Anda di halaman 1dari 50

BULETIN

PERUBAHAN
- REFORMASI BIROKRASI -
Pembangunan Agilitas Auditor Untuk
Database Mendukung Budaya
Pengawasan Kerja Yang Lebih Baik
sebagai
Infrastruktur Peningkatan
Menuju Big Data Peran APIP
Melalui
Peningkatan
Pembentukan
Pengendalian
Liaison Officer
Internal
Pemanfaatan Pivot
Peningkatan Table Dalam Proses
Peran APIP
Pengawasan
Melalui Perbaikan
Tata Kelola Sharing Session
Pemantauan , Pengelolaan Laporan, dan
Tindak Lanjut Digitalisasi Arsip dalam
Hasil Pengawasan mendukung Akuntabilitas
Kinerja pada Tatanan
BPK RI
Normal Baru

Peningkatan Efektifitas Pemantauan Tindak


Peningkatan Peran APIP Dalam Pengawasan
Penyelenggaraan Lanjut Hasil Pengawasan BPK RI Melalui
Layanan Data Center Nasional Berbasis
Ruang Diskusi Program Penetapan Kinerja, Pengelolaan Data Base, dan
Teknologi Komputasi Awan Pada Ditjen
Dan Evaluasi Penyederhanaan Mekanisme Koordinasi Dengan
APTIKA
Stakeholder

INSPEKTORAT JENDERAL
TA 2020
VOL. 1
BULETIN
01 PERUBAHAN
VOL.1

Kata Pengantar Redaksi


SUSUNAN Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

REDAKSI Salam Perubahan,


Kami segenap redaksi Buletin Perubahan Inspektorat Jenderal
Pengarah
mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
Doddy Setiadi
penerbitan Buletin Perubahan Inspektorat Jenderal Volume
Penanggung Jawab
Pertama tahun Anggaran 2020. Buletin Perubahan ini merupakan
Tony Tovik Hidayat
bagian dari penerapan manajemen inovasi Inspektorat Jenderal
Redaktur yang mendokumentasikan dan mendiseminasikan perubahan-
Randy Arninto perubahan reformasi birokrasi yang terjadi di lingkungan
Editor Inspektorat Jenderal melalui koordinasi dengan agen perubahan di
Adityawarman Sumanto setiap Satker Eselon II Inspektorat Jenderal, sehingga melalui
buletin ini dapat dicatat dan diketahui bagaimana proses perubahan
Sekretariat
itu lahir sampai terimplementasikan serta memberi dampak
Jamalullail
terhadap peningkatan kualitas dan/atau produktivitas pekerjaan.
Henrika
Syaifan Nur Adi Pratama
Muhammad Azis Azhari Diharapkan melalui buletin ini pegawai dapat mengetahui, meniru
Alya Dheanisa Hardanti dan mencontoh perubahan yang relevan bagi dirinya maupun bagi
Agustina Amanda Putri organisasi, sehingga dapat menyebarkan semangat perubahan ke
arah yang lebih baik di setiap level pegawai Inspektorat Jenderal.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pokja Manajemen Perubahan


BULETIN
PERUBAHAN 02
VOL.1

AGEN PERUBAHAN
INSPEKTORAT JENDERAL
TA 2020

Aditya Kurniawan
I Nyoman Indra
Gautama

Nyoman Suryadipta
Rizka Hendrawan

Tri Janu Astuti Aisyah Dwija Prihastuti

Ardiansyah Raden Tri Windratno

Yustina Dwiratna Ricky Anggoro


BULETIN
03 PERUBAHAN
VOL.1

Halaman 4

Pembangunan Database Pengawasan sebagai


Infrastruktur Menuju Big Data
Inspektorat I

Halaman 7
Peningkatan Pengendalian Internal
Inspektorat I

Halaman 9
Peningkatan Peran APIP Melalui Pembentukan
Liaison Officer
Inspektorat II

Halaman 12

Peningkatan Peran APIP Melalui Perbaikan Tata Kelola


Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan BPK RI
Inspektorat II

Halaman 21

Agilitas Auditor Untuk Mendukung Budaya Kerja


Yang Lebih Baik
Inspektorat III

Halaman 26
Sharing Session, Pengelolaan Laporan, dan
Digitalisasi Arsip dalam mendukung Akuntabilitas
Kinerja pada Tatanan Normal Baru
Inspektorat III

Halaman 35

Peningkatan Peran APIP Dalam Pengawasan Layanan Data Center


Nasional Berbasis Teknologi Komputasi Awan Pada Ditjen APTIKA
Inspektorat IV

Halaman 39

Pemanfaatan Pivot Table Dalam Proses Pengawasan


Inspektorat IV

Halaman 41

Peningkatan Efektifitas Pemantauan Tindak Lanjut Hasil


Pengawasan BPK RI Melalui Penetapan Kinerja, Pengelolaan Data
Base, dan Penyederhanaan Mekanisme Koordinasi Dengan
Stakeholder Sekretariat Itjen

Halaman 46

Penyelenggaraan Ruang Diskusi Program Dan Evaluasi


Sekretariat Itjen
BULETIN
PERUBAHAN 04
VOL.1

Pembangunan Database Pengawasan


I Nyoman Indra Gautama sebagai Infrastruktur menuju Big Data
Inspektorat I

Latar Belakang :

Satuan kerja Ditjen SDPPI yang merupakan auditee Inspektorat I terdiri dari
35 UPT dan 6 eselon 2 menjadikan jumlah buril terkait pengawasan menjadi
sangat banyak dan pengelolaan data hasil pengawasan kurang memadai
sehingga diperlukan perubahan dalam pengelolaannya yaitu dengan cara
membangun database.

Tujuan:

Diharapkan dapat meningkatkan efektifitas hasil pengawasan dan dapat


menjadi Knowledge Management System sederhana.

Gambaran Umum:

Database yang memuat seluruh aktifitas pengawasan


Inspektorat I, diantaranya
Data buril pengawasan
Data yang dibutuhkan dalam perencanaan, pelaksanaan
pengawasan (termasuk manajemen risiko IR I)
Data hasil pengawasan (ST, laporan, surat menyurat)
BULETIN
05
Pembangunan Database PERUBAHAN
VOL.1

Pengawasan sebagai
Infrastruktur Menuju Big Data
Inspektorat I adalah unit kerja yang Hal ini terjadi karena perbedaan
memiliki tugas dan fungsi untuk data/dokumen yang diterima oleh kedua tim.
melaksanakan pengawasan intern pada Untuk menangani hal-hal di atas dan
lingkungan Direktorat Jenderal SDPPI mewujudkan misi Inspektorat I guna
terhadap kinerja dan keuangan melalui merealisasikan implementasi Big Data
audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan sebagai pendukung pelaksanaan pengawasan
kegiatan pengawasan lainnya. Dalam di Inspektorat I, maka disusunlah suatu
melaksanakan pengawasan ini terdapat satu repository (database) untuk dokumen-
kendala yang sering muncul dalam dokumen terkait pengawasan di Inspektorat
pelaksanaan pengawasan intern tersebut
I. Database ini memanfaatkan fasilitas cloud
yaitu data/dokumen yang digunakan dalam
yang disediakan oleh PDSI.
pengawasan. Hal ini semakin menjadi sulit
dengan kondisi satuan kerja Ditjen SDPPI Inspektorat I meminta akses kepada PDSI
yang terdiri dari 35 UPT dan 6 Eselon 2 untuk disediakan user dengan kapasitas
sehingga jumlah buril terkait pengawasan cloud sebesar 100 Gb. Direncanakan semua
menjadi sangat banyak. Laporan Hasil Pengawasan, Surat Tugas,
Selain itu dalam pelaksanaan pengawasan, serta dokumen terkait pengawasan seperti
dilakukan oleh tim-tim yang berbeda, RKAKL, PK, dan Renja satuan kerja SDPPI
sehingga terkadang terjadi permintaan data dapat disimpan dan diakses melalui cloud
berulang kepada satuan kerja, padahal data ini. Untuk mengakses database ini dapat
yang diminta adalah data yang sama. melalui k-cloud.kominfo.go.id dengan user
Kemudian karena dalam audit dipengaruhi inspektorat_1, maka semua data yang ada
oleh professional judgement, maka dapat dapat diakses. Tampilan dari database ini
terjadi kesimpulan yang berbeda dari dua adalah sebagai berikut:
tim yang melaksanakan audit yang sama.
BULETIN
PERUBAHAN 06
VOL.1

Harapannya dengan adanya database ini maka dapat mempercepat kinerja Inspektorat I
terutama dalam mendapatkan data yang dibutuhkan untuk pengawasan, serta menjadi
semacam Knowledge Management System dimana tim pemeriksa dapat mengakses informasi
Laporan Hasil Pengawasan terdahulu untuk menjadi acuan dalam melaksanakan
pengawasan ke depan yang pada akhirnya meningkatkan fungsi penjaminan mutu dan
konsultansi untuk memberikan nilai tambah (added value) kepada satuan kerja yang diawasi
oleh Inspektorat I.
BULETIN
07 PERUBAHAN
VOL.1

Peningkatan Pengendalian Internal


Inspektorat I
Rizka Hendrawan

Latar Belakang :

Inspektorat I menyadari perlunya perubahan organisasi untuk lebih


adaptif terhadap perubahan Budaya dan Teknologi yang terjadi secara
global.

Tujuan:

1. Meningkatkan akuntabilitas organisasi


2. Peningkatan efektifitas dan efisiensi organisasi
3. Dukungan moral

Gambaran Umum:

Inspektorat I melakukan perubahan-perubahan internal terkait dengan


pengendalian internal seperti membuat antara lain:
Laporan Kinerja/Kegiatan Bulanan Inspektorat I berisi kegiatan terkait
PKPT dan Non PKPT (ringkasan/rangkuman hasil rapat Internal, hasil
rapat dengan satuan kerja lainnya, hasil rapat Satuan Tugas Inspektorat
Jenderal, ringkasan materi webinar, dan ringkasan materi Program
Pelatihan Mandiri)
Laporan Kesehatan Pegawai
Optimalisasi PIC Monitoring Satker Ditjen SDPPI,
dan Rapat Internal melalui Media Daring
BULETIN
08
PENINGKATAN
PERUBAHAN

PENGENDALIAN
Perubahan-perubahan yang ada di INTERNAL
Inspektorat I tidak hanya bersifat ke luar, sesama rekan tidak hanya menjaga diri
tetapi juga bersifat ke dalam. Perubahan sendiri sesuai dengan protokol kesehatan.
yang bersifat kedalam ini dilakukan guna
meningkatkan efektitas dan efisiensi Pembentukan PIC Monitoring Satker Ditjen
organisasi. Inspektorat I menyadari perlunya SDPPI merupakan salah satu bentuk
perubahan organisasi untuk lebih adaptif pengendalian yang dilakukan oleh
terhadap perubahan Budaya dan Teknologi Inspektorat I guna memantau
yang terjadi secara global. Guna mengikuti perkembangan Tindak Lanjut Hasil
perubahan-perubahan yang terjadi, Pengawasan APIP, serta guna melakukan
Inspektorat I melakukan perubahan- pendampingan atas pelaksanaan
perubahan internal terkait dengan Manajemen Risiko, Pelaksanaan Anggaran,
pengendalian internal seperti membuat serta melakukan penugasan lain yang
antara lain: menjadi prioritas Mitra Kerja maupun bagi
Laporan Kinerja/Kegiatan Bulanan Inspektorat I.
Inspektorat I
Laporan Kesehatan Pegawai, Inspektorat I juga rutin melakukan rapat
Pembentukan PIC Monitoring Satker koordinasi internal setiap hari Senin dan
Ditjen SDPPI, dan Kamis melalui aplikasi Zoom. Rapat
Rapat Internal melalui Media Daring. koordinasi ini juga bersifat fleksibel yang
bisa dilaksanakan kapan saja sesuai dengan
Laporan Bulanan Inspektorat I berisi seluruh kebutuhan organisasi. Dalam
kegiatan Inspektorat I mulai dari kegiatan pelaksanaannya informasi bersifat dua arah,
yang sesuai dengan PKPT Inspektorat I TA tidak hanya dari Inspektur kepada Auditor
2020 dan kegiatan lainnya seperti dan Staff, tetapi Auditor dan Staff juga
ringkasan/rangkuman hasil rapat Internal, berperan aktif dalam pelaksanaannya.
hasil rapat dengan satuan kerja lainnya, hasil Informasi penting dari Inspektur Jenderal,
rapat Satuan Tugas Inspektorat Jenderal, Sekretariat Itjen, maupun dari Luar lainnya
ringkasan materi webinar, ringkasan materi selalu disampaikan Inspektur kepada
Program Pelatihan Mandiri Inspektorat seluruh pegawai. Selain itu pegawai lainnya
Jenderal, Penugasan lainnya yang tidak juga ikut berpendapat atau memberikan
termasuk dalam PKPT Inspektorat I. Melalui informasi yang berguna bagi organisasi.
laporan bulanan kegiatan Inspektorat I ini Sehingga informasi apapun akan dibahas
diharapkan menjadi salah satu bentuk bersama dan menjadi keputusan yang
akuntabilitas organisasi dalam pelaksanaan disepakati bersama.
tugas dan fungsinya.
Laporan Kesehatan Inspektorat I ditujukan
untuk memantau kesehatan pegawai
Inspektorat I selama pelaksanaan Work
From Office & Flexible Working Space.
Selama masa pandemik ini sangat penting
untuk memantau kesehatan satu sama
lainnya sebab Inspektorat I menyadari
pentingnya arti dukungan moral dari
sesama
BULETIN
PERUBAHAN 09
VOL.1

Peningkatan Peran APIP melalui


Pembentukan Liaison Officer
Inspektorat II

Latar Belakang : Tri Janu Astuti

Dengan keterbatasan SDM yang dimiliki oleh Inspektorat, luas dan


kompleksnya cakupan kegiatan unit kerja dan belum adanya integrasi sistem
pengawasan maka dibentuk Liaison Officer (disingkat LO) untuk setiap satuan
kerja. LO merupakan sebuah tim yang terdiri dari Auditor Madya, Auditor
Muda dan Auditor Pertama atau Terampil. LO dibentuk dengan dasar Surat
Tugas dari Inspektur. Tugas utama dari LO adalah sebagai penghubung antara
satuan kerja dengan Inspektorat dalam memantau progres kegiatan yang
dilaksanakan oleh satuan kerja. Selain itu apabila satuan kerja membutuhkan
pendampingan dalam mengelola risiko maupun masalah,  satuan kerja juga
dapat berkonsultasi dengan auditor yang ditunjuk sebagai LO.

