 November 2020

MENTOR COACH KEPALA BAPEKOM PUPR


WIL. IV BANDUNG

( Ir. Widiarto, Sp.1 ) ( Ir. Lolly Martina Martief, M.T. ) ( Hasto A. Sapoetro, S.ST., M.T. )
NIP. 196009281988111001 NIP. 196001101988032001 NIP. 196307211992031003

KEPALA PUSAT PENGEMBANGAN KOMPETENSI MANAJEMEN


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

( Ir. Moeh. Adam, M.M. )


NIP. 196503031992031002
disusun oleh : Nikmatulloh ii
DAFTAR ISI

COVER
Lembar Pengesahan Laporan Proyek Perubahan
Kata Pengantar i
Abstrak ii
Daftar Isi iii
Daftar Tabel iv
Daftar Gambar iv
Daftar Lampiran v

BAB 1. PENDAHULUAN 01
A LATAR BELAKANG 01
1. Profil Unit Organisasi 01
2. Visi dan Misi 01
3. Tugas dan Fungsi 02
B AREA PROYEK PERUBAHAN 02
1. Isu Strategis 02
2. Kondisi Saat Ini 04
3. Identifikasi Permasalahan 04
4. Kondisi yang Diharapkan 06
C TUJUAN PROYEK PERUBAHAN 07
D MANFAAT PROYEK PERUBAHAN 07
E RUANG LINGKUP PROYEK PERUBAHAN 08

BAB 2. RANCANGAN PROYEK PERUBAHAN 11


A PENTAHAPAN (MILESTONE) KEGIATAN 11
B JADWAL PROYEK PERUBAHAN 12
C INDIKATOR KEBERHASILAN PROYEK PERUBAHAN 14
D TATA KELOLA PROYEK PERUBAHAN 14
E IDENTIFIKASI STAKEHOLDERS 15
F ANGGARAN 17
G FAKTOR PENDUKUNG KEBERHASILAN 18

BAB 3. DESKRIPSI DAN ANALISIS PELAKSANAAN PROYEK 20


PERUBAHAN
A Pelaksanaan dan Capaian Milestone 20
B Pembentukan Tim Efektif Proyek Perubahan 21
C Kebutuhan Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Risiko 22
D Penyusunan Konsep SE Menteri PUPR tentang Pedoman 23
Pengawasan Intern Berbasis Risiko
E Validasi Pedoman Pengawasan Berbasis Risiko 24
F Finalisasi SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Intern 26
Berbasis Risiko
G Evaluasi Pelaksanaan Proyek Perubahan 30
1. Evaluasi Tahapan Pelaksanaan 30
2. Evaluasi Stakeholders 30
3. Dukungan dan Testimoni 33
4. Analisis Kendala dan Tindak Lanjut 39

disusun oleh : Nikmatulloh iii


BAB 4. PENUTUP 42
A SIMPULAN 42
B SARAN 43

DAFTAR PUSTAKA 44
BUKU LAMPIRAN 45

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Analisis Masalah dengan Metode USG 05


Tabel 2 Tahapan Kegiatan 11
Tabel 3 Jadwal Pelaksanaan 12
Tabel 4 Identifikasi Stakeholders 16
Tabel 5 Pelaksanaan dan Capaian Proyek Perubahan 20
Tabel 6 Peningkatan Dukungan Stakeholders 30
Tabel 7 Dukungan dari Para Pemangku Kepentingan 34
Tabel 8 Kendala dan Strategi Penanganan 40

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Struktur Organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR 01
Gambar 2 Pohon Masalah 05
Gambar 3 Pohon Target 06
Gambar 4 Tata Kelola Proyek Perubahan 15
Gambar 5 Maping Stakeholders dan Strategi Komunikasi 17
Gambar 6 Rapat Pembentukan Tim Efektif Proyek Perubahan 21
Gambar 7 Pembahasan Kebutuhan SE Menteri PUPR tentang Pedoman 22
Pengawasan Intern Berbasis Risiko
Gambar 8 Pembahasan Penyusunan Konsep SE Menteri PUPR tentang 24
Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Risiko
Gambar 9 Validasi Perencanaan Pengawasan Intern Berbasis Risiko 25
Gambar 10 Validasi Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Risiko 26
Gambar 11 Konsep Pengawasan Berbasis Risiko di Kementerian PUPR 27
Gambar 12 Finalisasi SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan 28
Intern Berbasis Risiko di Kementerian PUPR
Gambar 13 Surat Permohonan Persetujuan (Lembar Kendali) 28
Gambar 14 Kerangka SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan 29
Intern Berbasis Risiko
Gambar 15 Dukungan dan Pengarahan dari Mentor (Inspektur Jenderal) 31
Gambar 16 Penjelasan kepada Stakeholders 32
Gambar 17 Perubahan Kuadran Dukungan Stakeholders 32

disusun oleh : Nikmatulloh iv


Daftar LAMPIRAN
TANGGAL
NO. DOKUMEN/ BUKTI KEGIATAN PELAKSANAAN
HAL
1 Keputusan Inspektur Jenderal No. 30/KPTS/IJ/2020 31 Ags 2020 01
Tanggal 31 Agustus 2020 tentang Perubahan atas
Keputusan Inspektur Jenderal No.08/KPTS/IJ/2020
tentang Pembentukan Tim Pelaksana Kegiatan
Penyusunan Produk Hukum Bidang Pengawasan di
Lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR
2 Surat Keputusan Inspektur II Inspektorat Jenderal 2 Sep 2020 08
Kementerian PUPR No. 18/KPTS/Ib/2020 tanggal 2
September 2020 tentang Pembentukan Tim Efektif
Proyek Perubahan Strategi Peningkatan Kapabilitas
Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR melalui
Pengawasan Berbasis Risiko
3 KAK Penyusunan Pedoman Pengawasan Intern 2 Sep 2020 11
Berbasis Risiko
4 Dukungan Proyek Perubahan Ags-Okt 15
Stakeholders Internal 2020
1) Ir. Widiarto, Sp1 (Inspektur Jenderal)
2) Ir. Fauzi Idris, ME (Inspektur I)
3) Dr. Ir. Maulidya Indah Junica, MSc. (Inspektur III)
4) Dr.Ir. Ignatius Wing Kusbimanto, M.Eng.Sc.
(Inspektur IV)
5) Hari Primahadi, S.Sos., M.Ak.,BAE.(Inspektur V)
6) Drs. Sunarto (Auditor Ahli Utama)
7) Dr. Binsar H. Simanjuntak , Ak., MBA., CPMA
(Staf Khusus Menteri dan Komite Audit)
8) Kaeshar Eksa, ST.,M.Eng.(Kabag Program,
Perencanaan dan Keuangan – Sekretariat
Inspektorat Jenderal)
9) Aryo Hestuleksono, SH (Kabag Hukum,
Kepatuhan Intern dan Komunikasi Publik -
Sekretariat Inspektorat Jenderal)
10) Dodi Suryadi, ST (Kabag Pemantauan Evaluasi
Tindak Lanjut Hasil Pengawasan - Sekretariat
Inspektorat Jenderal)
Stakeholders Eksternal
1) Dr. Ir. M. Basuki Hadimuljono, M.Sc (Menteri
PUPR)
2) Prof. Dr. Ir. Anita Firmanti Eko Susetyowati, MT.
(Sekretaris Jenderal)
3) R. Achmad Gani Ghazaly Akman,M Eng.Sc.
(Staf Ahli Bidang Keterpaduan Pembangunan)
4) Dr. Ir. Hedy Rahadian, M.Sc. (Dirjen Bina Marga)
5) Dr. Ir.Danis Hidayat Sumadilaga, M.Eng.Sc.
(Dirjen Cipta Karya)
6) Ir. Khalawi AH.,M.Sc., MM. (Dirjen Perumahan)
7) Tri SasongkoWidianto Dipl.HE. (Dirjen Bina
Konstruksi)

disusun oleh : Nikmatulloh v


8) Ir. Abram Elsajaya Barus, M.Eng.Sc. (Sekretaris
Ditjen Bina Marga)
9) Ir.T.Iskandar, MT (Sekretaris Ditjen Cipta Karya)
10) Ir. Charisal Akdian Manu, M.Si. (Sekretaris Ditjen
SDA)
11) Ir. Herman Suroyo, MT (Sekretaris BPSDM)
12) Ir. Miftachul Munir, MT. (Direktur Sistem dan
Strategi Penyelenggaraan Jalan dan Jembatan
13) Ir. Subaiha Kipli, MT (Direktur Kepatuhan Intern
Ditjen Bina Marga)
14) Nazib Faizal, ST.,M.Sc (Kepala Pusat Data dan
Teknologi Informasi)
15) Edi Mulia, AK., M.Si. (Dirwas Akuntabilitas
Keuangan Daerah, BPKP)
16) Ir. Isma Yatun, MT. (Anggota IV BPK RI)
17) Suwarto, ST.,MA. (Babinkam Polri)
18) Ir. Hardi Afriansyah, M.Si (Kabid
Penyelenggaraan Diklat Pusdiklat PBJ LKPP)
5 Rapat Pembentukan Tim Efektif Penyusunan Pedoman 2 Sep 2020 30
Pengawasan Berbasis Risiko di Kementerian PUPR
a Surat Undangan tertanggal 1 September 2020
b Notulensi
c Daftar Hadir
d Foto Dokumentasi
6 Rapat Pembahasan Kebutuhan Pedoman Pengawasan 04 Sep 2020 36
Berbasis Risiko di Kementerian PUPR
a Surat Undangan tertanggal 2 September 2020
b Notulensi
c Daftar Hadir
d Foto Dokumentasi
7 Pembahasan Penyusunan Konsep SE Menteri PUPR 11 Sep 2020 41
tentang Pedoman Pengawasan Berbasis Risiko di
Kementerian PUPR
a Surat Undangan tertanggal 7 September 2020
b Notulensi
c Daftar Hadir
d Foto Dokumentasi
8 Pelaksanaan Validasi Pedoman Pengawasan Berbasis 15 Sep 2020 46
Risiko di Kementerian PUPR
a Surat Undangan tertanggal 11 September 2020
b Notulensi
c Daftar Hadir
d Foto Dokumentasi
9 Finalisasi dan Diseminasi SE Menteri PUPR tentang 29 Sep 2020 51
Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Risiko di
Kementerian PUPR
a Surat Undangan tertanggal 28 September 2020
b Notulensi
c Daftar Hadir
d Foto Dokumentasi
10 Diseminasi Lanjutan/ Surat Permohonan Persetujuan 22/10/2020 56
(Lembar Kendali) Konsep SE Menteri PUPR tentang
Pedoman Pengawasan Berbasis Risiko di Kementerian
PUPR

disusun oleh : Nikmatulloh vi


11 Konsep Awal SE Menteri PUPR tentang Pedoman 11/09/2020 60
Pengawasan Intern Berbasis Risiko
12 Konsep Awal Instrumen Pengawasan Intern Berbasis 04/09/2020 63
Risiko (Lampiran Draft Awal SE Menteri PUPR tentang
Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Risiko)
13 SE Menteri PUPR No. 24/SE/M/2020 tentang Pedoman 27/10/2020 121
Pengawasan Intern Berbasis Risiko di Kementerian
PUPR

disusun oleh : Nikmatulloh vii


PENDAHULUAN 1

disusun oleh : Nikmatulloh i


BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. Profil Unit Organisasi

Struktur Organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR sebagaimana ditampilkan


pada Gambar 1 berikut ini.

