Anda di halaman 1dari 14

GAGASAN KURIKULUM MASA DEPAN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PUSAT KURIKULUM
2007
GAGASAN KURIKULUM MASA DEPAN

Kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia saat ini masih sangat rendah jika
dibandingkan dengan negara lain bahkan dengan sesama anggota ASEAN. Salah satu
faktor utama rendahnya kualitas sumber daya manusia ini tentu berhubungan dengan dunia
pendidikan nasional. Program pendidikan nasional yang dirancang diyakini belum berhasil
menjawab harapan dan tantangan masa kini maupun di masa depan.
Dalam menghadapi harapan dan tantangan di masa depan, pendidikan merupakan
sesuatu yang sangat berharga dan dibutuhkan. Pendidikan di masa depan memainkan
peranan yang sangat fundamental di mana cita-cita suatu bangsa dan negara dapat diraih.
Bagi masyarakat suatu bangsa, pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang akan
menentukan masa depannya.
Menghadapi masa depan yang sudah pasti diisi dengan arus globalisasi dan
keterbukaan serta kemajuan dunia informasi dan komunikasi, pendidikan akan semakin
dihadapkan terhadap berbagai tantangan dan permasalahan yang lebih rumit dari pada
masa sekarang atau sebelumnya. Untuk itu, pembangunan di sektor pendidikan di masa
depan perlu dirancang sedini mungkin agar berbagai tantangan dan permasalahan tersebut
dapat diatasi. Dunia pendidikan nasional perlu dirancang agar mampu melahirkan generasi
atau sumber daya manusia yang memiliki keunggulan pada era globalisasi dan
keterbukaan arus informasi dan kemajuan alat komunikasi yang luar biasa.
Dalam membangun pendidikan di masa depan perlu dirancang sistem pendidikan
yang dapat menjawab harapan dan tantangan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi.
Sistem pendidikan yang dibangun tersebut perlu berkesinambungan dari pendidikan
prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Salah satu dimensi yang tidak bisa dipisahkan dari pembangunan dunia pendidikan
nasional di masa depan adalah kebijakan mengenai kurikulum. Kurikulum merupakan
jantungnya dunia pendidikan. Untuk itu, kurikulum di masa depan perlu dirancang dan
disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional dan meningkatkan
mutu sumber daya manusia Indonesia. Mutu pendidikan yang tinggi diperlukan untuk
menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, demokratis, dan mampu bersaing
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan semua warga negara Indonesia.
Kesejahteraan bangsa Indonesia di masa depan bukan lagi bersumber pada sumber
daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi bersumber pada modal intelektual, modal
sosial, dan kredibilitas sehingga tuntutan untuk terus menerus memutakhirkan
pengetahuan menjadi suatu keharusan. Mutu lulusan tidak cukup bila diukur dengan
standar lokal saja sebab perubahan global telah sangat besar mempengaruhi ekonomi suatu
bangsa. Terlebih lagi, industri baru dikembangkan dengan berbasis kompetensi tingkat
tinggi, maka bangsa yang berhasil adalah bangsa yang berpendidikan dengan standar mutu
yang tinggi.
Agar lulusan pendidikan nasional memiliki keunggulan kompetitif dan komperatif
sesuai standar mutu nasional dan internasional, kurikulum di masa depan perlu dirancang
sedini mungkin. Hal ini harus dilakukan agar sistem pendidikan nasional dapat merespon
secara proaktif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Dengan cara seperti ini lembaga pendidikan tidak akan kehilangan relevansi program
pembelajarannya terhadap kepentingan peserta didik.
Untuk menjawab tantangan di atas, Pusat Kurikulum menyelenggarakan kegiatan
”Kajian Kebijakan Kurikulum”. Salah satu langkah yang dilakukan adalah “Seminar
Kurikulum Masa Depan”. Berikut ini adalah rangkuman gagasan tentang kurikulum masa
depan yang muncul dalam seminar tersebut.

Gagasan Kurikulum Masa Depan - 2007 1


1. PENTINGNYA PENDIDIKAN NILAI

Pada makalah “Pendidikan (Kita di) Masa Depan”, Dr William Chang membahas
tentang pendidikan di tengah perubahan sosial, pendidikan tempo “doeloe”, sekilas
pendidikan sekarang, dan pendidikan masa depan. Tentang gambaran masa depan,
dipaparkan tentang beberapa gejala sosial dan nilai dasar, yaitu ketidakadilan sosial,
kemanusiaan dan gender, kedisiplinan, dan masalah ekologi. Disinggung pula tentang tiga
unsur penting, yaitu what to know, how to learn, serta mentalitas, kultur, pandangan, dan
gaya hidup peserta didik.
Selanjutnya, diuraikan tentang perlunya mengembangkan kebudayaan moral dalam
dunia pendidikan, cq sekolah, antara lain melalui kepemimpinan moral dan akademik,
pelajaran-pelajaran bernilai moral yang bisa bentuk perilaku, peningkatan rasa
komunitarian untuk bisa lebih mengenal yang lain, semangat demokratis, lingkungan
moral yang mengandalkan dialog, dan lebih diperhatikannya dimensi moral dalam
pergaulan.
Selain itu, dibahas juga tentang ciri-ciri manusia Indonesia yang pernah
dikemukakan Mochtar Lubis pada tahun 1977 dan bagaimana pendidikan kita di masa
depan menanggapi kenyataan ciri-ciri manusia Indonesia ini.
Akhirnya, dipaparkan beberapa rekomendasi yang berhubungan dengan
pengembangan kurikulum, yaitu:
• Penyusunan kurikulum sebaiknya menganut prinsip benar, baik, dan indah.
• Kurikulum yang dikembangkan sebaiknya terkait dengan “teori pengetahuan”.
Pengetahuan sebagai kebenaran dan bukan sebagai “vested interests”.
• Perlu diperhatikan aspek-aspek normatif kurikulum, seperti peran pendidikan nilai
dalam kurikulum, pengaruh kultur sosial dan tuntutan masyarakat atau keperluan
individu, dan perancangan kurikulum yang kontekstual tanpa kehilangan aspek
normatif.
• Pengintegrasian “teori nilai” sambil memperhatikan hirarki nilai, serta sosialisasi nilai
dasar kemanusiaan yang universal sejak jenjang pendidikan dasar.
• Pemberian perhatian kepada dimensi estetik kurikulum.

