PERUBAHAN
- REFORMASI BIROKRASI -
Pembangunan Agilitas Auditor Untuk
Database Mendukung Budaya
Pengawasan Kerja Yang Lebih Baik
sebagai
Infrastruktur Peningkatan
Menuju Big Data Peran APIP
Melalui
Peningkatan
Pembentukan
Pengendalian
Liaison Officer
Internal
Pemanfaatan Pivot
Peningkatan Table Dalam Proses
Peran APIP
Pengawasan
Melalui Perbaikan
Tata Kelola Sharing Session
Pemantauan , Pengelolaan Laporan, dan
Tindak Lanjut Digitalisasi Arsip dalam
Hasil Pengawasan mendukung Akuntabilitas
Kinerja pada Tatanan
BPK RI
Normal Baru
INSPEKTORAT JENDERAL
TA 2020
VOL. 1
BULETIN
01 PERUBAHAN
VOL.1
AGEN PERUBAHAN
INSPEKTORAT JENDERAL
TA 2020
Aditya Kurniawan
I Nyoman Indra
Gautama
Nyoman Suryadipta
Rizka Hendrawan
Halaman 4
Halaman 7
Peningkatan Pengendalian Internal
Inspektorat I
Halaman 9
Peningkatan Peran APIP Melalui Pembentukan
Liaison Officer
Inspektorat II
Halaman 12
Halaman 21
Halaman 26
Sharing Session, Pengelolaan Laporan, dan
Digitalisasi Arsip dalam mendukung Akuntabilitas
Kinerja pada Tatanan Normal Baru
Inspektorat III
Halaman 35
Halaman 39
Halaman 41
Halaman 46
Latar Belakang :
Satuan kerja Ditjen SDPPI yang merupakan auditee Inspektorat I terdiri dari
35 UPT dan 6 eselon 2 menjadikan jumlah buril terkait pengawasan menjadi
sangat banyak dan pengelolaan data hasil pengawasan kurang memadai
sehingga diperlukan perubahan dalam pengelolaannya yaitu dengan cara
membangun database.
Tujuan:
Gambaran Umum:
Pengawasan sebagai
Infrastruktur Menuju Big Data
Inspektorat I adalah unit kerja yang Hal ini terjadi karena perbedaan
memiliki tugas dan fungsi untuk data/dokumen yang diterima oleh kedua tim.
melaksanakan pengawasan intern pada Untuk menangani hal-hal di atas dan
lingkungan Direktorat Jenderal SDPPI mewujudkan misi Inspektorat I guna
terhadap kinerja dan keuangan melalui merealisasikan implementasi Big Data
audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan sebagai pendukung pelaksanaan pengawasan
kegiatan pengawasan lainnya. Dalam di Inspektorat I, maka disusunlah suatu
melaksanakan pengawasan ini terdapat satu repository (database) untuk dokumen-
kendala yang sering muncul dalam dokumen terkait pengawasan di Inspektorat
pelaksanaan pengawasan intern tersebut
I. Database ini memanfaatkan fasilitas cloud
yaitu data/dokumen yang digunakan dalam
yang disediakan oleh PDSI.
pengawasan. Hal ini semakin menjadi sulit
dengan kondisi satuan kerja Ditjen SDPPI Inspektorat I meminta akses kepada PDSI
yang terdiri dari 35 UPT dan 6 Eselon 2 untuk disediakan user dengan kapasitas
sehingga jumlah buril terkait pengawasan cloud sebesar 100 Gb. Direncanakan semua
menjadi sangat banyak. Laporan Hasil Pengawasan, Surat Tugas,
Selain itu dalam pelaksanaan pengawasan, serta dokumen terkait pengawasan seperti
dilakukan oleh tim-tim yang berbeda, RKAKL, PK, dan Renja satuan kerja SDPPI
sehingga terkadang terjadi permintaan data dapat disimpan dan diakses melalui cloud
berulang kepada satuan kerja, padahal data ini. Untuk mengakses database ini dapat
yang diminta adalah data yang sama. melalui k-cloud.kominfo.go.id dengan user
Kemudian karena dalam audit dipengaruhi inspektorat_1, maka semua data yang ada
oleh professional judgement, maka dapat dapat diakses. Tampilan dari database ini
terjadi kesimpulan yang berbeda dari dua adalah sebagai berikut:
tim yang melaksanakan audit yang sama.
BULETIN
PERUBAHAN 06
VOL.1
Harapannya dengan adanya database ini maka dapat mempercepat kinerja Inspektorat I
terutama dalam mendapatkan data yang dibutuhkan untuk pengawasan, serta menjadi
semacam Knowledge Management System dimana tim pemeriksa dapat mengakses informasi
Laporan Hasil Pengawasan terdahulu untuk menjadi acuan dalam melaksanakan
pengawasan ke depan yang pada akhirnya meningkatkan fungsi penjaminan mutu dan
konsultansi untuk memberikan nilai tambah (added value) kepada satuan kerja yang diawasi
oleh Inspektorat I.