INSPEKTORAT
JENDERAL

SEKRETARIAT
INSPEKTORAT JENDERAL

BAGI AN
BAGI AN
BAGI AN PEMANTAUAN DAN
HUKUM, KEPATUHAN BAGI AN KELOMPOK JABATAN
PROGRAM PERENCANAAN EVALUASI TINDAK LANJUT
INTERN, KEPEG AWAI AN DAN UMUM FUNGSIONAL
DAN KEUANGAN HASIL
DAN KOMUNIKASI PUBLIK
PENG AWASAN

INSPEKTORAT I INSPEKTORAT II INSPEKTORAT III INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT V INSPEKTORAT VI

SUBBAG SUBBAG SUBBAG SUBBAG SUBBAG SUBBAG


TATA TATA TATA TATA TATA TATA
USAHA USAHA USAHA USAHA USAHA USAHA

KELOMPOK JABATAN KELOMPOK JABATAN KELOMPOK JABATAN KELOMPOK JABATAN KELOMPOK JABATAN KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL FUNGSIONAL FUNGSIONAL FUNGSIONAL FUNGSIONAL FUNGSIONAL

Gambar 1. Struktur Organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR

2. Visi dan Misi


Visi Kementerian PUPR yaitu “Terwujudnya Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat yang handal dalam mendukung Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan
Berkepribadian Gotong Royong”. Visi tersebut merupakan penjabaran dari Visi Presiden
yaitu “Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong Royong”. Untuk mendukung Visi Kementerian PUPR, Inspektorat
Jenderal mempunyai visi yaitu “Aparat Pengawas Intern yang terpercaya”. Sebagai upaya
mewujudkan visi tersebut, Inspektorat Jenderal mengemban misi sebagai berikut:
a. Meminimalkan penyimpangan dan praktek-praktek KKN serta Gratifikasi;
b. Mengawal pelaksanaan pembangunan dan mengayomi pelaksana yang sudah
melaksanakan tugas sesuai dengan perundang-undangan;
c. Mengembangkan manajemen pengawasan berbasis manajemen risiko yang
profesional, transparan dan akuntabel;
d. Melaksanakan pengawasan intern yang efektif, efisien dan ekonomis sesuai kode etik
auditor dan standar audit.

disusun oleh : Nikmatulloh 1


3. Tugas dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 13 Tahun
2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR, Inspektorat Jenderal
mempunyai tugas menyelenggarakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian.
Dalam melaksanakan tugas di atas, Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern di lingkungan Kementerian;
b. pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian terhadap kinerja dan
keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan
lainnya;
c. pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri;
d. penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian;
e. pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal; dan
f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Adapun Inspektorat II mempunyai tugas melaksanakan pengawasan terhadap


penyelenggaraan pembangunan pekerjaan umum dan perumahan rakyat pada Direktorat
Jenderal Bina Marga.
Dalam melaksanakan tugas di atas, Inspektorat II menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan rancangan norma, standar, prosedur dan kriteria pengawasan;
b. penyusunan dokumen perencanaan dan program kerja;
c. pelaksanaan kegiatan pengawasan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan
pengawasan lainnya termasuk pengawasan wajib;
d. pemantauan dan pengendalian tindak lanjut hasil pengawasan atau pemeriksaan
pengawas fungsional, serta koordinasi pengawasan dengan penegak hukum dan
instansi lain terkait;
e. pengawasan penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah;
f. pelaporan kinerja dan pengawasan; dan
g. pelaksanaan urusan tata usaha.

B. AREA PROYEK PERUBAHAN


1. Isu Strategis
Isu strategis terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsi Inspektorat II Inspektorat
Jenderal pada saat ini yaitu:

a. Pencegahan Korupsi masih menjadi isu utama sejalan dengan arahan Presiden
Republik Indonesia kepada Kabinet Indonesia Maju 2020 - 2024, yaitu “Jangan Korupsi,
ciptakan sistem yang menutup celah terjadinya korupsi”.
b. Arahan Presiden RI pada Pembukaan Rakornas APIP tanggal 15 Juni 2020, meliputi:
1) Langkah yang Cepat, Tepat, Akuntabel untuk pengelolaan Dana Covid-19 dan
Pemulihan Ekonomi Nasional sebesar Rp677,2 triliun.
2) Tata kelolanya harus baik, sasarannya harus tepat, prosedurnya harus sederhana
dan tidak berbelit-belit.
3) Output dan Outcome-nya harus maksimal bagi kehidupan seluruh rakyat Indonesia.

disusun oleh : Nikmatulloh 2


4) Aspek pencegahan harus lebih dikedepankan. Harus lebih proaktif, jangan
menunggu sampai terjadinya masalah. Kalau ada potensi masalah, segera
ingatkan, jangan sampai pejabat dan aparat pemerintah dibiarkan terperosok,
bangun sistem peringatan dini (early warning system), perkuat tata kelola yang baik,
yang transparan, yang akuntabel.
5) Pemerintah tidak main-main dalam soal akuntabilitas. Pencegahan harus
diutamakan, tata kelola yang baik harus didahulukan. Tetapi kalau ada yang masih
membandel, kalau ada niat untuk korupsi, ada mens rea, maka silakan digigit
dengan keras. Uang negara harus diselamatkan, kepercayaan rakyat harus terus
dijaga.
6) BPKP, Inspektorat, dan juga LKPP adalah aparat internal pemerintah, harus Fokus
ke Pencegahan dan Perbaikan Tata Kelola.
c. Sejalan dengan arahan Presiden, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) telah menetapkan 9 Strategi Pencegahan Penyimpangan (Fraud) PBJ di
Kementerian PUPR, yaitu:
1) Reorganisasi Struktur Organisasi ULP dan Pokja PBJ;
2) Perkuatan Sumber Daya Manusia;
3) Perbaikan mekanisme penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS);
4) Pembinaan Penyedia Jasa (Kontraktor dan Konsultan);
5) Pemeriksaan hasil pekerjaan (system delivery) yang melibatkan BPKP;
6) Penerapan Manajemen Risiko di Unit Organisasi, Balai dan Satuan Kerja;
7) Pembentukan Unit Kepatuhan Internal (UKI) pada Unor dan Balai sebagai Second
Line of Defense;
8) Pembentukan Inspektorat Bidang Investigasi (IBI) dan Penguatan Kapasitas Auditor
Itjen;
9) Continous Monitoring atas perangkat pencegahan kecurangan dengan IT Based
(PUPR 4.0).
d. Dalam rangka mewujudkan upaya peningkatan pengendalian intern telah dilakukan
penataan organisasi untuk menyesuaikan tantangan yang sedang dan akan dihadapi
Kementerian PUPR. Reorganisasi tersebut diatur melalui Peraturan Menteri PUPR
Nomor 13 Tahun 2020 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR.
Beberapa perubahan mendasar dalam Peraturan Menteri PUPR ini adalah:
1) Pembentukan Unit Kepatuhan Intern pada setiap Unit Organisasi, yang bertugas
melakukan pembinaan dan pemantauan penerapan manajemen risiko di Unit
Organisasinya;
2) Perubahan organisasi Inspektorat Jenderal dari pola pengawasan berbasis
kewilayahan menjadi pola pengawasan berbasis bidang. Dengan demikian
Inspektorat Jenderal dapat meningkatkan perannya sebagai pemberi assurance
bagi setiap sektor di Kementerian PUPR;
e. Alokasi Anggaran Kementerian PUPR setiap tahun meningkat cukup signifikan. Salah
satu tantangan yang dihadapi Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR selaku Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) Kementerian PUPR adalah keterbatasan
Sumber Daya Auditor, sehingga dibutuhkan metoda pengawasan intern yang tepat dan
berbasis risiko.

disusun oleh : Nikmatulloh 3


2. Kondisi Saat Ini
Kondisi lingkungan strategis pada saat ini terkait Inspektorat II sebagai berikut:
a. Tingkat Implementasi SPIP di Kementerian PUPR pada Tahun 2018 telah mencapai
Level 3 (terdefinisi). Meskipun telah mencapai target RPJMN 2015-2019, dengan skor
yang dicapai 3,052 dapat diartikan bahwa untuk mempertahankan dan/atau
meningkatkan Level SPIP ini masih diperlukan pembenahan dalam pengendalian
intern, diantaranya adalah penerapan Manajemen Risiko secara konsisten pada
semua tingkat Unit Organisasi di Kementerian PUPR.
b. Kebutuhan pembenahan tersebut diatas sejalan dengan capaian Tingkat Kapabilitas
Inspektorat Jenderal dinilai melalui IACM (Internal Audit Capability Model) Level, yang
pada Tahun 2019 berdasarkan Quality Assurance BPKP dinyatakan berada pada
“Level 3 Dengan Catatan”. Catatan Hasil Quality Assurance BPKP antara lain:
1) Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR belum melakukan mapping secara
berkala atas kompetensi Auditor untuk seluruh jenis kegiatan pengawasan;
2) Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR belum mengimplementasikan
Pengawasan Berbasis Risiko;
3) Tim Manajemen Pengawasan (Komite Audit dan Sekretariat) yang dibentuk untuk
mengevaluasi kegiatan Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR, belum memiliki
Pedoman Pengawasan/SOP Pengawasan dan Program Kerja.
c. Salah satu penyebab capaian IACM Level tersebut tidak dapat mencapai Level 3
Penuh adalah perencanaan dan pelaksanaan pengawasan intern oleh Inspektorat
Jenderal masih menggunakan faktor risiko berdasarkan asesmen oleh Inspektorat
Jenderal terhadap unit yang diawasi,
d. Dalam rangka mencapai IACM Level 3 Penuh Inspektorat Jenderal diharapkan telah
dapat merencanakan dan melaksanakan pengawasan berbasis risiko berdasarkan
peta risiko dan hasil risk assessment dari unit yang diawasinya. Sesuai rekomendasi
BPKP pada hasil Quality Assurance, Inspektorat Jenderal agar melakukan:
1) Menyusun dan mengimplementasikan Pedoman Pengawasan Berbasis Risiko;
2) Memfasilitasi seluruh unit kerja/satuan kerja menerapkan manajemen risiko.

3. Identifikasi Permasalahan
Permasalahan krusial strategi yang dihadapi Inspektorat II khususnya dan Inspektorat
Jenderal Kementerian PUPR pada umumnya pada saat ini adalah:
a. Belum tersedianya SOP Unit Kepatuhan Internal.
b. Unit Organisasi/ Balai/ Satker Direktorat Jenderal Bina Marga maupun Unit Organisasi
lainnya di Lingkungan Kementerian PUPR belum sepenuhnya menerapkan Manajemen
Risiko secara konsisten.
c. Pengawasan belum sepenuhnya menerapkan Pengawasan Berbasis Risiko, sehingga
kurang Sistematis, Efektif dan Efisien.
d. Belum tersedianya sistem informasi pengawasan Terpadu.