Tujuan: Tersedianya data dan informasi yang


dibutuhkan untuk penugasan secara cepat,
penugasan yang lebih memberikan nilai
tambah, hubungan kerja yang baik serta
keterbukaan informasi satuan kerja terhadap
APIP.
BULETIN
PERUBAHAN 10
VOL.1

Peningkatan Peran APIP melalui


Pembentukan Liaison Officer
IIA mendefinisikan bahwa audit interal dihadapi, kini bertambah dengan adanya
sebagai berikut: pendampingan satuan kerja dalam mengelola
“Internal auditing in an independent, objective
risiko yang dihadapi. Seperti yang tertera
assuranse and consulting activity designed to
dalam konsep three line of defence IIA, APIP
add value and improve an organization’s berperan dalam perbaikan manajemen risiko,
operations. It helps an organization accomplish pengendalian internal dan perbaikan tata
its objectives by bringing a systematic, kelola pemerintahan yang baik.
disciplined approach to evaluate an improve the

effectiveness of risk management, control and


Dengan keterbatasan SDM yang dimiliki
governance processes" (IIA, 1999).
oleh Inspektorat, luas dan kompleksnya
Sesuai dengan definisi tersebut maka peran cakupan kegiatan unit kerja dan belum
APIP dapat dibagi menjadi 2 (dua) hal yaitu: adanya integrasi sistem pengawasan maka
1. Peran APIP sebagai assurance / pemberi dibentuk Liaison Officer (disingkat LO) untuk
setiap Satuan Kerja. LO merupakan sebuah
jaminan terhadap manajemen melalui
tim yang terdiri dari Auditor Madya, Auditor
penugasan audit, reviu, evaluasi,
Muda dan Auditor Pertama atau Terampil. LO
monitoring, penilaian dsb; dan dibentuk dengan dasar Surat Tugas dari
2. Peran APIP sebagai consulting yaitu Inspektur. Tugas utama dari LO adalah
biasanya untuk memberikan masukan, sebagai penghubung antara satuan kerja
pendampingan dsb dengan Inspektorat dalam memantau
Dalam penugasan assurance, pada progress kegiatan yang dilaksanakan oleh
umumnya APIP akan memberikan satuan kerja. Selain itu apabila satuan kerja
rekomendasi yang bersifat pendek membutuhkan pendampingan dalam
sedangkan dalam kegiatan konsulting mengelola risiko maupun masalah,   Satuan
rekomendasi yang diberikan dapat berupa Kerja juga dapat berkonsultasi dengan
pencegahan, perbaikan yang memiliki auditor yang ditunjuk sebagai LO. Setiap
bulan LO menyusun laporan dan
dampak jangka menengah maupun jangka
disampaikan kepada Inspektur, dengan dasar
panjang.
tersebut apabila terdapat hal-hal yang perlu
Perubahan paradigma APIP yang semula didalami, LO dapat mengusulkan suatu
sebagai watchdog kini berubah menjadi penugasan kepada Inspektur. Laporan dan
konsultan dan katalisator dalam rangka informasi yang diperoleh oleh tim LO
peningkatan tata kelola pemerintah yang dibagikan kepada seluruh pegawai di
baik. Hal tersebut merupakan salah satu lingkungan Inspektorat II sebagai informasi
manfaat dari adanya perubahan pola awal apabila nantinya terdapat pegawai yang
penugasan APIP dari semula hanya berada di luar LO dan ditugaskan untuk
melakukan pemeriksaan pada masalah yang pengawasan di satuan kerja tersebut.
BULETIN
PERUBAHAN 11
VOL.1

Program pembentukan LO di Inspektorat II sudah berjalan sejak awal tahun 2020. Dampak
yang paling terasa dengan adanya LO adalah pemantauan terhadap seluruh kegiatan yang
dilaksankaan oleh satuan kerja, tersedianya data dan informasi yang dibutuhkan untuk
penugasan secara cepat, penugasan yang lebih memberikan nilai tambah, hubungan kerja
yang baik serta keterbukaan informasi satuan kerja terhadap APIP. Namun dalam
perjalanannya, penugasan LO juga mengalami beberapa tantangan yaitu adanya risiko
independensi dan objektivitas karena adanya kemungkinan tim LO terlibat dalam Tim Audit
sehingga berpotensi menimbulkan self audit bagi auditor serta tersisihkannya tugas LO
ketika frekuensi penugasan sedang meningkat.
BULETIN
12 PERUBAHAN
VOL.1

Perbaikan Tata Kelola Pemantauan


Tindak Lanjut Hasil Pengawasan (TLHP)
BPK RI Inspektorat II
Ardiansyah

Latar Belakang :

Setiap tahun perjanjian kinerja (PK) di tingkat Eselon II adalah Penyelesaian


Tindak Lanjut Hasil Pengawasan (TLHP) di tahun sebelumnya dan tahun
berjalan. Perjanjian Kinerja ini antara Inspektorat dan Satuan Kerja
bersangkutan yang bertanggung jawab menyelesaikan TLHP BPK. Sistem
pemantauan yang baik akan mempercepat terselesaikannya TLHP di Satuan
Kerja yang bersangkutan dan memastikan ketercapaian Perjanjian Kinerja
(PK) di tingkat Eselon II. Selain itu, pemantauan TLHP yang buruk bukan tidak
mungkin mengakibatkan saldo temuan BPK yang tidak terselesaikan akan
terus bertambah setiap tahun/di tahun selanjutnya dan menjadi “PR” bagi
Satuan Kerja. “PR” yang tidak terselesaikan di tahun lalu, akan menjadi “PR” di
tahun selanjutnya sampai proses tersebut dinyatakan selesai oleh BPK RI.

Tujuan:

Percepatan proses penyelesaian TLHP BPK RI


Perjanjian Kinerja (PK) penyelesaian TLHP tercapai akhir tahun
Potensi konflik internal antara Sesitjen dan Inspektorat dapat dihindari
Sinkronnya Sesitjen dan Inspektorat dalam proses pemantauan
penyelesaian TLHP
Temuan-temuan TGR menjadi lebih cepat untuk ditindaklanjuti
Jembatan pemahaman proses bisnis TLHP di Inspektorat
BULETIN
13 PERUBAHAN
VOL.1

PERBAIKAN TATA KELOLA PEMANTAUAN TINDAK


LANJUT HASIL PENGAWASAN (TLHP) BPK RI

Latar Belakang/Identifikasi Masalah


Ide ini muncul saat saya mengerjakan Proyek Perubahan Pelatihan Dasar (Latsar) CPNS
tahun lalu. Saat itu memang saya juga sedang menjalani penugasan/Surat Tugas
Pemantauan TLHP di Satuan Kerja dan Inspektorat II sendiri. Dalam melakukan tugas
tersebut saya menemukan terdapat permasalahan atau kendala internal yang menghambat
pelaksanaan pemantauan TLHP. Sebagai seorang ‘anak yang baru masuk dan masih polos’
saya memberanikan diri untuk brainstorming dan berdiskusi dengan senior-senior baik di
Inspektorat II maupun di Sekretariat Itjen bagian TLHP. Kesimpulan yang saya dapatkan,
memang terdapat masalah dalam pemantauan TLHP di lingkungan Inspektorat Jenderal.
Masalah-masalah tersebut dapat dirangkum dalam tabel berikut.
TABEL 1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DALAM PEMANTAUAN TLHP BPK OLEH ITJEN

Urgensi Permasalahan
Mengapa pemantauan TLHP oleh Itjen ini penting? Setiap tahun perjanjian kinerja (PK)
di tingkat Eselon II adalah Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pengawasan (TLHP) di tahun
sebelumnya dan tahun berjalan. Perjanjian Kinerja ini antara Inspektorat dan Satuan Kerja
bersangkutan yang bertanggung jawab menyelesaikan TLHP BPK. Sistem pemantauan yang
baik akan mempercepat terselesaikannya TLHP di Satuan Kerja yang bersangkutan dan
memastikan ketercapaian Perjanjian Kinerja (PK) di tingkat Eselon II. Selain itu,
pemantauan TLHP yang buruk bukan tidak mungkin mengakibatkan saldo temuan BPK
yang tidak terselesaikan akan terus bertambah setiap tahun/di tahun selanjutnya dan
menjadi “PR” bagi Satuan Kerja. “PR” yang tidak terselesaikan di tahun lalu, akan menjadi
“PR” di tahun selanjutnya sampai proses tersebut dinyatakan selesai oleh BPK RI.
BULETIN
14 PERUBAHAN

Selama ini yang menjadi masalah juga bersangkutan. Oleh karena itu, dengan sistem
adalah temuan Tuntutan Ganti Rugi Pemantauan TLHP yang baik akan
(TGR). Temuan-temuan TGR yang tahun meningkatkan probabilitas temuan-temuan
temuannya sudah terlampau lama menjadi lebih cepat untuk diselesaikan dengan
menjadi sulit untuk ditindaklanjuti. Hal Itjen yang berperan sebagai akselerator dan
ini dikarenakan perubahan sistem di early warning system bagi Satuan Kerja yang
Pihak Ketiga, perubahan-perubahan yang menyelesaikan TLHP BPK tersebut.
tidak terpantau oleh Satuan Kerja yang
GAMBAR 1 URGENSI PERMASALAHAN

Penyebab dan Dampak Permasalahan


Dari permasalahan-permasalahan tersebut, didapatkan analisis penyebab dan dampak yang
dapat digunakan untuk menyusun rancangan penyelesaian permasalahan dan mengukur
dampak negatif yang ditimbulkan.
GAMBAR 2 PENYEBAB DAN DAMPAK PERMASALAHAN PEMANTAUAN TLHP BPK

Solusi atau Perubahan yang Telah Dilakukan


Penyelesaian TLHP BPK sejatinya merupakan tanggung jawab dari masing-masing Satuan
Kerja tempat terjadinya temuan dan atau rekomendasi temuan tersebut. Inspektorat
Jenderal dalam pelaksanaan penyelesaian TLHP BPK dapat berperan sebagai Satuan Kerja
yang menyelesaikan temuan dan berperan sebagai pemantau untuk mendorong dan
mempercepat penyelesaian temuan di Satuan Kerja yang menjadi lingkup tugas dan
fungsinya.
BULETIN
15 PERUBAHAN