BULETIN
07 PERUBAHAN
VOL.1
Latar Belakang :
Tujuan:
Gambaran Umum:
PENGENDALIAN
Perubahan-perubahan yang ada di INTERNAL
Inspektorat I tidak hanya bersifat ke luar, sesama rekan tidak hanya menjaga diri
tetapi juga bersifat ke dalam. Perubahan sendiri sesuai dengan protokol kesehatan.
yang bersifat kedalam ini dilakukan guna
meningkatkan efektitas dan efisiensi Pembentukan PIC Monitoring Satker Ditjen
organisasi. Inspektorat I menyadari perlunya SDPPI merupakan salah satu bentuk
perubahan organisasi untuk lebih adaptif pengendalian yang dilakukan oleh
terhadap perubahan Budaya dan Teknologi Inspektorat I guna memantau
yang terjadi secara global. Guna mengikuti perkembangan Tindak Lanjut Hasil
perubahan-perubahan yang terjadi, Pengawasan APIP, serta guna melakukan
Inspektorat I melakukan perubahan- pendampingan atas pelaksanaan
perubahan internal terkait dengan Manajemen Risiko, Pelaksanaan Anggaran,
pengendalian internal seperti membuat serta melakukan penugasan lain yang
antara lain: menjadi prioritas Mitra Kerja maupun bagi
Laporan Kinerja/Kegiatan Bulanan Inspektorat I.
Inspektorat I
Laporan Kesehatan Pegawai, Inspektorat I juga rutin melakukan rapat
Pembentukan PIC Monitoring Satker koordinasi internal setiap hari Senin dan
Ditjen SDPPI, dan Kamis melalui aplikasi Zoom. Rapat
Rapat Internal melalui Media Daring. koordinasi ini juga bersifat fleksibel yang
bisa dilaksanakan kapan saja sesuai dengan
Laporan Bulanan Inspektorat I berisi seluruh kebutuhan organisasi. Dalam
kegiatan Inspektorat I mulai dari kegiatan pelaksanaannya informasi bersifat dua arah,
yang sesuai dengan PKPT Inspektorat I TA tidak hanya dari Inspektur kepada Auditor
2020 dan kegiatan lainnya seperti dan Staff, tetapi Auditor dan Staff juga
ringkasan/rangkuman hasil rapat Internal, berperan aktif dalam pelaksanaannya.
hasil rapat dengan satuan kerja lainnya, hasil Informasi penting dari Inspektur Jenderal,
rapat Satuan Tugas Inspektorat Jenderal, Sekretariat Itjen, maupun dari Luar lainnya
ringkasan materi webinar, ringkasan materi selalu disampaikan Inspektur kepada
Program Pelatihan Mandiri Inspektorat seluruh pegawai. Selain itu pegawai lainnya
Jenderal, Penugasan lainnya yang tidak juga ikut berpendapat atau memberikan
termasuk dalam PKPT Inspektorat I. Melalui informasi yang berguna bagi organisasi.
laporan bulanan kegiatan Inspektorat I ini Sehingga informasi apapun akan dibahas
diharapkan menjadi salah satu bentuk bersama dan menjadi keputusan yang
akuntabilitas organisasi dalam pelaksanaan disepakati bersama.
tugas dan fungsinya.
Laporan Kesehatan Inspektorat I ditujukan
untuk memantau kesehatan pegawai
Inspektorat I selama pelaksanaan Work
From Office & Flexible Working Space.
Selama masa pandemik ini sangat penting
untuk memantau kesehatan satu sama
lainnya sebab Inspektorat I menyadari
pentingnya arti dukungan moral dari
sesama
BULETIN
PERUBAHAN 09
VOL.1
Program pembentukan LO di Inspektorat II sudah berjalan sejak awal tahun 2020. Dampak
yang paling terasa dengan adanya LO adalah pemantauan terhadap seluruh kegiatan yang
dilaksankaan oleh satuan kerja, tersedianya data dan informasi yang dibutuhkan untuk
penugasan secara cepat, penugasan yang lebih memberikan nilai tambah, hubungan kerja
yang baik serta keterbukaan informasi satuan kerja terhadap APIP. Namun dalam
perjalanannya, penugasan LO juga mengalami beberapa tantangan yaitu adanya risiko
independensi dan objektivitas karena adanya kemungkinan tim LO terlibat dalam Tim Audit
sehingga berpotensi menimbulkan self audit bagi auditor serta tersisihkannya tugas LO
ketika frekuensi penugasan sedang meningkat.
BULETIN
12 PERUBAHAN
VOL.1
Latar Belakang :
Tujuan:
Urgensi Permasalahan
Mengapa pemantauan TLHP oleh Itjen ini penting? Setiap tahun perjanjian kinerja (PK)
di tingkat Eselon II adalah Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pengawasan (TLHP) di tahun
sebelumnya dan tahun berjalan. Perjanjian Kinerja ini antara Inspektorat dan Satuan Kerja
bersangkutan yang bertanggung jawab menyelesaikan TLHP BPK. Sistem pemantauan yang
baik akan mempercepat terselesaikannya TLHP di Satuan Kerja yang bersangkutan dan
memastikan ketercapaian Perjanjian Kinerja (PK) di tingkat Eselon II. Selain itu,
pemantauan TLHP yang buruk bukan tidak mungkin mengakibatkan saldo temuan BPK
yang tidak terselesaikan akan terus bertambah setiap tahun/di tahun selanjutnya dan
menjadi “PR” bagi Satuan Kerja. “PR” yang tidak terselesaikan di tahun lalu, akan menjadi
“PR” di tahun selanjutnya sampai proses tersebut dinyatakan selesai oleh BPK RI.