Dari 4 permasalahan tersebut, dilakukan analisis prioritas penanganan dengan metoda


USG, didapatkan hasil sebagai berikut:

disusun oleh : Nikmatulloh 4


Tabel 1. Analisis Masalah dengan Metode USG

No Masalah U S G Total Prioritas

1 Belum tersedianya SOP Unit Kepatuhan 4 4 4 12 4


Internal (UKI)
2 Unit Organisasi/ Balai/ Satker Direktorat 5 4 4 13 3
Jenderal Bina Marga maupun Unor
Lainnya di Kementerian PUPR belum
sepenuhnya menerapkan Manajemen
Risiko secara konsisten
3 Pengawasan belum sepenuhnya 5 5 5 15 1
menerapkan Pengawasan Berbasis
Risiko, sehingga kurang Sistematis,
Efektif dan Efisien
4 Belum tersedianya Sistem Informasi 5 5 4 14 2
Pengawasan Terpadu
Keterangan: U = Urgency; S = Seriousness; G = Growth; Skala penilaian 1 s.d. 5

Didapatkan bahwa permasalahan krusial strategis yang prioritas harus segera diselesaikan
Inspektorat II adalah “Pengawasan belum sepenuhnya menerapkan Pengawasan
Berbasis Risiko, sehingga kurang Sistematis, Efektif dan Efisien”. Dari keempat
permasalahan diatas diidentifikasi dengan metode Pohon Masalah dan dilanjutkan dengan
metode Pohon Target didapatkan hasil sebagaimana Gambar 2 dan 3 berikut ini.

Gambar 2. Pohon Masalah

disusun oleh : Nikmatulloh 5


Gambar 3. Pohon Target

Pengawasan yang kurang sistematis, efektif dan efisien disebabkan karena belum adanya
instrumen dan kebijakan tentang pedoman pengawasan berbasis risiko. Apabila dikaji lebih
lanjut, dengan adanya kedua hal tersebut, maka akan dapat meningkatkan tingkat
implementasi SPIP dan tingkat kapabilitas bukan hanya Inspektorat II, namun juga
Inspektorat Jenderal secara umum naik dari “level 3 Dengan Catatan” ke “level 4
(Managed)”. Sehingga Inspektorat II maupun Inspektorat Jenderal secara umum akan
mampu berperan optimal dalam memberikan assurance terhadap tata kelola, manajemen
risiko dan pengendalian intern di Kementerian PUPR. Dengan demikian diharapkan akan
dapat dilaksanakan pengawasan secara optimal guna mewujudkan tertib penyelenggaraan
infrastruktur PUPR.

4. Kondisi yang Diharapkan


Berdasarkan kondisi pada saat ini, serta rencana strategi penanganan masalah yang
akan dilakukan, maka didapatkan kondisi yang diharapkan sebagai berikut:
a. Kementerian PUPR mencapai tingkat maturitas implementasi SPIP Level 4, dengan
indikator:
1) Seluruh Unit Organisasi, Balai dan Satuan Kerja di Kementerian PUPR sebagai 1st
Line of Defense menerapkan manajemen risiko yang terintegrasi dalam proses bisnis
secara konsisten.
2) Unit Kepatuhan Internal (UKI) sebagai 2nd Line of Defense berperan optimal dalam
pembinaan dan pemantauan implementasi manajemen risiko unit organisasi.
b. Inspektorat Jenderal sebagai 3rd Line of Defense mencapai tingkat kapabilitas APIP
Level 3 penuh dan/atau Level 4 Dengan Catatan, dengan indikator:
1) Implementasi Pengawasan Intern Berbasis Risiko.
2) Berperan optimal dalam assurance terhadap tata kelola, manajemen risiko dan
pengendalian intern di Kementerian PUPR.

disusun oleh : Nikmatulloh 6


c. Pelaksanaan Pengawasan oleh Inspektorat Jenderal telah Berbasis Risiko, dengan
tersedianya instrumen dan kebijakan pengawasan berbasis risiko.
d. Seluruh Unit Organisasi, Balai dan Satuan Kerja di Kementerian PUPR menerapkan
manajemen risiko yang terintegrasi dalam proses bisnis secara konsisten.

C. TUJUAN PROYEK PERUBAHAN


Tujuan proyek perubahan ini secara umum adalah untuk meningkatkan Kapabilitas
Pengawasan Intern melalui Implementasi Pengawasan Berbasis Risiko, dengan hasil akhir
tersusunnya Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Risiko di Kementerian PUPR.

Proyek Perubahan ini dibagi menjadi 3 Tahap, dengan tujuan setiap tahapannya sebagai
berikut:
1. Tujuan Jangka Pendek
Penyusunan Instrumen dan Rancangan Surat Edaran Menteri PUPR tentang Pedoman
Pengawasan Berbasis Risiko di Kementerian PUPR.
2. Tujuan Jangka Menengah
a. Penyusunan SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Intern Berbasis
Risiko di Kementerian PUPR;
b. Sosialisasi SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Risiko
di Kementerian PUPR.
3. Tujuan Jangka Panjang
a. Evaluasi terhadap Implementasi SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan
Intern Berbasis Risiko di Kementerian PUPR.
b. Penyusunan Peraturan Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Intern
Berbasis Risiko di Kementerian PUPR.

D. MANFAAT PROYEK PERUBAHAN


Manfaat Proyek Perubahan ini, sebagai berikut:

A. Manfaat Implementasi Pengawasan Berbasis Risiko bagi Inspektorat II pada


khususnya dan Inspektorat Jenderal pada umumnya (Third Line of Defence)
1. Penyusunan dan pemutakhiran Program Kerja Pengawasan Tahunan Inspektorat
Jenderal berbasis risiko;
2. Memberikan panduan dalam ruang lingkup dan prioritas pengawasan oleh
Inspektorat Jenderal dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai dalam
pencapaian tujuan Kementerian PUPR;
3. Pengalokasian sumber daya pengawasan yang terbatas dengan cara yang paling
efektif;
4. Peningkatan kinerja pengawasan baik Inspektorat II maupun Inspektorat Jenderal
Kementerian PUPR melalui proses pengawasan yang sistematis, efektif dan
efisien;
5. Memberikan panduan evaluasi atas implementasi Manajemen Risiko yang
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga maupun Unit Organisasi lainnya
dan jajarannya;
6. Peningkatan Kapabilitas Inspektorat II pada khususnya dan Inspektorat Jenderal
pada umumnya;

disusun oleh : Nikmatulloh 7


7. Merupakan penyempurnaan dari sistem pengawasan sebelumnya, yang lebih
menekankan pengawasan pada pengendalian intern semata serta melaporkan
kecukupan dan efektivitas dari pengendalian intern saja.

B. Manfaat Implementasi Pengawasan Berbasis Risiko bagi Kementerian PUPR


1. Memberikan keyakinan yang memadai kepada Pimpinan Kementerian PUPR
bahwa pelaksanaan pekerjaan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi telah
dilaksanakan secara akuntabel, taat terhadap peraturan, ekonomis, efektif, dan
efisien;
2. Mendorong peningkatan efektivitas penerapan Manajemen Risiko;
3. Meningkatkan kepercayaan masyarakat atas pengendalian dan pengawasan
pemanfaatan keuangan negara di Kementerian PUPR.

C. Manfaat Implementasi Pengawasan Berbasis Risiko bagi Balai/Satker (First Line of


Defence) dan Unit Kepatuhan Intern (Second Line of Defence) Direktorat Jenderal Bina
Marga
1. Dapat meningkatkan efektifitas pengendalian organisasi dan mitigasi risiko;
2. Sebagai dasar pertimbangan bagi organisasi dalam melakukan reviu terhadap
Manajemen Risiko yang dibangun secara berkala dan berkelanjutan;
3. Sebagai dasar pertimbangan organisasi untuk melakukan perbaikan, pengambilan
keputusan dan pemuktahiran Risk Assesment demi terwujudnya tata kelola yang
efektif dan efisien.

E. RUANG LINGKUP PROYEK PERUBAHAN


Ruang lingkup kegiatan secara komprehensif yaitu sebagai berikut:
1. Lingkup penyusunan Surat Edaran Menteri PUPR Tentang Pedoman Pengawasan
Berbasis Risiko di Kementerian PUPR sebagai berikut:
1) Kajian kebutuhan Instrumen Pengawasan Berbasis Risiko di Kementerian PUPR;
2) Penyusunan Instrumen dan Draft SE Menteri PUPR;
3) Validasi Pedoman Pengawasan Berbasis Risiko di Inspektorat Jenderal;
4) Finalisasi dan Diseminasi Draft SE Menteri PUPR;
5) Diseminasi Draft SE Menteri PUPR (Lanjutan);
6) Pengesahan SE Menteri PUPR;
7) Sosialisasi SE Menteri PUPR;
8) Penerapan SE Menteri PUPR;
9) Evaluasi Penerapan SE Menteri PUPR.

2. Lingkup penyusunan Peraturan Menteri PUPR mengenai Pedoman Pengawasan


Berbasis Risiko di Kementerian PUPR sebagai berikut:
1) Penyusunan Draft Permen PUPR;
2) Diseminasi Draft Permen PUPR;
3) Pengesahan Draft Permen PUPR;
4) Sosialisasi Permen PUPR;
5) Penerapan Permen PUPR;
6) Evaluasi Penerapan Permen PUPR.

disusun oleh : Nikmatulloh 8


Mengingat keterbatasan waktu, sehingga ruang lingkup Proyek Perubahan ini meliputi
tujuan jangka pendek kegiatan yang hendak dicapai, yaitu: Penyusunan Instrumen dan
Rancangan Surat Edaran Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Intern Berbasis
Risiko di Kementerian PUPR.

disusun oleh : Nikmatulloh 9


2 RANCANGAN PROYEK PUBAHAN

disusun oleh : Nikmatulloh 10


BAB 2
RANCANGAN PROYEK PERUBAHAN

A. PENTAHAPAN (MILESTONE) KEGIATAN


Pentahapan (milestone) kegiatan Proyek Perubahan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Tahapan Kegiatan
No. Tahapan dan Kegiatan Waktu

A. Jangka Pendek
Penyusunan Rancangan SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Intern Berbasis
Risiko di Kementerian PUPR;
1 Pembentukan Tim Efektif Proyek Perubahan; Agustus, Minggu I 2020
2 Kajian kebutuhan Pedoman Pengawasan Berbasis
September, Minggu I 2020
Risiko di Kementerian PUPR;
3 Penyusunan Draf SE Menteri PUPR; September, Minggu II 2020
4 Validasi Pedoman Pengawasan Berbasis Risiko di
Oktober, Minggu II 2020
Inspektorat Jenderal;
5 Finalisasi dan Diseminasi Draf SE Menteri PUPR. Nopember, Minggu I 2020
B. Jangka Menengah
1 Penyusunan SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Intern Berbasis
Risiko di Kementerian PUPR
a. Diseminasi Draf SE Menteri PUPR kepada Januari s.d. Februari 2021
seluruh stakeholder (Lanjutan);
b. Pengesahan SE Menteri PUPR; Februari, Minggu IV 2021
c. Sosialisasi SE Menteri PUPR. Maret 2021
2 Penerapan SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Intern Berbasis
Risiko di Kementerian PUPR
a. Penyesuaian Program Kerja Pengawasan Januari s.d. Februari 2021
Berbasis Risiko;
b. Pelaksanaan Pengawasan Berbasis Risiko; Maret s.d Desember 2021
c. Evaluasi atas Implementasi Pelaksanaan Oktober s.d Desember 2021
Pengawasan Berbasis Risiko.
C. Jangka Panjang
1 Evaluasi SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Berbasis Risiko di
Kementerian PUPR
Evaluasi Penerapan SE Menteri PUPR. Januari s.d. Maret 2022
2 Penyusunan Peraturan Menteri PUPR Tentang Pedoman Pengawasan Berbasis
Risiko di Kementerian PUPR
a. Penyusunan Draf Peraturan Menteri PUPR; April – Juni 2022
b. Diseminasi Draf Peraturan Menteri PUPR; Juli 2022
c. Pengesahan Peraturan Menteri PUPR; Agustus 2022
d. Sosialisasi Peraturan Menteri PUPR; September 2022

disusun oleh : Nikmatulloh 11


e. Penerapan Peraturan Menteri PUPR (Uji coba
pada Penyusunan PKPT Inspektorat Jenderal TA Oktober - Desember 2022
2023);
f. Evaluasi Penerapan Peraturan Menteri PUPR. 2023

Berdasarkan Tabel 2 diatas, diketahui bahwa Proyek Perubahan ini akan fokus pada
pelaksanaan tahapan jangka Pendek terlebih dahulu, yaitu Penyusunan Rancangan SE
Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Risiko di Kementerian
PUPR.