Penyelesaian TLHP merupakan amanat serta pedoman dan peraturan terkait


dari Pasal 23E UUD 1945, UU No. 15 tahun lainnya), namun yang lebih penting lagi
2004 Pasal 20 BPK RI dan Peraturan adalah sebagai bentuk upaya peningkatan
Pemerintah Nomor 79 tahun 2005 yang kinerja auditan yang menindaklanjuti. Hal
menyatakan bahwa entitas wajib tersebut dikarenakan rekomendasi/saran
menindaklanjuti rekomendasi dalam LHP yang diberikan dalam LHP adalah untuk
dan memberikan jawaban atau penjelasan perbaikan atas kelemahan manajemen
kepada BPK tentang tindak lanjut atas maupun untuk peningkatan kinerja satker
rekomendasi dalam LHP. Jangka waktu terkait. Sehingga ada korelasi antara
penyelesaian TLHP adalah 60 hari kalender pelaksanaan tindak lanjut dengan
sejak diterimanya LHP. Dengan peningkatan kinerja yang diharapkan.
memperhatikan berbagai ketentuan
peraturan perundangan, maka jelas bahwa Oleh karena itu, diperlukan perbaikan tata
pelaksanaan TLHP merupakan hal penting kelola dalam pemantauan TLHP BPK RI.
untuk dilaksanakan. Perbaikan ini membutuhkan kerjasama dari
berbagai pihak untuk keluar dari zona
Disinilah peran Itjen dapat ditingkatkan. nyaman. Dari hasil  benchmarking dengan
Melalui peran Itjen dalam pemantauan TLHP beberapa kementerian atau lembaga, semua
BPK yang dilakukan/diselesaikan oleh kementerian atau lembaga tersebut memiliki
Satuan Kerja, Itjen dapat memberikan nilai alur yang jelas dalam pemantauan TLHP
tambah kepada Satuan Kerja atau auditee. dengan Inspektorat berperan dalam
Kenapa tindak lanjut penting? Tindak lanjut verifikasi substantif maupun administratif
tidak sekedar sebagai wujud kepatuhan lama pemantauan TLHP BPK RI. Hasil
terhadap peraturan perundang-undangan benchmarking tersebut dapat digambarkan
(dalam hal ini kepatuhan atas UU atau PP, dalam diagram berikut.
serta
TABEL 1 BENCHMARKING TATA KELOLA PEMANTAUAN TLHP DENGAN KEMENTERIAN LAIN

III yang

Secara umum dapat digambarkan bahwa kondisi saat ini di Itjen masih terdapat “dualisme”
dalam proses pemantauan TLHP. Proses yang berbelit/tumpang tindih dirasakan dalam
proses pelaksanaannya menurut hasil wawancara mendalam dengan stakeholder di
lingkungan Inspektorat Jenderal. SOP yang ada sekarang belum mampu menjawab dengan
jelas tugas dan fungsi PIC yang ditunjuk di masing-masing Inspektorat dalam rangka
pemantauan
BULETIN
16 PERUBAHAN

pemantauan TLHP. Ditambah lagi, PIC TLHP dituangkan dalam SOP No.
tersebut tidak memiliki keberlanjutan dalam 352B/IJ1/OT0206/07/2017 tentang
prosesnya sehingga proses verifikasi Pemantauan Jawaban TLHP BPK RI. Tidak
substantif dan administratif tidak maksimal. ada Pedoman yang kuat atau kerangka
Proses ini juga berpotensi menimbulkan regulasi selain SOP ini dalam pelaksanaan
konflik internal antara Sesitjen dan pemantauan TLHP BPK RI di lingkungan
Inspektorat yang berkepanjangan. Kementerian Kominfo. Dari analisis
Itjen Kominfo tergolong unik dibanding terhadap identifikasi permasalahan dan
dengan Itjen di kementerian atau lembaga penyebab, dan hasil dari benchmarking
lain. Hal ini dikarenakan Itjen memiliki didapatkan kondisi existing/saat ini dan
Bagian Tindak Lanjut Hasil Pengawasan kondisi yang diharapkan dari perbaikan tata
(TLHP) dibawah langsung Sekretaris Itjen. kelola yang diharapkan. Kondisi ini
Gambaran kondisi existing Pemantauan tergambar dalam diagram berikut.
TLHP dituangkan dalam
GAMBAR 3 KONDISI SAAT INI DAN KONDISI YANG DIHARAPKAN DALAM PEMANTAUAN TLHP

Kondisi yang diharapkan membutuhkan penyelesaian yang konkrit dari masing-masing


stakeholder. Selama ini pembahasan mengenai perbaikan tata kelola pemantauan TLHP
telah dibicarakan dalam ruang lingkup Sesitjen dan Inspektorat, namun dalam ruang
informal dan tidak ada tools yang secara konkrit mendukung perbaikan tata kelola. Dalam
setiap perubahan pasti dibutuhkan transisi, dan masa transisi tersebut perlu diakomodasi
dengan baik. Karena itulah, gagasan tentang Desain Perbaikan Tata Kelola Pemantauan
Tindak Lanjut ini dibuat, untuk mengakomodasi masa transisi dan perbaikan tata kelola
Pemantauan TLHP BPK RI menjadi lebih baik.
BULETIN
17 PERUBAHAN

Satgas Pemantauan TLHP sebagai Jembatan dan Transisi antara Inspektorat dan
Sekretariat Itjen
Mengapa harus Satgas/Satuan Tugas? Pada dasarnya Satuan Tugas atau dalam bahasa
inggris disebut dengan task force adalah tim yang dibentuk langsung oleh atasan/pimpinan
untuk menyelesaikan tugas spesifik dalam periode tertentu. Satgas dapat dibubarkan ketika
tugas telah selesai atau dianggap tidak ada urgensi lagi. Dalam implementasinya Satgas
sering dibentuk dalam keadaan darurat dikarenakan urgensi dan waktu penyelesaian yang
relatif singkat sehingga membutuhkan fokus khusus dalam pelaksanaannya.
Dalam kaitan dengan pemantauan tindak lanjut, pembentukan Satgas dalam memperbaiki
aspek-aspek yang menjadi penyebab buruknya tata kelola pemantauan tindak lanjut. Jika
digambarkan peran Satgas Pemantauan TLHP dalam jangka pendek digambarkan dalam
diagram dibawah ini.
Peran Satgas ini adalah:
1. Percepatan/akselerator penyelesaian TLHP di Satuan Kerja yang di lingkupinya
2. Memperbaiki komunikasi antara Sesitjen dan Inspektorat dengan adanya PIC yang
berkelanjutan dan periodik
3. Menjadi agen dalam pemahaman proses bisnis pemantauan TLHP di masing-masing
Inspektorat
4. Menjalankan pemantauan TLHP di masing-masing Inspektorat dengan pembagian tugas
yang jelas
GAMBAR 4 POSISI SATUAN TUGAS DALAM STRUKTUR TATA KELOLA

GAMBAR 5 KEANGGOTAAN DAN TUJUAN SATUAN TUGAS


BULETIN
18 PERUBAHAN

Pola pikir dalam pembentukan Satgas ini Jika digambarkan dalam bentuk road map
adalah sederhana. Dalam setiap perubahan atau grand design, pembentukan Satgas ini
diperlukan transisi, dan pembentukan adalah solusi jangka pendek untuk
Satgas ini adalah percepatan dan transisi membentuk kondisi yang diharapkan dalam
dalam perbaikan tata kelola Inspektorat jangka panjang. Satgas yang dibentuk suatu
dalam peran aktif dan lebih pemantauan saat dapat dibubarkan atau tidak diperlukan
TLHP di masing-masing Satker. lagi peran dan fungsinya dikarenakan
Oleh karena Satgas adalah transisi dan lingkungan tata kelola di Inspektorat
jembatan, maka pembentukan Satgas ini Jenderal yang sudah mendukung. Gambaran
harus didukung oleh perbaikan Satgas ini dalam jangka panjang dapat
berkelanjutan dalam tata kelola antara dilihat pada diagram berikut.
Sesitjen dan Inspektorat.
GAMBAR 7 ROAD MAP JANGKA PANJANG PERBAIKAN TATA KELOLA
PEMANTAUAN TLHP DI INSPEKTORAT JENDERAL

GAMBAR 8 ROAD MAP JANGKA PANJANG PERBAIKAN TATA KELOLA


PEMANTAUAN TLHP DI INSPEKTORAT JENDERAL
(Benchmarking Integrasi CACM IT Based Bappenas)
BULETIN
19 PERUBAHAN

Tahapan/roadmap perbaikan tata kelola a) Restrukturisasi


pemantauan TLHP secara singkat dapat Peran Inspektorat yang lebih dalam
dijelaskan sebagai berikut. pemantauan TLHP (verifikasi
1. Tahap Transisi substantif/administratif, koordinasi dengan
Pada tahap ini dibentuk Satuan Tugas Satuan Kerja), dan peran Sesitjen sebagai
Pemantauan TLHP sebagai jembatan kompilator, penatausahaan dan pelaporan
komunikasi antara Sesitjen dan Inspektorat.
dapat dimungkinkan dibutuhkan
Penunjukan PIC yang bekelanjutan di
masing-masing Inspektorat akan restrukturisasi agar organisasi berjalan lebih
mempercepat proses penyelesaian TLHP, efektif. 
memperbaiki alur komunikasi dan b) Rebudgeting
pemahaman proses bisnis TLHP di masing- Peran atau tanggung jawab yang lebih
masing Inspektorat. Disini, peran tentunya didukung dengan anggaran yang
Inspektorat dapat lebih aktif, peran Sesitjen
memadai. Oleh karena itu untuk pembiayaan
akan lebih pasif dan segala koordinasi terkait
data dukung substantif ke Satuan Kerja akan Satgas pemantauan TLHP dan fasilitasi
ditangani oleh PIC Inspektorat. pendampingan dalam pemantauan TLHP
oleh Inspektorat dapat dimungkinkan
2. Tahap Tata Kelola Inspektorat
diperlukan rebudgeting dalam
Pada tahap ini terdapat aspek penting yang
pelaksanaannya.
perlu digarisbawahi. Ketika pemahaman
proses bisnis TLHP di masing-masing c) Redesain
Inspektorat sama dan Kondisi yang Pedoman dan atau SOP Pemantauan TLHP
diharapkan (Gambar 3) sudah stabil, maka seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
diperlukan penguatan kerangka regulasi di bahwa redesain Pedoman Pemantauan TLHP
Inspektorat Jenderal. Penyusunan pedoman dan SOP diperlukan dalam rangka
pemantauan TLHP dan SOP (jika penguatan regulasi.
diperlukan) harus menjadi landasan dasar
dalam pemantauan TLHP. Sehingga tidak 3. Tahap Tata Kelola Inspektorat
ada lagi miskomunikasi, konflik internal dan berbasis IT Based
perbedaan pemahaman mengenai proses Saat ini di Inspektorat Jenderal, sedang
bisnis pemantauan TLHP. Namun disadari, dikembangkan CACM (Continuous Audit
bahwa kondisi yang diharapkan (Gambar 3) Continuous Monitoring) dari hasil
mempunyai 3 kegiatan penting untuk benchmarking dengan Bappenas.
terwujud yaitu:
Implementasi yang Telah Dilakukan
Saat ini implementasi dari perbaikan Tata Kelola Pemantauan TLHP di inisiasi di
lingkungan Inspektorat II. Terdapat penunjukan PIC yang dibawahi oleh Liaison Officer (LO)
di masing-masing unit sesuai dengan Satuan Kerja yang dilingkupinya.
Pelaksanaan verifikasi bukti dukung TLHP berjalan sesuai penunjukan LO yang telah
berlangsung diawal tahun 2020. LO PPI melaksanakan pemantauan TLHP di Ditjen PPI, dan
LO BAKTI melaksanakan pemantauan TLHP di BAKTI. Dalam pelaksanaannya masih
menemui kendala dan membutuhkan lebih banyak perbaikan. Tentunya perbaikan tata
kelola
BULETIN
20 PERUBAHAN

kelola ini membutuhkan komitmen dari banyak pihak terutama pimpinan. Tahun 2020
adalah tahun inisiasi di lingkungan Inspektorat II. Hasil benchmarking dengan kementerian
lain.
GAMBAR 9 TUGAS/JOB DESCRIPTION DARI PIC DI INSPEKTORAT
II YANG DIINISIASI DI AWAL TAHUN 2020.

Dampak Proyek Perubahan


GAMBAR 10 DAMPAK PROYEK PERUBAHAN
Seperti yang dijelaskan
sebelumnya, bahwa TLHP memiliki
peranan yang penting bagi Satuan
Kerja dikarenakan memiliki
perbaikan terhadap kinerja dan
keuangan bagi Satuan Kerja yang
bersangkutan. Dampak terhadap
perbaikan tata kelola pemantauan
TLHP ini dapat dibilang cukup
besar. Dijelaskan dalam diagram
berikut.
Dokumentasi
BULETIN
PERUBAHAN 21
VOL.1

Agilitas Auditor Untuk mendukung


budaya kerja yang lebih baik
Yustina Dwiratna
Inspektorat III

Latar Belakang :
Arus disruptif itu sejatinya cukup meresahkan profesi auditor mengingat
auditor belum sepenuhnya dapat menyelaraskan kemampuannya dengan
perkembangan teknologi tersebut, sehingga tantangan terberat berikutnya
bagi auditor adalah untuk meningkatkan kemampuan analisisnya untuk
memastikan auditor tidak hanya melaksanakan audit, namun juga mampu
menjadi penasihat dan antisipator yang handal bagi pengambil keputusan.