BULETIN
14 PERUBAHAN
Selama ini yang menjadi masalah juga bersangkutan. Oleh karena itu, dengan sistem
adalah temuan Tuntutan Ganti Rugi Pemantauan TLHP yang baik akan
(TGR). Temuan-temuan TGR yang tahun meningkatkan probabilitas temuan-temuan
temuannya sudah terlampau lama menjadi lebih cepat untuk diselesaikan dengan
menjadi sulit untuk ditindaklanjuti. Hal Itjen yang berperan sebagai akselerator dan
ini dikarenakan perubahan sistem di early warning system bagi Satuan Kerja yang
Pihak Ketiga, perubahan-perubahan yang menyelesaikan TLHP BPK tersebut.
tidak terpantau oleh Satuan Kerja yang
GAMBAR 1 URGENSI PERMASALAHAN
III yang
Secara umum dapat digambarkan bahwa kondisi saat ini di Itjen masih terdapat “dualisme”
dalam proses pemantauan TLHP. Proses yang berbelit/tumpang tindih dirasakan dalam
proses pelaksanaannya menurut hasil wawancara mendalam dengan stakeholder di
lingkungan Inspektorat Jenderal. SOP yang ada sekarang belum mampu menjawab dengan
jelas tugas dan fungsi PIC yang ditunjuk di masing-masing Inspektorat dalam rangka
pemantauan
BULETIN
16 PERUBAHAN
pemantauan TLHP. Ditambah lagi, PIC TLHP dituangkan dalam SOP No.
tersebut tidak memiliki keberlanjutan dalam 352B/IJ1/OT0206/07/2017 tentang
prosesnya sehingga proses verifikasi Pemantauan Jawaban TLHP BPK RI. Tidak
substantif dan administratif tidak maksimal. ada Pedoman yang kuat atau kerangka
Proses ini juga berpotensi menimbulkan regulasi selain SOP ini dalam pelaksanaan
konflik internal antara Sesitjen dan pemantauan TLHP BPK RI di lingkungan
Inspektorat yang berkepanjangan. Kementerian Kominfo. Dari analisis
Itjen Kominfo tergolong unik dibanding terhadap identifikasi permasalahan dan
dengan Itjen di kementerian atau lembaga penyebab, dan hasil dari benchmarking
lain. Hal ini dikarenakan Itjen memiliki didapatkan kondisi existing/saat ini dan
Bagian Tindak Lanjut Hasil Pengawasan kondisi yang diharapkan dari perbaikan tata
(TLHP) dibawah langsung Sekretaris Itjen. kelola yang diharapkan. Kondisi ini
Gambaran kondisi existing Pemantauan tergambar dalam diagram berikut.
TLHP dituangkan dalam
GAMBAR 3 KONDISI SAAT INI DAN KONDISI YANG DIHARAPKAN DALAM PEMANTAUAN TLHP
Satgas Pemantauan TLHP sebagai Jembatan dan Transisi antara Inspektorat dan
Sekretariat Itjen
Mengapa harus Satgas/Satuan Tugas? Pada dasarnya Satuan Tugas atau dalam bahasa
inggris disebut dengan task force adalah tim yang dibentuk langsung oleh atasan/pimpinan
untuk menyelesaikan tugas spesifik dalam periode tertentu. Satgas dapat dibubarkan ketika
tugas telah selesai atau dianggap tidak ada urgensi lagi. Dalam implementasinya Satgas
sering dibentuk dalam keadaan darurat dikarenakan urgensi dan waktu penyelesaian yang
relatif singkat sehingga membutuhkan fokus khusus dalam pelaksanaannya.
Dalam kaitan dengan pemantauan tindak lanjut, pembentukan Satgas dalam memperbaiki
aspek-aspek yang menjadi penyebab buruknya tata kelola pemantauan tindak lanjut. Jika
digambarkan peran Satgas Pemantauan TLHP dalam jangka pendek digambarkan dalam
diagram dibawah ini.
Peran Satgas ini adalah:
1. Percepatan/akselerator penyelesaian TLHP di Satuan Kerja yang di lingkupinya
2. Memperbaiki komunikasi antara Sesitjen dan Inspektorat dengan adanya PIC yang
berkelanjutan dan periodik
3. Menjadi agen dalam pemahaman proses bisnis pemantauan TLHP di masing-masing
Inspektorat
4. Menjalankan pemantauan TLHP di masing-masing Inspektorat dengan pembagian tugas
yang jelas
GAMBAR 4 POSISI SATUAN TUGAS DALAM STRUKTUR TATA KELOLA
Pola pikir dalam pembentukan Satgas ini Jika digambarkan dalam bentuk road map
adalah sederhana. Dalam setiap perubahan atau grand design, pembentukan Satgas ini
diperlukan transisi, dan pembentukan adalah solusi jangka pendek untuk
Satgas ini adalah percepatan dan transisi membentuk kondisi yang diharapkan dalam
dalam perbaikan tata kelola Inspektorat jangka panjang. Satgas yang dibentuk suatu
dalam peran aktif dan lebih pemantauan saat dapat dibubarkan atau tidak diperlukan
TLHP di masing-masing Satker. lagi peran dan fungsinya dikarenakan
Oleh karena Satgas adalah transisi dan lingkungan tata kelola di Inspektorat
jembatan, maka pembentukan Satgas ini Jenderal yang sudah mendukung. Gambaran
harus didukung oleh perbaikan Satgas ini dalam jangka panjang dapat
berkelanjutan dalam tata kelola antara dilihat pada diagram berikut.
Sesitjen dan Inspektorat.
GAMBAR 7 ROAD MAP JANGKA PANJANG PERBAIKAN TATA KELOLA
PEMANTAUAN TLHP DI INSPEKTORAT JENDERAL
kelola ini membutuhkan komitmen dari banyak pihak terutama pimpinan. Tahun 2020
adalah tahun inisiasi di lingkungan Inspektorat II. Hasil benchmarking dengan kementerian
lain.
GAMBAR 9 TUGAS/JOB DESCRIPTION DARI PIC DI INSPEKTORAT
II YANG DIINISIASI DI AWAL TAHUN 2020.