2. PARADIGMA PENDIDIKAN PROGRESIF

Utomo Danan Jaya dalam makalahnya yang berjudul ” Kurikulum Masa Depan”
membandingkan paradigma pendidikan yang konservatif dan progresif. Perbandingan itu
meliputi pandangan filosofis yang mendasari, dan teori-teori para ahli pendidikan, tujuan
kegiatan belajar-mengajar, pengembangan dan pelaksanaan kurikulum yang berbasis
pengetahuan dan berbasis kompetensi, serta pendekatan belajar-mengajar yang dianut
yang berimplikasi kepada perbedaan peran guru dan siswa, serta penilaian hasil kemajuan
belajar siswa.
Paparan pandangan Utomo Danan Jaya amat menarik diperhatikan para pengambil
keputusan, pengembang kurikulum dan penilaian, serta praktisi pendidikan, terutama
kepala sekolah dan guru. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain dikemukakan berikut
ini.
• Perlu dikembangkan pola pendidikan yang progresif, antisipatif ke masa depan, mudah
beradaptasi, dan terbebas dari kungkungan dan dominasi pemerintah.
• Pendidikan jangan hanya menjadi instrumentasi kebijakan, hasrat, minat, kondisi
sesaat.

Gagasan Kurikulum Masa Depan - 2007 2


• Sebagai organ dalam tubuh masyarakat, pendidikan harus memiliki inti seperti hati
nurani untuk bersentrifugal menyesuaikan diri guna melayani kebutuhan masyarakat
yang selalu ”menjadi”, tidak statis atau kaku.
• Pendekatan belajar aktif lebih cocok untuk mendorong perubahan pada lingkungan
sekolah dan dunia pendidikan umumnya. Anekaragam potensi siswa dapat
berkembang maksimal jika diberi ruang gerak, ruang bermanuver, dan ruang
kebebasan berdaya cipta.
• Hasil-hasil riset otak yang mengungkapkan aktualisasi potensi otak manusia amat
minimal hendaknya dipacu untuk merambah pengembangan tak terbatas potensi
manusia guna melayani serta menjadi agen perubahan masyarakat dan kehidupan
bersama.
• Hasil-hasil riset, aliran-aliran pemikiran (falsafah), temuan-temuan baru, tantangan-
tantangan baru, kebutuhan-kebutuhan baru, perubahan kondisi alam dan klimatis harus
menjadi masukan kontinu untuk terus memproses perubahan dunia pendidikan.
• Manajemen berbasis sekolah (MBS) yang berlandaskan self-determination kepala
sekolah, staf guru, dan komite sekolah hendaknya diterapkan di sekolah sebagai satu
unit dan lingkungan sekolah berdekatan atau gugus sekolah (cluster) serta lingkup
kecamatan dan kabupaten / kota.
• Tantangan globalisasi hendaknya digunakan sebagai peluang, tidak dilihat sebagai
masalah yang perlu dirisaukan. Dunia akan tetap berubah dengan cepat, terlepas dari
dunia pendidikan mau berubah atau tidak. Model-model sekolah baru, eksperimentasi
pendidikan, kiat layanan pendidikan yang baru, E-learning, distant learning,
contextual learning, pendekatan multi-kecerdasan, penggunaan internet dalam
pendidikan, pemanfaatan jejaring pendidikan harus selalu dikembangkan untuk
mengubah organisme pendidikan agar terus beradaptasi bagi kepentingan masyarakat
yang berubah.

3. BELAJAR AKTIF UNTUK ANAK USIA DINI

Pada makalah “Kurikulum Masa Depan Pendidikan Anak Usia Dini”, Nina K
Tambunan dan Aryanti dari High Scope, Jakarta menekankan hal-hal berikut ini.
• Betapa pesatnya perkembangan dunia informasi dan teknologi yang begitu depat
disertai makin rumitnya masalah yang dihadapi umat manusia.
• Informasi berlipat ganda setiap 72 hari. Padahal, dulu tiap 8 tahun, dan kemudian tiap
5 tahun.
• Betapa rendahnya hasil pendidikan Indonesia, seperti yang terlihat pada urutan ke-40
dari 40 negara, Human Development Index tahun 2003 Indonesia pada urutan 112,
merosot dari urutan ke-104 pada tahun 1995. Tes PISA untuk matematika, siswa
Indonesia berada pada urutan ke-40 dari 40 negara, dan tes internasional TIMSS untuk
matematika, siswa kita menduduki urutan ke-34 dari 45 negara. Mengamati data ini,
apakah kita siap menghadapi tahun 2030 misalnya?
• Padahal tantangan abad ke-21 yang sedang kita hadapi adalah internasionalisasi,
pemerolehan informasi yang cepat dan tepat, inovasi, dan outsourcing. Selain itu, kini
lebih ditekankan pengembangan multi-kecerdasan, terutama EQ dan SQ, bukan lagi
IQ.
• Skills dan kemampuan literasi serta ciri-ciri kualitas lulusan pendidikan yang
dibutuhkan dunia kerja pada abad ke-21 amat berbeda dengan indikator sukses sekolah
tradisional kita. Indikator sukses sekolah progresif bertolak belakang dengan indikator
sekolah tradisional.