B. JADWAL PROYEK PERUBAHAN


Jadwal Proyek Perubahan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan

A JANGKA PENDEK TAHUN 2020


AGS SEP OKT NOP
No. Kegiatan
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan Rancangan SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Intern Berbasis
Risiko di Kementerian PUPR
1 Pembentukan Tim Efektif Proyek
Perubahan
2 Kajian kebutuhan Pedoman
Pengawasan Berbasis Risiko di
Kementerian PUPR
3 Penyusunan Draf SE Menteri
PUPR
4 Validasi Pedoman Pengawasan
Berbasis Risiko di Kementerian
PUPR
5 Finalisasi dan Diseminasi Draf
SE Menteri PUPR.

B JANGKA MENENGAH TAHUN 2021

No. Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Penyusunan SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Intern Berbasis
Risiko di Kementerian PUPR
a. Diseminasi Draft SE
Menteri PUPR kepada
seluruh stakeholder
(Lanjutan);
b. Pengesahan SE Menteri
PUPR;
c. Sosialisasi SE Menteri
PUPR.
2 Evaluasi Penerapan Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Risiko

disusun oleh : Nikmatulloh 12


B JANGKA MENENGAH TAHUN 2021

No. Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
a. Penyesuaian Program
Kerja Pengawasan
Tahunan (PKPT) Berbasis
Risiko (Revisi PKPT
berdasarkan SE Menteri
yang telah ditetapkan);
b. Pelaksanaan Audit
Berbasis Risiko;
c. Evaluasi atas
Implementasi
Pelaksanaan Pengawasan
Berbasis Risiko.

C JANGKA PANJANG TAHUN 2022


No. Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Evaluasi SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Risiko
di Kementerian PUPR
Evaluasi Penerapan
SE Menteri PUPR
2 Penyusunan Peraturan Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Berbasis
Risiko di Kementerian PUPR
a. Penyusunan Draf Peraturan
Menteri PUPR;
b. Diseminasi Draf Peraturan
Menteri PUPR;
c. Pengesahan Peraturan
Menteri PUPR;
d. Sosialisasi Peraturan
Menteri PUPR;
e. Penerapan Peraturan
Menteri PUPR (Uji coba
pada Penyusunan PKPT
Inspektorat Jenderal TA
2023);
f. Evaluasi Penerapan
Peraturan Menteri PUPR. TAHUN 2023

disusun oleh : Nikmatulloh 13


C. INDIKATOR KEBERHASILAN PROYEK PERUBAHAN
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa Proyek Perubahan ini dibagi menjadi 3 Tahap,
dengan tujuan dan indikator keberhasilan kegiatan yang akan dilaksanakan sebagai
berikut:
1. Tujuan Jangka Pendek
Penyusunan Instrumen dan Rancangan Surat Edaran Menteri PUPR tentang Pedoman
Pengawasan Intern Berbasis Risiko di Kementerian PUPR.
Output yang dihasilkan adalah:
- Instrumen Pengawasan Berbasis Risiko
- Draft SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Risiko
2. Tujuan Jangka Menengah
a. Penyusunan SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Intern Berbasis
Risiko di Kementerian PUPR;
b. Sosialisasi SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Risiko
di Kementerian PUPR.
Output yang dihasilkan adalah:
- SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Risiko
- Laporan Sosialisasi
3. Tujuan Jangka Panjang
a. Evaluasi terhadap Implementasi SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan
Intern Berbasis Risiko di Kementerian PUPR.
b. Penyusunan Peraturan Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Berbasis
Risiko di Kementerian PUPR.
Output yang dihasilkan adalah:
- Dokumen Hasil Evaluasi SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan
Berbasis Risiko
- Peraturan Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Berbasis Risiko

Outcome dari Pelaksanaan Proyek Perubahan ini adalah:


- Kapabilitas Inspektorat II pada khususnya dan Inspektorat Jenderal pada umumnya
meningkat sehingga mampu memberikan assurance terhadap tata kelola,
manajemen risiko dan pengendalian intern di Kementerian PUPR.
- Terwujudnya pengawasan terpadu dalam rangka mewujudkan tertib
penyelenggaraan infrastruktur PUPR.

Impact dari Pelaksanaan Proyek Perubahan ini adalah terselenggaranya tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance) di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat sehingga mampu mewujudkan penyelenggaraan insfrastruktur
PUPR yang andal.

D. TATA KELOLA PROYEK PERUBAHAN


Tata kelola Proyek Perubahan dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini.

disusun oleh : Nikmatulloh 14


Gambar 4. Tata Kelola Proyek Perubahan

Berdasarkan gambar diatas, diberikan penjelasan sebagai berikut:


a. Sponsor dan Mentor berperan memberikan bimbingan, arahan dan dukungan kepada
Project Leader.
b. Coach (Widyaiswara) berperan memberikan dukungan, konsultasi dan masukan kepada
Project Leader.
c. Project Leader berperan mengelola, memimpin dan memberikan arahan kepada Tim
Efektif Proyek Perubahan, serta berkoordinasi dengan stakeholders.
d. Stakeholders berperan memberikan dukungan dan masukan terhadap penerapan
proyek perubahan.
e. Tim Efektif Proyek Perubahan berperan memberikan dukungan pelaksanaan proyek
perubahan berdasarkan arahan Project Leader.

E. IDENTIFIKASI STAKEHOLDERS
Pemangku Kepentingan (Stakeholders) pada Proyek Perubahan ini dapat dikelompokkan
kedalam 2 jenis stakeholders, yaitu:
A. Internal Stakeholders adalah semua pihak terkait dengan proyek perubahan yang
berada di dalam lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR, yaitu sebagai
berikut:
1. Inspektur Jenderal Kementerian PUPR;
2. Komite Audit Kementerian PUPR;
3. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama di Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR;
4. Auditor Utama di Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR;
5. Para Kepala Bagian di Sekretariat Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR;
6. Para Auditor di Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR.
B. External Stakeholders adalah semua pihak terkait dengan proyek perubahan yang
berada di luar lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR, yaitu sebagai
berikut:
1. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;

disusun oleh : Nikmatulloh 15


2. Direktur Jenderal Bina Marga dan Pimpinan Unit Organisasi lainnya di Kementerian
PUPR;
3. Badan Pemeriksa Keuangan RI (BPK RI);
4. Aparat Penegak Hukum (APH);
5. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP);
6. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).

Berdasarkan data diatas, kemudian dilakukan identifikasi stakeholders berdasarkan


peranan, pengaruh dan kepentingannya. Serta dianalisis strategi komunikasi untuk dapat
mempengaruhi stakeholder agar mendukung secara penuh terlaksananya proyek
perubahan ini. Hasilnya sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.3 dan Gambar 5 berikut
ini.

Tabel 4. Identifikasi Stakeholders

UTAMA/ KUNCI

APHATETICS
PROMOTER
STRATEGI
SEKUNDER

DEFENDER
NO STAKEHOLDER
KOMUNIKASI

LATENS
PRIMER

A INTERNAL

1 Inspektur Jenderal Konsultasi,


V 18(++)
Kementerian PUPR Laporan
2 Komite Audit Audiensi
V 16(++)
Kementerian PUPR
3 Pejabat Tinggi Audiensi
Pratama di
V 16(++)
Inspektorat
Jenderal
4 Auditor Utama Koordinasi,
V 15(+-)
Instruksi
5 Auditor Koordinasi,
V 10(+-)
Instruksi
6 Para Kepala Bagian Koordinasi
di Sekretariat Itjen V 10(+-)
Kementerian PUPR
B EKSTERNAL

1 Menteri PUPR Konsultasi,


V 18(++)
Laporan
2 Pimpinan Unit Konsultasi,
V 16(++)
Organisasi di Laporan

disusun oleh : Nikmatulloh 16


Kemen. PUPR
(DJBM, dsb)
3 Badan Pemeriksa Informasi
Keuangan RI (BPK- V 8(+-)
RI)
4 Aparat Penegak Informasi
V 8(-+)
Hukum (APH)
5 Badan Pengawasan Koordinasi
Keuangan dan
V 13(+-)
Pembangunan
(BPKP)
6 Lembaga Kebijakan Informasi
Pengadaan Barang/
V 5(- -)
Jasa Pemerintah
(LKPP)
Keterangan/ Penilaian:
Sangat Tinggi = (16-20); Tinggi = (11-15); Sedang -= (6-10); Rendah = (1-5)

Gambar 5. Maping Stakeholders dan Strategi Komunikasi

F. ANGGARAN
Pembiayaan seluruh pelaksanaan kegiatan dalam proyek perubahan ini bersumber dari
DIPA Satuan Kerja Sekretariat Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Tahun Anggaran 2020.

disusun oleh : Nikmatulloh 17


G. FAKTOR PENDUKUNG KEBERHASILAN
Faktor pendukung keberhasilan proyek perubahan ini, sebagai berikut:
a. Faktor internal
- Dukungan pimpinan
- Ketersediaan anggaran.
- Kebijakan terkait Penerapan Manajemen Risiko dan Pengawasan Berbasis Risiko.
b. Faktor eksternal
- Dukungan stakeholders (UKI, BPKP, BPK dan APH).
- Kebutuhan peningkatan penerapan Good Governance di Kementerian PUPR,
khususnya di Inspektorat II dan Direktorat Jenderal Bina Marga.
- Kebutuhan peningkatan tingkat maturitas implementasi SPIP Level 4 dan
peningkatan kapabilitas APIP Level 4
.