Latar Belakang :
Arus disruptif itu sejatinya cukup meresahkan profesi auditor mengingat
auditor belum sepenuhnya dapat menyelaraskan kemampuannya dengan
perkembangan teknologi tersebut, sehingga tantangan terberat berikutnya
bagi auditor adalah untuk meningkatkan kemampuan analisisnya untuk
memastikan auditor tidak hanya melaksanakan audit, namun juga mampu
menjadi penasihat dan antisipator yang handal bagi pengambil keputusan.
Tujuan:
Gambaran Umum:
Selain tindakan penghentian dan spesifik sesuai dengan perjanjian kerja yang
pembatalan audit, terdapat juga tindakan dimandatkan kepadanya. PIC ini diharapkan
penambahan perikatan audit dan bahkan dapat memperoleh informasi secara cepat
memperluas lingkup audit. Tindakan- mengenai tujuan, strategi, risiko, potensi
tindakan di atas menunjukkan bahwa permasalahan, kendala, hingga realisasi
diperlukan agilitas atau kelincahan auditor kegiatan yang dilaksanakan oleh satker.
dalam menghadapi perubahan organisasi. Informasi tersebut merupakan data primer
bagi Inspektorat III untuk menentukan
Sebelum pandemi ini terjadi, sebenarnya strategi pengawasan.
auditor sudah menghadapi tantangan
auditing di era revolusi industri 4.0, di mana Setiap minggu PIC akan melakukan
melakukan pemantauan atas realisasi
banyak aplikasi yang dapat menyajikan data
pelaksanaan pekerjaan satuan kerja. Topik
secara real time dan kehadiran artificial
pembahasan PIC dengan satuan kerja yang
intelligence (AI) yang dapat menganalisa menjadi mitra kami cukup beragam, mulai
anomali-anomali dalam laporan keuangan, dari yang sifatnya assurance hingga
yang jika tidak diantisipasi hal tersebut consulting, seperti kegiatan pendampingan
secara perlahan dapat menggantikan fungsi atas perencanaan, pelaksanaan pengadaan
auditor internal. Arus disruptif itu sejatinya barang/jasa, hingga strategi mencapai
cukup meresahkan profesi auditor akuntabilitas kinerja.
mengingat auditor belum sepenuhnya dapat PIC mendorong satuan kerja untuk
menyelaraskan kemampuannya dengan mengunggah form monitoring anggaran dan
perkembangan teknologi tersebut, sehingga PBJ serta bukti dukungnya ke dalam k-cloud
tantangan terberat berikutnya bagi auditor yang disediakan oleh PDSI. Para PIC ini juga
adalah untuk meningkatkan kemampuan bertugas melakukan monitoring atas
analisisnya untuk memastikan auditor tidak pengelolaan anggaran dan pengadaan barang
hanya melaksanakan audit, namun juga jasa tersebut beserta kelengkapan data
mampu menjadi penasihat dan antisipator dukung yang disampaikan oleh satker setiap
yang handal bagi pengambil keputusan. bulannya (Gambar 2). Melalui monitoring ini
Untuk mendukung peningkatan kompetensi diharapkan menjadi deteksi dini atas
auditor dan kemampuan analisisnya, data- permasalahan pengendalian internal dan
kepatuhan untuk langsung dapat dilakukan
data dan informasi harus dapat diperoleh
tindakan koreksi.
auditor secara berkala dalam sebuah sistem
yang terintegrasi, sehingga auditor mampu
mengetahui permasalahan sebenarnya yang
dihadapi oleh satuan kerja yang menjadi
mitranya untuk dapat memberikan solusi
yang tepat.
Dalam menjawab tantangan tersebut, tim
Inspektorat III membentuk PIC untuk
mendampingi satuan kerja pada level eselon
II, mengingat tiap satuan kerja masing-
masing memiliki tujuan umum dan tujuan
BULETIN
PERUBAHAN 24
VOL.1
Di samping itu, Inspektorat III juga membuat sebuah wadah komunikasi melalui layanan
pesan Whatsapp yang berisi para PIC dari Inspektorat III, PPK, Bagian Perencanaan, dan
Bagian Keuangan di lingkungan satuan kerja yang menjadi mitra strategisnya. Gaya
komunikasi yang dibuat serius santai membuat para pengelola kegiatan menjadi lebih
terbuka dalam mengutarakan atau mendiskusikan permasalahan yang dihadapi oleh
masing-masing satuan kerja. Tidak hanya itu, forum komunikasi ini juga menjadi arena
sharing knowledge apabila di antara para anggota memperoleh informasi mengetahui
peraturan perundangan yang baru ditetapkan. Hal ini ditujukan agar pengelola kegiatan dan
auditor memiliki kesamaan pandangan dalam memahami sebuat peraturan. Wadah
diharapkan ini juga pada akhirnya dapat meningkatkan kompetensi pada pengelola kegiatan
dan auditor dalam rangka mencapai akuntabilitas kerja yang ditetapkan.