Gagasan Kurikulum Masa Depan - 2007 3


• Karena itu, disarankan penerapan pendekatan belajar aktif, yang dipadukan dengan
cara belajar sesuai dengan kerja otak (Brain-Compatible Learning) dalam
pengembangan kurikulum, aktualisasi dalam proses belajar-mengajar, dan penilaian.

4. APA FUNGSI PENDIDIKAN DASAR?

Pada makalah “Kurikulum Pendidikan Dasar Masa Depan”, Udin Syaefudin Sa’ud dari
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung menekankan hal-hal berikut ini.
• Penggunaan ICT yang dipadukan dengan bahan ajar yang dikembangkan.
• Penerapan “joyful learning” dan”CTL” yang terpadu dengan bahan ajar.
• Penerapan penilaian portofolio yang terkait dengan perkembangan lifeskills peserta
didik.
Faktor penentu keunggulan suatu negara (*) Hasil evaluasi Bank Dunia (1995)
terhadap 150 negara di dunia), yaitu:
• Innovation & creativity 45%
• Networking 25%
• Technology 20%
• Natural resources 10%
• Penerapan penilaian portofolio yang terkait dengan perkembangan lifeskills peserta
didik.
Fungsi pokok pendidikan dasar, yaitu:
• Pengembangan jati diri individu peserta didik sebagai pribadi dan warga negara
• Pengembangan personal lifeskills dan enterpreneurship skills
• Pengembangan problemsolving skills
• Pengembangan social responsibility
• Pengembangan “basic skills for learning to know, learning to do, learning to be, and
learning to live together”

5. KONSEP DASAR ATAU ESENSIAL ITU PENTING

Pandangan-pandangan yang dikemukakan pada makalah “Body of Knowledge


Sains dan Matematika (Kurikulum Pendidikan Menengah)”, oleh Triyanta dari LAPI ITB,
Bandung membawa implikasi yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum
masa depan berikut ini.
Kalau biologi adalah ilmu yang paling sulit dalam bidang sains, apa implikasinya bagi
penyusunan kurikulum?
• Apakah perlu digunakan pendekatan tematis dalam mata pelajaran biologi?
• Apakah perlu diperbanyak materi tentang implikasi temuan biologi terhadap tindakan
manusia, misalnya berhubungan dengan genetika (DNA yang berimplikasi pembuktian
forensik, anak dari keturunan siapa, kloning, serta hukum Mendel dan perkawinan
campur.
• Apakah jumlah jam pelajaran biologi perlu ditambah?
• Bagaimana merancang eksperimen dan penyelidikan biologi yang melayani
pendekatan multidisiplin?
Dalam makalah ini dikemukakan contoh basic concepts dalam biologi yang
menggambarkan keterkaitan antar-disiplin ilmu. Pendekatan pemilihan konsep seperti ini
juga dapat diterapkan pada mata-mata pelajaran IPS karena dalam IPS juga dikenal basic
concepts seperti universalitas, evolusi, keberagaman, keberlangsungan, interaksi,
persaingan, kerja sama, dan adaptasi.

Gagasan Kurikulum Masa Depan - 2007 4


• Basic concepts dapat digunakan sebagai tema pemersatu jika hendak digunakan
pendekatan tematik dalam pelajaran sains di SMP dan SMA.
• Perlu dikaji standar isi 2006 mata pelajaran IPA SD, Fisika SMP dan SMA, apakah
konsep-konsep esensial fisika telah termuat. Perlu dipertimbangkan penggunaan
kriteria pemilihan konsep esensial fisika (juga biologi dan kimia). Kriteria tersebut
antara lain:
• Apakah suatu konsep esensial lebih membantu siswa menguasai kompetensi sains
dalam bentuk karya 2 dan 3 dimensi, unjuk kerja, dan perilaku.
• Apakah konsep esensial yang dipilih mendorong siswa menemukan konsep-konsep
lain sebagai dampak penerapan pendekatan belajar aktif.
• Apakah konsep esensial yang dipilih membantu siswa untuk memahami konsep-
konsep fisika (juga biologi dan kimia) penting lainnya.
• Apakah konsep-konsep esensial itu mudah dipelajari melalui eksperimen dan
penyelidikan (investigation).
• Untuk mata pelajaran kimia, basic concepts yang ditawarkan dapat digunakan untuk
memperbaiki standar isi 2006 mata pelajaran Kimia.
• Untuk mata pelajaran matematika, basic concepts yang ditawarkan dapat digunakan
untuk memperbaiki standar isi 2006 mata pelajaran matematika.