disusun oleh : Nikmatulloh 18


3

disusun oleh : Nikmatulloh 19


BAB 3
Deskripsi dan Analisis
PELAKSANAAN proyek perubahan

A. PELAKSANAAN DAN CAPAIAN MILESTONE


Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab 2 bahwa untuk mencapai tujuan Proyek
Perubahan ini, ada 3 milestone yang ditetapkan, yaitu Jangka Pendek, Jangka Menengah
dan Jangka Panjang. Bab ini menguraikan pelaksanaan dan capaian dari milestone Jangka
Pendek yang telah dilaksanakan, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Pelaksanaan dan Capaian Proyek Perubahan

Jangka Pendek Jk Men


A JANGKA PENDEK
TAHUN 2020 2021 Output
AGS SEP OKT NOP Kunci

DES
JAN
FEB
No Kegiatan 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan Rancangan SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Risiko (PIBR) di
Kementerian PUPR
1 Pembentukan Tim Rencana SK Tim
M2 082020
Efektif Proyek Realisasi Efektif
Perubahan 020920
2 Kajian Kebutuhan Rencana Draft
M1 092020
Pedoman PIBR di Realisasi
Instrumen
Kementerian PUPR 04092020 PIBR
3 Penyusunan Draf Rencana Draft Awal
M2 092020
SE Menteri PUPR SE
Realisasi
11092020
4 Validasi Pedoman Rencana Notulensi
M2 102020
PIBR Hasil Validasi
Realisasi
15092020
5 Finalisasi dan Rencana Draft Final
M1 112020
Diseminasi Draf SE Realisasi SE Menteri
Menteri PUPR. 29092020 PUPR
TAHUN 2020 2021
AGS SEP OKT NOP Output
B JANGKA MENENGAH
DES
JAN
FEB

2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Kunci

Penyusunan SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Berbasis Risiko di Kementerian PUPR
1 Diseminasi Draft SE Rencana Permohonan
Jan-Feb 2021
kepada seluruh Realisasi Persetujuan
stakeholders 22102020 & Lbr Kendali
(Lanjutan)
2 Pengesahan SE Rencana SE Menteri
Feb 2021
Menteri PUPR Realisasi PUPR
22102020

disusun oleh : Nikmatulloh 20


Pelaksanaan Proyek Perubahan sempat terkendala dengan berbagai kesibukan serta
adanya kebijakan terkait penanganan Covid-19 (penerapan PSBB dan WFH). Namun
demikian, Proyek Perubahan dapat dilaksanakan dengan baik dan output utama yang
direncanakan dapat dicapai dengan cepat dari yang direncanakan.

B. PEMBENTUKAN TIM EFEKTIF PROYEK PERUBAHAN


Dalam rangka mewujudkan Proyek Perubahan Strategi Peningkatan Kapabilitas
Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR melalui Pengawasan Berbasis Risiko, telah
dilaksanakan rapat pembentukan Tim Efektif pada hari Rabu tanggal 2 September 2020 di
ruang rapat Inspektorat II, yang dikukuhkan dengan keluarnya Surat Keputusan Inspektur
II Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR No. 18/KPTS/Ib/2020 tanggal 2 September
2020 tentang Pembentukan Tim Efektif Proyek Perubahan Strategi Peningkatan Kapabilitas
Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR melalui Pengawasan Berbasis Risiko (Lampiran
2). Terbitnya SK ini mengacu pada Keputusan Inspektur Jenderal No. 30/KPTS/IJ/2020
Tanggal 31 Agustus 2020 tentang Perubahan atas Keputusan Inspektur Jenderal
No.08/KPTS/IJ/2020 tentang Pembentukan Tim Pelaksana Kegiatan Penyusunan Produk
Hukum Bidang Pengawasan di Lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR
(Lampiran I).

Tim Efektif Proyek Perubahan yang disusun terdiri atas Pengarah (Inspektur Jenderal),
Project Leader (Nikmatulloh, ST.,MT), Koordinator (Dra. Endah Herawaty, MM) dan 12
orang anggota. Rapat pembentukan Tim Efektif juga menghasilkan Kerangka Acuan
Kegiatan Penyusunan Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Risiko (Lampiran 3).

Gambar 6. Pembentukan Tim Efektif Proyek Perubahan

disusun oleh : Nikmatulloh 21


C. KEBUTUHAN PEDOMAN PENGAWASAN INTERN BERBASIS
RISIKO
Kajian kebutuhan pedoman pengawasan intern berbasis risiko dilaksanakan melalui
pembahasan pada Hari Jumat, 4 September 2020 di Ruang Rapat Inspektorat Jenderal.
Kajian ini dilaksanakan guna menentukan lingkup dan kebutuhan instrumen pengawasan
berbasis risiko. Pembahasan dipimpin oleh Inspektur Jenderal Kementerian PUPR. Adapun
peserta berasal dari internal Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR. Hasil pembahasan,
antara lain didapatkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Risiko di Kementerian PUPR menghubungkan
Pengawasan Intern yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR
dengan Manajemen Risiko di Kementerian PUPR untuk memberikan keyakinan yang
memadai bahwa proses manajemen risiko telah menghasilkan tata kelola risiko yang
efektif serta kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah
ditetapkan secara efektif dan efisien dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang
baik.
2. Acuan dalam penyusunan pedoman, antara lain:
 PP No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah;
 Permen PUPR No. 25/PRT/M/2017 tentang Pedoman Umum Pengawasan Intern
di Kementerian PUPR;
 Permen PUPR No. 20/PRT/M/2018 tentang Penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah di Kementerian PUPR;
 Peraturan BPKP No. 6 Tahun 2018 tentang Pedoman Pengawasan Berbasis
Risiko;
 Permen PUPR No. 13 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
PUPR;
 Permen PUPR No. 16 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis di Kementerian PUPR.
3. Dalam penguraian Tujuan dari SE agar mengutamakan tujuan utama dari tersusunnya
SE untuk kebutuhan organisasi di Kementerian PUPR. SE ini dapat dijadikan sebagai
pedoman teknis pelaksanaan Pengawasan Intern Berbasis Risiko di Kementerian
PUPR. Sedangkan Maksud dari SE ini adalah agar terukur untuk mendukung
terwujudnya pengawasan intern yang efisien dan efektif atas tata kelola, manajemen
risiko, dan pengendalian guna memberikan keyakinan yang memadai dalam
pencapaian tujuan serta memberikan nilai tambah bagi Kementerian PUPR.
4. Pembahasan terkait ruang lingkup yang tertuang dalam Batang Tubuh Surat Edaran
mengacu pada Peraturan BPKP Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pedoman Pengawasan
Berbasis Risiko yang disesuaikan dengan kebutuhan di Kementerian PUPR.
5. Pembahasan menghasilkan instrumen awal pengawasan intern berbasis risiko yang
dapat dilihat pada Lampiran.

disusun oleh : Nikmatulloh 22


Gambar 7. Pembahasan Kebutuhan Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Risiko

D. PENYUSUNAN KONSEP SE MENTERI PUPR TENTANG PEDOMAN


PEGAWASAN INTERN BERBASIS RISIKO
Penyusunan draft SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Berbasis Risiko
dilaksanakan melalui pembahasan pada Hari Jumat, 11 September 2020 di Ruang Rapat
Inspektorat II. Kajian ini dilaksanakan dengan narasumber berasal dari Komite Audit dan
Auditor Utama Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR. Peserta berasal dari internal
Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR. Hasil pembahasan, antara lain:
a. Kondisi saat ini untuk Kementerian PUPR bahwa Tingkat Implementasi SPIP di
Kementerian PUPR pada Tahun 2018 telah mencapai Level 3 (terdefinisi). Meskipun
telah mencapai target RPJMN 2015-2019, dengan skor yang dicapai 3,052 dapat
diartikan bahwa untuk mempertahankan dan/atau meningkatkan Level SPIP ini masih
diperlukan pembenahan dalam pengendalian intern, diantaranya adalah penerapan
Manajemen Risiko secara konsisten pada semua tingkat Unit Organisasi di
Kementerian PUPR.
b. Dalam rangka mencapai IACM Level 3 Penuh Inspektorat Jenderal diharapkan telah
dapat merencanakan dan melaksanakan pengawasan berbasis risiko berdasarkan peta
risiko dan hasil risk assessment dari unit yang diawasinya, sesuai dengan rekomendasi
BPKP pada hasil Quality Assurance, antara lain agar Inspektorat Jenderal:
1) Menyusun dan mengimplementasikan Pedoman Pengawasan Berbasis Risiko;
2) Memfasilitasi seluruh unit kerja/satuan kerja menerapkan manajemen risiko
c. Kondisi yang diharapkan yaitu Pelaksanaan Pengawasan oleh Inspektorat Jenderal
telah Berbasis Risiko, dengan tersedianya instrumen dan kebijakan pengawasan
berbasis risiko dan Seluruh Unit Organisasi, Balai dan Satuan Kerja di Kementerian
PUPR menerapkan manajemen risiko yang terintegrasi dalam proses bisnis secara
konsisten.
d. Atas hal-hal tersebut maka diperlukan disusunnya Surat Edaran Menteri PUPR Tentang
Pedoman Pengawasan Berbasis Risiko di Kementerian PUPR.

Masukan yang didapatkan dalam pembahasan draft Surat Edaran Menteri PUPR tentang
Pedoman Pengawasan Berbasis Risiko di Kementerian PUPR, antara lain:
1. Dasar pembentukan dari SE mengacu kepada ketentuan/peraturan Pedoman
Pengawasan Berbasis Risiko, baik peraturan dari BPKP Nomor 6 Tahun 2018 dan
Pedoman Perencanaan Audit Berbasis Risiko Auditor Intern Pemerintah Indonesia
(AAIPI).
2. Ruang lingkup dalam Surat Edaran, harus cukup menjabarkan cakupan/ruang lingkup
dalam Surat Edaran yang diperlukan mencakup didalamnya secara garis besar yaitu

disusun oleh : Nikmatulloh 23


Perencanaan, Pelaksanaan dan Pemantauan Tindak Lanjut atas Pengawasan Intern
Berbasis Risiko.
3. Tanggung jawab Pimpinan Unit Organisasi, yaitu menjabarkan tugas yang harus
diuraikan oleh masing-masing Pimpinan Unit Organisasi. Salah satu masukan dalam
Workshop untuk tanggung jawab pimpinan organisasi yaitu membangun dan
menerapkan manajemen risiko di Unit Organisasi masing-masing dan hasilnya
disampaikan kepada Menteri sedangkan Tanggung Jawab Inspektorat Jenderal adalah
melakukan pengawasan intern berbasis risiko.
4. Dalam mengidentifikasi dan menilai risiko, perlu diperhatikan nilai kematangan
manajemen risiko masing-masing Unit Organisasi.
5. Level area pengawasan atau level auditable unit dapat berupa struktur organisasi,
proyek, program, kegiatan dan/atau aset dengan mempertimbangkan kompleksitas
proses bisnis, besaran struktur organisasi serta sumber daya APIP.
6. Pentingnya pendokumentasian agar menjadi bagian dari lampiran Surat Edaran.

Pembahasan ini menghasilkan Konsep Awal Surat Edaran Menteri PUPR tentang
Pedoman Pengawasan Berbasis Risiko (Lihat Lampiran).