Tujuan:

Dalam menjawab tantangan tersebut, tim Inspektorat III


membentuk PIC untuk mendampingi satuan kerja pada
level eselon II, mengingat tiap satuan kerja masing-
masing memiliki tujuan umum dan tujuan spesifik
sesuai dengan perjanjian kerja yang dimandatkan
kepadanya. PIC ini diharapkan dapat memperoleh
informasi secara cepat mengenai tujuan, strategi, risiko,
potensi permasalahan, kendala, hingga realisasi
kegiatan yang dilaksanakan oleh satker. Informasi
tersebut merupakan data primer bagi Inspektorat III
untuk menentukan strategi pengawasan.

Gambaran Umum:

Perubahan ini meliputi pembentukan PIC, layanan konsultasi dan


penjaminan mutu yang dapat menambah nilai bagi mitra strategis Inspektorat
III.
BULETIN
PERUBAHAN 22
VOL.1

Agilitas Auditor untuk Mendukung


Budaya Kerja yang Lebih Baik
Cukup besar tantangan bagi seluruh Perubahan-perubahan seperti itu
profesi dalam menghadapi disrupsi di era menyebabkan penyesuaian kegiatan,
teknologi dan informasi saat ini. Kecepatan pergeseran prioritas, hingga perubahan
dan ketangkasan dalam menyikapi perubaha profil risiko auditee. Beberapa jenis
yang cepat, amat dibutuhkan untuk dapat permasalahan baru bermunculan, mulai dari
terus memberikan pelayanan yang terbaik permasalahan pencapaian kinerja,
bagi pemangku kepentingan. Banyak operasional, keamanan siber untuk
pergeseran strategi dan metode kerja untuk mendukung remote working, sumber daya
dapat menciptakan agilitas dalam budaya manusia baik ketersediaan dan
kerja organisasi. Tidak terkecuali auditor kesehatannya, hingga permasalahan
internal. Auditor internal sebagai lini ketiga akuntabilitas pertanggungjawaban
dalam sebuah tatanan organisasi harus keuangan. Dari hasil survei yang dilakukan
memikirkan upaya dinamis dan terstruktur The  Institute of Internal Auditors kepada
dalam rangka mengedepankan fungsi para kepala satuan audit internal, diketahui
auditor dalam menjamin mutu, memberikan bahwa dari total responden, tindakan yang
nasihat, dan mengantisipasi. paling banyak dipilih oleh para kepala satuan
Bukan hanya itu, pandemi Covid-19 yang
menimpa Indonesia dan bahkan seluruh audit adalah menghentikan atau mengurangi
dunia pada awal 2020 juga memaksa auditor lingkup audit yang sedang berlangsung, dan
harus melakukan manuver untuk mengatasi keputusan kedua yang paling banyak dipilih
kendala-kendala yang menyebabkan adalah membatalkan perikatan audit
rencana pengawasan tidak dapat dijalankan. (Gambar 1).

GAMBAR 1. PENYESUAIAN RENCANA AUDIT DISEBABKAN OLEH COVID-19


BULETIN
PERUBAHAN 23
VOL.1

Selain tindakan penghentian dan spesifik sesuai dengan perjanjian kerja yang
pembatalan audit, terdapat juga tindakan dimandatkan kepadanya. PIC ini diharapkan
penambahan perikatan audit dan bahkan dapat memperoleh informasi secara cepat
memperluas lingkup audit. Tindakan- mengenai tujuan, strategi, risiko, potensi
tindakan di atas menunjukkan bahwa permasalahan, kendala, hingga realisasi
diperlukan agilitas atau kelincahan auditor kegiatan yang dilaksanakan oleh satker.
dalam menghadapi perubahan organisasi. Informasi tersebut merupakan data primer
bagi Inspektorat III untuk menentukan
Sebelum pandemi ini terjadi, sebenarnya strategi pengawasan.
auditor sudah menghadapi tantangan
auditing di era revolusi industri 4.0, di mana Setiap minggu PIC akan melakukan
melakukan pemantauan atas realisasi
banyak aplikasi yang dapat menyajikan data
pelaksanaan pekerjaan satuan kerja. Topik
secara real time dan kehadiran artificial
pembahasan PIC dengan satuan kerja yang
intelligence (AI) yang dapat menganalisa menjadi mitra kami cukup beragam, mulai
anomali-anomali dalam laporan keuangan, dari yang sifatnya assurance hingga
yang jika tidak diantisipasi hal tersebut consulting, seperti kegiatan pendampingan
secara perlahan dapat menggantikan fungsi atas perencanaan, pelaksanaan pengadaan
auditor internal. Arus disruptif itu sejatinya barang/jasa, hingga strategi mencapai
cukup meresahkan profesi auditor akuntabilitas kinerja.
mengingat auditor belum sepenuhnya dapat PIC mendorong satuan kerja untuk
menyelaraskan kemampuannya dengan mengunggah form monitoring anggaran dan
perkembangan teknologi tersebut, sehingga PBJ serta bukti dukungnya ke dalam k-cloud
tantangan terberat berikutnya bagi auditor yang disediakan oleh PDSI. Para PIC ini juga
adalah untuk meningkatkan kemampuan bertugas melakukan monitoring atas
analisisnya untuk memastikan auditor tidak pengelolaan anggaran dan pengadaan barang
hanya melaksanakan audit, namun juga jasa tersebut beserta kelengkapan data
mampu menjadi penasihat dan antisipator dukung yang disampaikan oleh satker setiap
yang handal bagi pengambil keputusan. bulannya (Gambar 2). Melalui monitoring ini
Untuk mendukung peningkatan kompetensi diharapkan menjadi deteksi dini atas
auditor dan kemampuan analisisnya, data- permasalahan pengendalian internal dan
kepatuhan untuk langsung dapat dilakukan
data dan informasi harus dapat diperoleh
tindakan koreksi.
auditor secara berkala dalam sebuah sistem
yang terintegrasi, sehingga auditor mampu
mengetahui permasalahan sebenarnya yang
dihadapi oleh satuan kerja yang menjadi
mitranya untuk dapat memberikan solusi
yang tepat.
Dalam menjawab tantangan tersebut, tim
Inspektorat III membentuk PIC untuk
mendampingi satuan kerja pada level eselon
II, mengingat tiap satuan kerja masing-
masing memiliki tujuan umum dan tujuan
BULETIN
PERUBAHAN 24
VOL.1

GAMBAR 2. PANDUAN PENGISIAN FORM MONITORING INSPEKTORAT III

Di samping itu, Inspektorat III juga membuat sebuah wadah komunikasi melalui layanan
pesan Whatsapp yang berisi para PIC dari Inspektorat III, PPK, Bagian Perencanaan, dan
Bagian Keuangan di lingkungan satuan kerja yang menjadi mitra strategisnya. Gaya
komunikasi yang dibuat serius santai membuat para pengelola kegiatan menjadi lebih
terbuka dalam mengutarakan atau mendiskusikan permasalahan yang dihadapi oleh
masing-masing satuan kerja. Tidak hanya itu, forum komunikasi ini juga menjadi arena
sharing knowledge apabila di antara para anggota memperoleh informasi mengetahui
peraturan perundangan yang baru ditetapkan. Hal ini ditujukan agar pengelola kegiatan dan
auditor memiliki kesamaan pandangan dalam memahami sebuat peraturan. Wadah
diharapkan ini juga pada akhirnya dapat meningkatkan kompetensi pada pengelola kegiatan
dan auditor dalam rangka mencapai akuntabilitas kerja yang ditetapkan.
Dalam perlaksanaannya, PIC di Inspektorat III setiap harinya akan melakukan daily stand
up yang dipimpin oleh Inspektur III dan dipandu oleh pada pengendali teknis (kami
melakukannya setiap pagi) di mana setiap PIC berkesempatan untuk mengkomunikasikan
pekerjaan yang dilakukan pada hari sebelumnya dan apa saja yang akan dikerjakan pada hari
ini, serta permasalahan atau kendala apa saja yang dihadapi oleh setiap PIC dalam
mengerjakan pekerjaannya. Demikian pula ketika pekerjaan tersebut telah selesai
dilaksanakan, PIC juga berkewajiban untuk membagikan hasilnya di dalam daily stand up
yang bertujuan untuk memberikan pemahaman yang sama dan meningkatkan kompetensi
antar anggota tim. Setiap PIC juga dapat memberikan masukan atas kendala maupun
pencapaian yang diperoleh anggota tim lainnya, dengan maksud memberikan sudut pandang
lain yang dapat memperluas wawasan masing-masing anggota. Hal ini hanyalah merupakan
sebagian kecil upaya atau milestone awal yang dilakukan untuk mewujudkan agilitas auditor
Inspektorat III. Kami berupaya untuk secara konsisten melaksanakan review secara berkala
untuk meninjau kembali hasil pekerjaan dari tim apakah telah sesuai dengan mencapai
tujuan yang telah disepakati dalam perjanjian kinerja masing-masing satuan kerja.
Tujuannya untuk melihat kembali proses pekerjaan yang telah dilakukan PIC dalam tim, apa
yang harus dipertahankan oleh tim, dan apa yang harus ditingkatkan lagi oleh tim.
BULETIN
PERUBAHAN 25
VOL.1

Untuk mendukung pelaksanaan ini, kami menyadari tidak mudah untuk mengubah
sebuah kebiasaan atau budaya organisasi. Mengambil core value dalam framework Scrum,
Inspektur III selalu menanamkan nilai-nilai yang dapat meningkatkan kinerja yaitu nilai
semangat, fokus, komitmen dalam penyelesaian pekerjaan, saling menghargai pendapat
dalam tim, dan yang tidak kalah pentingnya yaitu nilai kerterbukaan.
Kami menyadari bahwa begitu banyak tantangan dalam melaksanakan tugas dan fungsi
sebagai aparat pengawas internal. Namun, bukan sebuah harapan belaka bahwa kegiatan ini
pada akhirnya dapat memberikan nilai tambah bagi satuan kerja bahwa selain memberikan
jaminan atas pelaksanaan pekerjaan, auditor internal juga dapat menjadi mitra strategis
satuan kerja dalam memberikan solusi atas kendala yang dihadapi satuan kerja. Perubahan
tidak akan terjadi jika tidak memulai dari hal terkecil, karena kita mau kita bisa!
BULETIN
26 PERUBAHAN
VOL.1

Sharing Session dan Pengelolaan Laporan


dalam mendukung Akuntabilitas Kinerja Aditya Kurniawan
pada Tatanan Normal Baru
Inspektorat III

Latar Belakang :

Peran assurance dan consulting mendorong setiap auditor untuk mampu


bekerja secara cepat dan tepat seiring dengan terus berjalannya kegiatan
pada satuan kerja mitra. Berdasarkan hal tersebut, penting adanya bentuk
monitoring yang efektif oleh pimpinan untuk menjaga kinerja dan disiplin
setiap auditor.
Inspektorat III melakukan perubahan di lingkungan
internal guna meningkatkan kinerja dan disiplin
pegawai melalui kegiatan sharing session yang
dilaksanakan setiap hari kerja pukul 08:15 WIB.
Penyusunan Laporan harian sebagai
Pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pegawai ke
dalam logbook SKP, dan juga penyusunan laporan
kinerja bulanan untuk akuntabilitas capaian kinerja
bulanan pegawai (SKP)

Tujuan:

Meningkatkan Efektifitas dan Efisiensi Manajemen Pengawasan di lingkungan


Inspektorat III
BULETIN
27 PERUBAHAN
VOL.1
SHARING SESSION DAN PENGELOLAAN LAPORAN
DALAM MENDUKUNG AKUNTABILITAS KINERJA
PADA TATANAN NORMAL BARU