6. CIRI SDM MENGHADAPI GLOBALISASI

Pada makalah “Tantangan Kurikulum Masa Depan (Kurikulum Masa Depan


Pendidikan Menengah)”, Ir. Hadiwiratama dari LAPI ITB, Bandung menekankan hal-hal
berikut ini.
• Pada era globalisasi ini tampak bahwa yang menjadi pelopor dan penanda masa depan
adalah ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge-based economy) dan industri
berbasis pengetahuan (knowledge-based industry).
• Industri berbasis pengetahuan sangat bergantung kepada inovasi sebagai kunci
kebrhasilan. Untuk menemukan inovasi apa yang perlu diterapkan, diperlukan
research and development, litbang (penelitian dan pengembangan) karena hasilnya
dijadikan modal untuk meengembangkan kemampuan inovasi.
• Pengembangan pendidikan dan khususnya kurikulum perlu memperhatikan
kecenderungan dunia yang berubah, antara lain:
- Polarisasi masyarakat global ke dalam negara-negara inovator teknologi, negara-
negara adaptor teknologi, dan negara-negara yang terkucilkan dari kemajuan
teknologi.
- Bidang-bidang yang menjadi generator utama perubahan dunia, yaitu teknologi
informasi, teknologi biologi, dan teknologi nano.
• Tuntutan tata ekonomi baru terhadap SDM yang memiliki kemampuan man of
purpose, man of imagination, man of creativity, dan man of innovation.
• Industri berbasis pengetahuan memerlukan tenaga kerja yang amat mahir sebagai
knowledge workers.
• Tuntutan ciri SDM masa depan ini perlu dipenuhi sistem pendidikan, khususnya
melalui kurikulum yang dikembangkan dan diimplementasi.

Gagasan Kurikulum Masa Depan - 2007 5


7. PENDIDIKAN AGAMA YANG UTUH

Pada makalah “Kurikulum Masa Depan Pendidikan Agama”, M. Amin Summa dari
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta menekankan hal-hal berikut ini.
• Perlu disiasati pengembangan kurikulum pendidikan agama yang dirasakan terlalu
sedikit mendapatkan jatah, sementara pada sisi yang lain teramat banyak/berat tuntutan
yang dibebankan pada pendidikan agama.
• Yang sejogianya dirancang-bangun adalah kurikulum pendidikan agama yang bersifat
utuh dan menyeluruh, yang memperlihatkan ciri-ciri berikut ini. Kurikulum pendidikan
agama yang memuat semua aspek agama yang hendak diajarkan oleh guru-pendidik
agama;
• Kurikulum pendidikan agama yang memadukan semua aspek ajaran agama sebagai
satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan apalagi dipertentangkan.
• Kurikulum pendidikan agama yang mampu mengintegrasikan ilmu pengetahuan
agama dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang lain (non-agama), yang paling sedikit
dianggap sama kepentingan dan kegunaannya bagi hidup dan kehidupan bangsa
Indonesia dan bahkan umat manusia pada umumnya.
• Di samping itu, pendidikan agama tidak hanya semata-mata bersifat teoretis tetapi juga
perlu didukung oleh pengamalan dan pengalaman para guru-pendidiknya.

8. PENTINGNYA PENDIDIKAN DEMOKRASI

Pandangan-pandangan yang dikemukakan pada makalah “Kurikulum Masa Depan Mata


Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah, oleh Udin S Winataputra dari Universitas Terbuka, Jakarta membawa
implikasi yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum masa depan berikut
ini.

• Bagaimana mensinkronkan pendidikan kewarganegaran (PKn) dengan perkembangan


kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara:
¾ Alasannya adalah karena gejolak kehidupan itu berpengaruh terhadap persepsi dan
pengalaman siswa dalam pendidikan PKn
¾ PKn harus membina sikap kritis siswa dan sikap membangun bangsa, betapa pun
kondisi dan suasana yang pesimistis.
¾ PKN harus diajarkan melalui studi kasus, pelibatan pengamatan terhadap gejala
masyarakat, dan perbandingan dengan negara-negara lain.

• Bagaimana mewariskan tradisi berdemokrasi melalui PKn? Proses belajar-mengajar


PKn hendaknya menerapkan pendekatan belajar aktif dengan ciri-ciri pendukung
demokrasi berikut ini.
¾ Berdiskusi untuk menghargai perbedaan pendapat dan mencari win-win solution.
Selain diskusi, berdebat juga penting.
¾ Variasi kegiatan individual, pasangan, kelompok kecil, kelompok besar, dan seluruh
kelas seperti realitas ragam aktivitas dalam masyarakat.
¾ Dorongan agar siswa berani mengemukakan pendapat.
¾ Pembagian tugas, hak dan kewajiban dalam menjalankan tugas kelompok atau
seluruh kelas.
¾ Penerapan kegiatan observasi untuk pengumpulan data guna penarikan kesimpulan
yang objektif.

Gagasan Kurikulum Masa Depan - 2007 6


¾ Pemilihan ketua kelas, ketua kelompok, dan pembagian tugas kelompok dan seluruh
kelas.
¾ Penilaian yang objektif, misalnya penggunaan skala sikap, penilaian diri, portofolio,
dan berbagai bentuk alat penilaian kualitatif lainnya.

• Bagaimana menyerasikan PKn, terutama pendidikan demokrasi, dengan perkembangan


ekonomi, kesadaran indentitas nasional, dan pengalaman sejarah Indonesia & PKn?
Cara yang dapat ditempuh antara lain:
¾ Siswa membahas persoalan ekonomi, sosial, dan politik dari sudut pandang
demokrasi sebagai norma Pancasila dan UUD 1945.
¾ Siswa kritis terhadap fakta sejarah dan interpretasinya dan berusaha mencari
gagasan solusi terhadap permasalahan bangsa.
¾ Yang lebih penting adalah suasana demokratis dibina dalam PBM dan penilaian
PKn, merembet ke kehidupan sekolah, terutama penekanan kepada pelaksanaan hak
asasi anak.

9. PROSES MATEMATIKA

Pandangan-pandangan yang dikemukakan pada makalah ”Kurikulum Masa Depan


Matematika,” oleh Bana G Kartasasmita dari ITB, Bandung, membawa implikasi bagi
pengembangan kurikulum matematika berikut ini.