Gambar 8. Pembahasan Penyusunan Konsep SE Menteri PUPR tentang Pedoman


Pengawasan Intern Berbasis Risiko

E. VALIDASI PEDOMAN PENGAWASAN BERBASIS RISIKO


Validasi pedoman pengawasan berbasis risiko dilaksanakan pada Hari Selasa, 15
September 2020 di ruang rapat Inspektorat II. Peserta validasi berasal dari internal
Inspektorat Jenderal dan Direktur Jenderal Bina Marga. Hasilnya didapatkan beberapa hal
penting sebagai berikut:
1. Dalam pelaksanaan pengawasan berbasis risiko, perlu terlebih dahulu dilakukan
analisis untuk menyusun Peta Audit. Berikut ini diberikan bagan alir tahapan
perencanaan pengawasan intern berbasis risiko.

disusun oleh : Nikmatulloh 24


Gambar 9. Validasi Perencanaan Pengawasan Intern Berbasis Risiko

2. Instrumen pedoman pengawasan berbasis risiko yang diadopsi dari Peraturan Badan
Pengawas Keuangan dan Pembangunan Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pedoman
Pengawasan Berbasis Risiko, perlu disederhanakan dan disesuaikan dengan
kebutuhan pimpinan serta kondisi tingkat kematangan SPIP dan manajemen risiko di
unit organisasi Kementerian PUPR. Sehingga pedoman yang disusun sebaiknya dapat
mendukung terwujudnya manajemen risiko dan tata kelola risiko yang efektif,
memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian tujuan, serta memberikan
nilai tambah bagi Kementerian PUPR.

disusun oleh : Nikmatulloh 25


3. Ringkasan simpulan hasil pengawasan minimal harus memuat: (a) Tata Kelola Auditi;
(b) Kecukupan Efektifitas Rancangan Pengendalian Auditi; serta (c) kecukupan
Pengelolaan Risiko.

Gambar 10. Validasi Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Risiko

F. FINALISASI DAN DISEMINASI SURAT EDARAN MENTERI PUPR


TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN BERBASIS RISIKO
Pembahasan final sekaligus diseminasi Surat Edaran Menteri PUPR tentang Pedoman
Pengawasan Intern Berbasis Risiko dilaksanakan pada Hari Selasa, 29 September 2020 di
Auditorium PUPR. Narasumber pembahasan berasal dari Biro Hukum Kementerian PUPR,
Sekretariat Jenderal, Komite Audit, praktisi dan BPKP. Adapun peserta pembahasan
berasal dari internal Inspektorat Jenderal. Hasil pembahasan didapatkan beberapa hal
penting sebagai berikut:
1. Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Risiko di Kementerian PUPR harus dapat
menghubungkan Pengawasan Intern yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal
Kementerian PUPR dengan Manajemen Risiko di Kementerian PUPR.
2. Acuan dalam penyusunan pedoman, yaitu:
 PP No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah;
 Permen PUPR No. 25/PRT/M/2017 tentang Pedoman Umum Pengawasan Intern
di Kementerian PUPR;
 Permen PUPR No. 20/PRT/M/2018 tentang Penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah Di Kementerian PUPR;
 Peraturan BPKP No. 6 Tahun 2018 tentang Pedoman Pengawasan Berbasis
Risiko;
 Permen PUPR No. 13 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
PUPR;
 Permen PUPR No. 16 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis di Kementerian PUPR;
 Permen PUPR No. 24 Tahun 2020 tentang Pembentukan dan Evaluasi Produk
Hukum di Kementerian PUPR.
3. Maksud disusunnya pedoman adalah sebagai pedoman teknis pelaksanaan
Pengawasan Intern Berbasis Risiko di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat.

disusun oleh : Nikmatulloh 26


4. Ruang lingkup pedoman meliputi: Definisi; Tanggung Jawab Pimpinan Unit Organisasi
dan Inspektorat Jenderal; Perencanaan Pengawasan Intern Berbasis Risiko;
Pelaksanaan Pengawasan Individual, serta Tindak Lanjut Hasil Pengawasan.
5. Output pedoman berupa hasil pengawasan untuk pimpinan organisasi. Ringkasan ini
harus dapat memberikan informasi dan saran mengenai kesesuaian Manajemen Risiko
yang diselenggarakan auditi dengan peraturan yang berlaku bagi Kementerian, serta
memberikan informasi dan saran mengenai kecukupan rancangan pengendalian
dalam mendukung tujuan proses/kegiatan dan kesesuaian aktifitas pengendalian
dengan rancangan pengendalian dalam Manajemen Risiko.
6. Laporan hasil pengawasan merupakan bahan informasi bagi pimpinan, sehingga harus
singkat, padat dan berisi informasi strategis. Sehingga struktur Laporan Hasil
Pengawasan minimal harus memuat:
a. Dasar pelaksanaan;
b. Identitas Auditi/Klien;
c. Tujuan/sasaran, ruang lingkup dan metodologi;
d. Pernyataan bahwa penugasan telah dilaksanakan sesuai dengan standar audit;
e. Kriteria yang digunakan;
f. Hasil pengawasan berupa kesimpulan, fakta dan rekomendasi;
g. Tanggapan dari pejabat Auditi/Klien yang bertanggungjawab;
h. Pernyataan adanya keterbatasan dalam audit serta pihak-pihak yang menerima
laporan;
i. Pelaporan informasi rahasia bila ada.
7. Hasil pembahasan yaitu berupa Draft Final SE Menteri PUPR selanjutnya
didiseminasikan melalui pengiriman surat permohonan persetujuan (lembar kendali)
kepada pimpinan Unit Organisasi terkait dan Biro Hukum Kementerian PUPR guna
mendapatkan koreksi dan masukan. Setelah diperbaiki, SE akan diajukan kepada
Menteri PUPR untuk disahkan.
8. Konsep pengawasan berbasis risiko di Kementerian PUPR dapat dilihat pada Gambar
11 di bawah ini.

Gambar 11. Konsep Pengawasan Berbasis Risiko di Kementerian PUPR

disusun oleh : Nikmatulloh 27


Gambar 12. Finalisasi dan Diseminasi SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan
Intern Berbasis Risiko di Kementerian PUPR

Gambar 13. Surat Permohonan Persetujuan (Lembar Kendali)

Hasil pembahasan yaitu berupa Draft Final SE Menteri PUPR tentang Pedoman
Pengawasan Intern Berbasis Risiko, dapat dilihat pada Lampiran. Berikut ini diberikan
gambar kerangka Surat Edaran Menteri PUPR tersebut.

disusun oleh : Nikmatulloh 28


DASAR HUKUM

1. PP No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern


Pemerintah;
2. Permen PUPR No. 25/PRT/M/2017 tentang Pedoman Umum
Pengawasan Intern di Kementerian PUPR;
3. Peraturan BPKP No. 6 Tahun 2018 tentang Pedoman
Pengawasan Berbasis Risiko;
4. Permen PUPR No. 20/PRT/M/2018 tentang Penyelenggaraaan
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Kementerian PUPR;
5. Permen PUPR No. 13 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian PUPR;
6. Permen PUPR No. 16 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis di Kementerian PUPR;
7. Permen PUPR No. 24 Tahun 2020 tentang Pembentukan dan
Evaluasi Produk Hukum di Kementerian PUPR.

MAKSUD TUJUAN

sebagai pedoman 1. mendukung terwujudnya manajemen


teknis pelaksanaan risiko dan tata kelola risiko yang efektif,
Pengawasan Intern 2. memberikan keyakinan yang memadai
Berbasis Risiko di dalam pencapaian tujuan, dan
Kementerian 3. memberikan nilai tambah bagi
Pekerjaan Umum dan Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat. Perumahan Rakyat.

RUANG LINGKUP

1. Definisi;
2. Tanggung Jawab Pimpinan Unit Organisasi dan Inspektorat Jenderal;
3. Perencanaan Pengawasan Intern Berbasis Risiko;
4. Pelaksanaan Pengawasan Individual;
5. Tindak Lanjut Hasil Pengawasan.

PENUTUP

LAMPIRAN

Gambar 14. Kerangka SE Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Intern Berbasis
Risiko

disusun oleh : Nikmatulloh 29


G. EVALUASI PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN
1. EVALUASI TAHAPAN PELAKSANAAN
Pelaksanaan tahapan kegiatan proyek perubahan pada jangka pendek pada umumnya
sudah terlaksana dengan baik, bahkan lebih cepat dari target waktu yang direncanakan.
Beberapa kendala ditindaklanjuti melalui perubahan/penyesuaian dalam rangka memenuhi
pencapaian target jangka pendek yang telah ditetapkan.

Misalnya dalam penyusunan Instrumen maupun SE Menteri PUPR tentang Pedoman


Pengawasan Intern Berbasis Risiko terkendala karena kepadatan tugas stakeholders
internal maupun eksternal di akhir tahun, sehingga sulit untuk dapat bertemu secara
langsung. Hal ini disiasati dengan komunikasi dalam pembahasan yang dilaksanakan
secara luring dan daring, baik melalui telepon, whatsapp maupun zoom meeting.

Kendala lainnya dijumpai dalam validasi pedoman pengawasan intern berbasis risiko.
Dimana terkendala tidak semua unit kerja sudah menerapkan manajemen risiko. Sehingga
dalam validasi, perlu pemahaman yang baik akan manajemen risiko dan informasi
penerapannya di unit organisasi. Sehingga pedoman pengawasan dapat diterapkan
dengan baik, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan organisasi.

2. EVALUASI STAKEHOLDERS
Dengan pendekatan dan strategi komunikasi sebagaimana telah dijelaskan pada Bab 2
Gambar 5 didapatkan peningkatan dukungan sebagaimana Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Peningkatan Dukungan Stakeholders


PROMOTERS

APHATETICS
DUKUNGAN

DEFENDER

LATENS

STRATEGI
NO STAKEHOLDERS
KOMUNIKASI

A INTERNAL

Inspektur Jenderal Semula 18(++)


1 Konsultasi, Laporan
Kementerian PUPR Menjadi 20(++)

Komite Audit Semula 16(++)


2 Audiensi
Kementerian PUPR Menjadi 18(++)
Pejabat Tinggi Semula 16(++)
3 Pratama di Audiensi
Inspektorat Jenderal Menjadi 18(++)

Semula 15(+-)
4 Auditor Utama Koordinasi, Instruksi
Menjadi 18(++)
5 Auditor Semula 10(+-) Koordinasi, Instruksi

disusun oleh : Nikmatulloh 30


Menjadi 18(++)
Para Kepala Bagian Semula 10(+-)
6 di Sekretariat Itjen Koordinasi
Kementerian PUPR Menjadi 18(++)

B EKSTERNAL
Semula 18(++)
1 Menteri PUPR Konsultasi, Laporan
Menjadi 20(++)

Pimpinan UnOr di Semula 16(++)


2 Kemen. PUPR Konsultasi, Laporan
(DJBM, dsb) Menjadi 18(++)
Semula 8(+-)
3 BPK Informasi
Menjadi 18(++)

Aparat Penegak Semula 8(-+)


4 Informasi
Hukum (APH) Menjadi 18(++)
Semula 13(+-)
5 BPKP Koordinasi
Menjadi 18(++)
Semula 5(- -)
6 LKPP Informasi
Menjadi 11(+-)
Keterangan/ Penilaian:
Sangat Tinggi = (16-20); Tinggi = (11-15); Sedang -= (6-10); Rendah = (1-5)

Gambar 15. Dukungan dan Pengarahan dari Mentor (Inspektur Jenderal)

disusun oleh : Nikmatulloh 31


Gambar 16. Penjelasan kepada Stakeholders

Berdasarkan Tabel 6 diatas, diketahui bahwa setelah dilaksanakan strategi komunikasi


secara intensif (koordinasi, konsultasi, informasi, audiensi, instruksi, laporan, dan
sebagainya), maka terjadi perubahan dan peningkatan dukungan stakeholder yang
semakin positif terhadap implementasi proyek perubahan. Untuk lebih jelasnya, pergeseran
kuadran stakeholders dapat dilihat pada Gambar 16 berikut ini.