Tidak sedikit permasalahan perihal kinerja kelompok. Budaya organisasi akan


organisasi pemerintahan yang diakibatkan membentuk identitas organisasi atau jati diri
lemahnya penerapan budaya organisasi. organisasi. Identitas organisasi sangat
Salah satu permasalahan berdasarkan diperlukan untuk menumbuhkan
fenomena klasik yang sering muncul dalam kebanggaan yang akan mengembangkan
organisasi pemerintah secara umum adalah budaya kerja. Budaya kerja yang terbentuk
rendahnya akuntabilitas, transparansi, dan secara solid di dalam tubuh organisasi tidak
disiplin pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) hanya meningkatkan kinerja organisasi
yang akhirnya berdampak pada kinerja yang tetapi juga membentuk citra baik organisasi.
dihasilkan. Padahal setiap organisasi Kinerja dan citra organisasi akan meningkat
pemerintahan dituntut untuk menghasilkan apabila organisasi tersebut menerapkan
kinerja yang baik. budaya organisasi yang kuat. Budaya
Budaya organisasi merupakan sistem organisasi yang kuat ditandai oleh nilai-nilai
penyebaran kepercayaan dan nilai-nilai yang inti organisasi yang dipegang kukuh dan
berkembang dalam suatu organisasi dan disepakati secara luas yang kemudian
mengarahkan perilaku anggota-anggotanya membentuk budaya kerja. Semakin banyak
(Soedjono, 2005: 23). Budaya kerja pada anggota organisasi yang menerima nilai-nilai
umumnya merupakan pernyataan filosofis, inti dan semakin besar komitmen mereka
dapat difungsikan sebagai tuntutan yang terhadap nilai-nilai organisasi, semakin kuat
mengikat pada karyawan karena dapat budaya tersebut.
diformulasikan secara formal dalam
berbagai peraturan dan ketentuan Inspektorat III sebagai organisasi
perusahaan (Moeljono, 2005:2). Kinerja yaitu mempunyai budaya organisasi yang baik
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang untuk menjaga mutu kinerja pegawainya.
dicapai oleh seorang pegawai dalam “Kita Mau, Kita Bisa”, adalah semboyan yang
melaksanakan tugasnya sesuai dengan menjadi ciri khas Inspektorat III. Semboyan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya tersebut diinisiasi oleh Pak Nizam yang
(Mangkunegara, 2005: 75). Peranan budaya menjabat sebagai Inspektur III dan kemudian
organisasi yang kuat memiliki pengaruh dijadikan landasan oleh setiap pegawai
yang besar dalam menyelesaikan Inspektorat III dalam melaksanakan
permasalahan kinerja organisasi.  Kebulatan tugasnya. Tidak hanya melalui pesan “Kita
suara terhadap nilai-nilai luhur yang Mau, Kita Bisa” yang terus disampaikan, Pak
disepakati sebagai acuan untuk berperilaku Nizam juga menginisiasi perubahan untuk
guna mencapai tujuan organisasi meningkatkan budaya kerja yang kuat di
pemerintahan akan membentuk keterikatan, dalam Inspektorat III, yaitu kegiatan sharing
kesetiaan, dan komitmen organisasi. session, penyusunan laporan kegiatan
Setiap organisasi pemerintahan mempunyai harian, laporan pengawasan bulanan, dan
budaya organisasi yang berbeda-beda yang penerapan digitalisasi arsip.
mempengaruhi semua aspek organisasi dan
perilaku anggotanya secara individu atau
BULETIN
28 PERUBAHAN
VOL.1

meningkatkan efektivitas manajemen risiko


SHARING SESSION dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi
Stephen S Robbins (2003:730) menyatakan Instansi Pemerintah; dan (c) memelihara dan
bahwa terdapat tiga kekuatan yang meningkatkan kualitas tata kelola
merupakan bagian yang sangat penting penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi
dalam mempertahankan budaya organisasi, Pemerintah. Oleh karena itu, APIP
yaitu praktik seleksi, tindakan manajemen mempunyai peranan penting dalam
puncak, dan sosialisasi. Praktik seleksi mengawal satuan kerja untuk mencapai
merupakan sebuah proses mengidentifikasi tujuannya.
dan mempekerjakan individu-individu yang Auditor dapat menerima lebih dari satu
mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan surat tugas atau surat keputusan dalam
kemampuan untuk melakukan pekerjaan waktu yang sama yang ditetapkan Inspektur
dengan sukses di dalam suatu organisasi. III. Setiap surat tugas atau surat keputusan
Tindakan manajemen puncak berdampak yang telah ditetapkan memiliki jangka waktu
besar pada budaya organisasi lewat penugasan dan auditor mempunyai
perkataan dan perilaku mereka. Tindakan kewajiban untuk melaporkan hasil
manajemen puncak sangat berpengaruh penugasannya ke pimpinan dan pihak-pihak
terhadap budaya organisasi, karena perilaku terkait. Selain melaksanakan kegiatan
manajemen puncak dapat ditiru sebagai suri pengawasan sepanjang tahun yang telah
tauladan bagi anggota organisasi. Demikian ditetapkan melalui Program Kerja
pula perintah dan larangan yang dibuat oleh Pengawasan Tahunan (PKPT) di tahun
pimpinan puncak juga bisa dijadikan sebelumnya, APIP juga melaksanakan tugas
pedoman berperilaku bagi anggota. berdasarkan permintaan dari satuan kerja
Sosialisasi kemudian mempunyai peranan terkait dengan peran konsultannya. Peran
penting, karena dengan sosialisasi maka APIP sebagai konsultan diharapkan mampu
diharapkan akan tertanam nilai-nilai budaya memberikan pembinaan, pembimbingan,
organisasi yang dipandang baik bagi dan pemberian saran terkait aktivitas
kemajuan organisasi dalam mencapai visi dan organisasi untuk memberikan nilai tambah
misinya. dan perbaikan manajemen risiko,
Perubahan paradigma APIP dari yang pengendalian, dan proses tata kelola
semula watchdog menjadi peran konsultasi organisasi. Dalam menjalankan peran
(Consulting) dan peran penjaminan mutu sebagai konsultan, APIP membuka ruang
(Quality Assurance) meningkatkan tugas dan selebar-lebarnya kepada satuan kerja yang
fungsi APIP. APIP tidak hanya melaksanakan ingin melakukan konsultasi terkait dengan
peran quality assurance, tapi juga masalah-masalah dalam pengelolaan
melaksanakan peran consulting yang tidak keuangan dan kinerja baik itu dalam proses
kalah pentingnya. Pasal 11 PP 60 Tahun 2008 perencanaan maupun sampai
tentang Sistem Pengendalian Intern pertanggungjawaban. Layanan pemberian
Pemerintah (SPIP) menyatakan bahwa quality assurance dan consulting ini
perwujudan peran APIP yang efektif mendorong setiap auditor untuk mampu
sekurang-kurangnya harus: (a) memberikan bekerja secara cepat dan tepat seiring
keyakinan yang memadai atas ketaatan, dengan terus berjalannya kegiatan pada
kehematan, efisiensi, dan efektivitas satuan kerja. mitra. Berdasarkan hal
pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas tersebut, penting adanya bentuk monitoring
dan fungsi instansi Pemerintah; (b) yang efektif oleh pimpinan untuk menjaga
memberikan peringatan dini dan kinerja dan disiplin setiap auditor.
meningkatkan efektivitas manajemen risiko
dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi
BULETIN
29 PERUBAHAN
VOL.1

Sebagai pimpinan Inspektorat III, Pak Nizam membawa perubahan terhadap kinerja
pegawai di lingkungan internalnya. Beliau meningkatkan kinerja dan disiplin pegawainya
melalui kegiatan sharing session yang dilaksanakan setiap mengawali hari kerja melalui
aplikasi zoom meeting. Sharing session ini memiliki tujuan, yaitu:
1. Sebagai bentuk monitoring pimpinan terhadap pegawainya. Dalam kegiatan tersebut
auditor melaporkan progres pelaksanaan penugasannya serta rencana yang akan
dilaksanakan dalam penugasannya.
2. Sebagai ruang diskusi agar setiap pegawai memiliki pemahaman yang sama atas tugas
yang sedang dijalankan.
3. Sebagai ruang bagi Pengendali Teknis dan/atau Ketua Tim untuk memberikan arahan
kepada anggota timnya.
4. Sebagai ruang bagi pegawai untuk menyampaikan aspirasinya.
Sharing session dihadiri oleh seluruh pegawai Inspektorat III yang dimulai pukul 08.15
WIB setiap harinya. Hasil dari kegiatan sharing session menjadi salah satu bagian dalam
laporan kegiatan harian Inspektorat III. Agenda yang akan dibahas dalam kegiatan sharing
session, hari sebelumnya sudah disampaikan oleh Pak Nizam melalui WA Group Inspektorat
III. Hal tersebut dilakukan agar setiap tim auditor dapat menyiapkan bahan untuk
disampaikan. Agenda dalam kegiatan sharing session, yaitu:
1. Pemaparan dan diskusi oleh tim auditor mengenai progres penugasan pengawasan dan
non-pengawasan.
2. Pemaparan dan diskusi oleh tim auditor mengenai kegiatan pemberian konsultasi.
3. Pemaparan mengenai peraturan-peraturan terkait yang dapat dijadikan kriteria dalam
pengawasan guna meningkatkan pemahaman auditor.
4. Penyelesaian isu permasalahan terkait permasalahan satuan kerja mitra maupun tata
kelola Inspektorat III.
Kegiatan Sharing Session ini sangat penting, karena melalui kegiatan tersebut Pak Nizam
selaku Inspektur III dapat melakukan monitoring dan mengikuti alur setiap kegiatan
pegawainya, dengan tujuan agar semua data/informasi yang diperoleh dapat menjadi
landasan dalam mengambil keputusan tindakan selanjutnya. Kegiatan sharing session ini
berdampak kepada peningkatan disiplin pegawainya dalam melaksanakan, menjaga mutu,
dan menyelesaikan tugasnya tepat waktu.

GAMBAR 1 FOTO KEGIATAN SHARING SESSION INSPEKTORAT III


BULETIN
30 PERUBAHAN
VOL.1

Laporan kegiatan harian ini berisi:


LAPORAN KEGIATAN HARIAN Pendahuluan, yang menjelaskan dasar
Selain sharing session yang rutin dilakukan pelaksanaan kegiatan.
setiap pagi, Pak Nizam juga menginisiasi
untuk penyusunan Laporan Kegiatan Harian.
Pembahasan dalam sharing session
dituangkan ke dalam laporan kegiatan harian.
Laporan Kegiatan Harian rutin disusun oleh
pegawai Inspektorat III setiap harinya dan
diterbitkan sebelum berakhirnya jam kerja.
Penyusunan laporan kegiatan harian ini
berawal sejak pegawai bekerja di rumah atau
work from home (WFH) akibat adanya
pandemi covid-19 yang dimulai awal Maret
2020. Sampai saat diberlakukannya WFH dan
Flexible Working Space (FWS) di Kementerian
Kominfo, Inspektorat III tetap rutin
menyusun Laporan Kegiatan Harian.
Banyak kegiatan yang dilakukan oleh
pegawai selama masa WFH, tapi tidak GAMBAR 2 GAMBAR LAPORAN KEGIATAN HARIAN
1 JULI 2020
terdokumentasi dengan baik.
Pendokumentasian kegiatan dipandang perlu Ringkasan informasi kegiatan atau
untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja aktivitas pengawasan dan non
dan transparansi selama masa WFH. Laporan pengawasan yang dilakukan oleh
kegiatan harian dijadikan wadah oleh pegawai Inspektorat III.
pegawai Inspektorat III untuk mencatat atau
merekam kegiatan, proses, atau aktivitas
pekerjaan yang dianggap berharga dan
penting.
Laporan kegiatan harian dibuat oleh
pegawai Inspektorat III secara bergilir setiap
harinya. Tujuan dari laporan kegiatan harian
adalah sebagai berikut:
1. Sebagai wadah untuk melaporkan
informasi kegiatan yang dilakukan oleh
pegawai Inspektorat III selama sehari
2. Sebagai sarana komunikasi antara
pegawai dengan pimpinannya, serta
dapat dijadikan bahan bagi pimpinan
untuk mengambil keputusan.
3. Dapat digunakan oleh pegawai
Inspektorat III untuk mengisi logbook
harian pada aplikasi e-SKP.
GAMBAR 3 GAMBAR LAPORAN KEGIATAN HARIAN
INSPEKTORAT III
BULETIN
31 PERUBAHAN
VOL.1

Ringkasan kegiatan seminar dan LAPORAN KEGIATAN PENGAWASAN BULANAN


pelatihan yang diikuti oleh pegawai
Selain penyusunan Laporan Kegiatan
Inspektorat III, serta melampirkan
Harian, Inspektorat III juga rutin
materi kegiatan.
menerbitkan Laporan Kegiatan Pengawasan
Bulanan sejak Agustus Tahun Anggaran 2019.
Penyusunan Laporan Kegiatan Pengawasan
Bulanan dilakukan dalam rangka untuk
mencatat dan merekam kegiatan yang
dilakukan oleh APIP sesuai dengan Program
Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) maupun
kegiatan Non-PKPT yang mendukung tusi
APIP. Laporan Kegiatan Pengawasan Bulanan
juga dijadikan sebagai sarana komunikasi
antara Inspektur III dengan Inspektur
Jenderal. Selain itu, laporan pengawasan
bulanan ini juga dapat digunakan untuk
GAMBAR 4 GAMBAR LAPORAN KEGIATAN mengisi realisasi bulanan di aplikasi e-SKP.
HARIAN 1 JULI 2020
Informasi yang terangkum dalam Laporan
Foto dokumentasi kegiatan. Pengawasan Bulanan dapat dijadikan sebagai
dasar pengambilan keputusan.
Laporan Pengawasan Bulanan berisi:
1. Ringkasan laporan hasil pengawasan
Quality Assurance.
2. Ringkasan kegiatan consulting.
3. Informasi nota dinas dan surat tugas yang
diterbitkan dalam satu bulan.
4. Dokumentasi kegiatan.