• Sangat penting diterapkan pendekatan belajar aktif (student active learning) yang
terfokus kepada proses matematika, Kurikulum yang dikembangkan dan
implementasinya dalam PBM hendaknya menekankan pemecahan masalah
(problemsolving) dan pengembangan beragam kompetensi konkret matematika, bukan
pengetahuan atau materi matematika.
• Materi (substansi atau isi) matematika yang diusulkan hendaknya dikaji lebih lanjut
guna memperbaiki materi matematika yang terdapat pada Standar Isi 2006.
• Perbandingan dengan standar-standar kurikulum mata pelajaran di negara-negara
tetangga dan di dunia hendaknya lebih ditekankan agar standar Indonesia tidak
ketinggalan.
• Pengalaman pihak-pihak yang sudah menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk pembelajaran matematika di sekolah amat penting dikaji dan hasilnya diterapkan
guna mendorong percepatan mengejar ketertinggalan dalam pengajaran matematika.
• Perlu dititikberatkan pengadaan dan penyebaran sarana belajar matematika, berupa
buku pelajaran, alat peraga, lembar kerja, buku sumber dan referensi, paket belajar
(learning pack), CD, dan buku bacaan yang relevan.

10. TINGKAT LITERASI

Pada makalah ”Kurikulum Bahasa Sinergis Masyarakat Multilingual,” Helena I.R


Agustine dari Universitas Negeri Semarang mengemukakan 4 tingkat literasi yang
sederhana yang dapat digunakan secara meluas, yaitu:

1. Tingkat literasi “performative”, yang meliputi Kemampuan berbahasa atau


mengendalikan komunikasi di antara orang-orang yang dikenal, dalam konteks tatap
muka. Dan, jika komunikasi dilakukan secara tertulis, ragam tulisannya bukan ragam
tulis tetapi lebih menyerupai ragam bahasa lisan yang ditulis.

Gagasan Kurikulum Masa Depan - 2007 7


2. Tingkat literasi “functional”, yang mencakup kemampuan sebagai anggota
masyarakat tertentu untuk mengatasi tuntutan kehidupan sehari-hari yang melibatkan
bahasa tulis. Contoh: kemampuan membaca surat kabar populer, menulis surat
lamaran kerja, mengikuti instruksi atau manual yang bersifat prosedural. Tingkat
literasi ini dapat ditargetkan sebagai kemampuan tertinggi penguasaan siswa terhadap
bahasa daerahnya.

3. Tingkat literasi “informational”, yang meliputi kemampuan dalam komunikasi ilmu


pengetahuan, terutama yang berbasis disiplin tertentu. Penekanannya kepada
kemampuan membaca dan menulis, terutama membaca agar siswa dapat mengakses
pengetahuanyang terakumulasi yang dilihat sebagai fungsi sekolah dalam
mentransmisinya. Kemampuan literasi ini diperlukan bagi orang yang belajar bahasa
untuk tujuan belajar atau mempelajari ilmu pengetahuan seperti yang terjadi di
sekolah-sekolah dengan harapan siswa dapat melanjutkan studinya di jenjang lebih
tinggi, sampai perguruan tinggi.

4. Tingkat literasi ”epistemic” yang mencakup kemampuan menyampaikan


pengetahuan, berdiskusi, melakukan penelitian dan melaporkannya dalam bahasa. Juga
diharapkan, siswa berperilaku layaknya orang terpelajar sebagai hasil dari kemampuan
membacanya dan perilaku tersebut akan berdampak kepada masyarakat sekitarnya.
Tingkat literasi ini menjadi target terakhir kemampuan berbahasa Indonesia dan
berbahasa Inggris para siswa.

Kurikulum bahasa asing lainnya untuk tingkat SMA disusun sesuai dengan target literasi
yang dicanangkan. Dalam kurun waktu tiga tahun dengan alokasi tidak lebih dari 4 X 45
menit seminggu mungkin hanya dapat ditargetkan untuk mencapai kompetensi berwacana
primer dengan tingkat literasi performatif.

Selanjutnya, penulis ini menyarankan perlunya sinergi antar-kurikulum bahasa, yaitu


bahasa daerah (bahasa ibu anak), bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa asing
lainnya. Selanjutnya, perlu juga sinkronisasi antara literasi bahasa Indonesia, bahasa
Inggris, bahasa daerah, dan bahasa asing lainnya.

11. BELAJAR AKTIF IPA

Pandangan-pandangan yang dikemukakan pada makalah ”Kurikulum IPA Masa Depan”


oleh Budi Jatmiko dari Universitas Negeri Surabaya membawa implikasi bagi
pengembangan dan implementasi kurikulum IPA berikut ini.

• Gagasan-gagasan yang dikemukakan sebenarnya telah dilaksanakan berupa


pendekatan belajar aktif IPA dalam pengembangan kurikulum dan implementasinya di
lapangan. Namun, upaya ini belum tersebar ke seluruh pelosok tanah air. Karena itu,
pendekatan belajar aktif IPA perlu didesiminasi melalui pelatihan para guru dan
inovasi yang dilakukan oleh berbagai instansi, seperti dinas pendidikan, LPMP, FKIP,
lembaga donor internasional, dan lembaga swadaya masyarakat.