Gambar 17. Perubahan Kuadran Dukungan Stakeholders

disusun oleh : Nikmatulloh 32


3. DUKUNGAN DAN TESTIMONI
Tim Efektif melaksanakan dengan baik kegiatan komunikasi, konsolidasi dan koordinasi
dengan stakeholders guna pemberian informasi, penyamaan persepsi, serta menggalang
dukungan Proyek Perubahan. Rapat koordinasi, persiapan maupun konsolidasi Tim
seringkali dilaksanakan secara informal melalui pesan whatsapp dan/ atau melalui media
virtual (zoom meeting), mengingat adanya penerapan kebijakan pembatasan sosial
berskala besar oleh Pemerintah. Dari hasil komunikasi, konsultasi, koordinasi dan
konsolidasi diperoleh dukungan dari berbagai stakeholders untuk penerapan Proyek
Perubahan. Dukungan yang didapatkan antara lain berasal dari (Lihat Lampiran):

1. Stakeholders Internal
a. Ir. Widiarto, Sp1 (Inspektur Jenderal)
b. Ir. Fauzi Idris, ME (Inspektur I)
c. Dr. Ir. Maulidya Indah Junica, MSc. (Inspektur III)
d. Dr.Ir. Ignatius Wing Kusbimanto, M.Eng.Sc. (Inspektur IV)
e. Hari Primahadi, S.Sos., M.Ak.,BAE.(Inspektur V)
f. Drs. Sunarto (Auditor Ahli Utama)
g. Dr. Binsar H. Simanjuntak , Ak., MBA., CPMA (Staf Khusus Menteri dan Komite
Audit)
h. Kaeshar Eksa, ST.,M.Eng.(Kabag Program, Perencanaan dan Keuangan –
Sekretariat Inspektorat Jenderal)
i. Aryo Hestuleksono, SH (Kabag Hukum, Kepatuhan Intern dan Komunikasi Publik –
Sekretariat Inspektorat Jenderal)
j. Dodi Suryadi, ST (Kabag Pemantauan Evaluasi Tindak Lanjut Hasil Pengawasan –
Sekretariat Inspektorat Jenderal)

2. Stakeholders Eksternal
a. Dr. Ir. M. Basuki Hadimuljono, M.Sc. (Menteri PUPR)
b. Prof. Dr. Ir. Anita Firmanti Eko Susetyowati, MT. (Sekretaris Jenderal)
c. Ir. Achmad Gani Ghazaly Akman, M.Eng.Sc. (Staf Ahli Bidang Keterpaduan
Pembangunan)
d. Dr. Ir. Hedy Rahadian, M.Sc. (Dirjen Bina Marga)
e. Dr. Ir.Danis Hidayat Sumadilaga, M.Eng.Sc. (Dirjen Cipta Karya)
f. Ir. Khalawi AH.,M.Sc., MM. (Dirjen Perumahan)
g. Tri SasongkoWidianto Dipl.HE. (Dirjen Bina Konstruksi)
h. Ir. Abram Elsajaya Barus, M.Eng.Sc. (Sekretaris Ditjen Bina Marga)
i. Ir.T.Iskandar, MT (Sekretaris Ditjen Cipta Karya)
j. Ir. Charisal Akdian Manu, M.Si. (Sekretaris Ditjen SDA)
k. Ir. Herman Suroyo, MT (Sekretaris BPSDM)
l. Ir. Miftachul Munir, MT. (Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Jalan dan
Jembatan
m. Ir. Subaiha Kipli, MT (Direktur Kepatuhan Intern Ditjen Bina Marga)
n. Nazib Faizal, ST.,M.Sc (Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi)
o. Edi Mulia, AK., M.Si. (Dirwas Akuntabilitas Keuangan Daerah, BPKP)
p. Ir. Isma Yatun, MT. (Anggota IV BPK RI)
q. Suwarto, ST.,MA. (Babinkam Polri)
r. Ir. Hardi Afriansyah, M.Si (Kabid Penyelenggaraan Diklat Pusdiklat PBJ LKPP)

Berikut ditampilkan beberapa dukungan Stakeholders dan testimoninya terkait Proyek


Perubahan ini. Dukungan lengkap dapat dilihat pada Lampiran.

disusun oleh : Nikmatulloh 33


Tabel 7. Dukungan dari Para Pemangku Kepentingan

Dr. Ir. M. Basuki Hadimuljono, M.Sc.


Menteri PUPR

Sistem yang dibangun harus inline dengan


sistem yang dikembangkan PUPR
(Pusdatin).
MR PUPR harus segera disepakati bersama.

Prof. Dr. Ir. Anita Firmanti E.S., MT.


(Sekretaris Jenderal)

disusun oleh : Nikmatulloh 34


Sangat mendukung.
Selesaikan dengan baik dan benar,
selanjutnya untuk digunakan/
dilaksanakan/ diterapkan.

Ir. Widiarto, Sp1.


Inspektur Jenderal

Sangat mendukung.
Peningkatan kapabilitas perlu ditingkatkan
juga untuk 1st dan 2nd defence lines.

Dr. Ir. Hedy Rahadian, M.Sc.


Dirjen Bina Marga

Lanjut Terus…

Ir. Achmad Gani GA, M.Eng.Sc.


Staf Ahli Bidang

Agar segera direalisasikan, sehingga


target Level 3 tercapai. Sukses….

Ir. Trisasongko Widianto, Dipl.HE.


Dirjen Bina Konstruksi

disusun oleh : Nikmatulloh 35


Ini rencana bagus.Pastikan Proper ini
dapat diimplementasikan sehingga
memperkuat pengawasan intern berbasis
risiko.

Dr. Binsar H. Simanjuntak, Ak.,MBA.


Staf Khusus Menteri PUPR/ Komite Audit

Sangat mendukung.
Proyek Perubahan ini diharapkan
membawa manfaat dan perubahan
terhadap Kementerian PUPR.

Ir. Isma Yatun, MT.


Anggota IV BPK RI

Sangat mendukung pengembangan


pengawasan intern berbasis risiko di
lingkungan Itjen PUPR untuk
meningkatkan kapabilitas Itjen..

Edi Mulia, Ak.,M.Si.


Dirwas Akuntabilitas Keuangan Daerah

Pengawasan salah satu faktor yang


mendukung keberhasilan program
pembangunan. Tingkatkan pengawasan
agar sukses!

Suwarto.
Kabag Babinkam POLRI

disusun oleh : Nikmatulloh 36


Sangat mendukung.
Proyek Perubahan ini penting supaya
kinerja Inspektorat Jenderal lebih
meningkat sebagai APIP.

Ir. Herman Suroyo, MT.


Sekretaris BPSDM

Isue yang sangat strategis saat ini.


Sukses dan semoga dapat diaplikasikan.

Ir. Fauzi Idris, ME.


Inspektur I

Pengawasan Berbasis Risiko ini sangat


dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas
APIP sehingga sangat perlu dipercepat
penyelesaiannya..

Dr.Ir. Maulidya Indah Junica, M.Sc.


Inspektur III

Pengawasan Intern Berbasis Manajemen


Risiko sangat diperlukan untuk
meningkatkan lecel IACM.

Dr. Ir. Ign Wing Kusbimanto, M.Eng.Sc.


Inspektur IV

disusun oleh : Nikmatulloh 37


Proper ini sangat baik dan strategis dalam
rangka meningkatkan kapabilitas Itjen
PUPR untuk memenuhi Level 3 Penuh
IACM bahkan untuk meningkat ke Level 4.
Dengan semakin kompleksnya
permasalahan dalam audit, maka sangat
diperlukan sekali Pengawasan Berbasis
Risiko.

Hari Primahadi, S.Sos., M.Ak.,BAE.


Inspektur V

Sangat mendukung dan sangat


bermanfaat untuk diterapkan di Itjen
PUPR..

Drs. Sunarto, M.Si.


Auditor Ahli Utama

Sangat penting untuk segera diwujudkan


karena terkait dengan praktek
pengawasan di Itjen Kementerian PUPR.
Saya sangat mendukung.

Kaeshar Eksa, ST.,M.Eng.


Kabag Program, Perencanaan dan
Keuangan – Setitjen

Sangat diperlukan di lingkungan


Kementerian PUPR khususnya di Itjen
dalam rangka percepatan IACM Level III
Penyusunan SE diharapkan dapat
diselesaikan dengan cepat.

Aryo Hestuleksono, SH.


Kabag Hukum, Kepatuhan Intern dan
Komunikasi Publik – Setitjen

Dalam rangka pencapaian IACM Level III


Penuh, proper ini sangat mendukung
sekali.

Dodi Suryadi, ST.


Kabag Pemantauan Evaluasi Tindak
Lanjut Hasil Pengawasan – Setitjen

disusun oleh : Nikmatulloh 38


4. ANALISIS KENDALA DAN TINDAK LANJUT
Kendala dalam pelaksanaan proyek perubahan dapat diidentifikasi berdasarkan jangka
waktu pelaksanaan, yaitu: 1) jangka pendek yang diidentifikasi pada saat pelaksanaan
kegiatan persiapan, penyusunan instrumen dan SE Menteri PUPR, 2) jangka menengah
yang diidentifikasi pada saat monitoring dan evaluasi penerapan SE Menteri PUPR; dan
3) jangka panjang yang diidentifikasi pada pelaksanaan proyek perubahan secara
keseluruhan.