Penyusunan Laporan Kegiatan Pengawasan


Bulanan ini berdampak terhadap
peningkatan tanggungjawab pegawai untuk
melaporkan kegiatannya kepada pimpinan
serta peningkatan terhadap akuntabilitas dan
transparansi.
GAMBAR 5 DOKUMENTASI KEGIATAN
HARIAN 1 JULI 2020
Output kegiatan harian berupa nota
dinas, surat tugas, undangan, konsep
laporan penugasan, laporan penugasan,
atau notulensi kegiatan
Penyusunan Laporan Kegiatan Harian ini
berdampak terhadap peningkatan
tanggungjawab pegawai untuk melaporkan
kegiatannya kepada pimpinan serta
peningkatan terhadap akuntabilitas dan GAMBAR 6 DOKUMENTASI KEGIATAN
BULANAN 1 JULI 2020
transparansi kegiatan.
BULETIN
32 PERUBAHAN
VOL.1

DIGITALISASI ARSIP INSPEKTORAT III


Sistem kerja pada Tatanan Normal Baru Sebelum adanya TTE, kegiatan
bagi para ASN bersifat fleksibel. Dalam Surat penandatanganan harus melewati beberapa
Edaran Menteri PANRB Nomor 58/2020 tahapan. Mulai dari mencetak dokumen di
tentang Sistem Kerja Pegawai ASN dalam kertas, menandatangani dengan bolpoin,
Tatanan Normal Baru ditegaskan bahwa ASN memindai dokumen yang telah
tetap menjalankan tugas dan fungsi secara ditandatangani, kemudian mengirimkan
produktif. Kantor pemerintah bisa kembali dokumen tersebut baik melalui
menerapkan saat WFO dengan maksimal 50 surel maupun melalui jasa kurir. Proses
persen kehadiran pegawai dalam satu kantor. tersebut memakan waktu dan biaya.
Implementasi TTE berdampak pada
Perubahan sistem kerja pada Tatanan peningkatan efektivitas dan efisiensi
Normal Baru membuat pegawai dituntut pelaksanaan penugasan serta mempercepat
untuk mampu memanfaatkan teknologi layanan administrasi, karena pimpinan
informasi dan komunikasi. Pemanfaatan dapat menandatangani surat, nota dinas,
teknologi informasi dan komunikasi yang laporan, dan dokumen lainnya kapanpun
baik dapat menunjang pelaksanaan kerja dan dimanapun.
lebih efektif dan efisien dalam sistem kerja
Tatanan Normal Baru. Salah satu yang Berikut kelebihan implementasi TTE dalam
diinisiasi oleh Pak Nizam untuk mendukung kegiatan:
pelaksanaan sifat bekerja yang fleksibel 1. Hemat waktu.
adalah pembuatan digitalisasi arsip. 2. Hemat biaya
3. Sah di mata hukum
Pak Nizam sebagai Inspektur III telah 4. Meningkatkan keamanan dengan
menggunakan Tanda Tangan Elektronik meniadakan risiko pemalsuan dokumen
(TTE) sejak Juni 2020. dan pemalsuan tanda tangan.
5. Ramah lingkungan

GAMBAR 7 GAMBAR SCREENSHOT


APLIKASI TTE SIMAYA
33 BULETIN
PERUBAHAN
VOL.1

Kegiatan yang terus berjalan dalam sifat bekerja yang fleksibel ini membutuhkan
dukungan pengelolaan arsip yang memadai. Terdapat permasalahan yang timbul saat awal
berjalannya sifat bekerja yang fleksibel. Dokumen arsip berupa nota dinas, surat tugas,
undangan, dan laporan penugasan seringkali sulit ditemukan karena pengelolaan arsip yang
dilakukan oleh bagian tata usaha masih secara manual. Hal tersebut membuat informasi
yang dibutuhkan sulit dan lama untuk didapatkan. Oleh karena itu, mulai bulan Juli 2020
Inspektorat III mulai memberlakukan digitalisasi arsip.

Digitalisasi arsip dibuat menggunakan google drive. Digitalisasi arsip tersebut bertujuan
agar setiap pegawai yang berkepentingan untuk menyusun dokumen arsip dapat melalui
google sheet untuk mengisi dokumen yang dibutuhkan dan dikoordinasikan oleh bagian tata
usaha. Kemudian file dokumen yang sudah diberi nomor dan bertanda tangan elektronik
diunggah ke google drive dan ditautkan ke google sheet yang tersedia agar mudah dalam
pencarian dokumennya. Selain memudahkan pegawai dan bagian tata usaha untuk
berkoordinasi dan berkomunikasi, digitalisasi arsip juga berfungsi sebagai bahan informasi
bagian tata usaha untuk menginformasikan informasi kegiatan Inspektorat III kepada
Sekretariat Inspektorat Jenderal. Digitalisasi arsip ini membuat auditor dan bagian tata
usaha Inspektorat III mempunyai pemahaman dan persamaan persepsi mengenai kegiatan
yang berjalan di Inspektorat III, sehingga mengurangi risiko kehilangan informasi. Setiap
akhir bulan, bagian tata usaha menginformasikan form digitalisasi arsip melalui kegiatan
sharing session untuk pemutakhiran data.

Form digitalisasi arsip pada google sheet berisi sheet monitoring PKPT dan Non-PKPT,
persuratan, audit log, dan TLHP Internal. Keberadaan beberapa sheet dalam satu file ini
diharapkan mampu memberikan informasi secara utuh mengenai kegiatan yang sedang
dilakukan melalui sheet monitoring PKPT dan Non-PKPT, kegiatan tersebut berlangsung
dengan didukung oleh dokumen yang tertera dalam sheet persuratan, kemudian progres
kegiatan dapat dilihat melalui sheet audit log, dan untuk kegiatan pengawasan yang sudah
selesai penugasannya dapat dipantau tindak lanjutnya melalui sheet TLHP Internal. File
dokumen yang ada disimpan di dalam google drive yang kemudian ditautkan dalam google
sheet. Folder google drive tersebut terbagi dalam 4 folder, yaitu nota dinas, surat tugas,
laporan penugasan, dan undangan.

GAMBAR 8 GAMBAR SCREENSHOT


GOOGLE DRIVE DAN GOOGLE SHEET
INSPEKTORAT III
BULETIN
34 PERUBAHAN
VOL.1

Penerapan digitalisasi arsip ini berdampak Perubahan budaya akan berhasil jika
pada peningkatan efektivitas dan efisiensi Pimpinan mempunyai konsep yang jelas,
pada pelaksanaan penugasan pengawasan didiskusikan dan dikomunikasikan dengan
oleh tim auditor yang mempunyai mobilitas baik sebelum diterapkan. Kemudian
tinggi pada sistem bekerja tatanan normal dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab,
baru yang bersifat fleksibel. dilakukan evaluasi, dan perbaikan secara
terus menerus.
Adanya kegiatan sharing session,
penyusunan laporan kegiatan harian, Pimpinan harus mampu memberi contoh
laporan pengawasan bulanan, dan digitalisasi dalam implementasinya. Organisasi yang
arsip Inspektorat III meningkatkan mampu membangun budaya organisasi akan
akuntabilitas dan transparansi, mengingat tercipta rasa kebersamaan yang kuat, rasa
dalam masa tatanan normal baru pegawai memiliki, dan tanggung jawab untuk menjaga
dapat melaksanakan pekerjaannya melalui nilai-nilai organisasi, serta melahirkan
metode WFH dan FWS. Akuntabilitas menjadi kinerja yang optimal.
kunci dari good governance (Abdullah, 2010).
Akuntabilitas juga telah menjadi topik yang Kegiatan berupa sharing session,
menarik bagi pemerintahan, karena penyusunan laporan harian, penyusunan
akuntabilitas telah berkembang dari sifat laporan pengawasan bulanan dan digitalisasi
tradisional (akuntabilitas keuangan) menjadi arsip diharapkan mampu meningkatkan
beberapa prinsip, yaitu akuntabilitas akuntabilitas dan transparansi yang
administrasi, akuntabilitas politik, dan kemudian dapat memperkuat budaya kerja.
akuntabilitas sosial (Erkkila, 2007). Tentunya, untuk mencapai hal tersebut
diawali dari perubahan-perubahan kecil.
Prinsip transparansi memiliki kedudukan Semua perubahan tersebut dilakukan dengan
yang penting dalam implementasi konsep berlandaskan pada semboyan Inspektorat III,
good governance. Melalui informasi yang Kita Mau Kita Bisa. Hanya dengan kemauan
transparansi, dan mudah diakses, akan yang kuat inilah kita akan mampu berjuang
memudahkan publik untuk memahami dan dan bertahan hingga akhirnya tujuan
berpartisipasi secara nyata dalam proses- bersama bisa tercapai.
proses yang berkepentingan dengan publik.
Transparansi informasi akan membuka ruang
transaksi sosial dengan stakeholder (CUI-ITB,
2004).

Sumber:
PP 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

Abdullah, Syukry. 2010. Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui Akuntabilitas Sektor Publik: Suatu Sarana Good
Governance. 12 Januari 2020.

CUI-ITB. 2004. Keterkaitan Akuntabilitas dan Transparansi Dalam Pencapaian Good Governance. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota

Erkkila, Tero. 2007. Governance and Accountability A Shift in Conceptualization. University of Helsinki. Jurnal PAQ SPRING.

Soedjono. 2005. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Organisasi dan Kepuasan Kerja dan Karyawan pada Terminal
Penumpang Umum di Surabaya. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol 7. No. 1. Maret 2005.

Moeljono, Djokosantoso. 2005. Budaya Organisasi dalam tantangan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
BULETIN
PERUBAHAN 35
VOL.1

Peningkatan Peran APIP Dalam Pengawasan


Layanan Data Center Nasional Berbasis
Teknologi Komputasi Awan Pada Ditjen APTIKA
Inspektorat IV

Nyoman Suryadipta
Latar Belakang :

Layanan data center merupakan program strategis nasional dalam rangka


percepatan digitalisasi oleh pemerintah sehingga dianggap perlu Inspektorat IV
melakukan pengawasan dengan tujuan memberikan keyakinan memadai
terhadap pekerjaan layanan data center yang pada tahap perencanaan/
penandatanganan kontrak/pelaksanaan kontrak/ s.d serah terima pekerjaan
telah dilaksanakan secara akuntabel  dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Gambaran Umum:

Melakukan Pengawasan dalam bentuk Probity Audit pada tahap perencanaan


atau penandatanganan kontrak atau pelaksanaan kontrak atau serah terima
pekerjaan layanan data center berbasis komputasi awan. Dampak dari
pengawasan ini meningkatkan akuntabilitas (pertanggungjawaban kinerja dan
keuangan) dalam hal Perencanaan Kapasitas layanan data center, pelaksanaan
layanan (service delivery), Pengukuran Prestasi layanan Pekerjaan (SLA),
Utilisasi / Pemanfaatan layanan. Dengan telah dilakukannya pengawasan ini
dapat juga dijadikan referensi bagi Inspektorat lain dalam melakukan
pengawasan suatu pekerjaan layanan data center berbasis komputasi awan
BULETIN
PERUBAHAN 36
VOL.1

Peningkatan Peran Lebih APIP lanjut lagiDalam


berdasarkan Perpres
Nomor 95 Tahun 2018 tentang SPBE
Pengawasan Layananmenyatakan Data bahwa :Center
1. Pusat Data Nasional diselenggarakan
Nasional Berbasis Teknologi Komputasi
oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang
Awan Pada Ditjen APTIKAkomunikasi dan informatika yaitu
Kementerian Kominfo cq Ditjen Aptika.
2. Penyediaan Pusat Data nasional
LATAR BELAKANG ditujukan untuk memberikan
kemudahan bagi Instansi Pusat dan
Dalam Lampiran Perpres Nomor 96 Tahun Pemerintah Daerah untuk mendapatkan
2014 tentang Rencana Pita lebar Indonesia layanan Pusat Data dan meningkatkan
Tahun 2014-2019 dijelaskan bahwa dalam efisiensi biaya melalui pemanfaatan
rangka mempercepat implementasi e- bersama Pusat Data nasional oleh
government sejumlah kegiatan dilakukan Instansi pusat dan daerah.
dengan mengutamakan prinsip skema 3. Pusat Data nasional diarahkan
pendanaan yang efektif  diantaranya adalah menggunakan teknologi komputasi awan
melakukan moratorium pembangunan sehingga bagi pakai data, aplikasi, dan
fasilitas pusat data (data center) dan pusat infrastruktur dapat dilakukan
pemulihan data (data recovery center) oleh Layanan Pusat Data Nasional merupakan
instansi pemerintah program strategis pemerintah dalam rangka
Lebih lanjut lagi berdasarkan Perpres percepatan implementasi e-government di
Nomor 95 Tahun 2018 tentang SPBE Indonesia. Terkait hal tersebut dianggap
menyatakan bahwa : perlu Inspektorat IV melakukan pengawasan
1. Pusat Data Nasional diselenggarakan dengan tujuan memberikan keyakinan
oleh menteri yang menyelenggarakan memadai terhadap pekerjaan layanan data
urusan pemerintahan di bidang center telah dilaksanakan secara akuntabel
komunikasi dan informatika yaitu dan sesuai dengan peraturan perundangan
Kementerian Kominfo cq Ditjen Aptika. yang berlaku.
2. Penyediaan Pusat Data nasional
ditujukan untuk memberikan
kemudahan bagi Instansi Pusat dan
Pemerintah Daerah untuk mendapatkan
GAMBARAN UMUM
layanan Pusat Data dan meningkatkan
efisiensi
Hasil surveibiaya melalui
Konsultan pemanfaatan
Sofrecom Tahun 2018 menunjukkan bahwa terdapat 2.700 pusat
bersama Pusat Data nasional oleh
data yang tersebar di 630 Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah (200 pusat data berada di
Instansi pusat dan daerah.
Instansi Pusat dan 2.500 pusat data berada di Pemerintah Daerah), sehingga setiap instansi
3. Pusat rata-rata
pemerintah Data nasional diarahkan
memiliki empat pusat data Berdasarkan survei tersebut diketahui
menggunakan teknologi komputasi awan
bahwa secara nasional, tingkat pemanfaatan pusat data dan perangkat keras hanya mencapai
sehingga
rata-rata 30%bagi pakai
dari data, aplikasi,
kapasitasnya. dansurvei tersebut mengindikasikan kurangnya
Hasil
infrastruktur
koordinasi antar dapat dilakukan
instansi pemerintah di dalam pengembangan SPBE sehingga terjadi
duplikasi anggaran belanja TIK dan kapasitas TIK yang melebihi kebutuhan
Penyelenggaraan infrastruktur SPBE dilakukan dalam rangka mendukung kebijakan
moratorium pembangunan pusat data oleh Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah dan
mengarahkan penggunaan Pusat Data nasional.
BULETIN
PERUBAHAN 37
VOL.1