Dalam perlaksanaannya, PIC di Inspektorat III setiap harinya akan melakukan daily stand
up yang dipimpin oleh Inspektur III dan dipandu oleh pada pengendali teknis (kami
melakukannya setiap pagi) di mana setiap PIC berkesempatan untuk mengkomunikasikan
pekerjaan yang dilakukan pada hari sebelumnya dan apa saja yang akan dikerjakan pada hari
ini, serta permasalahan atau kendala apa saja yang dihadapi oleh setiap PIC dalam
mengerjakan pekerjaannya. Demikian pula ketika pekerjaan tersebut telah selesai
dilaksanakan, PIC juga berkewajiban untuk membagikan hasilnya di dalam daily stand up
yang bertujuan untuk memberikan pemahaman yang sama dan meningkatkan kompetensi
antar anggota tim. Setiap PIC juga dapat memberikan masukan atas kendala maupun
pencapaian yang diperoleh anggota tim lainnya, dengan maksud memberikan sudut pandang
lain yang dapat memperluas wawasan masing-masing anggota. Hal ini hanyalah merupakan
sebagian kecil upaya atau milestone awal yang dilakukan untuk mewujudkan agilitas auditor
Inspektorat III. Kami berupaya untuk secara konsisten melaksanakan review secara berkala
untuk meninjau kembali hasil pekerjaan dari tim apakah telah sesuai dengan mencapai
tujuan yang telah disepakati dalam perjanjian kinerja masing-masing satuan kerja.
Tujuannya untuk melihat kembali proses pekerjaan yang telah dilakukan PIC dalam tim, apa
yang harus dipertahankan oleh tim, dan apa yang harus ditingkatkan lagi oleh tim.
BULETIN
PERUBAHAN 25
VOL.1
Untuk mendukung pelaksanaan ini, kami menyadari tidak mudah untuk mengubah
sebuah kebiasaan atau budaya organisasi. Mengambil core value dalam framework Scrum,
Inspektur III selalu menanamkan nilai-nilai yang dapat meningkatkan kinerja yaitu nilai
semangat, fokus, komitmen dalam penyelesaian pekerjaan, saling menghargai pendapat
dalam tim, dan yang tidak kalah pentingnya yaitu nilai kerterbukaan.
Kami menyadari bahwa begitu banyak tantangan dalam melaksanakan tugas dan fungsi
sebagai aparat pengawas internal. Namun, bukan sebuah harapan belaka bahwa kegiatan ini
pada akhirnya dapat memberikan nilai tambah bagi satuan kerja bahwa selain memberikan
jaminan atas pelaksanaan pekerjaan, auditor internal juga dapat menjadi mitra strategis
satuan kerja dalam memberikan solusi atas kendala yang dihadapi satuan kerja. Perubahan
tidak akan terjadi jika tidak memulai dari hal terkecil, karena kita mau kita bisa!
BULETIN
26 PERUBAHAN
VOL.1
Latar Belakang :
Tujuan:
Sebagai pimpinan Inspektorat III, Pak Nizam membawa perubahan terhadap kinerja
pegawai di lingkungan internalnya. Beliau meningkatkan kinerja dan disiplin pegawainya
melalui kegiatan sharing session yang dilaksanakan setiap mengawali hari kerja melalui
aplikasi zoom meeting. Sharing session ini memiliki tujuan, yaitu:
1. Sebagai bentuk monitoring pimpinan terhadap pegawainya. Dalam kegiatan tersebut
auditor melaporkan progres pelaksanaan penugasannya serta rencana yang akan
dilaksanakan dalam penugasannya.
2. Sebagai ruang diskusi agar setiap pegawai memiliki pemahaman yang sama atas tugas
yang sedang dijalankan.
3. Sebagai ruang bagi Pengendali Teknis dan/atau Ketua Tim untuk memberikan arahan
kepada anggota timnya.
4. Sebagai ruang bagi pegawai untuk menyampaikan aspirasinya.
Sharing session dihadiri oleh seluruh pegawai Inspektorat III yang dimulai pukul 08.15
WIB setiap harinya. Hasil dari kegiatan sharing session menjadi salah satu bagian dalam
laporan kegiatan harian Inspektorat III. Agenda yang akan dibahas dalam kegiatan sharing
session, hari sebelumnya sudah disampaikan oleh Pak Nizam melalui WA Group Inspektorat
III. Hal tersebut dilakukan agar setiap tim auditor dapat menyiapkan bahan untuk
disampaikan. Agenda dalam kegiatan sharing session, yaitu:
1. Pemaparan dan diskusi oleh tim auditor mengenai progres penugasan pengawasan dan
non-pengawasan.
2. Pemaparan dan diskusi oleh tim auditor mengenai kegiatan pemberian konsultasi.
3. Pemaparan mengenai peraturan-peraturan terkait yang dapat dijadikan kriteria dalam
pengawasan guna meningkatkan pemahaman auditor.
4. Penyelesaian isu permasalahan terkait permasalahan satuan kerja mitra maupun tata
kelola Inspektorat III.
Kegiatan Sharing Session ini sangat penting, karena melalui kegiatan tersebut Pak Nizam
selaku Inspektur III dapat melakukan monitoring dan mengikuti alur setiap kegiatan
pegawainya, dengan tujuan agar semua data/informasi yang diperoleh dapat menjadi
landasan dalam mengambil keputusan tindakan selanjutnya. Kegiatan sharing session ini
berdampak kepada peningkatan disiplin pegawainya dalam melaksanakan, menjaga mutu,
dan menyelesaikan tugasnya tepat waktu.
Kegiatan yang terus berjalan dalam sifat bekerja yang fleksibel ini membutuhkan
dukungan pengelolaan arsip yang memadai. Terdapat permasalahan yang timbul saat awal
berjalannya sifat bekerja yang fleksibel. Dokumen arsip berupa nota dinas, surat tugas,
undangan, dan laporan penugasan seringkali sulit ditemukan karena pengelolaan arsip yang
dilakukan oleh bagian tata usaha masih secara manual. Hal tersebut membuat informasi
yang dibutuhkan sulit dan lama untuk didapatkan. Oleh karena itu, mulai bulan Juli 2020
Inspektorat III mulai memberlakukan digitalisasi arsip.