Pada jangka pendek, beberapa kendala pelaksanaan proyek perubahan yang diidentifikasi
adalah:

a. Tidak semua stakeholder yang diharapkan aktif dan intensif berpartisipasi dapat hadir
dan terlibat. Dalam pembahasan instrumen maupun draft SE Menteri PUPR, tidak
semua stakeholders bisa hadir karena kesibukan tugas akhir tahun. Namun demikian,
penggunaan media virtual (zoom meeting) sangat membantu dalam pelaksanaan
pembahasan Proyek Perubahan ini. Rapat persiapan, pembahasan maupun
koordinasi dengan stakeholders dapat terlaksana baik dengan penggunaan zoom
meeting maupun media sosial (whatsapp). Meskipun kedalaman substansi dalam
pembahasan kurang dapat dicapai secara optimal.
b. Pemahaman akan konsep Pengawasan Berbasis Risiko yang membedakan dengan
“”pengawasan klasikal” tidak dengan mudah dipahami oleh semua stakeholder,
terutama kelompok Auditor. Konsep ini dinilai merepotkan sehingga perlu dilakukan
pembinaan terlebih dahulu kepada para Auditi dan Unit Organisasi agar menerapkan
manajemen risiko dengan baik. Dibutuhkan sosialisasi yang intensif guna memberikan
persepsi yang sama. Untuk itulah sosialisasi dan koordinasi, yang dibarengi dengan
pemahaman akan tugas pokok dan fungsi perlu dilakukan hingga beberapa kali. Hal
ini juga menjadi penekanan dalam sosialisasi SE Menteri PUPR tentang Pedoman
Pengawasan Intern Berbasis Risiko.
c. Penggunaan teknologi informasi sebagai dasar pengembangan sistem manajemen
perencanaan dan sistem manajemen kinerja bagi sebagian stakeholders masih
terkesan merepotkan.
Untuk mengatasi hal tersebut dalam aplikasi dikembangkan menu pilihan sehingga
tidak perlu lagi melakukan inputing data yang sangat banyak dan secara berulang.
d. Pelaksanaan proyek perubahan ini dilaksanakan dalam batas waktu yang “singkat”,
sehingga instrumen pengawasan yang disusun dalam proyek perubahan masih perlu
dilakukan pengembangan dan penyempurnaan lebih lanjut.

Pada jangka menengah dan jangka panjang, beberapa kendala yang berpotensi terjadi
antara lain:

a. Penerapan manajemen risiko di Unit Organisasi maupun pengawasan berbasis risiko


di Inspektorat Jenderal perlu didukung dengan sistem informasi pengawasan yang
terintegrasi. Pembangunan dan pengintegrasian antara sistem pengawasan dengan
sistem manajemen risiko membutuhkan waktu dan penyempurnaan secara
berkelanjutan.
b. Diperlukannya tim tetap yang fokus dan kompeten di bidang pengawasan berbasis
risiko dan menguasai teknologi informasi dalam rangka pengembangan dan
penyempurnaan secara berkelanjutan.
c. Perlu adanya komitmen pimpinan dalam rangka pelaksanaan dan pengembangan
pengawasan berbasis risiko secara konsisten.

disusun oleh : Nikmatulloh 39


Tabel 8. Kendala dan Strategi Penanganan

Tahapan
No. Kendala Strategi/ Tindak Lanjut
Kegiatan

1 Pembentukan Tim • Adanya kepadatan jadwal • Komunikasi intensif secara luring dan
Efektif Proyek Auditor dan Pembatasan Sosial daring membentuk dan menggerakkan
Perubahan. Berskala Besar (PSBB). Tim Efektif melibatkan pimpinan dan
staf.
• Menyusun rencana kerja dan
pendelegasian pembagian tugas kepada
staf.
• Menggerakkan Tim Efektif untuk mampu
mempengaruhi dan menggerakkan
stakeholders agar mendukung
pelaksanaan Proyek Perubahan.
2 Kajian kebutuhan • Kebijakan penerapan PSBB, • Pembahasan dilaksanakan secara luring
Pedoman serta WFH dan WFO. dan daring.
Pengawasan • Belum ada data penerapan • Proaktif berkomunikasi dengan seluruh
Berbasis Risiko di Manajemen Risiko (MR) di Unor untuk identifikasi penerapan MR
Kementerian Unor • Berinisiatif menyusun draft instrumen
PUPR. • Belum ada instrumen pengawasan
pengawasan berbasis risiko
3 Penyusunan Draf • Kebijakan penerapan PSBB, • Pembahasan dilaksanakan secara luring
SE Menteri serta WFH dan WFO. dan daring.
PUPR. • Belum ada contoh Pedoman • Berinisiatif Menyusun Draft SE tentang
PIBR sebelumnya. Pedoman PIBR berkoordinasi dengan
stakeholders.
4 Validasi Pedoman • Kebijakan penerapan PSBB, • Dilakukan identifikasi unit kerja yang
Pengawasan serta WFH dan WFO. sudah menerapkan MR dengan
Intern Berbasis • Tidak semua unit kerja sudah berkomunikasi intensif luring dan daring.
Risiko (PIBR) di menerapkan Manajemen Risiko • Dilakukan pembahasan secara tatap
Inspektorat (MR). muka maupun pengiriman draft SE
Jenderal. • Cakupan responden yang kepada Unor untuk divalidasi.
cukup luas.
5 Finalisasi dan • Kebijakan penerapan PSBB, • Pembahasan intensif dilaksanakan
Diseminasi Draf serta WFH dan WFO. secara luring dan daring, serta
SE Menteri • Cakupan stakeholders cukup pengiriman Draft SE kepada
PUPR. luas. stakeholders terkait.
6 Diseminasi Draf • Kebijakan penerapan PSBB, • Pembahasan intensif kepada seluruh
SE kepada serta WFH dan WFO stakeholders dilaksanakan secara luring
seluruh • Cakupan stakeholders cukup dan daring, serta pengiriman Draft SE
stakeholder luas. kepada stakeholders terkait.
(Lanjutan).
7 Pengesahan SE • Kesibukan Pimpinan dan • Proaktif melaporkan progress
Menteri PUPR. kesibukan masing-masing Tim penyusunan dan selalu mengingatkan
Efektif. pimpinan, serta jeli melihat peluang
pemanfaatan waktu seoptimal mungkin.

disusun oleh : Nikmatulloh 40


4 PENUTUP

disusun oleh : Nikmatulloh 41


BAB 4
PENUTUP

A. SIMPULAN
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil Proyek Perubahan ini sebagai berikut:
1. Tantangan utama yang dihadapi Inspektorat II khususnya dan Inspektorat Jenderal
Kementerian PUPR pada umumnya, adalah adanya keterbatasan sumber daya audit
dalam pelaksanaan pengawasan secara efektif dan efisien, yang seiring dengan beban
kerja yang semakin meningkat. Keterbatasan ini menyebabkan Inspektorat Jenderal
harus dapat menetapkan alokasi sumber daya dengan memfokuskan pengawasan
pada hal-hal yang memiliki risiko signifikan dan berkaitan erat dengan pencapaian
tujuan organisasi. Untuk itu, pengawasan intern berbasis risiko merupakan pendekatan
terbaik yang dapat digunakan.
2. Tingkat Kapabilitas Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR dinilai melalui IACM
(Internal Audit Capability Model) Level, yang pada Tahun 2019 berdasarkan Quality
Assurance BPKP dinyatakan berada pada “Level 3 Dengan Catatan”. Dalam rangka
mencapai IACM Level 3 Penuh, Inspektorat Jenderal diharapkan dapat merencanakan
dan melaksanakan pengawasan berbasis risiko berdasarkan peta risiko dan hasil risk
assessment dari unit yang diawasinya. Sesuai dengan rekomendasi BPKP pada hasil
Quality Assurance, Inspektorat Jenderal antara lain diharapkan dapat menyusun dan
mengimplementasikan Pedoman Pengawasan Berbasis Risiko, serta memfasilitasi
seluruh unit kerja/ satuan kerja agar menerapkan manajemen risiko.
3. Proyek Perubahan ini bermaksud meningkatkan Kapabilitas Pengawasan Intern
melalui Implementasi Pengawasan Berbasis Risiko, dengan hasil akhir tersusunnya
Pedoman Pengawasan Berbasis Risiko di Kementerian PUPR.
4. Manfaat Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Risiko bagi Kementerian PUPR antara
lain memberikan keyakinan yang memadai kepada Pimpinan bahwa pelaksanaan
pekerjaan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi telah dilaksanakan secara
akuntabel, taat terhadap peraturan, ekonomis, efektif dan efisien, serta mendorong
peningkatan efektivitas penerapan Manajemen Risiko dan meningkatkan kepercayaan
masyarakat atas pengendalian dan pengawasan pemanfaatan keuangan negara di
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
5. Pada pelaksanaan Proyek Perubahan tahap Jangka Pendek (Agustus-November
2020) telah dihasilkan output antara lain: (1) tersedianya instrumen pengawasan
berbasis risiko; (2) tersedianya Draft Surat Edaran Menteri PUPR tentang Pedoman
Pengawasan Intern Berbasis Risiko; (3) terlaksananya uji coba penerapan pedoman
pengawasan berbasis risiko; serta (4) tersedianya Surat Edaran Menteri PUPR tentang
Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Risiko. Produk kebijakan yang dihasilkan lebih
cepat dari rencana yang telah ditetapkan. Pencapaian tersebut merupakan bukti nyata
dukungan dari segenap pimpinan dan jajaran di Kementerian PUPR dalam
mewujudkan peningkatan kapabilitas Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR demi
terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).

disusun oleh : Nikmatulloh 42


B. SARAN
Guna pelaksanaan dan peningkatan Proyek Perubahan kedepan, beberapa saran yang
dapat diberikan, sebagai berikut:
1. Pada jangka menengah
a. Sosialisasi SE Menteri PUPR kepada internal Inspektorat Jenderal Kementerian
PUPR dan stakeholders terkait.
b. Penyesuaian Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) Berbasis Risiko (Revisi
PKPT berdasarkan SE Menteri yang telah ditetapkan).
c. Pelaksanaan audit berbasis risiko.
2. Pada jangka panjang
a. Monitoring dan evaluasi penerapan SE Menteri PUPR tentang Pedoman
Pengawasan Intern Berbasis Risiko di Kementerian PUPR.
d. Penyusunan Peraturan Menteri PUPR tentang Pedoman Pengawasan Intern
Berbasis Risiko di Kementerian PUPR.
3. Pada setiap tahapan tersebut, pelibatan seluruh stakeholders perlu dioptimalkan.
4. Perlu dibangun sistem informasi pengawasan terpadu yang terintegrasi antara sistem
perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan kegiatan dengan monitoring tindak lanjut
hasil pemeriksaan sebagai sarana peningkatan kinerja manajemen audit secara
berkelanjutan, sistematis, efektif dan efisien.

disusun oleh : Nikmatulloh 43


Daftar pustaka

Erdianthy, Daissy, dkk. 2014. Modul Diklat Penjenjangan Auditor Madya: Perencanaan
Penugasan Audit Intern. Bogor: Pusdiklat Pengawasan BPKP

Griffiths, David. 2016. Risk Based Internal Auditing Implementation. Available at


www.internalaudit.biz

Keputusan Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI) Nomor KEP-


059/AIPI/DPN/2018 tentang Pedoman Perencanaan Audit Berbasis Risiko Auditor
Intern Pemerintah Indonesia

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 25/PRT/M/2017 tentang
Pedoman Umum Pengawasan Intern di Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 20/PRT/M/2018 tentang
Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Di Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Peraturan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Republik Indonesia Nomor 6


Tahun 2018 tentang Pedoman Pengawasan Berbasis Risiko

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 13 Tahun 2020 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 16 Tahun 2020 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 24 Tahun 2020 tentang
Pembentukan dan Evaluasi Produk Hukum di Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern


Pemerintah.

disusun oleh : Nikmatulloh 44

Anda mungkin juga menyukai