• Perlu digalakkan penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar IPA di SD, SMP, dan
SMA. Karena ketersediaan laboratorium terbatas dan laboratorium di banyak sekolah
kurang lengkap. Namun, yang lebih penting lagi adalah penggunaan lingkungan untuk

Gagasan Kurikulum Masa Depan - 2007 8


mendekatkan siswa kepada objek-objek alamiah, pengembangan kemampuan
melakukan observasi, mengakrabi kehidupan nyata sehari-hari, dan mendinamisasi
kerja otak karena interaksi siswa dengan alam.
• Saran-saran tentang penilaian cukup relevan. Yang perlu diperhatikan adalah fokus
penilaian yang sebaiknya diarahkan keada penilaian kompetensi konkret siswa, berupa
karya dua dan 3 dimensi, unjuk kerja, dan perilaku.
• Perlu dikembangkan dan diadakan beragam bentuk sumber dan sarana belajar IPA
yang tersedia di sekolah.
• Sistem pembinaan profesional guru, terutama sistem pelatihan guru sebaiknya
dikembangkan dalam era otonomi daerah karena sistem yang dulu digunakan pada era
sentralisasi sudah tidak diterapkan lagi. Tujuannya adalah agar para guru mengubah
paradigma mengajar secara konvensional ke pendekatan belajar aktif.

12. SISWA TERCERABUT DARI DUNIANYA

Pandangan-pandangan yang dikemukakan pada makalah ”Tercerabutnya Peserta Didik


dari Dunianya: Sebuah Pengalaman atas Penyeragaman Kurikulum Sekolah (Kurikulum
Masa Depan Ilmu Pengetahuan Sosial) oleh Nicolaas Warrouw dari Universitas Gajah
Mada membawa implikasi bagi pengembangan dan implementasi kurikulum IPS berikut
ini.
• Kurikulum sekolah harus memperhatikan karakteristik budaya, ekonomis, sosial anak.
• Pendidikan sekolah sebaiknya tidak mencerabut anak dari dunianya, dari budaya, dan
konteks pencarian nafkah hidupnya.
• Guru perlu dilatih untuk menggunakan kebiasaan budaya, folklore, legenda, kesenian,
sistem pertanian atau pengolahan lahan, cara memperoleh nafkah (mata pencaharian),
sistem pembangunan rumah, sistem irigasi, dan kebiasaan gotong royong agar siswa
dipersiapkan mengembangkan tradisi dan budayanya ke arah yang berciri modern.
• Pendekatan belajar aktif yang menekankan penggunaan lingkungan dapat digunakan
untuk mengurangi dampak ketercerabutan siswa dari konteks lokalnya.
• Mata pelajaran IPS sebaiknya memperkenalkan berbagai perspektif (sudut pandang)
dan kenyataan yang bervariasi dalam konteks Indonesia dan dunia. Mata-mata pelajaran
lain juga berfungsi yang sama,
• Falsafah konstruktivisme cocok digunakan untuk mengembangkan konsep dan
kompetensi siswa dari alam pikir (konsepsi) dan pengalaman siswa dalam konteks
lokalnya. Siswa belajar lebih mudah kalau digunakan pendekatan konstruktivisme dan
hasil belajar lebih membumi. Dengan demikian, kompetensi siswa dibangun dan
dikembangkan dalam lingkungan tempat ia mencari nafkah dan berkiprah.

13. KREASI DAN KREATIVITAS, FOKUS PENDIDIKAN SENI BUDAYA

Pada makalah “Masukan untuk Kurikulum Seni – Budaya Masa Depan (SD sampai
SMU)”, Primadi Tabrani dari ITB, Bandung mengemukakan sejumlah saran. Penyajian
saran-saran yang penting dipadukan dengan implikasi yang muncul dari saran-saran
tersebut untuk pengembangan dan implementasi kurikulum masa depan.

1. Kepada para siswa perlu diperkenalkan sejarah dan lingkungan yang menghasilkan
seni budaya Austronesia/Nusantara. Untuk itu, para guru seni budaya dan sejarah perlu
mempelajarinya. Melalui pengenalan ini, generasi muda kita dapat merasa bangga
sebagai putra Nusantara.

Gagasan Kurikulum Masa Depan - 2007 9


2. Walaupun trio ilmu-teknologi-seni memiliki ciri khas masing-masing, sebenarnya tak
dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Karena itu, sebaiknya kurikulum seni budaya
merupakan kegiatan proses belajar-mengajar yang terpadu. Dijadikan “proyek” yang
memadukan berbagai seni dan berbagai ilmu. Dengan materinya bisa dari film, video,
buku, cerita, dongeng. Misalnya proyek “Ruang Angkasa”.

3. Dalam pendidikan senirupa, untuk pelajaran menggambar yang boleh dikata semata
NPM dari Barat perlu diperbaiki dengan memberikan RWD, yang merupakan gambar
alami anak dan merupakan anugrah Tuhan, tempat yang sejajar dengan NPM. Kepada
anak perlu diberi peluang untuk membuat perpaduan antara NPM dan RWD. Bila
ingin memperagakan sesuatu, pakailah NPM, tapi bila ingin bercerita/berekspresi,
pakailah RWD atau kombinasi antara keduanya. Senirupa kita bisa maju dengan
‘melompat’ sebab RWD belum ada di Barat.

Perbandingan sistem menggambar NPM & RWD

Perbandingan sistem menggambar NPM & RWD

NPM (Naturalis-Perspektif- RWD (Ruang-Waktu-Datar)


Momenopname)
1 arah Aneka arah
1 jarak Aneka jarak
1 waktu Aneka waktu (sekuensi beberapa
adegan, bermatra waktu, bercerita lebih
lama
1 skema Gabungan beberapa skema
Panjang x lebar Panjang - lebar – waktu
Dibingkai Tak dibingkai, bebas dalam ruang
Dibekukan dalam gambar Gambar mati yang hidup
mati

Implikasi dari perbandingan ini, adalah:


• Siswa perlu dilatih menggambar sesuai dengan ciri alamiah anak.
• Siswa menggambar di tanah, pasir, daun, lalu dipakai kertas, dan kemudian di tembok
(wallpainting).
• Siswa diperkenalkan sistem menggambar NPM dan RWD secara sendiri-sendiri dan
juga sebagai gabungan (kombinasi).
• Butir No.2 dilatih berdasarkan irama perkembangan dan pencarian siswa.