Digitalisasi arsip dibuat menggunakan google drive. Digitalisasi arsip tersebut bertujuan
agar setiap pegawai yang berkepentingan untuk menyusun dokumen arsip dapat melalui
google sheet untuk mengisi dokumen yang dibutuhkan dan dikoordinasikan oleh bagian tata
usaha. Kemudian file dokumen yang sudah diberi nomor dan bertanda tangan elektronik
diunggah ke google drive dan ditautkan ke google sheet yang tersedia agar mudah dalam
pencarian dokumennya. Selain memudahkan pegawai dan bagian tata usaha untuk
berkoordinasi dan berkomunikasi, digitalisasi arsip juga berfungsi sebagai bahan informasi
bagian tata usaha untuk menginformasikan informasi kegiatan Inspektorat III kepada
Sekretariat Inspektorat Jenderal. Digitalisasi arsip ini membuat auditor dan bagian tata
usaha Inspektorat III mempunyai pemahaman dan persamaan persepsi mengenai kegiatan
yang berjalan di Inspektorat III, sehingga mengurangi risiko kehilangan informasi. Setiap
akhir bulan, bagian tata usaha menginformasikan form digitalisasi arsip melalui kegiatan
sharing session untuk pemutakhiran data.
Form digitalisasi arsip pada google sheet berisi sheet monitoring PKPT dan Non-PKPT,
persuratan, audit log, dan TLHP Internal. Keberadaan beberapa sheet dalam satu file ini
diharapkan mampu memberikan informasi secara utuh mengenai kegiatan yang sedang
dilakukan melalui sheet monitoring PKPT dan Non-PKPT, kegiatan tersebut berlangsung
dengan didukung oleh dokumen yang tertera dalam sheet persuratan, kemudian progres
kegiatan dapat dilihat melalui sheet audit log, dan untuk kegiatan pengawasan yang sudah
selesai penugasannya dapat dipantau tindak lanjutnya melalui sheet TLHP Internal. File
dokumen yang ada disimpan di dalam google drive yang kemudian ditautkan dalam google
sheet. Folder google drive tersebut terbagi dalam 4 folder, yaitu nota dinas, surat tugas,
laporan penugasan, dan undangan.
Penerapan digitalisasi arsip ini berdampak Perubahan budaya akan berhasil jika
pada peningkatan efektivitas dan efisiensi Pimpinan mempunyai konsep yang jelas,
pada pelaksanaan penugasan pengawasan didiskusikan dan dikomunikasikan dengan
oleh tim auditor yang mempunyai mobilitas baik sebelum diterapkan. Kemudian
tinggi pada sistem bekerja tatanan normal dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab,
baru yang bersifat fleksibel. dilakukan evaluasi, dan perbaikan secara
terus menerus.
Adanya kegiatan sharing session,
penyusunan laporan kegiatan harian, Pimpinan harus mampu memberi contoh
laporan pengawasan bulanan, dan digitalisasi dalam implementasinya. Organisasi yang
arsip Inspektorat III meningkatkan mampu membangun budaya organisasi akan
akuntabilitas dan transparansi, mengingat tercipta rasa kebersamaan yang kuat, rasa
dalam masa tatanan normal baru pegawai memiliki, dan tanggung jawab untuk menjaga
dapat melaksanakan pekerjaannya melalui nilai-nilai organisasi, serta melahirkan
metode WFH dan FWS. Akuntabilitas menjadi kinerja yang optimal.
kunci dari good governance (Abdullah, 2010).
Akuntabilitas juga telah menjadi topik yang Kegiatan berupa sharing session,
menarik bagi pemerintahan, karena penyusunan laporan harian, penyusunan
akuntabilitas telah berkembang dari sifat laporan pengawasan bulanan dan digitalisasi
tradisional (akuntabilitas keuangan) menjadi arsip diharapkan mampu meningkatkan
beberapa prinsip, yaitu akuntabilitas akuntabilitas dan transparansi yang
administrasi, akuntabilitas politik, dan kemudian dapat memperkuat budaya kerja.
akuntabilitas sosial (Erkkila, 2007). Tentunya, untuk mencapai hal tersebut
diawali dari perubahan-perubahan kecil.
Prinsip transparansi memiliki kedudukan Semua perubahan tersebut dilakukan dengan
yang penting dalam implementasi konsep berlandaskan pada semboyan Inspektorat III,
good governance. Melalui informasi yang Kita Mau Kita Bisa. Hanya dengan kemauan
transparansi, dan mudah diakses, akan yang kuat inilah kita akan mampu berjuang
memudahkan publik untuk memahami dan dan bertahan hingga akhirnya tujuan
berpartisipasi secara nyata dalam proses- bersama bisa tercapai.
proses yang berkepentingan dengan publik.
Transparansi informasi akan membuka ruang
transaksi sosial dengan stakeholder (CUI-ITB,
2004).
Sumber:
PP 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
Abdullah, Syukry. 2010. Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui Akuntabilitas Sektor Publik: Suatu Sarana Good
Governance. 12 Januari 2020.
CUI-ITB. 2004. Keterkaitan Akuntabilitas dan Transparansi Dalam Pencapaian Good Governance. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Erkkila, Tero. 2007. Governance and Accountability A Shift in Conceptualization. University of Helsinki. Jurnal PAQ SPRING.
Soedjono. 2005. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Organisasi dan Kepuasan Kerja dan Karyawan pada Terminal
Penumpang Umum di Surabaya. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol 7. No. 1. Maret 2005.