Penyediaan layanan Data Center Nasional tahun 2020 diakomodir melalui mekanisme
sewa DCN cloud dan pengadaan lahan, untuk kemudian tahun 2021 akan dilanjutkan proses
pembangunan infrastruktur DCN, dan diharapkan tahun 2022 Pusat Data Nasional sudah
dapat beroperasi secara penuh.
Ilustrasi model layanan Pusat Data berbasis komputasi awan

Terkait hal tersebut APIP berperan untuk melakukan pengawasan melalui mekanisme
Probiti Audit pada tahap perencanaan/ pelaksanaan kontrak/ pertanggungjawaban s.d
keuangan dan kinerja, ruang lingkup pengawasan mencakup perencanaan/identifikasi
kebutuhan (capacity planning), pelaksanaan kontrak (service delivery), pengukuran prestasi
layanan Pekerjaan (Service level agreement/SLA), dan Pemanfaatan layanan (utilization).

Perencanaan/identifikasi kebutuhan (capacity planning)


BULETIN
PERUBAHAN 38
VOL.1

Perencanaan/identifikasi kebutuhan (capacity planning)

Operational Strategy

Ilustrasi delivery dan utilisasi layanan

Dengan telah dilakukannya pengawasan ini kedepannya dapat menjadi referensi bagi APIP
dilingkungan Itjen Kemkominfo dalam menentukan strategi pengawasan pekerjaan sejenis
sesuai mitra Satker masing-masing Inspektorat.
BULETIN
39 PERUBAHAN
VOL.1

Pemanfaatan Pivot Tabel Dalam Proses


Pengawasan
Inspektorat IV

Aisyah Dwija Prihastuti

Latar Belakang :

Dalam kegaitan Reviu Revaluasi BMN Kementerian Komunikasi dan Informatika


Tahun 2019 tim ditugaskan untuk melakukan inventarisasi BMN Kemkominfo
yang menjadi temuan BPK dengan jumlah 1.881 NUP. Dengan memerhatikan
alokasi waktu penugasan yang sangat sempit, kegiatan tersebut tidak
memungkinkan dilakukan tanpa bantuan aplikasi pengolah angka. Oleh karena
itu perlu dicari terobosan didalam teknik mengolah data pengawasan yaitu
dengan menggunakan tools Pivot Table, sehingga data BMN yang terbagi dalam 4
tabel dengan total 1.881 NUP dapat diringkas menjadi data yang lebih informatif.

Tujuan:

Mempercepat proses penelaahan data dan pengambilan kesimpulan


BULETIN
40
PEMANFAATAN PIVOT TABEL DALAM
PERUBAHAN
VOL.1

PROSES PENGAWASAN

Kemunculan teknologi ini memaksa Salah satu fitur yang sangat bermanfaat
masnusia yang awalnya hanya menggunakan dalam proses pengawasan ialah pivot table.
perkakas sederhana untuk mempermudah Pivot table dapat dideskripsikan sebagai
kegiatannya beralih menggunakan gadget. table yang dapat merangkum data dari table
Aktivitas manusia menjadi sangat lain dengan menerapkan operasi tertentu
dimudahkan setelah kehadiran perangkat seperti sortasi, rata-rata, atau penjumlahan
elektronik kecil yang memiliki fungsi ke data pada tabel pertama, biasanya
tertentu ini. termasuk pengelompokan data. PivotTable
merupakan salah satu fitur excel yang sangat
Begitu pula dengan kegiatan pengawasan powerfull untuk meringkas, menganalisa,
yang dilaksanakan dalam rangka meng-explore, serta menyajikan data.
memberikan keyakinan kepada para
pemangku kepentingan terkait pelaksanaan Fitur ini sangat bermanfaat dalam kegiatan
kegiatan organisasi. Kemudahan teknologi pengawasan ketika data yang diperoleh dari
mengakibatkan kegiatan organisasi menjadi auditee sangat banyak, mencapai ratusan
semakin kompleks. Hal ini akan menjadi bahkan ribuan baris table. Seperti yang saya
tantangan bagi para auditor dalam lakukan dalam kegiatan Reviu Revaluasi
melakukan kegiatan pengawasan. BMN Kementerian Komunikasi dan
Informatika Tahun 2019. Dalam kegaitan
Salah satu pemanfaatan teknologi dalam tersebut tim ditugaskan untuk melakukan
kegiatan pengawasan adalah dengan inventarisasi BMN Kemkominfo yang
pemanfaatan software audit baik generalized menjadi temuan BPK dengan jumlah 1.881
audit software maupun specialized audit NUP. Dengan memerhatikan alokasi waktu
software.   Generalized audit software yang penugasan yang sangat sempit, kegiatan
paling sering digunakan adalah Microsoft tersebut tidak memungkinkan dilakukan
Excel. Software tersebut merupakan aplikasi tanpa bantuan aplikasi pengolah angka.
dengan konsep lembar kerja yang memiliki Dengan bantuan Pivot Table, data BMN yang
fungsi utama dalam proses pengolahan terbagi dalam 4 tabel dengan total 1.881 NUP
angka. dapat diringkas menjadi data yang lebih
informatif seperti pada table dibawah ini.
Tabel Rekapitulsi Inventarisasi BMN dan Tindak Lanjut Temuan BPK
Di era digital seperti ini perlu bagi
auditor untuk terus mengasah
kemampuannya dalam pemanfaatan
teknologi. Kemudahan teknologi ini
dapat meningkatkan keandalan,
efektivitas, dan efisiensi dalam
pengawasan. Pelaksanaan audit yang awalnya hanya menggunakan
kegiatan cetakan yang dihasilkan
dari sistem computer (audit around computer) beralih menggunakan sumber data elektronik
(audit through computer). Penggunaan teknologi yang aktif dalam kegiatan pengawasan
dapat mewujudkan pendekatan audit with computer.
BULETIN
PERUBAHAN 41
VOL.1
Raden Tri Windratno

Peningkatan Efektifitas Pemantauan TLHP


BPK RI Melalui Penetapan Kinerja,
Pengelolaan Database, dan Penyederhanaan
Mekanisme Koordinasi dengan Stakeholder
Sekretariat Itjen

Latar Belakang :

Penyajian data dukung TLHP BPK sering kali mengalami ketidaksesuaian antara
yang telah disampaikan oleh satuan kerja dengan yang diterima oleh BPK. Hal ini
disebabkan karena belum standarnya penatausahaan data dukung TLHP yang
disajikan dan disampaikan ke BPK RI. Berdasarkan permasalahan tersebut
diatas, perlu dilakukan upaya peningkatan efektifitas pemantauan TLHP melalui
penetapan kinerja, pengelolaan
pengelolaan database, dan penyederhanaan
database, dan penyederhanaan
mekanisme koordinasi mekanismestakeholder
dengan koordinasi dengan
untuk
stakeholder untuk
meningkatkan kualitas hasil tindaklanjut pemeriksaan BPK.
meningkatkan kualitas hasil tindaklanjut pemeriksaan BPK.
Tujuan:

Peningkatan Kualitas Hasil Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK melalui


penetapan ukuran kinerja terhadap upaya penyelesaian
tindaklanjut hasil pemeriksaan BPK yang dapat dijadikan tolak ukur
para pelaksana dengan standar yang sama
Menghindari keterjadian diskomunikasi antara Tim BPK,
Inspektorat Jenderal, dan Satuan Kerja di lingkungan Kemkominfo
dalam penyajian hasil tindaklanjut pemeriksaan BPK
Terlaksananya tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan BPK secara
efektif, jelas, terukur, tepat waktu dan sesuai dengan tanggungjawab
masing-masing
Meningkatnya kesesuaian hasil tindaklanjut satuan kerja dengan
rekomendasi hasil pemeriksaan BPK berdasarkan hasil penilaian Tim
BPK RI
BULETIN
PERUBAHAN 42
VOL.1
Peningkatan Efektifitas Pemantauan TLHP BPK
RI Melalui Penetapan Kinerja, Pengelolaan
Database, dan Penyederhanaan Mekanisme
Koordinasi dengan Stakeholder

LATAR BELAKANG Hasil tindak lanjut pemeriksaan BPK RI tidak


dapat diukur Inspektorat Jenderal
Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK
berdasarkan kinerja masing-masing satuan
merupakan kewajiban Kementerian/Entitas
kerja di lingkungan Kementerian Kominfo.
terhadap rekomendasi Laporan Hasil
Hal ini disebabkan karena didalam laporan
Pemeriksaan yang diterbitkan oleh BPK RI.
pemantauan TLHP BPK tidak dipetakan
UU Keuangan Negara No 15 Tahun 2004
berdasarkan keterjadian/penangungjawab
tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan
penyelesaian TLHP. Hal ini mengakibatkan
Tanggung Jawab Keuangan Negara Pasal 20
tingkat penyelesaian TLHP BPK di
menyatakan bahwa pejabat wajib
lingkungan Kominfo tidak merata di setiap
menindaklanjuti rekomendasi dalam
satker dan Inspektorat Jenderal kesulitan
laporan hasil pemeriksaan dengan
dalam mengevaluasi kinerja masing-masing
memberikan jawaban atau penjelasan
satuan kerja.
kepada BPK tentang tindak lanjut atas
rekomendasi dalam laporan hasil
Penyajian data dukung TLHP BPK sering kali
pemeriksaan selambat-lambatnya 60 (enam
mengalami ketidaksesuaian antara yang
puluh) hari setelah laporan hasil
telah disampaikan oleh satuan kerja dengan
pemeriksaan diterima. Pejabat yang
yang diterima oleh BPK. Hal ini disebabkan
diketahui tidak melaksanakan kewajiban
karena belum standarnya penatausahaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
data dukung TLHP yang disajikan dan
dikenai sanksi administratif sesuai dengan
disampaikan ke BPK RI.
ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang kepegawaian. Hasil tindaklanjut
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas,
pemeriksaan BPK oleh Kemkominfo belum
perlu dilakukan upaya peningkatan
sepenuhnya didukung komitmen yang sama
efektifitas pemantauan TLHP melalui
dari masing-masing satuan kerja yang
penetapan kinerja, pengelolaan database,
memiliki kewajiban untuk melaksanakan
dan penyederhanaan mekanisme koordinasi
rekomendasi.
dengan stakeholder untuk meningkatkan
kualitas hasil tindaklanjut pemeriksaan BPK.