4. Pendidikan senirupa SMA, perlu diubah pelajaran tentang rupa dasar Nusantara (yang
berdimensi waktu – ragam hias misalnya). Ke dalam kurikulum seni budaya di
sekolah perlu dimasukkan banyak seni budaya tradisi sebagai warna lokal daerah.
Tujuannya, bukan hanya agar kita mengenal kembali heritage kita sebagai bangsa, tapi

Gagasan Kurikulum Masa Depan - 2007 10


pula untuk merasakan bahwa banyak mutiara mutiara terpendam yang berupa konsep-
konsep yang bisa diangkat untuk seni dan desain kita di masa depan.

5. Media pembelajaran kita perlu dikembangkan menjadi paket media yang “rupa-
rungu”: ada teks, slide, video, CD, gambar peraga, dan sebagainya. Dan buku
pelajaran sudah masanya dikembangkan menjadi “illustrated” science & technology
books, di mana gambar dan kata terpadu untuk menunjang proses belajar yang lebih
maju, cepat, dan mendalam.

6. Praktik berkarya seni hendaknya cukup terwakili dalam kurikulum, sebab berkarya
seni melatih anak didik untuk piawai berproses belajar yang baik yang sama dengan
proses kreasi. Ini kemudian akan memudahkan diperolehnya proses belajar-mengajar
yang baik yang bisa “ditularkan” saat proses belajar-mengajar dalam ilmu-ilmu yang
lain, juga dalam Iptek.

7. Di tingkat SD dan SLTP, bahkan kalau bisa juga di SMA pelajaran seni budaya
sebaiknya jangan dipisahkan teori dengan praktiknya. Sebaiknya teori dan praktik
terpadu, hingga terhayati dan proses belajarnya menjadi proses kreasi. Dengan
demikian, karya tidak hanya mengekspresikan perasaan, tapi juga merefleksikan
pengetahuan, data, riset yang dilakukan untuk menghasilkan karya tersebut.

8. Sebaiknya untuk SD diberi dasar untuk menggambar dari alam dengan bantuan
imajinasi.

9. Para pakar pendidikan kita diharapkan mau meneliti Limas Citra Manusia, apakah
memang bisa digunakan secara praktis untuk proses belajar-mengajar, setidaknya
sebagai pembanding/alternatif bagi proses belajar-mengajar Barat yang “kurang
memuaskan" yang kita gunakan selama ini. Siapa tahu Limas LCM tersebut
merupakan jawaban atas keresahan Anderson yang mendambakan ditemukannya
““……the single psychological theory that adequately provides a basis for all
learning…..”.

14. PENDIDIKAN JASMANI BUKAN HANYA UNTUK OLAHRAGA

Pandangan-pandangan yang dikemukakan pada makalah ” Menggagas Kurikulum


Pendidikan Jasmani Masa Depan” oleh Agus Mahendra dari Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung membawa implikasi bagi pengembangan dan implementasi kurikulum
pendidikan jasmani berikut ini.

• Gagasan penulis agar orientasi pendidikan jasmani bukan hanya pendidikan olahraga,
tetapi ke arah pengembangan nilai-nilai dan karakter positif individu dan masyarakat
atau pendidikan jasmani untuk kehidupan seyogianya diterapkan pada kurikulum masa
depan. Demikian pula, perlunya memberikan tantangan kepada siswa untuk melampaui
batas (limit) kemampuan sebelumnya agar tercapai persepsi baru mengenai diri.
• Implikasinya adalah perlunya diberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
kompetensinya sampai melampaui batas tersebut. Untuk itu, PBM harus diatur
bervariasi sesuai dengan taraf pencapaian kompetensi siswa.
• Gagasan agar kurikulum diarahkan kepada peserta didik dan pencapaian otonomi
individu dan pengarahan diri serta siswa bertanggung jawab untuk menentukan sendiri
arah tujuannya, mengembangkan keunikan pribadi, dan memandu sendiri kegiatan