Moeljono, Djokosantoso. 2005. Budaya Organisasi dalam tantangan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
BULETIN
PERUBAHAN 35
VOL.1
Nyoman Suryadipta
Latar Belakang :
Gambaran Umum:
Penyediaan layanan Data Center Nasional tahun 2020 diakomodir melalui mekanisme
sewa DCN cloud dan pengadaan lahan, untuk kemudian tahun 2021 akan dilanjutkan proses
pembangunan infrastruktur DCN, dan diharapkan tahun 2022 Pusat Data Nasional sudah
dapat beroperasi secara penuh.
Ilustrasi model layanan Pusat Data berbasis komputasi awan
Terkait hal tersebut APIP berperan untuk melakukan pengawasan melalui mekanisme
Probiti Audit pada tahap perencanaan/ pelaksanaan kontrak/ pertanggungjawaban s.d
keuangan dan kinerja, ruang lingkup pengawasan mencakup perencanaan/identifikasi
kebutuhan (capacity planning), pelaksanaan kontrak (service delivery), pengukuran prestasi
layanan Pekerjaan (Service level agreement/SLA), dan Pemanfaatan layanan (utilization).
Operational Strategy
Dengan telah dilakukannya pengawasan ini kedepannya dapat menjadi referensi bagi APIP
dilingkungan Itjen Kemkominfo dalam menentukan strategi pengawasan pekerjaan sejenis
sesuai mitra Satker masing-masing Inspektorat.
BULETIN
39 PERUBAHAN
VOL.1
Latar Belakang :
Tujuan:
PROSES PENGAWASAN
Kemunculan teknologi ini memaksa Salah satu fitur yang sangat bermanfaat
masnusia yang awalnya hanya menggunakan dalam proses pengawasan ialah pivot table.
perkakas sederhana untuk mempermudah Pivot table dapat dideskripsikan sebagai
kegiatannya beralih menggunakan gadget. table yang dapat merangkum data dari table
Aktivitas manusia menjadi sangat lain dengan menerapkan operasi tertentu
dimudahkan setelah kehadiran perangkat seperti sortasi, rata-rata, atau penjumlahan
elektronik kecil yang memiliki fungsi ke data pada tabel pertama, biasanya
tertentu ini. termasuk pengelompokan data. PivotTable
merupakan salah satu fitur excel yang sangat
Begitu pula dengan kegiatan pengawasan powerfull untuk meringkas, menganalisa,
yang dilaksanakan dalam rangka meng-explore, serta menyajikan data.
memberikan keyakinan kepada para
pemangku kepentingan terkait pelaksanaan Fitur ini sangat bermanfaat dalam kegiatan
kegiatan organisasi. Kemudahan teknologi pengawasan ketika data yang diperoleh dari
mengakibatkan kegiatan organisasi menjadi auditee sangat banyak, mencapai ratusan
semakin kompleks. Hal ini akan menjadi bahkan ribuan baris table. Seperti yang saya
tantangan bagi para auditor dalam lakukan dalam kegiatan Reviu Revaluasi
melakukan kegiatan pengawasan. BMN Kementerian Komunikasi dan
Informatika Tahun 2019. Dalam kegaitan
Salah satu pemanfaatan teknologi dalam tersebut tim ditugaskan untuk melakukan
kegiatan pengawasan adalah dengan inventarisasi BMN Kemkominfo yang
pemanfaatan software audit baik generalized menjadi temuan BPK dengan jumlah 1.881
audit software maupun specialized audit NUP. Dengan memerhatikan alokasi waktu
software. Generalized audit software yang penugasan yang sangat sempit, kegiatan
paling sering digunakan adalah Microsoft tersebut tidak memungkinkan dilakukan
Excel. Software tersebut merupakan aplikasi tanpa bantuan aplikasi pengolah angka.
dengan konsep lembar kerja yang memiliki Dengan bantuan Pivot Table, data BMN yang
fungsi utama dalam proses pengolahan terbagi dalam 4 tabel dengan total 1.881 NUP
angka. dapat diringkas menjadi data yang lebih
informatif seperti pada table dibawah ini.
Tabel Rekapitulsi Inventarisasi BMN dan Tindak Lanjut Temuan BPK
Di era digital seperti ini perlu bagi
auditor untuk terus mengasah
kemampuannya dalam pemanfaatan
teknologi. Kemudahan teknologi ini
dapat meningkatkan keandalan,
efektivitas, dan efisiensi dalam
pengawasan. Pelaksanaan audit yang awalnya hanya menggunakan
kegiatan cetakan yang dihasilkan
dari sistem computer (audit around computer) beralih menggunakan sumber data elektronik
(audit through computer). Penggunaan teknologi yang aktif dalam kegiatan pengawasan
dapat mewujudkan pendekatan audit with computer.
BULETIN
PERUBAHAN 41
VOL.1
Raden Tri Windratno
Latar Belakang :
Penyajian data dukung TLHP BPK sering kali mengalami ketidaksesuaian antara
yang telah disampaikan oleh satuan kerja dengan yang diterima oleh BPK. Hal ini
disebabkan karena belum standarnya penatausahaan data dukung TLHP yang
disajikan dan disampaikan ke BPK RI. Berdasarkan permasalahan tersebut
diatas, perlu dilakukan upaya peningkatan efektifitas pemantauan TLHP melalui
penetapan kinerja, pengelolaan
pengelolaan database, dan penyederhanaan
database, dan penyederhanaan
mekanisme koordinasi mekanismestakeholder
dengan koordinasi dengan
untuk
stakeholder untuk
meningkatkan kualitas hasil tindaklanjut pemeriksaan BPK.
meningkatkan kualitas hasil tindaklanjut pemeriksaan BPK.