MAKSUD DAN TUJUAN


Peningkatan Kualitas Hasil Tindak Lanjut
Terlaksananya tindak lanjut rekomendasi hasil
Pemeriksaan BPK melalui penetapan ukuran
pemeriksaan BPK secara efektif, jelas, terukur,
kinerja terhadap upaya penyelesaian tindaklanjut
tepat waktu dan sesuai dengan tanggungjawab
hasil pemeriksaan BPK yang dapat dijadikan tolak
masing-masing
ukur para pelaksana dengan standar yang sama
Meningkatnya kesesuaian hasil tindaklanjut
Menghindari keterjadian diskomunikasi antara
satuan kerja dengan rekomendasi hasil
Tim BPK, Inspektorat Jenderal, dan Satuan Kerja
pemeriksaan BPK berdasarkan hasil penilaian
di lingkungan Kemkominfo dalam penyajian hasil
Tim BPK RI
tindaklanjut pemeriksaan BPK
BULETIN
PERUBAHAN 43
VOL.1
GAMBARAN UMUM Diakhir masa periode pemantauan TLHP,
Penetapan Kinerja Tim melakukan verifikasi kembali dan
konfirmasi kesesuaian data dukung TLHP
Penetapan Kinerja diimplementasikan sebelum diajukan ke BPK untuk dinilai. Hal
melalui penetapan target, rencana aksi, ini untuk memitigasi risiko ketidaksesuaian
monitoring penyelesaian tindaklanjut hasil data antara yang disampaikan satker dengan
pemeriksaan, dan verifikasi data dukung, dan yang telah disajikan untuk bahan
evaluasi capaian TLHP berdasarkan hasil pemantauan TLHP BPK RI.
identifikasi dan telaah bersama yang selalu
melibatkan stakeholder. Dalam rangka transaparansi dan upaya
melibatkan satuan kerja dalam proses
Pada awal tahun anggaran, berdasarkan penilaian dan validasi TLHP oleh Tim BPK
hasil Laporan pemantauan TLHP BPK RI, Stakeholder/Satker selalu diundang dan
periode tahun sebelumnya, kami bersama- dilibatkan pada proses pembahasan dengan
sama dengan stakeholder melakukan BPK RI . Hal ini untuk memberikan
identifikasi dan pemetaan permasalahan dan gambaran dan pemahaman yang sama
menelaah catatan2 yang diberikan oleh BPK sehingga kualitas hasil tindak lanjut dapat
untuk selanjutnya dijadikan sebagai bahan terus ditingkatkan.
perumusan rencana aksi. Setiap rencana aksi Pengelolaan Database
yang disusun berdasarkan kesepakatan
Pengelolaan Database dilakukan dengan
antara tim Itjen dengan stakeholder dan
pemetaan data TLHP, kodefikasi hasil
dikomunikasikan kepada pimpinan satuan pemetaan, dan integrasi penatausahaan data
kerja masing-masing. Hasil identifikasi TLHP antara Itjen dengan stakeholder
selanjutnya digunakan sebagai target kinerja melalui pemanfaatan K-Cloud Kominfo dan
periode tahun berjalan dengan aplikasi eauditee.bpk.go.id
mempertimbangkan tingkat kompleksitas
Kami mengawali penyusunan database
permasalahan dan kemampuan sumber pemantauan TLHP menggunakan aplikasi
daya. Untuk memperkuat komitmen Microsoft Office Excell. Dengan aplikasi
pernyataan target dilegalkan dengan sederhana, kami coba lakukan pemetaan dan
penetapan salah satu dalam indicator target identifikasi temuan berdasarkan kriteria dan
kinerja masing-masing pejabat eselon I di kebutuhan . Parameter dan informasi yang
lingkungan Kemkominfo. terdapat didalam database pemantauan
Pemantauan terhadap realisasi capaian TLHP bersifat dinamis dan dapat disesuaikan
kinerja penyelesaian TLHP kami tuangkan dengan kebutuhan para pemangku
kedalam laporan bulanan capaian kepentingan, sehingga kami terus melakukan
penyelesaian TLHP BPK. Laporan dapat penyesuaian dan peningkatan kualitas
diakses melalui K-Cloud secara berkala dan informasi didalam database. Database juga
dikomunikasikan melalui PIC di masing- digunakan sebagai jembatan penghubung
masing satuan kerja dan perwakilan di antara arsip yang disimpan dalam Cloud
masing-masing unit Inspektorat. Dengan dengan informasi yang dibutuhkan dan
adanya laporan yang sewaktu waktu dapat tercatat didalam database sehingga
diakses, stakeholder dapat secara realtime penatausahaan dokumen dapat lebih
optimal. Informasi umum yang bisa
memantau capaian masing-masing tanpa
diketahui didalam database antara lain data
harus melalui birokrasi yang panjang. Hasil rincian informasi pemutakhiran TLHP,
capaian didasarkan atas self assessment Dashboard capaian TLHP Kementerian dan
terhadap data dukung yang disampaikan Satuan Kerja, Dashboard perkembangan
satuan kerja sebagai bukti tindak lanjuti. TLHP setiap periode nya, dan Dashboard
Data Capaian Kinerja TLHP.
BULETIN
PERUBAHAN 44
VOL.1

Kami mengawali penatausahan


database arsip dengan melakukan
digitalisasi file/arsip data dukung
TLHP . Seluruh bukti data dukung di
scan dan disimpan dalam Cloud. Hal
ini untuk mempermudah akses dalam
mendapatkan data yang diperlukan
pada saat dibutuhkan. Pemanfaatan
Cloud sangat efektif. Mengingat
pemanfaatan Cloud dapat digunakan
untuk media distribusi dan E-Arsip
data TLHP.
Untuk mempermudah menemukan file bukti tindaklanjut, setiap file diberi nama dengan
kode sesuai dengan Laporan, Temuan , rekomendasi dan  nama satuan kerja yang format
dan cara penulisannya sudah distandarkan dan disimpan dalam tempat-tempat file yang
telah dipetakan di ruang Cloud. Stakeholder diberikan akses untuk  mengelola database
nya dan berbagi akses dengan tim Inspektorat Jenderal. Dengan begitu, dapat
menghindari terjadinya kehilangan bukti data dukung tindaklanjut.

Didalam perkembangannya, pengelolaan


database sudah mulai beralih dengan
pemanfaatan aplikasi berbasis WEB yang
secara khusus dibangun dan disesuaikan
dengan kebutuhan data pemantauan TLHP .
Saat ini masih dalam tahap ujicoba
pemanfaatan. Dengan pengelolaan database
TLHP melalui pemanfaatan IT, setiap
informasi berkaitan dengan TLHP dapat
diperoleh lebih cepat secara langsung
melalui Cloud, tingkat validitasnya lebih
baik, dan realtime dalam rangka
menetapkan suatu kebijakan/keputusan
organisasi.
BULETIN
PERUBAHAN 45
VOL.1

Penyederhanaan Mekanisme Koordinasi


Penyederhanaan mekanisme koordinasi dengan Stakeholder telah diterapkan dengan
pemanfaatan aplikasi Whatsapp, K-Cloud, Google doc, dalam proses komunikasi, koordinasi
dan penyampaian data tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK RI diluar birokrasi yang tetap
dijalankan sesuai ketentuan sehingga tetap mempertimbangkan kecepatan proses
penyampaian informasi.

Membangun komunikasi yang efektif dengan pihak eksternal /BPK RI juga menjadi prioritas
kami selama proses pemantauan TLHP BPK. Kesesuaian data antara yang kami sajikan
dengan kebutuhan tim pemantau BPK sangat mempengaruhi tingkat kualitas penyelesaian
TLHP BPK. Kami secara berkelanjutan terus berupaya mengakomodir permintaan/masukan
tim BPK terhadap mekanisme TLHP di internal Kementerian dan dalam penyajian data
dukung melalui sharing dengan Tim pada saat pelaksanaan pembahasan TLHP setiap
Semester. Kemudahan akses terhadap data dukung TLHP yang dibutuhkan BPK juga menjadi
faktor penentu dalam percepatan proses penilaian/telaah tim BPK RI sehingga kuantitas data
TLHP yang bisa diakui oleh BPK dapat lebih optimal mengingat waktu pelaksanaan
penugasan tim BPK yang terbatas.

Pelaksanaan pemantauan dengan mempertimbangkan 3 aspek diatas secara bertahap telah


dapat dirasakan manfaatnya oleh Tim, Stakeholder dan BPK RI. Pada tahun 2019 kami
mendapatkan penilaian urutan ke 3 entitas di lingkungan AKN 3 BPK RI yang memiliki
respon dan tingkat penyelesaian TLHP terbaik.
BULETIN
46 PERUBAHAN
VOL.1

Penyelenggaraan Ruang Diskusi


Program Dan Evaluasi Ricky Anggoro
Sekretariat Itjen

Latar Belakang :

Tantangan baru yang harus dihadapi oleh setiap lapisan masyarakat tak
terkecuali satuan kerja baik dalam pemerintahan maupun non-pemerintahan
adalah pemanfaatan teknologi di tengah pandemi Covid 19.

Tujuan:

Mempercepat penyelesaian permasalahan


melalui ruang diskusi dengan lingkup
penyusunan program kerja Itjen, perubahan
program kerja Itjen, monitoring program kerja
Itjen, evaluasi program kerja Itjen, dan isu lainnya

Gambaran Umum:

Ruang diskusi dilaksanakan dengan jadwal yang sudah ditentukan yaitu setiap
hari Senin mulai pukul 08.00, hal ini cukup efektif mengingat ruang diskusi
dilaksanakan seminggu sekali setiap senin dibandingkan dengan pelaksanaan
tatap muka secara langsung yang dilaksanakan setiap bulan. Selain itu ruang
wewew diskusi juga dapat dimanfaatkan untuk membahas isu-isu
mendesak yang perlu dikoordinasikan dengan segera.
BULETIN
47
PENYELENGGARAAN RUANG DISKUSI
PERUBAHAN
VOL.1

PROGRAM DAN EVALUASI

Tantangan baru yang harus dihadapi oleh tahun lalu, pembahasan setiap bulan melalui
setiap lapisan masyarakat tak terkecuali rapat bersama antar Eselon 2 di Inspektorat
satuan kerja baik dalam pemerintahan Jenderal untuk membahas capaian serta
maupun non-pemerintahan adalah perubahan yang perlu dilaksanakan dengan
pemanfaatan teknologi di tengah pandemi mempertimbangkan risiko dan arahan
Covid 19. Hal ini juga diperlukan untuk pimpinan. Selain itu, pada ruang diskusi
melaksanakan kegiatan diskusi monitoring tersebut juga mengingatkan rencana
dan evaluasi, dari tatap muka dalam satu kegiatan bulan berikutnya yang telah
ruangan berpindah menggunakan aplikasi direncanakan.
Zoom yang dinilai memberikan dampak yang
cukup menguntungkan karena waktu yang
lebih flexible dan penghematan anggaran,
dengan tetap mendapatkan hasil yang
optimal.
Ruang diskusi muncul sebagai bentuk
pembaharuan dari Sekretariat Inspektorat
Jenderal dalam rangka menuju penggunaaan
digitalisasi, difokuskan pada permasalahan-
permasalahan krusial yang memerlukan
pengambilan keputusan yang tepat dan
cepat. Lingkup dalam ruang diskusi antara
lain penyusunan program kerja Itjen,
perubahan program kerja Itjen, monitoring
program kerja Itjen, evaluasi program kerja
Itjen, dan isu lainnya.
Sebagai gambaran, monitoring dan evaluasi
atas capaian kinerja ataupun progress fisik
realisasi PKPT merupakan kegiatan yang
cukup penting untuk dilaksanakan, untuk
memantau capaian kinerja yang sesuai
target. Kegiatan monitoring dan evaluasi
tahun lalu dilaksankan secara terjadwal
setiap awal bulan untuk memantau
pelaksanaan kegiatan bulan sebelumnya.
Perubahan-perubahan kegiatan baik dalam
bentuk maupun jadwal kegiatan akan
mempengaruhi rencana yang telah tersusun
dalam PKPT, hal ini memerlukan revisi
dalam PKPT untuk menyusun rencana 
kebutuhan sumber daya manusia, waktu
serta pembiayaannya. Dalam pelaksanaan
tahun
BULETIN
48 PERUBAHAN
VOL.1

Ruang diskusi dilaksanakan dengan jadwal yang sudah ditentukan yaitu setiap hari Senin
mulai pukul 08.00 WIB, hal ini cukup efektif dibandingkan dengan pelaksanaan tatap muka
secara langsung yang dilaksanakan setiap bulan. Ruang diskusi sudah dilaksanakan dan
membahas hal-hal seperti: Tindak Lanjut Rencana Revisi RKT Itjen TA 2020, Monev B07 Itjen
TA 2020, PIC Pokjawas dan Evaluasi AKIP TA 2020, Pagu Anggaran TA 2021, Pengembangan
Bidang TIK pada RAPBN TA 2021, Usulan Kenaikan Izin Penggunaan Sebagai Dana PNBP
Kemkominfo, User APIP Keminfo, Rencana Anggaran Itjen TA 2021 Berdasarkan Pagu
Anggaran, Revisi RKT Itjen TA 2020, Capaian Sementara Untuk PK Itjen TA 2020 dan
Tim/Satgas di Lingkungan Itjen TA 2020. Para peserta diskusi aktif dalam memberi masukkan
dan tanggapan untuk setiap tema pambahasan yang telah disiapkan.
POKJA MANAJEMEN PERUBAHAN
SATGAS REFORMASI BIROKRASI
INSPEKTORAT JENDERAL
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
TA 2020

Anda mungkin juga menyukai