Gagasan Kurikulum Masa Depan - 2007 11


belajarnya perlu diperhatikan. Demikian pula unsur pemecahan masalah dan
pengembangan kemampuan kreatif, serta keterampilan menggunakan teknologi,
termasuk komputer, serta keterampilan kritis dalam menanggapi dan mengambil
keputusan secara tepat. Implikasinya adalah perlunya diterapkan pendekatan belajar
aktif yang memberi ruang kebebasan eksplorasi bagi individu sesuai dengan minat,
bakat, dan ciri khusus fisik dan kepribadiannya.
• Selain itu, perlu diidentifikasi kebutuhan masyarakat dalam bidang seperti mitigasi
bencana alam, kekhasan lingkungan setempat (pantai, terumbu karang, peternakan
kuda, sapi, kerbau, pendakian gunung, panjat pohon, lokasi jurang, lingkungan binatang
berbisa dan berbahaya bagi keselamatan manusia. Pendidikan jasmani hendaknya
diarahkan pula untuk menjawab kebutuhan masyarakat tersebut.
• Pemecahan masalah (problemsolving) dalam pendidikan jasmani dapat dilakukan,
misalnya, bagaimana memikul barang lebih banyak dengan mempertahankan
keseimbangan, memikul barang sambil menyeberangi sungai yang sedang dilanda
banjir, bagaimana menghadapi angin puting beliung, dan bagaimana melakukan urut
patah tulang.
• Gagasan agar proses belajar keterampilan dalam pendidikan jasmani memasukkan
proses perolehan / penguasaan keterampilan (persepsi, pemolaan, penghalusan, dan
adaptasi) dan sekaligus proses gerak kreatif melalui pengembangan variasi, improvisasi,
dan komposisi dapat dilaksanakan antara lain melalui penggabungan pendidikan
jasmani dengan pendidikan seni tari.
• Saran agar perancangan kurikulum pendidikan jasmani memperhitungkan hasil
ekstrapolasi tentang kondisi dan kebutuhan masyarakat di masa depan perlu
diperhatikan. Contoh kondisi dan kebutuhan masyarakat itu misalnya:
• Bagaimana menghindar dari tanah longsor, banjir, gempa bumi, tsunami, kebakaran
(hutan), dan angin puting beliung
• Pengetahuan dan pengalaman dasar tentang kekuatan arus air, arah arus, bagaimana
bergerak menggunakan efek arus air; bagaimana berenang dan menggunakan media
yang ditemukan (persiapan media seperti kayu, batang pisang, pelampung; bagaimana
tidur sambil terapung di tengah laut; bagaimana menyelam yang benar.
• Contoh yang lain, bagaimana berlari menghindari dan berlindung dari runtuhan saat
gempa, perlengkapan yang perlu untuk memadamkan api, dan gerakan memadamkan
api.
• Perlu dilakukan studi banding praktik pendidikan jasmani di berbagai negara yang
menerapkan paradigma baru pendidikan jasmani. Selain itu, perlu diberi kebebasan
kepada guru untuk berkesperimentasi dan mengeksplorasi pola gerak yang benar dalam
berbagai situasi dan kondisi.

15. BISAKAH MENGINTEGRASIKAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN


DENGAN IPA DAN IPAS

Pandangan-pandangan yang dikemukakan pada makalah ”Kurikulum Keterampilan Masa


Depan” oleh Hajar Pamadhi dari Universitas Negeri Yogyakarta membawa implikasi bagi
pengembangan dan implementasi kurikulum pendidikan jasmani berikut ini.

♥ Komposisi bermain dan belajar dari SMP s.d. SMA cukup rasional. Porsi belajar
sambil bermain yang cukup besar di SD, namun secara gradual dikurangi pada jenjang
SMP dan terutama SMA. Sebaliknya, porsi belajar berkembang atau membesar sejalan
dengan pengurangan porsi bermain.

Gagasan Kurikulum Masa Depan - 2007 12


♥ Prinsip komposisi seperti Ini tidak hanya berlaku bagi pendidikan keterampilan, tapi
secara umum pada berbagai mata pelajaran lain juga sesuai dengan komposisi yang
lazim diterapkan. Prinsip ini berlaku untuk seluruh kurikulum jenjang pendidikan
dasar dan menengah.
♥ Perlu dipertimbangkan mengintegrasikan pendidikan keterampilan ke dalam IPA, IPS,
dll di tingkat SMA.
♥ Perlu dipertimbangkan pengintegrasian pendidikan keterampilan ke dalam kegiatan
ekstrakurikuler agar lebih mengefisienkan waktu dan tenaga.
♥ Perlu dianut pendekatan multiple intelligences yang mencakup seluruh kehidupan dan
kegiatan belajar siswa di sekolah, di rumah, dan di masyarakat. Gagasan
pengintegrasian ini sesuai dengan hasil riset otak dan pendekatan kurikulum berbasis
kompetensi.
♥ Pengembangan kreativitas siswa akan seimbang karena tidak melupakan aspek
produksi, penampilan hasil karya, pemajangan hasil kerja. Upaya ini sesuai dengan
prinsip pendekatan kurikulum berbasis kompetensi, yaitu pengintegrasian ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor ke dalam kompetensi siswa dalam bentuk / jenis
karya 2 dan 3 dimensi, unjuk kerja, dan perilaku.
♥ Pengintegrasian ini akan menguntungkan tipe siswa dengan gaya belajar bervariasi,
yaitu tipe visual, auditif, dan kinestetik. Tipe kinestetik akan terlayani. Selama ini tipe
ini sangat dirugikan dalam pola pengajaran konvensional satu arah.

16. PERTANYAAN UNTUK TIK DI MASA DEPAN

Pandangan-pandangan yang dikemukakan pada makalah ”Kurikulum Teknologi Informasi


dan Komunikasi (TIK) Masa Depan” oleh Yuliatri Sastrawijaya dari Universitas Negeri
Jakarta membawa implikasi bagi pengembangan dan implementasi kurikulum TIK berikut
ini.

• Bagaimana memanfaatkan kemampuan problemsolving, kerja sama dan saling


menolong dalam menggunakan TIK?
• Bagaimana menerapkan etika dalam penggunaan TIK?
• Bagaimana siswa dilatih untuk menggunakan berbagai sumber belajar yang tersedia
melalui internet?
• Bagaimana melatih perilaku teliti, hati-hati, hemat, berpikir logis, senang belajar
bahasa Inggris?
• Bagaimana memanfaatkan individualized learning melalui program yang tersedia
dalam TIK?

Demikianlah telah dikemukakan gagasan pokok pemakalah dan implikasinya dalam


penerapan di lapangan.

Gagasan Kurikulum Masa Depan - 2007 13

Anda mungkin juga menyukai