Tujuan:
Membangun komunikasi yang efektif dengan pihak eksternal /BPK RI juga menjadi prioritas
kami selama proses pemantauan TLHP BPK. Kesesuaian data antara yang kami sajikan
dengan kebutuhan tim pemantau BPK sangat mempengaruhi tingkat kualitas penyelesaian
TLHP BPK. Kami secara berkelanjutan terus berupaya mengakomodir permintaan/masukan
tim BPK terhadap mekanisme TLHP di internal Kementerian dan dalam penyajian data
dukung melalui sharing dengan Tim pada saat pelaksanaan pembahasan TLHP setiap
Semester. Kemudahan akses terhadap data dukung TLHP yang dibutuhkan BPK juga menjadi
faktor penentu dalam percepatan proses penilaian/telaah tim BPK RI sehingga kuantitas data
TLHP yang bisa diakui oleh BPK dapat lebih optimal mengingat waktu pelaksanaan
penugasan tim BPK yang terbatas.
Latar Belakang :
Tantangan baru yang harus dihadapi oleh setiap lapisan masyarakat tak
terkecuali satuan kerja baik dalam pemerintahan maupun non-pemerintahan
adalah pemanfaatan teknologi di tengah pandemi Covid 19.
Tujuan:
Gambaran Umum:
Ruang diskusi dilaksanakan dengan jadwal yang sudah ditentukan yaitu setiap
hari Senin mulai pukul 08.00, hal ini cukup efektif mengingat ruang diskusi
dilaksanakan seminggu sekali setiap senin dibandingkan dengan pelaksanaan
tatap muka secara langsung yang dilaksanakan setiap bulan. Selain itu ruang
wewew diskusi juga dapat dimanfaatkan untuk membahas isu-isu
mendesak yang perlu dikoordinasikan dengan segera.
BULETIN
47
PENYELENGGARAAN RUANG DISKUSI
PERUBAHAN
VOL.1
Tantangan baru yang harus dihadapi oleh tahun lalu, pembahasan setiap bulan melalui
setiap lapisan masyarakat tak terkecuali rapat bersama antar Eselon 2 di Inspektorat
satuan kerja baik dalam pemerintahan Jenderal untuk membahas capaian serta
maupun non-pemerintahan adalah perubahan yang perlu dilaksanakan dengan
pemanfaatan teknologi di tengah pandemi mempertimbangkan risiko dan arahan
Covid 19. Hal ini juga diperlukan untuk pimpinan. Selain itu, pada ruang diskusi
melaksanakan kegiatan diskusi monitoring tersebut juga mengingatkan rencana
dan evaluasi, dari tatap muka dalam satu kegiatan bulan berikutnya yang telah
ruangan berpindah menggunakan aplikasi direncanakan.
Zoom yang dinilai memberikan dampak yang
cukup menguntungkan karena waktu yang
lebih flexible dan penghematan anggaran,
dengan tetap mendapatkan hasil yang
optimal.
Ruang diskusi muncul sebagai bentuk
pembaharuan dari Sekretariat Inspektorat
Jenderal dalam rangka menuju penggunaaan
digitalisasi, difokuskan pada permasalahan-
permasalahan krusial yang memerlukan
pengambilan keputusan yang tepat dan
cepat. Lingkup dalam ruang diskusi antara
lain penyusunan program kerja Itjen,
perubahan program kerja Itjen, monitoring
program kerja Itjen, evaluasi program kerja
Itjen, dan isu lainnya.
Sebagai gambaran, monitoring dan evaluasi
atas capaian kinerja ataupun progress fisik
realisasi PKPT merupakan kegiatan yang
cukup penting untuk dilaksanakan, untuk
memantau capaian kinerja yang sesuai
target. Kegiatan monitoring dan evaluasi
tahun lalu dilaksankan secara terjadwal
setiap awal bulan untuk memantau
pelaksanaan kegiatan bulan sebelumnya.
Perubahan-perubahan kegiatan baik dalam
bentuk maupun jadwal kegiatan akan
mempengaruhi rencana yang telah tersusun
dalam PKPT, hal ini memerlukan revisi
dalam PKPT untuk menyusun rencana
kebutuhan sumber daya manusia, waktu
serta pembiayaannya. Dalam pelaksanaan
tahun
BULETIN
48 PERUBAHAN
VOL.1
Ruang diskusi dilaksanakan dengan jadwal yang sudah ditentukan yaitu setiap hari Senin
mulai pukul 08.00 WIB, hal ini cukup efektif dibandingkan dengan pelaksanaan tatap muka
secara langsung yang dilaksanakan setiap bulan. Ruang diskusi sudah dilaksanakan dan
membahas hal-hal seperti: Tindak Lanjut Rencana Revisi RKT Itjen TA 2020, Monev B07 Itjen
TA 2020, PIC Pokjawas dan Evaluasi AKIP TA 2020, Pagu Anggaran TA 2021, Pengembangan
Bidang TIK pada RAPBN TA 2021, Usulan Kenaikan Izin Penggunaan Sebagai Dana PNBP
Kemkominfo, User APIP Keminfo, Rencana Anggaran Itjen TA 2021 Berdasarkan Pagu
Anggaran, Revisi RKT Itjen TA 2020, Capaian Sementara Untuk PK Itjen TA 2020 dan
Tim/Satgas di Lingkungan Itjen TA 2020. Para peserta diskusi aktif dalam memberi masukkan
dan tanggapan untuk setiap tema pambahasan yang telah disiapkan.
POKJA MANAJEMEN PERUBAHAN
SATGAS REFORMASI BIROKRASI
INSPEKTORAT JENDERAL
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
TA 2020